Anda di halaman 1dari 19

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya. Perbedaan ini justru berfungsi mempertahankan dasar identitas diri dan integrasi sosial masyarakat tersebut. Pluralisme masyarakat, dalam tatanan sosial, agama dan suku bangsa, telah ada sejak nenek moyang, kebhinekaan budaya yang dapat hidup berdampingan, merupakan kekayaan dalam khasanah budaya Nasional. Manusia memiliki peran sebagai makhluk social sekaligus makhluk individu ditengah masyarakat luas. Di masyrakatlah dapat dijumpai berbagai msalah sehubungn dengan peran manusia itu sendiri. Ada banyak factor yang mempengaruhi peranan manusia tersebut, termasuk potensi- potensi yang dimiliki manusia. Potensi-Potensi yang dimiliki manusia antara lain: 1. Kemampuan menggunakan bahasa 2. Adanya sikap etik 3. Hidup dalam alam tiga dimensi a. Bedasarkan pengalaman masa lampau b. Berdasarkan kebutuhan sekarang c. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. 2. 3. 4.

Mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk individu dan sosial ? Resionalitas Manusia Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial Apa fungsi manusia sebagai makhluk sosial dan individu? Apakah dampak yang ditimbulkan dari peranan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu? Bagaimana cara menyeimbangkan peranan manusia sebagai makhluk sosial?

5.

1.3 TUJUAN
1.

Untuk mengetahui peran manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial rasionalitas manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari peranan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. Untuk mengetahui fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Untuk mengetahui cara menyeimbangkan peranan manusia sebagai makhluk sosial.

2.

3. 4.

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 1. Manusia Sebagai Makhluk Individu Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus. Manusia sebagai makhluk individu juga memiliki identitas tersediri yang berbeda dengan manusia lainnya. Perbedaan ini meliputi berbagai aspek kehidupan yang melekat kepadanya. Mulai dari ukuran bentuk fisik, wajah, sifat, sampai pada identitas yang paling umum yaitu nama. Kalau ada nama yang sama antara satu individu dengan individu lainnya itu bukan berarti bahwa di antara kedua manusia tersebut benar-benar
3

sama atau identik. Nama yang sama yang dimiliki oleh masing-masing individu sifatnya hanyalah kebetulan saja. Adakalanya seseorang agak sulit membedakan di antara dua orang yang kembar siam. Mana yang lebih tua atau sebaliknya. Sepintas kalau diamati mungkin di antara keduanya sepertinya tidak terdapat suatu perbedaan yang signifikan. Namun sebagai makhluk individu yang merupakan sunnatullah, pasti di antara keduanya memiliki perbedaan. Kondisi seperi ini sebenarnya sekaligus juga mengingatkan kepada manusia bahwa Allah itu betapa maha kuasa, maha besar, maha hebat mencipta makhluk tak pernah kehabisan bentuk-bentuk wajah baru. Bisa dibayangkan manusia di dunia yang sudah hampir mencapai dua milliard, tidak ada satupun yang memiliki wajah sama, baik di antara sesama lelaki maupun perempuan. Ketidaksamaan tersebut juga sebagai kodrati yang membuat kehidupan manusia menjadi harmoni dan serasi dalam keseimbangan. Bagaimana kira-kira kehidupan di dunia ini seandainya ada manusia yang benar-benar sama antara satu dengan lainnya, terlebih lagi jika berjumlah banyak. Mungkin bisa terjadi istri orang akan diakui sebagai istrinya, dan sang istripun tidak menolak karena yang mengaku tersebut benar-benar seorang lelaki yang identik dengan wajah suaminya. Manusia sebagai makhluk individu memiliki karakteristik atau sifat-sifat sebagai berikut. 1) Satu kesatuan yang utuh, terorganisir yang beraksi dan bereaksi 2) Dinamis, selalu berkembang baik karena pengaruh internal maupun eksternal. 3) Berbeda dengan pribadi-pribadi lainnya. 4) Memiliki nilai tersendiri, prilakunya tunduk dan menggambarkan nilai yang diakuinya. 5) Sulit dinilai, yang dapat diamati hanya manifestasinya dalam bentuk perbuatan. 2. Faktor Penyebab Terjadinya Perbedaan Individu Pada dasarnya terjadinya perbedaan invidu satu dengan individu lainnya disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih banyak berhubungan dengan hereditas, sedangkan faktor eksternal berhubungan dengan lingkungan. Namun demikian keadaan dua faktor tersebut sebenarnya juga masih belum memberikan suatu gambaran yang jelas sebagai penyebab terjadinya perbedaan di antara individu-individu yang ada.

