Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQIH XI-IPA 1 HUKUM WARIS DALAM ISLAM

PEMBIMBING : IBU DEWI HAMIDAH,S.Ag PENYUSUN : 1. PUTRY AMIRA RIZKY 2. WINDY DWI YULITA

3. ALFIN BAIHAQI ASHROR

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN di Ds.PURWOASRI Kec.PURWOASRI Kab.KEDIRI

PENYUSUN : 1. PUTRY AMIRA RIZKY 2. WINDY DWI YULITA 3. ALFIN BAIHAQI ASHROR

BAB II PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Pengajaran agama di Indonesia memiliki riwayat yang sangat panjang untuk dapat dimasukkan pengajaran dalam kurikulum disekolah-sekolah umum. khususnya agama Islam pada zaman penjajahan Belanda dilakukan secara tidak resmi dengan bertabliqh disekolah-sekolah umum di luar jam sekolah, kenyataannya perhatian murid-murid sangat besar karena mereka sangat membutuhkan santapan rohani. Sesudah Indonesia merdeka pendidikan agama telah mulai diberikan disekolah-sekolah negeri. Atas dasar tersebut berarti pengajaran agama tidak hanya dilakukan dilingkungan keluarga dan lembaga non formal lainnya tetapi juga, lambat laun mulai diakui disekolah formal seiring perubahan sistem pemerintahan Indonesia yang semakin mengukuhkan pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran wajib, bagi penganutnya. Pengajaran agama harus menyentuh segala lapisan umur dan lapisan masyarakat karena merupakan petunjuk untuk kehidupan dunia secara universal. Pengajaran agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah kepada-Nya.

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb Syukur alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan karunianya. Sehingga dapat menyelesaikan tugas membuat makalah sesuai dengan rencana. Sehubungan dengan terselesainya makalah ini kami berharap semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat diterima dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Dewi Hamidah,S.Ag yang telah memberikan dorongan dan semangat bagi kami untuk memperdalam pelajaran FIQIH (Hukum Waris Dalam Islam) Namun demikian sebuah kesadaran kritis menyadari bahwa tidak ada karya yg sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan apa yg ada dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Purwoasri,15 April 2012

penyusun

DAFTAR ISI
I SAMPUL II PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B .KATA PENGANTAR C. DAFTAR ISI III RUMUSAN MASALAH A. PENGERTIAN WARISAN B. DASAR HUKUM WARISAN C. ORANG YANG MEMBERI WARISAN(IDENTITAS) D. ORANG YANG MENERIMA WARISAN(IDENTITAS) E. HARTA YANG DIWARISKAN DAN UKURANNYA F. WAKTU PEMBAGIAN WARISAN G. PENGELOLAHAN WARISAN H. CARA PEMBAGIAN WARISAN I. HIKMAH PEMBAGIAN WARISAN IV PENUTUP A. KESIMPULAN B. KRITIK/SARAN V DAFTAR PUSAKA

BAB III RUMUSAN MASALAH


A.PENGERTIAN WARISAN Pengertian warisan, adalah berpindahnya hak dan kewajiban atas segala sesuatu baik harta maupun tanggungan dari orangyang telah meninggal dunia kepada keluarganya yang masih hidup. Dan untuk masing-masing (laki-laki dan perempuan) Kami telah menetapkan para ahli waris atas apa yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan karib kerabatnya. Dan orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berikanlah kepada mereka bagiannya. Sungguh, Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. 4/An-Nisa: 33) Yang disebut harta warisan, adalah sisa dari kekayaan si mati setelah dipotong untuk: 1. menzakati harta yang ditinggalkan si mayat 2. membiayai pengurusan mayat. Yakni mulai dari biaya pengobatan dan ambulans (jika meninggal dunia di rumah sakit), pembelian kain kafan, nisan, penggalian kubur, dan lain-lain sampai pemakamannya; Sabda Muhammad Rosulullah saw. "Kafanilah olehmu mayat itu dengan dua kain ihromnya." (HR. Jamaah ahli hadis) 3. melunasi hutang-hutang si mayat, apabila ia memiliki hutang; 4. memenuhi wasiat si mayat, jika ia berwasiat yang besarnya tidak lebih dari sepertiga dari harta yang ditinggalkannya. (pembagian harta pusaka itu) sesudah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) hutangnya." (QS. 4/An-Nisa1: 11) Yang berhak mendapat wasiat adalah selain ahli waris, karena ia sudah mendapat hak warisan. Muhammad Rosulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah memberi kepada setiap orang yang berhak atas haknya. Oleh karena itu tidak ada wasiat bagi ahli waris". (HR. Lima ahli hadits, kecuali Abu Dawud. Hadits ini juga disahkan oleh Tirmidzi dari Amr bin Khorijah ra.)

