Anda di halaman 1dari 23

Mindset

Dalam pola mindset atau kerangka berpikir muslim dewasa ini

maka dapatlah di kerucutkan menjadi dua kelompok sebagai berikut : 1. Muslim Tradisionil Muslim yang hanya berpandangan Islam hanya sebagai Agama saja,dan memahami tauhid dalam erti sempit yakni hanya dari segi teologis semata Kelompok yang saat ini umumnya menjadi mayoritas ummat walaupun keadaannya mulai tergerus oleh kehadiran muslim modern, kelompok ini juga umumnya sering menjadi sasaran empuk musuh-musuh Islam sehingga Islam menjadi kena getahnya karena ulah mereka, maklum saja karena hanya mengganggap Islam sebagai Agama, kelompok ini hanya menghadirkan Islam dalam acara yang sifatnya ritual seperti perkawinan,kematian, shalat, dzikir haji dan ibadah ritual lainnya, dan ketika mereka bersosialisasi baik dalam masyarakat dan dalam berprofesinya umumnya mereka melupakan Islam hal ini karena mereka hanya menganggap Islam hanya sebagai Agama bukan Ideologi jadi Islam tidak mengatur akhlak mereka tidak meresap ke dalam tulang sumsum kehidupan mereka seutuhnya, akibatnya kita mungkin sering mendengar muslim yang mungkin sudah bolak-balik melakukan ibadah haji atau shalatnya rajin justru melakukan maksiat. Hal inilah membuat kelompok ini sering menjadi sasaran tembak yang mudah bagi musuh-musuh Islam, mereka menggunakan pendekatan postmodern yakni pendekatan

sosiologis terhadap kelompok ini dimana mereka melakukan komparasi antara muslim dengan nonmuslim dengan mengatakan nonmuslim jauh lebih Islamis ketimbang orang muslim sendiri (dalam hal ini khususnya muslim tradisional), dalam hal kebersihan, ketertiban,ketaatan akan hukum dan lain sebagainya dimana perspektif sosiologis lebih concern pada struktur sosial, dan konstruksi pengalaman manusia (Peter L. Berger). Namun pendekatan mereka ini tidaklah adil mereka hanya menyerang point-point yang menguntungkan mereka saja, mereka tidak melakukan komparasi akhlak (khususnya di barat), dimana kehancuran moral dan akhlak barat jauh lebih hancur dengan adanya Industri sex, pergaulan etika sex mereka yang rendah tidak menjadi salah satu point yang di bandingkan karena tentu saja tidak menguntungkan mereka dan seperti yang sudah bisa di tebak metode pendekatan ini menggiring pemahaman semua Agama sama semua tergantung Individunya, kebenaran Islam yang absolute di ubah menjadi nisbi atau relatif Muslim Tradisional umumnya juga agak cendrung fanatic akan mazhab, mereka kadang suka melakukan debat untuk hal-hal yang sifatnya bukan substansi dan membuang energy mereka untuk hal tersebut. Yang mereka sering selisihkan adalah hal-hal dalam fiqh yang memang para ulama ada Ikhtilaf di dalamnya namun tidak menjadikan itu sebagai hal yang di debatkan untuk berkelanjutan. Hal yang jadii perdebatan misalnya perlu tidaknya doa qunut waktu subuh,perlu tidaknya niat di lafazhkan, batal tidaknya wudu ketika bersentuhan dengan wanita,

dan masalah fiqh lainya yang generasi dahulu tidak mempersoalkan hal tersebut namun justru menjadi perdebatan sekarang akibat kurangnya pemahaman Kelompok ini sebenarnya adalah korban perang pemikiran antara muslim dengan anak-anak haram dari millah Ibrahim (dalam hal ini orientalis), kelompok ini hanya melihat satu segi saja dari Islam yakni ritualnya saja (tidak kaffah) atau Ibadah maghdoh padahal kalau mereka melihat dari sirah nabi niscaya mereka akan mendapati bahwa Islam tidaknya hanya Agama tapi juga Ideologi, dan Pemerintahan adalah sebagian daripada ajarannya, Kebebasan adalah salah satu dari tuntutannya. Karena itu Jika dikatakan kepada anda.. ini adalah Politik Katakanlah inilah dia Islam dan kami tidak mengenal (dikotomi) seperti yang anda maksud. pembagian

