Anda di halaman 1dari 5

Pertentangan Antara Golongan Terpelajar dengan Golongan Agama Dalam Kasus Vaksin Bagi Jamaah Haji

Latar Belakang

Pertentangan antara golongan terpelajar dengan agama sering kita temui di dalam kehidupan bermasyarakat. Semua itu bisa terjadi dikarenakan perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok yang satu dengan individu atau kelompok yang lainnya. Dan penyebab terjadinya pertentangan tersebut bisa dari berbagai sumber masalah. Misalnya dari perbedaan ras, kepercayaan agama, sampai ilmu politik.

Tujuan

Untuk mengetahui macam macam konflik sosial, pertentangan social yang beragam macamnya serta untuk menyikapi dan membahas masalahmasalah yang terjadi pada pembahasan di kesempatan kali ini.

Teori

Sering kita temui keadaan dimasyarakat pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-

pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagus nya gading akan mengalami keretakan.

Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan Negara mengalami kegoyahankegoyahan yang terkadang keaaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan.. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya

pertentangan karena perbedaan keinginan.

Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideology tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas.

Pertentangan-pertentangan Sosial / Ketegangan Dalam Masyarakat : Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan cirri-ciri dari situasi konflik yaitu : o Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagianyang terlibat

didalam konflik. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilainilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan o

Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai

perbedaan-perbedaan tersebut. Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi paa lingkungan yang paling kecil yaitu individu,sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat. o

Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya

pertentangan, ketidakpastian, atau emosi emosi dan dorongan yang antagonistic didalam diri seseorang.

Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka.

Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda.Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang aa dalam kebudayaan-kebudayaan lain.

Studi Kasus

Konflik Poso Konflik berdarah di Poso, bukan diakibatkan oleh ideologi semata. Ia lebih disebabkan oleh konflik politik, terkait dengan pemilihan Bupati di Poso. Tanpa latar belakang masalah ini, maka tidak mungkin hanya karena masalah sepele yakni perkelahian antara dua pemuda yang berbeda agama bisa meledak menjadi kerusuhan yang sangat dahsyat. Walau mau dianalogikan, konflik poso ibarat tinta yang ditumpahkan di atas kertas buram.

Yang mana tinta itu secara perlahan merembet ke seluruh penjuru kertas tersebut. Rembesan ini kemudian menjadi tak terkendali karena demikian banyak aktor intelektual yang coba memancing di air keruh.

Dengan cara mengobarkan kebencian di antara pemeluk agama. Situasi kemudian diperburuk oleh celoteh aktivis HAM, pengamat dan politisi

Jakarta yang tak paham betul apa persoalan sebenarnya. Mereka memperuncing keadaan dengan menuduh aparat dan pemerintah sebagai biang keladi.

Bila mengikuti celotehan yang tidak berujung pangkal tersebut, pemerintah seakan akan tidak bisa berbuat apa-apa. Bayangkan ketika petugas keamanan menembak, mereka langsung dikecam telah melakukan tindakan yang sewenang-wenang, atau melakukan pelanggaran HAM.

Demikian pula ketika mereka memburu dan menangkap para pelaku kekerasan dan kejahatan. Tapi ketika itu dengan upaya untuk menghentikan konflik berdarah di Poso dan Ambon, penegakan hukum harus dilakukan secara tegas. Mereka yang melakukan pembunuhan, meledakkan bom, dan memegang senjata untuk bertempur harus ditangkap dan dihukum seberatberatnya.

Dengan begitu konflik Poso akhirnya bisa selesai juga, pendeta Damanik sudah tidak lagi mencari Uztads Adnan Arsal demikian pula sebaliknya.

Konflik ini hendaknya dijadikan pelajaran agar tidak lagi dijadikan dendam di masa yang aka datang. Perjanjian Malino I yang ditanda tangani oleh pemimpin Islam dan Kristen pada Desember 2001 benar-benar membawa kedamaian bagi masyarakat di sana.

Penutup

Kita tidak bisa mengandalakan satu platform untuk menyelesaikan semua konflik. Selain faktor penyebabnya berbeda beda, juga lantaran adanya latar

belakang sosial-budaya dan tingkat keparahan konflik yang terjadi. Latar belakang tokoh setempat juga harus diperhatikan.

Itu karena latar belakang pendidikan, agama, dan pergaulan sosial politiknya sangat menentukan perilaku dan pola pikirnya.

Dengan bekal seperti itulah, kita baru bisa menemukan ramuan yang tepat untuk menyelesaikan sebuah konflik horizontal.

Pada dasarnya, ada satu landasan utama yang bisa dipakai untuk menyelesaikan segala macam konflik. Itulah yang namanya perundingan. Tugas terberat dalam hal ini mencari ruang perundingan, yang disetujui oleh semua pihak. Kegagalan untuk menemukan ruang perundingan tersebut bisa

menyebabkan seluruh rencana perdamaian mengalami kemacetan total. Ruang yang dimaksud di sini adalah apa yang bisa dirundingkan dan apa yang tidak bisa. Dan yang terpenting bagaimana kita harus tetap memegang spirit utama dari pancasila yaitu Bhineka Tunggal Ika karena keragaman kita adalah kekuatan kita. Dan masing-masing individu atau kelompok dapat menjaga

keharmonisannya antara satu dengan yang lainnya agar tidak terjadi konflik yang berkepanjangan. Saling mengisi satu sama lain kebutuhan masyarakat di daerah sekitar agar terjaga keharmonisannya. Pertentangan sosial akan terjadi bila adanya provokasi dari pihak pihak tertentu.

Anda mungkin juga menyukai