Anda di halaman 1dari 4

Problematika Zakat di Era Kapitalisme

Perkembangan dunia pada sistem ekonomi kapitalisme ini telah menjadikan jurang perbedaan antara yang miskin dan yang kaya semakin lebar dan dalam, para intelektual islampun menyadari bahwa sistem kapitalisme ini telah menelan banyak kesengsaraan bagi sebgian besar umat islam yang notabene kalah bersaing dengan pemilik modal besar, mereka pun mulai menggali kedalam ajaran islam tentang bagaimana perekonomian yang sesuai untuk islam. Zakat sebagai sebuah instrumen perekonomian islam yang diharapkan dapat menjadi jembatan antara yang kaya dan yang miskin untuk mengatasi masalah kemiskinan malah menjadi polemik yang masih menarik untuk dibicarakan yang dari tahun ke tahun selalu saja ada kejadian yang berhubungan dengan zakat. Peristiwa Pasuruhan yang mengakibatkan meninggalnya para mustahik seakan membuka mata kita semua ternyata begitu parahnya kemiskinan yang ada di negeri ini, sebuah ironi yang sangat menyakitkan karena mereka harus membayarnya dengan nyawa demi untuk mendapat zakat sebesar 20 ribu rupiah. Para pakarpun memberi komentar tentang kesalahan muzakki yang tidak menyalurkan zakatnya melalui Badan Amil Zakat yang dibentuk pemerintah,sedang pihak muzakkipun berdalih bahwa sudah bertahun-tahun pelaksanaan zakat dirumahnya tak pernah ada kejadian seperti ini,pihak muzakki kemudian menuding pemerintahlah penyebabnya karena semakin banyaknya kaum miskin bertambah tiap tahun hingga terjadi banyak mustahik yang menyerbu rumahnya untuk mendapat bagian dari zakat. Lalu dimanakah peran Badan Amil Zakat yang sudah bertahun-tahun didirikan namun masih banyak muzakki yang memilih menyalurkan zakatnya dengan caranya sendiri dan banyaknya mustahik zakat yang berdesak-desakan rela mengorbankan nyawa demi mendapat bagian yang tidak seberapa besar jumlahnya demi menyambung hidup? Kurang maksimalkah kerja Badan Amil Zakat dalam melakukan sosialisasi tentang pentingnya sebuah penyaluran zakat yang terorganisir ataukah pihak muzakki yang tidak percaya akan kinerja Badan Amil Zakat ? Sebuah pertanyaan yang jawabannya akan banyak berupa alibi baik dari Badan Amil Zakat maupun dari pihak muzakki.

Marilah sejenak kita berhenti saling mencari pembenaran ataupun mencari siapa yang sepatutnya dipersalahkan,kita coba urai sistem zakat yang ada di negeri ini yang harus kita akui bahwa instrument rukun islam ini sudah lama terbengkalai dan tidak tertata dengan semestinya atau dijalankan dengan sistem manajemen yang berakar dari sistem ekonomi kapitalisme global. Kita lihat tentang sistem pengelolaan zakat yang ada pada Badan Amil Zakat yang ada di negeri ini. Satu contoh dalam pendistribusian zakat yang dipilah-pilah ada yang produktif untuk pemberian bantuan modal atau tepatnya pinjaman modal dan ada pendistribusian yang bersifat urgensi untuk mengatasi bencana, Jika sistem pengelolaan Badan Amil Zakat menerapkan sistem perbankan dan mengacu pada sistem pengentasan kemiskinan yang menjadi bagian dari kewajiban Departemen social maka tentu akan didapati pengelolaan yang kurang efektif yang sudah tentu akan merugikan hak-hak mustahik yang seharusnya mendapat bagian zakat itu sendiri. Lalu apa bedanya Badan Amil Zakat dengan Bank atau dengan Departemen Sosial? Pada zaman Rosulullah dan para sahabat dibedakan antara Badan Amil Zakat dan Baitul Mal,dimana tugas masing-masing departemen itu berbeda satu sama lainnya,tugas Badan Amil Zakat adalah mengumpulkan dan mendistribusikan sedang Baitul Mal bertugas untuk mengelola uang Negara untuk kepentingan penanganan perekonomian, kalau kita lihat yang terjadi di Negara kita ini sistem yang diterapkan oleh Badan Amil Zakat kita keluar dari jalur yang semestinya dengan menggabungkan peran Amil dan Baitul Mal,dimana dana zakat yang terkumpul tidak langsung diberikan kepada mustahik tetapi dipilah untuk tujuan produktif yang dapat dipinjamkan untuk bantuan modal usaha dan disimpan untuk penanganan