Andainya mereka mengatakan

kamu penyeru Revolusi. Katakanlah, kami adalah penyeru Kebenaran dan Kedamaian. Jika kamu mengganggu dan menghalang dakwah kami, Allah telah membenarkan kami mempertahankan diri dan kamu adalah pengacau yang zalim(Hassan al Banna). Karena kalaulah Islam hanya di terapkan pribadi saja, tidak dalam bentuk jamaah atau komunal tidak mungkin ummat bisa menerapkan hukum-hukum yang telah di atur oleh Robb domainnya, misalnya adalah jinayah atau pidana baik itu Hudud,Qishah,Rajam dan lain sebagainya juga tidak mungkin menerapkan dalam bidang ekonomi yakni yang anti ribawi, larangan pemungutan pajak, pengelolaan Zakat dan lain

sebagainya. Justru di sinilah maka aturan-aturan tersebut harus di formulasikan dalam hukum positif di posisi inilah Islam memposisikan diri sebagai Ideologi dan disinilah jugalah kadang banyak pihak yang salah paham mereka mengganggap ini formalisasi Agama padahal tidak, karena pada titik ini Islam menempatkan dirinya sebagai Ideologi sama halnya dengan Ideologi lain yakni Kapitalis Liberal dan Sosialis Komonis, hanya bedanya Islam satu sisi merupakan Ideologi di sisi lain adalah Agama

2. Muslim Modern Muslim yang mempunyai pandangan bahwa Islam tidak hanya Sebagai Agama bagi mereka tapi juga sekaligus Ideologinya dan memahami Tauhid bukan hanya masalah teologis semata namun juga dari segi Idelogisnya Kelompok inilah yang paling di takuti oleh barat khususnya para pentolan-pentolan Ideologi Kapitalis baik dalam tatanan pemikiran apalagi dalam level tindakan atau aksi, hal ini dapat dimaklumi sepeninggal

habisnya perang dingin dan runtuhnya komonisme nyaris tantangan Ideologi bagi mereka yang akan di jadikan common enemy hanyalah Islam. Tak tanggung-tanggung untuk menghadapi kelompok ini maka di mulailah perang propaganda dan pendekatan labelisasi, kaum muslim yang tertindas dengan adanya aneksasi dan invasi barat dan berjuang untuk mempertahankan dan merebut kembali haknya akan dilekatkan dengan label yang bernama teroris,fundamentalis dan garis keras.

Jutaan dana pun ikut di kucurkan ke sekolah-sekolah berbasis Agama khususnya, untuk merubah kurikulum,intinya jalan Robb yang lurus itu akan di coba di bengkok-kan kalaulah tak bisa untuk di patahkan agar mereka tetap menjadi muslim yang sekedar memahami dan hanyut dalam pemikiran Islam sebagai Agama belaka dengan begitu tentu akan mengurangi resiko di kemudian hari apa yang di sebut dengan Clash of Civilization oleh Prof Samuel P Hungtington. Kelompok ini boleh di katakan sebagai renaissance-nya Islam, kelahiran kembali muslim, yang selama ini umumnya telah terputus dari sejarah awal dan substansi Islam mereka telah menyadari bahwasanya Islam saat ini bagaikan daging mentah yang di kelilingi oleh Anjing-anjing Kapitaslis dan antek-anteknya yang siap merobek-robek dan menelan anak-anak kaum muslimin, dan juga sebagai perlawanan terhadap pemikiran yang ada pada muslim umumnya yang sedang tiarap yang membuat Islam terkavling-kavling mengikuti irama yang di inginkan orientalis. Islam di dorong hanya pada surau atau masjid belaka intinya pada ibadah ritual jika bergerak ke area politik maka di katakannya jangan ke sana politik itu kotor entar kita jadi ikutan kotor padahal kita tidak mendapatkan ini pada generasi awal muslim. Politik adalah Instrument kalaulah Instrument itu mustha` najis maka orang-orangnyalah yang harus di bersihkan sebagimana air muthlaq yang terkena najis maka cukup hanya di tambahkan air yang bersihnya agar air itu kembali suci