Sebagai suatu contoh dua orang anak yang memiliki kemampuan hampir sama di dalam kelas tertentu, pada umumnya tidak disebabkan oleh faktor yang sama. Anak yang satu mungkin memiliki bakat atau potensi yang baik sehingga walaupun dengan lingkungan yang kurang menguntungkan ia mampu mencapai taraf kepandaian atau kemampuan tersebut. Namun akan mustahil ia akan dapat mempunyai kemampuan tersebut tanpa ada suatu usaha belajar dari yang bersangkutan dalam lingkungan lain yang lebih baik. Sebaliknya individu yang kedua ia bisa mencapai tingkat kepandaian tersebut karena lingkungannya memberikan fasilitas ke arah itu. Misalnya orang tuanya termasuk keluarga terdi-dik (guru). Akan tetapi perlu disadari bahwa lingkungan yang baik belum merupakan suatu jaminan bagi seseorang untuk secara otomatis mau meman-faatkan lingkungannya. Seorang anak yang berasal dari keluarga dokter walaupun di rumah tempat prakteknya terdapat sejumlah peralatan kedokteran, kalau dalam dirinya tidak ada minat untuk untuk menjadi dokter ia tidak akan tertarik untuk menggunakan alat-alat tersebut. Demikian halnya dengan anak dari keluarga terdidik, ia tidak akan bisa menjadi anak pandai apabila ia tidak mempunyai perhatian terhadap pelajaran-pelajaran sekolahnya. Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa di antara kedua faktor tersebut baik internal maupun eksternal terdapat pola-pola kombonasi dan interaksi yang cukup kompleks, sehingga kadang-kadang tidak mudah bagi kita untuk membe-dakan akibatakibat manakah yang benar-benar ditimbulkan oleh internal (hereditas) dan akibat mana yang ditimbulkan oleh faktor eksternal (lingkungan). Kadang-kadang masih ada orang memperdebatkan manakah yang lebih penting antara hereditas dan lingkungan ? Perdebatan mengenai pertanyaan semacam ini sebenarnya tidak akan membawa kepada suatu penyelesaian karena rumusannya masih terlalu kabur. Sama halnya kalau kita berdebat mengenai mana yang lebih penting pada sebuah mobil, mesinnya atau bahan bakarnya. Begitu juga tidak dapat kita katakan, manakah yang lebih penting pada seorang individu : hereditasnya atau lingkungannya karena kedua faktor itu sangat diperlukan. Kalau orang berbicara tentang perbedaan-perbedaan individu atau perbedaan antara kelompok-kelompok individu yang ingin diketahui orang sebenarnya adalah apakah manusia yang berbeda karena hereditasnya berbeda ataukah karena lingkungannya yang berbeda. Dengan rumusan semacam ini pertanyaan di atas lebih berarti untuk dipersoalkan, karena mungkin saja sebuah mobil jalannya lebih cepat karena mesinnya yang lebih baik atau karena bahan bakarnya yang lebih baik.
5

Dua buah mobil yang sama kondisi mesinnya, satu diisi premium dan satu lagi bensin biasa, maka kedua mobil itu akan berbeda kecepatan larinya. Begitu juga halnya kalau dua buah mobil yang berbeda kondisi mesinnya, meskipun sama-sama diisi premium tidak akan sama cepat larinya. Dua orang manusia sama halnya dengan dua mobil tadi. Mereka mungkin memiliki hereditas yang sama akan tetapi perkembangannya menjadi berbeda oleh karena diasuh dan dibesarkan dalam dua buah lingkungan yang berbeda. Sebaliknya dua orang yang diasuh dalam lingkungan yang sama mungkin akan memperlihatkan perkembangan yang berbeda, kalau dua orang tadi memiliki hereditas yang berlainan. Setiap individu adalah merupakan hasil dari hereditas dan lingkungan. Hubungan antara hereditas dan lingkungan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu hasil perkalian dan bukan sebagai hasil penjumlahan. Jadi individu bukan hereditas ditambah lingkungan akan tetapi hereditas kali lingkungan. Hereditas dapat dilukiskan sebagai dasar dari suatu segi empat, lingkungan sebagai tinggi dan individu sebagai luas dari segi empat itu.

