Anda di halaman 1dari 4

P

enyakit periodontal dan diabetes berhubungan saling timbal balik.

Sehingga perawatan periodontal bagi pasien diabetes bisa menjadi suatu tantangan tersendiri bagi dokter gigi. Para peneliti di India mencoba mengetahui pengaruh simvastatin yang merupakan obat yang dapat mendorong untuk terjadinya pembentukan tulang terhadap tingkat keberhasilan perawatan periodontal pada pasien diabetes. Simvastatin merupakan specific competitive inhibitor of 3-hydroxy-2-methylglutaryl coenzyme A reductase. Penelitian ini mencoba mengungkap efektivitas simvastatin 1,2% dalam bentuk sediaan gel sebagai terapi tambahan pendamping skeling dan root planing pada pasien diabetes tipe 2 dengan kondisi periodontitis kronis. Ada beberapa hal yang menjadi tolak ukur dari tingkat keberhasilan perawatan dalam penelitian ini, yaitu perdarahan sulkus, kedalaman probing, dan tingkat perlekatan klinis. Setelah dilakukan penelitian selama sembilan bulan, efektivitas simvastatin dan placebo sebagai pendamping terapi scaling dan root planing dibandingkan. Maka diperolehlah hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa rata-rata pengurangan kedalaman probing dan peningkatan tingkat perlekatan klinis lebih besar ditemukan pada perawatan scaling dan root planing yang dikombinasikan dengan simvastatin. Lebih jauh lagi, rata-rata persentase pengisian tulang secara signifikan lebih besar ditemukan pada grup penelitian yang memperoleh perawatan tambahan simvastatin.

etelah melalui beberapa penelitian, terungkaplah manfaat besar aspirin

dalam membantu perawatan dua penyakit mematikan yaitu serangan jantung dan kanker. Pertama mari kita ulas kemampuan aspirin dalam mengurangi risiko kanker. Dikatakan oleh peneliti bahwa dengan mengkonsumsi aspirin sebutir sehari dapat mencegah tumbuhnya jaringan keganasan yang kita kenal dengan istilah kanker. Tidak hanya mencegah, pada beberapa kasus malah ditemukan bahwa aspirin juga dapat membantu perawatan pasien kanker. Dari data penelitian diketahuilah bahwa orang-orang yang mengkonsumsi aspirin dalam dosis rendah setiap hari selama paling tidak 3 tahun ternyata 25% lebih kecil kemungkinannya untuk mengidap kanker. Aspirin juga dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker sampai hampir 40% setelah 5 tahun perawatan, kata para peneliti. Berkurangnya risiko kematian ini mungkin dikarenakan penurunan kemampuan kanker untuk menyebar ke organ lain. Dari penelitian tersebut para peneliti berpendapat bahwa aspirin bisa menjadi tambahan terapi yang potensial dalam perawatan kanker. Tidak hanya kanker, aspirin ternyata juga bermanfaat bagi pasien yang berisiko mengalami serangan jantung. Menurut penelitian, pasien yang mengkonsumsi aspirin, baik dalam dosis rendah maupun tinggi, akan memperoleh tingkat perlindungan yang sama dari serangan jantung berikutnya maupun penyakit kardiovaskular lain seperti stroke. Bersama dengan obat anti-clotting, aspirin harian telah direkomendasikan kepada hampir semua dari 1 juta orang Amerika yang mengalami serangan jantung tiap tahun. Walaupun begitu, dosis yang paling efektif masih belum dapat ditentukan oleh para ahli. Namun, bila dilihat dari efektivitas antara dosis rendah dan tinggi yang sama hasilnya, maka tentunya pilihan terbaik

jatuh kepada penggunaan dosis yang rendah untuk meminimalisir efek samping dari aspirin itu sendiri.

akteri mulut yang masuk ke dalam aliran darah bisa mengakibatkan

terbentuknya bekuan darah yang memicu terjadinya suatu kondisi yang mengancam jiwa yaitu endokarditis. Untuk menindak lanjuti hal ini, peneliti mencoba mengembangkan suatu obat untuk mengatasi penyakit infeksi jantung ini. Streptococcus gordonii merupakan penghuni rongga mulut yang ikut membentuk plak gigi. Bakteri ini dapat masuk ke dalam aliran darah melalui gusi yang meradang. Peneliti menemukan bahwa S. gordonii mampu menghasilkan suatu senyawa yang menyerupai protein fibrinogen, yaitu suatu faktor pembekuan darah. Senyawa ini akan mengaktivasi platelet, sehingga membuat mereka menggumpal dan menyumbat pembuluh darah. Gumpalan darah ini akan membungkus bakteri, sehingga bakteri terlindungi dari sistem kekebalan tubuh maupun dari antibiotik yang digunakan untuk melawan infeksi. Gumpalan darah ini selanjutnya dapat bertambah besar apabila sampai ke katup jantung yang akan berlanjut ke arah endokarditis, ataupun dapat menyumbat pembuluh darah yang mengalirkan darah ke otak dan ke jantung. Penemuan ini dipresentasikan oleh Dr. Helen Peterson, seorang dosen klinis di bagian bedah mulut dan maksilofasial UCL Eastman Dental Institute, London. Dia menyatakan bahwa pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara bakteri dan platelet dapat membawa kita untuk menemukan perawatan baru bagi penyakit endokarditis infektif. Dalam perkembangan penyakit ini, tahapan penting yang harus kita perhatikan adalah ketika bakteri melekat pada katup jantung lalu mengaktivasi platelet

untuk membentuk gumpalan darah. Para peneliti ini sekarang berusaha menemukan mekanisme di balik proses ini dengan harapan mereka bisa mengembangkan obat baru yang dapat mencegah terbentuknya gumpalan darah. Saat ini, endokarditis infektif dirawat melalui proses operasi jantung ataupun penggunaan antibiotik yang kuat. Namun, penggunaan antibiotik saat ini semakin sulit dengan semakin berkembangnya resistensi antibiotik. Sekitar 30% dari penderita penyakit ini meninggal dan kebanyakan dari pasien ini memerlukan tindakan operasi untuk mengganti katup jantung mereka yang telah terinfeksi dengan katup jantung buatan yang terbuat dari logam ataupun yang berasal dari hewan. Dr. Steve Kerrigan, dari Royal College of Surgeons di Irlandia, mengatakan bahwa timnya telah berhasil mengidentifikasi komponen penting dari S. gordonii yang menyerupai sifat fibrinogen, sehingga sekarang mereka semakin dekat untuk menemukan desain senyawa baru yang dapat menghambat terbentuknya gumpalan darah. Tidak hanya itu, tim ini juga mencoba menemukan kemungkinan bakteri lain yang berhubungan dengan S. gordonii yang memiliki kemampuan yang serupa.

Anda mungkin juga menyukai