kembali jadi tidak perlu membuang airnya cukup menambah kadar air bersihnya. Dan juga merupakan sebagai reaksi keras atas munculnya kemunafiqan modern yang di gawangi oleh orang-orang yang menyebut dirinya liberal membajak nama Islam menjadi Islam liberal,sebagaimana orang munafiq yang di sebut dalam An-Nisa 60-61 mereka pun menolak menolak hukum-hukum yang telah di atur oleh Robb domainnya. seperti orang munafiq dari masa ke masa maka maka kaum munafiq liberal ini pun mempunyai kamuflase penampilan yang membius orang yang melihatnya gesture dan performance mereka seakan-akan mereka menyampaikan kebenaran (Baca: Al Baqorah 204-206 & Al Munafiqien: 24). Mereka membungkus kebencian terhadap Islam mereka dengan argument yang seakan-akan ilmiah padahal argument yang mereka keluarkan adalah sesuatu yang sudah usang, mereka menggunakan akalnya, opini pribadinya untuk mengkoreksi perintah-perintah Allah satu hal yang sebenarnya telah di lakukan oleh nenek moyang Ideologis mereka yakni Iblis. Tatkala Robb memerintahkan untuk sujud kepada Adam maka Iblis mentah-mentah menolaknya Iblis menggunakan Akalnya mengkoreksi perintah Allah ini, Iblis mengeluarkan Argument bahwasanya unsur Api lebih baik ketimbang unsur Tanah, teori unsur atau zat inilah yang membuat Iblis keluar dari rahmat Allah. Jika Iblis menggunakan

substansi zat atau unsur untuk menolak perintah dari Allah maka orangorang liberal ini menggunakan dalil bahwa hukum-hukum yang telah diatur Allah domainya tidak sejalan lagi dengan HAM melanggar HAM dan mengatakan bersifat Barbar tidak Modern. Padahal jika di kaji lebih mendalam justru hukum-hukum yang di atur oleh Robb jauh lebih modern dari regulasi-regulasi dari Ideologi yang lain sebagaimana ciri modern hemat, simple dan mempunyai efek besar. Sebenarnya kelompok liberal ini secara tidak langsung mereka telah menghina Robb dan seakan-akan ingin mengkuliahi Allah karena telah menganggap Allah sebagai Khalik tidak mampu membuat aturan atau regulasi-regulasi bagi makhluknya yang berlaku sampai akhir zaman, sama saja dengan Iblis yang secara tidak langsung menganggap Allah tidak tau mana yang lebih baik unsur Api atau Tanah. Jelas bertolak belakang dengan kepribadian seorang muslim yang sami`na wa atho`na jika di hadapkan dengan suatu perintah dari Allah dan Rasulnya. Islam tidak melarang penggunaan akal bahkan sangat

menganjurkannya sebagaimana methode yang di terapkan oleh para Ilmuwan juga di singgung dalam Quran. Trial pengamatan, merupakan percobaan, cara-cara and error (coba-coba), (probability)

dan tes-tes kemungkinan yang digunakan

ilmuwan untuk meraih

pengetahuan., seperti dalam ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk berpikir tentang alam raya, melakukan perjalanan, dan

sebagainya, kendatipun hanya berkaitan dengan upaya mengetahui alam materi.

Perhatikanlah apa yang terdapat di langit dan di bumi ... (QS Yunus [10]: 101). Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung ditancapkan dan bagaimana bumi dihamparkan? (QS Al-Ghasyiyah [88]: 17-20).

Apakah mereka tidak memperhatikan bumi? Berapa banyak Kami tumbuhkan di bumi itu aneka ragam tumbuhan yang baik? (QS Al-Syu'ara' [26]: 7) Apakah mereka tidak melakukan perjalanan di bumi ... (QS 12: 109; 22: 46; 35: 44; dan lain-lain).

Hal inilah yang melahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim seperti Jabir Ibnu Hayyan (721-815 M) adalah orang pertama yang menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan penelitiannya di bidang alkemi (asal kata kimia) yang kemudian oleh ilmuwan barat diambil alih serta dikembangkan menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai ilmu kimia. Sebab Jabir yang namanya dilatinkan menjadi Geber adalah orang yang telah melakukan intizhar dan merupakan orang pertama yang mendirikan suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk mengolah mineral-mineral dan mengekstraksi menjadi zat-zat kimia dan mengklasifikasikannya. Juga Mohammad Ibnu Zakaria ar-rozi (865-925 M) telah menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses-proses yang lazim dilakukan ahli kimia seperti distilasi, kristalisasi, kalsinasi dan sebagainya. Buku Ar-rozi, yang namanya dilatinkan menjadi Razes, dianggap sebagai manual atau buku pegangan laboratorium kimia yang pertama di dunia, dan dipergunakan oleh para sarjana barat, yang baru berabad-abad kemudian mempelajari sains yang telah dikembangkan oleh umat Islam, di universitas-universitas Islam di Toledo dan Cordoba, Spanyol. Dan terlalu banyak ilmuwan ini jika di sebutkan satu persatu , Inilah Islam yang mendorong ummatnya berexperiment. Ilmu dunia dan Agama tak berbatas dalam Islam karena itu Islam tidak mengenal Sekular, tidak ada terror Dogma seperti yang di alami Galileo ketika mengatakan Bumi bukan pusat alam semesta (Geocentries) atau poros rotasi melainkan Matahari (Heliocentris). Namun potensi akal ini di gunakan untuk mengkaji dan membahas ayat-ayat Allah