Lingkungan

Individu yang Sedang dan Lingkungan Gambar Interaksi Hereditasberkembang

Dengan gambar tersebut jelas bahwa seorang individu tidak hanya ditentukan oleh hereditasnya saja atau oleh Iingkungannya saja, karena kalau salah satu bagian hilang, maka tidak mungkin akan terbentuk luas yang merupakan individunya. Jadi kedua faktor tersebut sama pentingnya dan mutlak harus ada. Perhatikan gambar di bawah ini..
Lingkungan

Hereditas

Hereditas

Gambar Kondisi Lingkungan dan Hereditas terhadap Perkembangan Individu Individu A potensi hereditasnya biasa-biasa saja, tetapi lingkungannya cukup bagus sehingga menghasilkan kondisi perkembangan pribadi seluar kotak yang ada. Luas kondisi perkembangan pribadi B hampir sama dengan A walaupun potensi hereditasnya lebih baik daripada A. Namun potensi ini kurang mendapatkan dukungan dari lingkungan di mana B berada. Selanjutnya individu C perkembangan pribadinya jauh melebihi A dan B, karena pribadi C didukung oleh faktor potensi hereditas yang baik, dan kondisi lingkungan yang baik pula. Dengan dukungan yang positip dari kedua faktor tersebut, maka luas kotak C jauh lebih luas, yaitu duakali luas kotak A maupun B. Ilustari dari gambar di atas dalam dunia pendidikan dikenal dengan hukum dasar pendidikan, yaitu pandangan para pakar pendidikan yang melihat aspek perkembangan pribadi seseorang ditentukan oleh lingkungan (Empirisme), potensi bawaan dari lahir (Nativisme), dan perpaduan antara lingkungan dan potensi bawaan (Konvergensi) Pandangan Empirisme yang dipelopori oleh John Lock (1632-1704) mengatakan bahwa anak yang baru lahir bagaikan kertas putih yang tidak ada tulisan apa-apanya. Teori ini juga disebut sebagai Tabularasa (meja lilin). Karena kondisinya yang bersih belum ada tulisannya sama sekali, maka dalam perkembangan hidupnya anak akan menjadi apa sangat tergantung pada tulisan apa yang akan menggores pada kertas kosong tersebut. Kalau yang menggores tulisan yang baik, maka akan jadi anak yang baik, dan sebaliknya apabila yang menggores tersebut adalah tulisan yang jelek jadilah ia anak yang jelek. Tulisan yang akan menggores pada kertas kosong tersebut itulah yang dikategorikan sebagai lingkungan. Di sini pendidikan termasuk sebagai lingkungan, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan bagi individu manusia. Nativisme memandang pribadi manusia yang baru lahir bertolak belakang dengan Empirisme. Nativisme memandang bahwa anak lahir sudah membawa suatu nativus (bakat), sehingga kelak ia akan menjadi apa sangat tergantung pada bakat yang dibawanya. Dengan demikian maka lingkungan tidak penting karena tidak akan memberikan kontribusi apa-apa terhadap potensi bawaan tertsebut. Oleh sebab itu faktor pendidikan menurut pandangan ini tidak diperlukan adanya. Pelopor teori ini ialah Arthur Schopenhuer (1788-1860) Pandangan ketiga tampaknya mengkompromikan kedua pandangan di atas. Bagaimanapun kuatnya alasan kedua pandangan tersebut, namun keduanya dianggap
7

kurang realistik. Suatu kenyataan bahwa potensi hereditas yang baik saja tanpa pengaruh lingkungan (pendidikan) yang positip tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya meskipun lingkungan (pendidikan) yang positip dan maksimal tidak akan menghasilkan perkembangan kepribadian yang ideal tanpa didukung potensi hereditas yang baik. Oleh sebab itu perkembangan pribadi seseorang pada dasarnya adalah perpaduan atau hasil proses kerja sama di antara faktor potensi hereditas (internal) dan kondisi lingkungan atau pendidikan (eksternal). Setiap pribadi adalah hasil konvergensi faktor internal dan eksternal. Teori ini dipelopori oleh William Stern (1871 1938). Teori tersebut diformulasikan dalam sebuah rumus sebagai berikut.

P = HxE
Keterangan: P = Personality (kepribadian) H = Heredity (hereditas) E = Environment (lingkungan) Pelajaran penting yang bisa diambil dari cara pelukisan semacam ini ialah bahwa memperbaiki keadaan lingkungan untuk sejumlah individu secara serentak tidak akan mengurangi perbedaan individu. Malahan sebaliknya, perbaikan lingkungan yang diberikan secara sama kepada sejumlah individu justru akan memperbesar perbedaan-perbedaan individu tersebut. Hal ini bisa kita terangkan dengan menggunakan effektivitas daripada lingkungan seperti yang sudah pernah kita singgung di muka. Suatu lingkungan tidak dengan sendirinya merangsang seorang individu untuk berbuat: Effektivitas dari lingkungan bergantung kepada bagaimana interprestasi individu yang bersangkutan terhadap nilai dari lingkungan tersebut. Untuk jelasnya baiklah kita berikan suatu contoh. Dalam suatu daerah yang terpencil di mana tidak ada sekolah, perpustakaan, televisi dan media pendidikan lainnya seorang anak yang cerdas akan tetap menjadi buta huruf seperti anak-ana,k lain di daerah itu. Akan tetapi dalam lingkungan yang lebih baik, misalnya jika kepada mereka diberikan kesempatan untuk bersekolah sampai setinggi-tingginya, anak yang lebih cerdas tadi akan berkembang jauh lebih pesat dar ri anak-anak lainnya. Kembali kepada gambar di atas. Kalau lingkungan individu A dan B dikalikan 2 (dua) maka perbedaan luas A dan B akan menjadi jauh lebih besar daripada perbedaan luas sebelumnya. Dengan demikian jika kita mewujudkan