bencana.penerapan inilah yang berakibat menumpuknya dana zakat di Badan Amil Zakat sehingga hak mustahik untuk mendapatkan zakat menjadi sangat sulit,mereka harus mengajukan proposal terlebih dahulu untuk mendapatkan bagiannya. Seharusnya Badan Amil Zakat berpedoman pada bahwa zakat adalah hibah murni yang menjadi hak mustahik bukan sebagai dana yang dapat diperuntukkan untuk kepentingan lain,tidak seharusnya dana itu dikelola terlebih dahulu dengan alasan bahwa jika dana itu dihibahkan secara murni maka tidak akan mendidik mustahik untuk keluar dari kemiskinannya dan hanya akan menjadikan kemanjaan bagi mustahik sehingga harus diutamakan untuk pendistribusian yang produktif,pemikiran seperti inilah yang menjadikan penerapan sistem zakat

keluar dari jalur yang diinginkan oleh syariah islam yang mana tugas itu adalah tugas dari Baitul Mal. Sudah seharusnya paradigma bahwa orang miskin adalah orang-orang yang manja kita jauhkan dari pola pikir kita karena kemiskinan yang terjadi di negeri ini bukanlah karena kemanjaan melainkan karena sistem ekonomi yang kita anut yang menganut sistem kapitalisme dimana para pemilik modallah yang berkuasa sedang para pekerja hanya dihargai seharga kebutuhan pokok. Dengan sistem seperti ini tentulah bagi para pekerja yang notabene hanya bermodal tenaga tidak akan mendapat kehidupan yang lebih baik karena kebutuhan hidup bukanlah hanya membeli bahan pokok. Lalu dimana kemanjaan itu ? Penerapan sistem yang salah seperti inilah yang harus kita benahi,jika Badan Amil Zakat dalam sistem pendistribusiannya sesuai dengan keinginan syariah islam tentulah sudah sejak lama negeri ini terbebas dari kemiskinan, tapi kenyataan tidak semudah itu untuk mendapat zakat dari Badan Amil Zakat Karena peraturan yang sulit hingga banyak mustahik yang memilih mendatangi langsung Muzakki daripada mendatangi Badan Amil Zakat yang harus dengan mengajukan proposal terlebih dahulu dan belum tentu mendapat atau mendapat tapi dengan sistem pinjaman. Bukankah Zakat adalah hak bagi mustahik delapan tanpa tambahan syarat lagi karena menjadi mustahik itulah syaratnya untuk mendapatkan zakat. Zakat adalah dana bagi mustahik yang tidak seharusnya dijadikan pinjaman baginya atau apapun namanya untuk mengentaskan kemiskinannya,karena maksud yang terkandung dalam zakat secara syariah islam adalah dana hibah murni untuk berbagi harta dengan yang kurang beruntung dalam memperoleh kekayaan yang sudah seharusnya tidak melalui pinjaman,atau menunggu keadaan urgensi seperti musibah lainnya. Jika sistem syariah ini kita terapkan niscaya akan tercapai maksud tujuan zakat itu,jangan berprasangka bahwa jika sistem ini kita terapkan hanya akan menjadikan mustahik manja karena mendapat bantuan tanpa usaha keras, seharusnya kita membentuk opini bahwa menjadi mustahik bukanlah impian yang dicita-citakannya,menjadi mustahik adalah cobaan Allah bagi kita semua

untuk mengatasinya bersama,itulah tujuan Zakat sebenarnya,untuk berbagi harta dengan mereka yang berhak.

Anda mungkin juga menyukai