yang ada di alam semesta dan Quran ini bukan untuk mengkoreksi dan menolak hukum-hukum yang telah di atur oleh Allah domainnya. Kelompok munafiq liberal ini juga yang juga cukup sering mempropagandakan yakni dengan mempertentangkan Islamis dan Ideologi Nasionalis dua hal yang sebenarnya sejalan menjadi di pertentangkan. Seorang Mahasiswa Hukum atau Sospol mungkin akan tertawa terbahak-bahak ketika ada yang mempertentangkan antara

Ideologi Nasionalis dan Islamis, apalagi menyamakan Ideologi dengan Nasionalis orang-orang yang Islamis di cap atau di berikan label tidak nasionalis padahal ini keliru dan sangat menyesatkan Nationalism dalam kamus Webster dinyatakan sebagai loyalty and devotion to a nation especially as expressed in an exalting of one nation above all others with primary emphasis on promotion of its culture and interests. Bukankah dengan definisi itu maka makna nasionalisme menjadi amat gamblang hanya sebagai orientasi, bukan ideologi? Karena Nasionalisme adalah orientasi yang menunjukkan adanya kesetiaan dan pengabdian untuk suatu bangsa, dinyatakan dalam sikap kebanggaan terhadap bangsa sendiri khususnya sisi kultur dan kepentingan bangsa. Sedang Ideologi didefinisikan A systematic body of Concepts about human life or culture; the integrated assertions, theories, and aims that constitute a political, social, and economic Programs. Dengan kata lain ideologi adalah seperangkat konsep tentang kehidupan dan

budaya

manusia,

bagaimana

mengatur

kehidupan

itu

secara

menyeluruh, termasuk menata politik, sosial-budaya, ekonomi, dan lainnya. Dari definisi ini jelas bahwa Nasionalisme memerlukan dukungan Cara atau Metode yang disebut dengan Ideologi untuk bisa membuat bangsa-negerinya menjadi bangsa-negara maju, jaya, serta

membanggakan,makmur dan sejahtera Pada posisi inilah seorang Muslim Modern sami`na wa atho`na akan menggunakan metode atau Ideologi yang juga sekaligus Agamanya yakni Islam, mereka tidak akan memilih Ideologi di luar ini yakni seperti Kapitalis liberal atau Sosialis Komonis. Bertolak belakang dengan Muslim Tradisional yang masih mencari jatidiri di tempat lain atau menggunakan formula Ideologi lain, hal ini di sebabkan dangkalnya pemahaman mereka terhadap Islam hanya sebatas ritual dan ceremonial belaka Berbeda dengan Muslim Tradisional yang sebagian cukup Fanatic dengan Mazhab malah sebagian lagi tidak perduli karena kurangnya ilmu, maka tidak demikian dengan Muslim Modern. Muslim Modern

menghormati setiap Ikhtilaf yang ada dalam masalah furu` atau fiqh sebagai proses Ijtihad yang di lakukan oleh para ulama Mazhab, dimana seandainya terdapat kekeliruan dalam proses tersebut maka tiada berdosa melainkan hanya mendapatkan satu nilai pahala dan seandainya benar maka mendapat dua nilai pahala. Mereka enggan berdebat untuk sesuatu yang memang tidak untuk diperdebatkan dan dipersoalkan karena semuanya adalah hasil Proses Ijthihad ulama yang harus di

hormati.Namun mereka memahami siapa pun Imam Mazhabnya yang namanya Syariah tetap tegak dan wilayah hukum yang sudah di atur oleh Allah tidak di ganggu gugat Berbanding terbalik dengan sebagian Muslim Tradisional yang