perbedaan individu yang disebabkan oleh faktorfaktor hereditas, dibutuhkan suatu lingkungan yang kaya yang penuh dengan rangsang-rangsang yang tepat. Lingkungan dapat mengurangi timbulnya perbedaan-perbedaan individu. Menurut jalan pikiran yang telah dikemukakan di muka, individu-individu dengan hereditas yang berbeda-beda tidak akan dapat dibentuk menjadi individu yang sama dengan jalan menempatkan mereka dalam lingkungan yang sama. Meskipun bukan maksudnya untuk membentuk individu yang sama, akan tetapi dalam praktek kadang-kadang kita memerlukan sekelompok individu yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang bersamaan. Sebagai suatu contoh dapat kita kemukakan pengajaran di sekolah-sekolah kita. Untuk tiap-tiap kelas seolah-olah sudah ditentukan sebelumnya, keterampilan-keterampilan atau pengetahuan apa yang seharusnya sudah dimiliki oleh anak-anak dalam kelas itu, lepas dari persoalan bagaimana hereditas yang mereka miliki. Untuk mencapai maksud ini harus kita adakan semacam Kompensasi : artinya terhadap anak yang satu yang sudah miliki kecerdasan, keberanian dan usaha yang lebih besar tidak perlu lagi kita curahkan perhatian yang terlalu besar, sedangkan terhadap anak-anak yang agak lemah kurang usahanya kita berikan perhatian dan bantuan yang lebih banyak. Dengan demikian ,pada akhir tahun ajaran bisa kita mengharapkan sejumlah individu dengan kecakapan dan pengetahuan yang relatif bersamaan. Kalau kita menengok kembali gambar di atas, keadaan semacam ini bisa dilukiskan sebagai individu B dan C. Mereka memiliki kualitas yang kira-kira bersamaan meskipun lingkungan dan hereditas mereka masing-masing berbeda. Dengan demikian dari lukisan ini kita bisa menarik suatu pelajaran bahwa kualitas yang bersamaan yang dimiliki oleh dua orang individu mungkin saja ditimbulkan oleh faktor - faktor yang berbeda 2. Manusia Sebagai Makhluk Sosial Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan

untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Di dalam hubungan antara manusia satu dengan manusia lain akan muncul suatu reaksi sebagai akibat dari hubungan tersebut. Reaksi ini menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau ada seseorang menyanyi ia membutuhkan reaksi, entah yang berwujud pujian atau celaan yang merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang lain, karena sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu: 1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (masyarakat) 2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam disekelilingnya Untuk dapat menghadapi dan menyesaikan diri dengan kedua lingkungan nya, manusia mempergunakan akal pikiran, perasaan, dan karsanya. Dalam menghadapi lingkungan alam; misalnya udara dingin, panas yang menyengat, atau lainnya, manuia menciptakan rumah, pakaian, penghangat, penyejuk dan lain-lain. Manusia juga harus makan, agar badannya tetap sehat, untuk itu dia dapat mengambil makanan sebagai hasil dari alam sekitar, dengan mempergunakan akalnya. Di daerah pantai, manusia akan menjadi nelayan untuk menangkap ikan; apabila alam sekitarnya hutan, maka manusia akan berburu untuk mencari makanannya. Kesemuanya itu menimbulkan kelompokkelompok sosial atau sosial-group di dalam kehidupan manusia ini, karena manusia tak mungkin hidup sendiri. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong menolong. Dengan kondisi semacam ini akan terbentuklah suatu kehidupan bersama atau yang dikenal dengan istilah
kelompok sosial. Ciri dari suatu kelompok sosial yaitu:

1) Setiap anggota kelompok sadar bahwa dia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. 2) Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya. 3) Memiliki rasa senasib seperjuangan.
10

4) Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku. Abraham Maslow dalam teorinya mengatakan bahwa manuisa itu memiliki kebutuhan yang bersifat hirarkis. Maksudnya manusia akan berusaha mendapatkan kebutuhan lainnya apabila kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi terlebih dahulu. Kebutuhan tersebut bila digambarkan adalah sebagai berikut.
1. Physical Needs 5 4 3 2 1 3. Love Needs 4. Esteem Needs 5. Self Actualization Needs 2. Safety Needs

Gambar Hirarki Kebutuhan Manusia

Kebutuhan fisik manusia dalam hidup diperuntukkan bagi keberlang-sungan kehidupannya bersama-sama dengan manusia lainnya. Kebutuhan ini diwujudkan dalam bentuk makan, minum dan lainnya. Tujuannya semata-mata agar survive. Selanjutnya apabila kebutuhan pokok ini terpenuhi maka manusia akan berusaha untuk mendapatkan kebutuhan di atasnya, yaitu rasa aman. Rasa aman di sini adalah bagaimana diri manusia dapat terlindung dari berbagai ancaman bahaya dari luar. Dengan adanya kebutuhan ini manusia menciptakan pakaian, tempat tinggal, dan lainnya. Selanjutnya sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain sebagai bagian dari kehidupannya. Di sini letak kebutuhan manusia yang ketiga berupa kasih sayang. Dengan rasa kasih sayang manusia dapat hidup bersama dengan sejahtera. Bersama baik konteks kehidupan bermasyarakat maupun bersama dalam konteks kehidupan keluarga. Dengan kebutuhan kasih sayang pula manusia dapat melangsungkan garis keturunan ke generasi berikutnya. Unsur cinta kasih yang perlu dipertahankan dalam kehidupan bersama meliputi; rasa tanggungjawab, pengorbanan, kejujuran, saling menghor-mati dan menghargai. Unsur-unsur kasih sayang ini sangat perlu dikembangkan dan dipertahankan baik dalam kehidupan berumahtangga maupun dalam bercinta kasih dengan sesama manusia lainnya.

11

Sebagai pribadi manusia juga memiliki kebutuhan akan harga diri. Setiap orang tentu akan merasa senang apabila ia diperlakukan manusiawi oleh manusia lainnya. Sebaliknya seseorang akan merasa tersinggung apabila harga dirinya dilecehkan. Sebagai pribadi yang memiliki kebutuhan harga diri sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap ini untuk tujuan introspeksi bahwa di luar diri itu ada diri-diri lain yang sama-sama memiliki kebutuhan untuk dihargai. Dengan selalu melakukan introspeksi akan tumbuh sikap positip yang akan melahirkan prilaku yang selalu akan memperhatikan kebutuhan orang lain. Namun demikian ada pula sifat yang harus dihindari melalui kebutuhan harga diri ini, yaitu sifat ingin selalu dihormati. Suburnya sifat ini akan membuat seseorang menjadi gila hormat. Gila hormat termasuk penyakit hati yang harus dihindari. Perlu disadari bahwa siapapaun orangnya apabila ia mau menghargai dan menghormati orang lain ia juga akan dihargai dan dihormati oleh orang lain. Selanjutnya kebutuhan puncak manusia ialah kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini tercermin dari sikap penampilan manusia yang selalu ingin lebih dari orang lain walaupun sebenarnya sangat tentatif. Namun yang penting bagi seseorang dalam menampakkan kebutuhan ini ialah ia akan merasa memperoleh suatu kepuasan apabila ia dapat melakukan sesuatu yang menurut perasaannya melampaui orang lain. Misalnya dalam hal pakaian, pergaulan, atau ketika tampil dalam forum-forum yang melibatkan banyak orang, ia akan selalu tampil dengan ciri dan sifatnya yang khas.
3. Rasionalitas Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Berbicara tentang manusia tidak akan pernah habis dan selalu menarik, asumsi ini cukup rasional mengingat manusia sebagai ciptaan yang unik dan dalam bahasa agama sering diungkap sebagai ciptaan yang sempurna. Kesempurnaan itu bukan saja pada dimensi fisik dimana struktur tubuh dan anatomi manusia, secara psikis manusia diberi kelebihan ruh dengan akal sebagai given untuk hidup dan kehidupan manusia. Proses penciptaan manusia yang sempurna ini tentu sangat berbeda dengan penciptaaan lain, seperti binatang. Keistimewaan yang dimiliki manusia dengan beragam bentuk, warna kulit, karakterstik, minat, bakat dan lain sebagiannya membawa kesadaran tentang keadilan sang pencipta yang telah menciptakan sosok ciptaan yang sempurna. Selain kestimewaan di atas, mengapa dipandang perlu untuk membicarakan tentang dimensi manusia dari berbagai sudut pandang yang berbeda, apakah selama ini timbul persoalan mendasar mengapa terma manusia tidak akan habis dibicarakan sepanjang manusia hidup dalam jagad raya ini. Selain itu apa hubungannya manusia dengan alam,
12

binatang dan bahkan sesame manusia itu sendiri. Ada beberapa persoalan mendasar mengapa terma manusia selalu menjadi diskurses tanpa batas.

