Anda di halaman 1dari 3

Warna-warni backpacking ke bali

Intro Ceritanya begini, saya yang bekerja disekolah mendapat jatah libur natal dan tahun baru selama 3 minggu. Tadinya mau konsentrasi mengejar penyelesaian skripsi agar bisa diwisuda bulan januari. Tapi ibarat belum jodoh, ternyata akhir tahun malah banyak kendala seperti dosen lagi studi banding lah, pendaftaran seminar ditutup untuk sementara lah, ini lah itu lahsampai akhirnya saya memutuskan untuk mengisi liburan dengan backpacking ke bali. Seperti biasa, saya membuat poster backpacking ke bali untuk mengajak teman-teman lainnya. Dan terjaringlah 3 orang suster menjadi teman jalan. Lucunya, ternyata ke-3 suster tersebut adalah suster yang menangani pasien gangguan jiwa di salah satu rumah sakit di bogor. Jadilah selama perjalanan saya disuguhi pengalaman mereka selama merawat pasien. Ada yang pernah dijambak, dilempar piring sampai dikejar-kejar. Penyebab gangguan jiwa para pasien mereka pun berbagai macam dari yang paling umum seperti putus cinta, bangkrut dan gagal menang pilkada hingga yang paling sepele seperti nggak dibelikan hape oleh orang tuanya. Perjalanan tiada akhir Berhubung namanya backpacking, jadi semuanya serba ekonomis namun tetap mempertimbangkan keselamatan. Maklum semuanya cewek. Gak melarat-melarat amat yang penting selamat Hehehe. Perjalanan pun kami mulai pukul 15.00 dari stasiun senen menuju stasiun Surabaya pasar turi menggunakan kereta ekonomi Kertajaya dengan tiket seharga Rp. 43.000 (maklum lagi high season,biasanya Rp. 41.000). di kereta kami cukup terganggu dengan perilaku penumpang lainnya yang tidak peduli dengan kenyamanan penumpang lain dengan merokok tiada henti!! OMG, bener-bener bikin sesak nafas deh. Saya ngerti yah namanya juga kereta ekonomi, saya juga udah cukup sering naik kereta ekonomi tapi NGGAK SEPARAH INI. Orang-orangnya seperti tanpa tenggang rasa sedikitpun, malah cenderung seenak jidatnya sendiri. Dibilangin malah ngata-ngatain dengan bahasa jawa yang nggak kami mengerti. Hufffttt yasudahlah. Jam 7 pagi akhirnya kami sampai Surabaya, sarapan di warung sambil numpang cuci muka. Perjalanan pun kami lanjutkan menuju terminal Bungurasih, dari terminal ini lah kami akan naik bus menuju terminal Ubung Denpasar Bali. Kenapa nggak naik kereta aja ke Banyuwangi??? Karena kami cewek semua dan rasanya ribet banget harus turun naik berkali-kali. Jadi kami pilih yang sekali jalan langsung nyampe aja. Dan.ternyata kami salah, perjalanan menggunakan bus justru memakan waktu yang jauh lebih lama ketimbang menggunakan kereta ke Banyuwangi lalu dilanjut dengan bus menuju Denpasar. Jadi, tengah malajam 1 dini hari kami baru sampai terminal Ubung. Molor hampir 7 jam dari jadwal yang sudah kami buat. Setelah gontok-gontokan menawar harga taksi yang kata supirnya emang harus borongan akhirnya kami naik taksi dengan argo Rp. 50.000 menuju hotel sekitar denpasar. Berhubung high season, maka hampir semua kamar penuh dan akhirnya kami hanya dapat kamar seadanya. Itupun tinggal 1 dengan kondisi yangya sudahlahhh daripada tidur di trotoar. YANG PENTING KAMI SUDAH SAMPAI BALIIIIIIII