Fanatic Mazhab maka Muslim Modern Fanatic Islam, dalam hal ini Tauhid, tentu Tauhid disini berbeda jauh dengan pemahaman Tauhid Muslim tradisional yang terbelenggu pada pengakuan Tuhan semata tidak, sekali lagi tidak. Muslim Modern memahami makna kalimat tauhid Laa illa hailllaAllah.tidak hanya sekedar mengakui Allah itu Tuhan karena kalau la demikian Iblis sendiri yakin 100 percent Allah adalah Robbulalamin, bahkan orang-orang kafir Arab pada era Nabi pun sudah mengetahui Allah itu tuhan ( Az-Zumar : 38), jadi kalau begitu apa yang membuat kafirkafir Arab pada waktu itu enggan atau tidak sudi mengucapkan kalimat Tauhid Laa illa hailllaAllah ?. Sebab mereka memahami ketika mereka mengatakan iLLahnya adalah Allah maka mereka harus mengikuti aturanaturan atau undang-undang atau hukum-hukum yang di buat oleh iLLah tersebut. Ini yang membuat mereka tidak mau mengucapkan kalimat Tauhid tersebut, karena mereka menganggap itu akan membahayakan Hegemoni kekuasaan dan ekonomi mereka, aturan Islam jelas melarang riba akal dangkal mereka membuat mereka takut kehilangan keuntungan dan membuat mereka tidak bisa monopoli perdagangan lagi, mereka juga tidak mau kehilangan status sosialnya hal ini jelas saja karena yang paling mulia dalam Islam ialah yang bertakwa,

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal Al Hujurat ayat 13 Bagi kita yang saat ini membaca ayat yang di atas mungkin akan biasa-biasa saja, namun nuansa sosial, budaya dan politik ketika pertama kali ayat ini turun sungguh menggemparkan, kenapa ? karena ayat tersebut menghancurkan susunan tatanan struktur sosial pada masa Kekafiran Arab jahiliyah. Hal ini di sebabkan pada masa tersebut seseorang di sebut Mulia ialah yang mempunyai harta yang banyak seorang yang mempunyai kekuasaan yang besar namun ini semua runtuh. Dengan Allah mengatakan yang berhak mendapatkan predikat yang Mulia ialah yang Takwa otomatis seorang budak dapat lebih Mulia dari Tuannya kalau dia berTakwa, inilah yang orang Kafir Arab pada zaman Nabi tidak mau terima, status sosial mereka yang menurut mereka tinggi akan disamakan dengan budak bahkan status budaknya dapat lebih tinggi lagi jikalau mereka berTakwa dan akhirnya mereka menolak kalimat Tauhid tersebut karena mereka menolak aturan-aturan Hukum dari Allah tersebut Kelompok muslim modern ini mengalami eskalasi kenaikan jumlah justru di saat orang mengira inilah akhir berkembangnya Islam di dunia

khususnya di dunia barat, yakni pasca peristiwa 11 September, semua mengira tidak akan ada lagi ruang untuk Islam bahkan tidak ada lagi orang-orang barat yang mau melirik apalagi masuk kedalam Dinullah ini. Namun yang terjadi malah sebaliknya jumlah muslim baru di barat malah semakin meningkat ternyata propaganda dan pendekatan labelisasi dengan memberikan label dan stigma buruk kepada Islam tidak mampu menghentikan manusia mencari fitrahnya Menurut Mohammad Kudaimi, anggota Nawawi Foundation, sebuah lembaga pendidikan yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat (AS). pria keturunan Suriah ini mengatakan, dalam lima tahun terakhir ini, Agama Islam menjadi Agama yang paling cepat perkembangannya di bandingkan dengan Agama lainnya. Ia mengatakan, setiap harinya selalu ada warga negara non-Muslim AS yang memeluk Islam. Kondisi serupa juga terjadi di Benua Eropa dan kawasan Amerika lainnya. Menurut laporan Time, setelah peristiwa 11 September, Agama Islam

mendapatkan perhatian besar dari kalangan warga kulit putih Inggris yang berekonomi kuat dan berpendidikan. (Republika: Saat Perkembangan Islam Berjalan Paling Pesat: http://www.republika.co.id/berita/dunia-

islam/islam-mancanegara/10/07/11/124151-saat-perkembangan-islamberjalan-paling-pesat ) Sebuah survei memperoleh temuan, jumlah masjid di Amerika naik secara pesat sejak serangan 11 September 2001, meskipun banyak