1. Bahwa manusia dengan kestimewaan akal telah mampu menembus peradaban yang spektakuler setelah melewati revolusi perdaban yang cukup lama. Kekuatan akal ini melahirkan daya cipta (nilai-nilai ketuhanan) manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Berbagai masterpiece telah dilahirkan manusia melalui akalnya, seperti penemuan telpon, listrik, pesawat, satelit, dan bahkan ruang angkasa. Bisa dikatakan dengan daya citpa yang tanpa batas (baca: manusia), manusia mampu menemukan problem-problem sosial yang harus dipecahkan dengan kekuatan akal, sehingga terwujud kemanfaatan yang baik untuk masyarakat itu sendiri. 2. Keistimewaan manusia dengan akalnya dan kemampuan daya ciptan yang luar biasa, ternyata menimbulkan sebuah ketakutan tersendiri bagi diri manusia, yaitu ketika akal berbicara dan mampu mencipta apakah selama itu manusia bebas dari nilai? Dan tidak mengindahkan sisi kemanfaatan bagi umat manusia yang lain. Fakta ini cukup rasional, melihat adanya kerusakan-kerusakan alam dan kekacaun manusia itu sendiri. Ketika manusia pertama kali menemukan sebuah benda yang maha kecil, yaitu atom itu merupakan penemuan yang spektakuler bagi manusia, akan tetapi muncul kekuatiran, jika atom ini dijadikan senjata pemusnah, maka habslah manusia. Sejarah berbicara banyak ketika atom dijadikan bahan peledak dan menimbulkan banyak korban bagi manusian. Belum lagi ditemukannya nuklir yang awalnya dimanfaatkan untuk kebutuhan tenaga listrik, ternyata dimanfaatkan juga untuk pembuatan bom, bias dibayangkan dengan dayanya yang sangat besar, makan kehancuran manusia dan bumi ini segera terjadi. 2.2 Fungsi Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial Sepanjang peradaban manusia, tidak dapat dibuktikan bahwa manusia dapat hidup sendiri, tanpa kawan, tanpa komunikasi. Pada dasarnya terdapat dua keinginan pokok yang mendorong manusia untuk hidup mengelompok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain dan keinginan menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya dalam tiga kemungkinan : 1) menyimpang dari norma kolektif ; terjadi bila kepribadian individu tidak dominan sedangkan dia tidak mampu atau tidak mau menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
13

2)

Kehilangan individualitasnya (resesif) ; terjadi bila kepribadian individu

tersebut lemah dan takluk terhadap lingkungannya. 3) Mempengaruhi masyarakat (dominan) ; terjadi bila kepribadian individu kuat dan mampu mempengaruhi dan menaklukkan lingkungannya. Satuan terkecil dari kehidupan sosial individu adalah keluarga, yang juga merupakan unsur terpenting pembentuk masyarakat. Keluarga merupakan salah satu cermin peran dimana manusia merupakan individu yang juga memiliki tanggungjawab sekaligus fungsi sebagai makhluk sosial. Menurut Biro Sensus Amerika Serikat istilah keluarga diartikan sebagai kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan, atau adopsi. The family is a small social group, normally commposed of a father, a mother, and one or more children, in which affection and responsibility are equitably shared to become self-controlled and socially-motivated persons, demikian batasan yang dikemukakan oleh Emory S. Bogardus. Dalam batasan tersebut, disamping sebagai kelompok sosial, juga ditunjuk ciri-ciri dan tujuan keluarga. Definisi yang serupa dikemukakan oleh Francis E. Merrill. In functional terms, the family may be viewed as an enduring relationship of parents and children that performs such functions as the protection, rearing, and socialization of children and the providing of intimate responses between its members. Dari beberapa definisi tersebut dapatlah dirumuskan intisari pengertian keluarga, yaitu: 1) keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ayah, ibu, dan anak. 2) hubungan sosial di antara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi. 3) hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab. 4) fungsi keluarga ialah memelihara, merawat, dan melindungi anak dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial. Definisi-definisi tersebut di atas lebih menunjuk pada pengertian somah atau nuclear family, yaitu kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anak-anaknya. Kerap kali keluarga itu tidak hanya terdiri atas suami istri dan anak-anaknya, melainkan juga nenek, paman, bibi, kemenakan, dan saudara-saudara lainnya. Nuclear family yang yang diperluas ini disebut Extended family. Nuclear family dan extended family tersebut dapat digambarkan
Ex te Fa nde mi d ly

sebagai berikut:
Nuclear Family

14

Gambar : Extended family dan Nuclear Family Keterangan: = laki-laki = perempuan = beranakkan
KELUARGA ORIENTASI DAN PROKREASI