Day 1 Bali Selatan diguyur hujan (check in di poppies lane, GWK dan uluwatu) Jam 7 pagi, kami sarapan nasi goreng (fasilitas hotel) yang sebelumnya (maaf) sudah kami pastikan dulu kalau tidak menandung babi. Jam 9an motor yang kami sewa pun sampai ke hotel setelah diantar bli-bli yang ganteng dan baik hati (tapi bukan tipe saya, lho?? #abaikan). Sebetulnya motor yang diantar hanya 1 jadi harus dianbil 1 lagi di kawasan kuta. Jadilah 2 diantara kami mengambil motor tersebut di kawasan kuta. 2 lainnya menunggu di hotel. Tapi.ditengah perjalanan mengambil motor tiba-tiba hujan turun dengan deras tanpa henti, hingga menjelang sorepun hujan masih mengguyur meskipun sempat reda beberapa saat. Jam 3 sore akhirnya kami sampai kawasan Poppies lane, kawasan inilah yang dikenal sebagai kawasan para backpacker karena lokasinya yang dekat dengan hiruk-pikuk kuta, monumen Bom Bali dan tersedianya banyak penginapan murah namun bersih dan sangat nyaman. Tapi namanya juga lagi high season. Harga penginapan yang mulanya 50-70.000/malam menjadi 100.000/malam untuk 2 orang. Kalau ber 4 jadi 200.000/malam. Di kawasan poppies lane ini, kami menginap di wisma cempaka 2. Sebuah wisma yang terletak di gang sempit namun nyaman dan cukup private. Setelah bersih-bersih secukupnya, kami melanjutkan perjalanan menuju patung Garuda Wishnu Kencana (GWK) di Jl. Pecatu Uluwatu. Kawasan ini merupakan objek wisata di bali dengan tiket masuk seharga Rp. 25.000, harga yang cukup mahal bagi kantong backpacker. Tak apalah, nggak ke Bali namanya kalau nggak foto di patung Wishnu yang belum jadi saja sudah terlihat gagah. Konon, dikawasan ini akan dibangun patung wishnu yang tingginya melebihi tinggi patung Liberty di Newyork. Di kawasan ini juga akan dijadikan pusat kebudayaan Bali. Tak heran hampir setiap hari ada jadwal pertunjukan drama dan bermacam-macam tarian bali seperti tari barong, pendet, kecak dll. Sadar hari semakin sore, akhirnya kami melanjutkan perjalanan selama 30 menit menuju pura uluwatu melewati jalan berliku dengan pemandangan janur yang mengering dipinggir jalan sebagai sisa-sisa perayaan Hari Raya Galungan. Sampai di uluwatu, saya hampir saja tergoda dengan sate yang dijual dipinggir jalan. Sate yang menggugah selera itu ternyata sate bab*. Hiks, sayang banget padahal udah ngeces.(jorok ihhh). Selayaknya memasuki pura sebagai rumah ibadah, kami pun diminta mengenakan kain dan selendang yang diikat dipinggang. Kami juga ditawari untuk menonton kecak dengan membayar Rp. 80.000, tapi dengan halus kami menolak dengan pertimbangan dana (maklum backpacker). Di kawasan ini, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa indah. Tebing yang kokoh setinggi ratusan meter seakan tak gentar diterjang ombak besar samudra Indonesia. Disini juga terdapat ratusan monyet liar yang cukup nakal. Maka pengunjung yang datang diminta berhati-hati namun jangan sampai menggangggu monyetmonyet tersebut apalagi melukainya. Hari sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam, namun seperti jam 6 sore buat kami karena belum terlalu gelap. Kami melanjutkan perjalanan pulang ke penginapan dan kemudian berjalan-jalan di kawasan jl. Legian dan mampir ke warung padang untuk makan malam. Buat kami (saya khususnya), berjalan-jalan di jl. Legian seperti jalan di luar neregi karena saking banyaknya bule yang berseliweran

dengan pakaian minim serta backsound music ajeb2 dari klub-klub malam sekitar. Jujur, saya kurang nyaman. Hehehe.

Anda mungkin juga menyukai