protes terhadap pembangunannya dan tuduhan bahwa masjid-masjid itu mempromosikan radikalisme. Survei tersebut menurut VOA disponsori koalisi kelompok-kelompok Muslim nasional dengan Institut Hartford untuk Penelitian Agama. Lembaga itu menghitung, ada lebih dari 2.100 masjid, yang menandai kenaikan sebanyak 74-persen sejak penghitungan terakhir, yang dilakukan setahun sebelum serangan itu. Koalisi itu juga menemukan ada kecenderungan di kalangan Muslim untuk pindah ke daerah tempat tinggal di pinggir kota dan lebih berintegrasi ke dalam kehidupan Amerika. Salah satu penulis kajian tersebut adalah Ihsan Bagby, guru besar Kajian Islam di Universitas Kentucky. Ia mengatakan, "Komunitas Muslim di Amerika berkembang, sehat, bersemangat, semakin menjadi bagian dari Amerika." New York memiliki masjid dengan jumlah terbanyak, 257 buah, dan California berada di tempat kedua dengan 246 masjid. Meskipun pada tahun 2000 jumlah masjid terbanyak ada di kawasan Timur Laut, daerah dengan jumlah tertinggi 10 tahun kemudian ada di bagian Selatan. Bagby mengatakan sejumlah masjid telah dibangun di kota-kota kecil di Kentucky timur. "Jika pegunungan di Kentucky di bangun masjid dari bawah ke atas maka Anda akan menemukan masjid di mana-mana," ujarnya. Bagby mengatakan imigrasi dan pertumbuhan penduduk alami mendorong peningkatan tersebut, bersama dengan meningkatnya sumber daya keuangan di kalangan Muslim Amerika.

Dramatis itulah kata yang mungkin bisa menggambarkan situasi ini momentum 11 September yang di harapkan sebagai titik balik

kemunduran Islam di barat malah berubah menjadi titik kebangkitan muslim di barat. Uniknya lagi para muslim baru ini (Mualaf) tidak hanya pindah Agama tapi juga pindah Ideologi mereka mengganti Agama sekaligus Ideologi mereka menjadi Islam satu hal yang menarik, walau jika dilirik ke sejarah ini bukanlah sesuatu hal yang baru, karena Islam ini juga pernah menaklukan hati para musuhnya yakni ketika bangsa Mongol menganeksasi dan membantai ribuan muslim dahulu Itulah sekilas yang terjadi di Barat dengan populasi muslim modern yang bertambah bagaimana di timur? Di mana Islam adalah pada umumnya di dapat dari orang tua atau keturunan, tak jauh berbeda pasca 11 September para muslim yang dulu umumnya menganut pemahaman tradisional tersentak dari alam bawah sadarnya selama ini, tatkala Afghanistan di serang dan membantai saudara-saudara mereka kemudian dilanjutkan dengan Dusta berdarah di Iraq dengan dalih senjata pemusnah massal yang ternyata Cuma isapan jempol semata dan pembantaian sistematis lainya , mereka poen mengalami goncangan paradigma apa yang membuat Islam menjadi sasaran tembak ? apa yang membuat mereka begitu takut kepada Islam hingga melakukan

propaganda sedemikian rupa supaya di citrakan Islam adalah sesuatu yang buruk ?

Akhirnya mereka mengkonstruksi ulang pemahaman mereka terhadap Agama yang sejak dari kecil mereka anut, dan mereka pun menyadari akhirnya bahwa Islam bukan hanya sebuah Agama seperti pada umumnya namun juga sebuah Ideologi dan bukan sembarangan Ideologi yang lahir dari buah pikir dan budaya manusia melainkan langsung dari Pencipta Alam Semesta Allah Robbulalamin inilah yang membuat Islam akan bentrok dengan Ideologi-Ideologi buatan Manusia tersebut Islam tidak hanya mengatur tentang moral belaka atau tata cara ibadah melainkan mengatur juga Sistem Ekonomi (Al-Baqoroh:275&AlImran:130) tentu ini akan bertentangan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis dan Etatisme, Islam juga mengatur tentang hukum dan ini juga akan clash dengan hukum barat yang di mana kebenaran bersifat relative kebenaran di berikan kepada masyarakat sedangkan Islam hak hak

kebenaran ada pada Allah(An-Nisa : 123 & Al- An`aam: 116). Hal-hal inilah yang kemudian disadari oleh para muslim-muslim ini yang merubah cara pandang mereka yang awalnya tradisional yang merupakan hasil perang pemikiran dengan Orientalis beralih ke Muslim Modern, Muslim yang Kaffah yang menjadikan Islam sebagai way of life dalam kehidupannya baik ketika mereka beribadah dalam Mesjid,Shalat,dan berdzikir maupun ketika mereka dalam profesinya dalam berbangsa dan bernegara