= bersuami istri = bersaudara

Keluarga Orientasi

Keluarga dalam mana individu dilahirkan dan mengalami proses sosialisasinya yang terpenting disebut keluarga orientasi. Sedangkan keluarga yang dibentuknya melalui perkawinannya dan anak-anak sebagai hasil perkawinannya itu disebut keluarga prokreasi. Keanggotaan individu mula-mula dalam keluarga orientasi, kemudian karena perkawinan beralih kepada keluarga prokreasi. Kedudukan individu dalam keluarga orientasi dan prokreasi itu dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar Keluarga Orientasi dan Prokreasi Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan mulitifungsional. Fungsi pengawasan sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi dilakukan oleh keluarga terhadap anggota-anggotanya. Karena proses industrialisasi, urbanisasi, dan sekularisasi maka keluarga dalam masyarakat modern kehilangan sebagian dari fungsi-fungsi tersebut di atas. Namun dalam perubahan masyarakat, fungsi utama keluarga tetap melekat,
15

Keluarga Prokreasi

yaitu melindungi, memelihara, sosialisasi, dan memberikan suasana kemesraan bagi anggotanya Berdasarkan penjelasan di atas keluarga merupakan satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhkluk sosial, yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. Dengan demikian maka fungsi keluarga ialah : 1) 2) 3)
4)

Pengaturan seksual Reproduksi Sosialisasi Pemeliharaan

5) masyarakat 6) seseorang

penempatan anak dalam Pemuas kebutuhan

7) Kontrol sosial Seiring perkembangan jaman, nilai-nilai ideal keluarga mengalami perubahan. Modernisasi, industrialisasi, kemamkmuran dalam sistem kapitalisme liberal merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan nilai keluarga dalam masyarakat. Masri Singarimbun (1993) mengingatkan bahwa mobilitas penduduk yang semakin tinggi, nilai-nilai yang berubah, kontrak sosial yang longgar, manusia yang semakin individualistik, merupakan tantangan bagi keluarga masa kini dan yang akan datang. 2.3 Dampak yang ditimbulkan dari peranan manusia sebagai makhluk social dan makhluk individu Manusia dikenal sebagai makhluk sosial karena mereka tidak akan dapat bertahan hidup tanpa bantuan dari orang lain. Mereka selalu saling membutuhkan dengan sesamanya. Namun manusia memiliki sisi lain dimana mereka bisa menjadi sangat individual. Walaupun begitu, mereka harus dapat menempatkan diri pada segala situasi serta aspek salam kehidupan mereka. Karena bila tidak, maka mereka tidak akan bisa menciptakan keselarasan dan keseimbangan antara diri mereka sendiri dengan lingkungan sekitar. Hal inilah yang kerap menjadi masalah pada setiap manusia. Terkadang ada seseorang yang mempunyai sisi sosial yang terlalu besar, sehingga mereka dianggap mengganggu privasi orang lain. Namun ada juga yang berlebihan dalam sisi individualnya, sehingga mereka dianggap sombong, tidak suka bergaul, egois, bahkan ada juga yang menganggap mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya. Namun tidak dapat dipungkiri, hubungan antar sesama manusia memiliki batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Yang dimaksud dengan batasan disini adalah bagaimana kita dapat tetap berteman dan berhubungan baik dengan orang lain tanpa mengganggu privasi mereka. Itulah yang terjadi bila kita tidak dapat mengetahui mana batasan-batasan yang tidak
16