B.DASAR HUKUM WARISAN Allah Taala telah mewajibkan tata cara pembagian warisan berdasarkan hikmah dan ilmu-Nya. Menetapkan bagian-bagian tertentu untuk ahli waris dengan pembagian yang terbaik dan teradil menurut hikmah-Nya yang sangat dalam, rahmat-Nya yang meliputi segala sesuatu, dan ilmu-Nya yang Maha luas. Lalu Dia menjelaskan perkara warisan dengan penjelasan yang sangat sempurna. Bagi siapa saja yang mentaati peraturan ini dan melaksanakannya sesuai dengan batasan-batasan yang telah ditetapkan, maka Allah telah menjanjikan untuknya Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai dan ia kekal di dalamnya selamalamanya bersama orang-orang yang telah Allah beri nikmat dari kalangan Nabi, kaum shidiqin, para syuhada, dan orang-orang shalih. Ayat-ayat waris yang disebutkan Allah Taala sebagai pedoman baku hukum waris ada 3 bagian: Ayat pertama: Tentang bagian ashlu (asal) dan furu (cabang). Ashlu waris yaitu ahli waris leluhur si mayit, seperti bapak, ibu, kakek dari bapak, nenek dari ibu, disebut juga ubuwwah. Sedangkan Furu waris yaitu ahli waris kelompok keturunan si mayit, disebut bunuwwah, seperti anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan cucu perempuan dari anak lakilaki. Adalah firman Allah Taala Surat An-Nisaa ayat 11

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal

itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa: 11) Ayat kedua: Tentang bagian suami-istri dan anak-anak ibu (sudara seibu) Berdasarkan firman Allah Taala Surat An-Nisaa ayat 12

Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteriisterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik lakilaki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benarbenar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun. (An Nisaa: 12)

Ayat ketiga: Tentang bagian saudara bukan seibu Dari firman Allah Taala surat An Nisaa ayat 176

Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu. (An Nisaa: 176) Yang disebut dengan Kalalah adalah seseorang yang meninggal yang tidak meninggalkan ayah dan anak. Demikianlah 3 ayat yang merupakan landasan baku hukum waris, insya Allah akan dilanjutkan dengan penjabaran masing-masing ayat dengan mengharap taufiq dari Allah Taala

C.ORANG YANG MEMBERI WARISAN Nama : Rukhiyah TTL : Banyuwangi, 1 januari 1929 Jenis Kelamin : perempuan Alamat : Jalan Sawo No.13 RT/RW : 04/09 Agama : islam Pekerjaan : swasta Kewarganegaraan : WNI D.ORANG YANG MENERIMA WARISAN Nama : Sri Lestri TTL : Kediri, 21 Desember 1959 Jenis Kelamin : perempuan Alamat : Jalan Sawo No.13 RT/RW : 04/09 Agama : islam Pekerjaan : swasta Kewarganegaraan : WNI

Desa : purwoasri Kab : kediri Status : kawin

Desa : purwoasri Kab : kediri Status : kawin

E.HARTA YANG DIWARISKAN DAN UKURANNYA Sebuah rumah yang (ukurannya 3X4 m) F.WAKTU PEMBAGIAN WARISAN Tahun 2000, dan pembagiannya setelah ibu Rukhiyah meninggal dunia.

G.PENGELOLAAN WARISAN Sebuah rumah yang diberikan kepada Ibu Sri Lestari dari orang tuanya telah disewakan kepada orang yang ingin menyewa. Karena ibu Sri Lestari ini sudah memiliki suami, sehingga Ibu Sri Lestari ikut bersama suami dan tinggal di rumah mertuanya. Jadi, Ibu Sri Lestari setiap bulannya mendapatkan uang sewa dari orang yang menyewa rumah tersebut. H.CARA PEMBAGIAN WARISAN Mungkin yang saya teliti di desa kami pembagian harta warisan itu dibagi sama rata. Dan kata salah satu warga purwoasri, pembagian harta warisan agar dibagi secara adil dan tidak saling berebut masalah harta tersebut. I.HIKMAH PEMBAGIAN WARISAN Mempererat tali persaudaraan Ibu Sri Lestari mendapatkan harta warisan sebuah rumah berukuran 3 X 4 m. Ibu Sri Lestari mendapatkan uang sewa tiap bulannya dari rumah yang disewakan tersebut. Mendapatkan pahala karena telah mendapatkan amanat dari orang tuanya.

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Dengan adanya pembagian HAK WARIS, maka kita dapat menjadikannya sebagai acuan untuk menyelesaikan segala bentuk sengketa waris yang terjadi. Seperti yang telah kami teliti di desa kami, terdapat beberapa golongan orang yang berhak mendapatkan WARIS (ahli waris). Dan setiap golongan menutup golongan yang lain. Dengan artian, golongan pertama HAK WARIS, golongan kedua dan begitu seterusnya Demikian makalah ini kami susun. Semoga bisa menjadi bacaan yang bermanfaat dan dapat memberikan konstribusi kepada proses pembelajaran kita semua. B. KRITIK DAN SARAN Terima kasih telah memberikan waktu bagi kami untuk mengerjakan tugas makalah tentang ahli waris, semoga bermanfaat dan menjadi sarana amal kebijakan kita semua. Dan apabila makalah ini kurang sempurna, kami mohon maaf yang sebesarbesarnya.

BAB V DAFTAR PUSTAKA


- http://pustakaalatsar.wordpress.com/2011/12/23/dasar-hukum-waris/ - http:///search/pengertian-warisan-dalam-islam - http://www.google.co.id/search?tbm=isch&client=firefoxa&rls=org.mozilAofficial&hl=id&source=hp&biw=1360&bih=548&q=GAM BAR+WARISAN&gbv - http://www.google.co.id/imgres?q=LOGO+MAN+PWA&start -

Anda mungkin juga menyukai