Mereka pun akhirnya bangkit dari mati suri pemikirannya selama ini ada yang di berikan Robb kelebihan langsung dapat bermain di pintu-pintu surga yakni mereka yang terjun langsung berjuang di medan conflict demi mencari Ridho Allah, kelak kecintaan mereka akan Dinullah ini kadang membuat mereka mungkin keliru dalam ijtihad menentukan lokasi Darulharb tapi InsyaAllah semua di maafkan karena Allah sendiri sudah menyinggung akan kemungkinan hal ini dalam Quran (Al-Imran:147), ada yang berjuang dengan dengan tulisan-tulisan dari hatinya, ada melalui untaian-untaian kata yang keluar dari mulutnya ada dari melalui jalur perekonomian dan ada melalui jalur politik semua Instrument di gunakan demi mencegah kemungkaran dan menegakkan yang ma`ruf Mereka bangkit tidak hanya dari disiplin ilmu yang berbasis Agama tapi juga disiplin ilmu umum yang lain, hal yang wajar karena tidak adanya batas atau seculer dalam ilmu dunia dan Agama di dalam Dinullah ini. Seorang Sarjana ekonomi muslim tidak mungkin mentah-mentah

menerima system ekonomi kapitalis yang mementingkan para pemilik capital (modal) dan juga system etatisme karena dia harus juga meminta izin dulu kepada Allah apakah Sistem tersebut bertentangan tidak dengan landasan filosofis yang ada dalam Qura`an (Al-Baqoroh:275&Al-

Imran:130), begitu juga Seorang Sarjana Hukum atau Politik muslim pasti harus cermat dan hati-hati dalam setiap menerima aturan hukum yang ada dan system hukum yang ada apakah bertentangan dengan aturan main yang ada di dalam Quran karena dapat membuat dirinya keluar dari

Rahmat Allah jika salah-salah menerima suatu hukum(An Nisaa':105. Al Maidah: 44-47.) dan tafsiran yang di berikan Nabi kepada Surat AtTaubah ayat : 31. Seandainya tidak bertentangan barulah dapat di ikuti. Dalam bersosialisasi dan berakhlak kepada pihak-pihak yang berbeda millah dan dien, Muslim Modern mencermati sekali rambu-rambu yang di berikan Allah dalam Quran (Al- Baqoroh; 170. AL Imran : 118-120. Al Fath :29. Al Mumtahanah :7-9). Dan dalam hal menanggapi adanya propaganda negative dan terjadi clash itu merupakan sunnatullah yang tak mungkin dapat di hindari (At Taubah: 32-33. Al- Anbiya: 18 dan AlMumtahanah : 2. Al- Bayyinah : 6) Muslim Modern menyadari saat ini konfrontasi di lakukan di segala lini khususnya Informasi, pelabelisasian negative yang di berikan kepada Dinullah merupakan bagian dari propaganda tersebut di lekatkan dengan stigma tidak toleransi dan segala macamnya padahal fakta berbicara lain dan bukan tanpa bukti sejarah mengatakan ummat muslim telah berkasih sayang kepada anak-anak haram millah Ibrahim bahkan orang pagan sekalipun, fakta sejarah la yang telah berbicara lihatlah sampai saat ini masih ada yang namanya Orthodox Syria, Koptik Mesir, Hindu Di India, bayangkan toleransinya Dinullah ini sampai sekarang anak cucu

keturunannya masih ada dan bisa di saksikan dengan mata kepala tapi bandingkan dengan ummat muslim yang pernah ada di Spanyol ? masih adakah mereka ? saya rasa anda tentu telah dapat menjawabnya

Klimaks kebangkitan kelompok ini dapat di lihat pada Revolusi Melati di timur tengah baru-baru ini diluar dugaan banyak pihak yang menyangka orang-orang munafiq liberal dan sekuler yang akan

memenangkan election pasca runtuhnya diktator-diktator, ternyata tidak. Allah berkehendak lain justru para ummat muslimlah yang mendulang suara di seantero timur tengah. Pemikiran Muslim Modern yang awalnya lahir di kampus-kampus perkuliahan dan di anut oleh IntelektualIntelektual Muslim muda akhirnya menyebar ke akar rumput yang telah mempunyai Kerangka Teologis hanya Kerangka Ideologisnya saja belum terbentuk, karena akhirnya mereka pun menyadari bagian yang hilang dari keberIslamannya mereka tidak mau lagi terkungkung dalam pola pikir Muslim Tradisional yang merupakan produk anak-anak haram millah Ibrahim yakni Orientalis. Suatu hal yang akan membuat musuh-musuh Dinullah ini mengerutkan dahinya tapi mereka tak kan bisa memenangkan pertarungan dengan Dinullah ini baik di Dunia dan di Akhirat tentu sudah jelas siapa pemenangnya boleh percaya boleh tidak kita sama-sama melihat hasil akhirnya nanti, sejarah dan waktulah yang akan menjadi saksinya Penutup Inilah sekilas gambaran dua kutub pemikiran yang ada pada muslim umumnya, dapat dilihat upaya yang di lakukan secara sistematis dan terukur untuk menghancurkan atau minimal membengkokkan ummat