boleh kita langgar dalam suatu hubungan. Walaupun kita sudah berteman baik dengan seseorang, kita harus tetap menghormati privasi mereka, tidak peduli seberapa dekat kita dengan mereka. Jangan sampai hal-hal yang kita lakukan membuat mereka menjadi tidak nyaman atau bahkan sangat terganggu. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan keselarasan dari segi individual dan sosial dalam diri kita. Timbul kasus dimana manusia kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.hal itu dapat membuat kurangnya sosialisasi dan keegoisan . Interaksi Sosial Seorang sosiolog, di dalam menelaah masyarakat manusia banyak berhu-bungan dengan kelompok-kelompok sosial, baik yang kecil seperti keluarga, kelompok siswa di sekolah, maupun kelompok yang besar seperti masyarakat desa, masyarakat kota, bangsa, dan lainnya. Sebagai sosiolog, sekaligus ia adalah salah satu anggota dari salah satu kelompok sosial tesebut dan sekaligus sebagai peneliti kehidupan kelompok tersebut secara ilmiah. Semakin mendalam penelitiannya, semakin timbul kesadarannya bahwa sebagian dari kepribadiannya terbentuk oleh kehidupan berkelompok tersebut dan bahwa dia hanya merupakan unsur yang mempunyai kedudukan dan peranan dalam kelompok tersebut.. Hampir semua manusia, pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. Walaupun anggota-anggota keluarga tadi selalu menyebar, pada waktuwaktu tertentu mereka pasti akan berkumpul seperti saat makan pagi, siang, dan malam. Setiap anggota mempunyai pengalaman masing-masing, karena hubungannya dengan kelompok-kelompok sosial lainnya di luar rumah dan bila mereka berkumpul terjadilah tukar-menukar pengalaman di antara mereka. Pada saat demikian, tidaklah semata-mata terjadi pertukaran pengalaman, akan tetapi para anggota keluarga tersebut mungkin mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat pertukaran pengalaman tersebut, walaupun sering kali hal itu sama sekali tidak disadarinya. Saling tukar-menukar pengalaman tersebut, disebut sebagai sosial-experiences . Dalam kehidupan berkelompok, sosial experience mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian seseorang. Penelitian terhadap sosial-experiences sangat penting untuk mengeta-hui sampai sejauh mana pengaruh kelompok terhadap individu dan bagaimana reaksi reaksi individu terhadap pengaruh kelompok tersebut dalam proses pembentukan kepribadian. Suatu kelompok sosial cenderung tidak merupakan kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya. Kelompok tadi dapat menambahkan alat-alat perlengkapan untuk dapat

17

melaksanakan fungi-fungsinya yang baru di dalam rangka perubahan-perubahan yang dialaminya atau bahkan sebaliknya dapat mempersempit ruang lingkupnya. Sesuatu aspek yang menarik dari kelompok sosial tersebut adalah bagaimana caranya mengendalikan anggota-anggotanya. Para sosiolog akan tertarik oleh cara-cara kelompok sosial tersebut dalam mengatur tindakan-tindakan anggota-anggotanya, agar supaya tercapai tata tertib di dalam kelompok yang bersangkutan. Yang agaknya penting adalah bahwa kelompok tersebut merupakan tempat kekuatan-kekuatan sosial berhubungan, berkembang mengalami disorganisasi, memegang peranan dan selanjutnya. 2.4 Cara menyeimbangkan peranan manusia sebagai makhluk social Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk itu. Salah satunya adalah dengan banyak bergaul dan berkumpul dengan orang-orang disekitar kita, karena satu hal penting yang harus kita ingat, suatu saat kita pasti akan membutuhkan mereka, begitu juga sebaliknya. Dari situ kita akan lebih mengenal orang-orang disekitar kita, kita dapat mengetahui karakter mereka, dan dengan sendirinya akan terpupuk hubungan yang lebih erat antar sesama manusia. Yang paling penting adalah kita harus selalu berpikir positif terhadap orang lain, itu adalah suatu awal yang cukup baik untuk memulai hubungan dengan orang lain. BAB 3 PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur jasmanirohani,fisik-psikis,serta jasmani-rohani tersebut menyatu dalam dirinya. Sedangkan Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengahtengah manusia.

Salah satu contoh hal sebagai dampak peranan manusia sebagai makhluk individu dan social adalah terkadang ada seseorang yang mempunyai sisi sosial yang terlalu besar, sehingga mereka dianggap mengganggu privasi orang lain. Namun ada juga yang berlebihan dalam sisi individualnya, sehingga mereka dianggap sombong, tidak suka bergaul, egois, bahkan ada juga yang menganggap mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya.

18

Salah satu cara menyeimbangkan peranan manusia sebagai makhluk social adalah dengan banyak bergaul dan berkumpul dengan orang-orang disekitar kita

3.2. SARAN 1. 2. lain. 3. Kedua peran manusia dalam masyarakat harus dapat dijalankan secara seimbang.manusia harus bida membawa pribadi yang baik dalam masyarakat agar bisa melakukan dengan baik perannya sebagai makhluk individu Sebagai makhluk social ada baiknya manusia berineraksi dengan lingkungan Sebagai makhluk individu, manusia tidak boleh terlalu egois terhadap orang

sekitar. Namun manusia tidak meninggalkan perannya sebagai makhluk individu.

19

Anda mungkin juga menyukai