muslim dari sabilillah oleh pihak-pihak yang menghendaki dan memusuhi dinullah ini. Hal ini merupakan perlawanan terhadap existensi Al-Haq wujud konkrit kebenaran dari Robb semsesta alam. Perlawanan ini bukanlah hal yang baru, namun akan selalu terjadi hanya nama dan istilahnya saja yang berubah-ubah sesuai perkembangan zaman. Intinya ialah tetap pertarungan antara Haq dan Bathil pertarungan antara Iman dan Setan, tentu setan di sini ialah setan-setan manusia sebagaimana yang di maksud Allah dalam surat Al- Anaam : 112. Perseteruan yang akan terus ada dan selalu berkobar mulai Perseteruan Nuh dengan Anaknya Kaan`an, Ibrahim dengan Namrudz, Musa dengan Firaun dan Nabi Muhammad dengan Abu Lahab dan Abu Jahl dan kronikroni mereka yang lain , dan sampai masa Shalahuddin al Ayubbi hingga sekarang. ini semua karena setan-setan manusia tersebut mewarisi sifat dengki dari nenek moyang Ideologis mereka yakni Iblis, sebagai mana Iblis dengki dan pernah membuat nenek moyang Manusia keluar dari Rahmat Allah yakni Adam begitu juga mereka akan selalu berupaya dengan segala dayanya agar manusia jauh dan keluar dari Dinullah ini Sekeras apapun mereka berusaha Hizbusyaithon ini tidak akan

pernah menang melawan HizbulAllah, karena sudah menjadi ketetapan Allah ummat muslimlah yang akan menang(Al Maidah : 54-56. Al Mujadillah : 20-22)Dunia dan di Akhirat. Bahkan seandainya seluruh ummat muslim diam saja atas semua kemungkaran ini Islam juga akan

menang(Al-maidah:54), tapi ingat kita semua pasti mati dan kembali kepada Allah dan ketika di kiamat kelak Allah bertanya apa saja yang sudah kau berikan untuk Islam? Tentu kita semua ingin menjawab pertanyaan ini dengan baik. Segala Intrik dan taktik yang mereka lancarkan untuk

menghancurkan dinullah ini akhirnya akan sia-sia ( Al-Anfal:30), seandainya seorang muslim syahid dia juga menang karena langsung menuju surganya Allah(Al Baqoroh:154. Al-Imran:169 dan At-Taubah:52) dia hidup dan memenangkan pertempuran maka dia akan bersyukur akan nikmat hukum-hukum Allah Allah sengaja menggilirkan masa kejayaan kepada manusia sebagai ujian, bagi Hizbusyaithon Allah menginginkan mereka meninsyafi kesalahannya dan mau bertobat kembali kepada Allah kembali jalan Tauhid namun jika tetap tidak menginsyafi dosa-dosa mereka dengan tetap bersifat angkuh akan kebenaran berbuat munkar dan mensyukuri nikmat-nikmat tersebut maka Adzab Allah sangatlah pedih (Al-A`raaf : 167-168. Al Isra: 6-8). Sementara bagi HizbuAllah ini merupakan ujian juga seleksi untuk melihat siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang munafiq, dengan ujian ini terbongkarlah kedok-kedok orang munafiq yang jahat dan mana muslim yang benar-benar bersyukur dan bersabar dalam berjuang di jalan Allah sekaligus juga Allah menghapuskan doa-

dosa orang mukmin juga memberikan nikmat Syahid kepada hambahambanya(Al-Imran: 140-141). Hasil Akhir dari semua perlawanan setan-setan manusia ini adalah nihil dan akan berujung pada kebinasaan diri mereka sendiri karena telah berani secara tidak langsung melawan penciptanya dengan berusaha menghancurkan Dinullah Islam,dan Allah Pasti akan memberikan kemenangan pada orang yang beriman ( An-Nahl :26)

Anda mungkin juga menyukai