Anda di halaman 1dari 7

ekonomi islam sebagai sebuah solusi

Nama : Erma Nurmaulinda Kelas : X.pb 1 M.pel : Ekonomi Islam

EKONOMI ISLAM SEBAGAI SOLUSI

M. Dahlan Monoi

Depresi ekonomi pada 2008 telah menyeret sistem finansial dan ekonomi dunia menuju situasi tidak menentu. Situasi yang tak mungkin bisa menariknya kembali ke belakang dan meniscayakan perlunya perubahan dalam sistem keuangan dan perekonomian dunia. Sejumlah pemimpin Eropa bahkan telah mengumumkan berita kematian era liberalisme yang melahirkan sistem kapitalis. Para politisi dan pakar ekonomi yang paling liberalis sekalipun memfatwakan bahwa pemerintah mesti campur tangan mengatasi krisis keuangan, hal yang selama ini dianggap tabu dalam ekonomi liberal.

Jauh sebelum krisis ekonomi Amerika Serikat, yang juga menjadi pemicu krisis perekonomian global terjadi, Alex CallinicosProfesor Politik di Universitas York, Inggris memprediksikan bahwa di awal abad ke-21 liberal kapitalisme akan menjadi lebih liar dan sulit dikendalikan. Ternyata Callinicos benar, dibanding krisis sebelumnya, krisis ekonomi 2008 memberikan dampak yang lebih mengkhawatirkan seluruh dunia. Pemerintah AS terpaksa menggelontorkan dana talangan sebesar 700 miliar dollar dan diprediksikan akan terus bertambah, negara-negara Eropa juga turut mengambil langkah serupa untuk menyelamatkan bangunan perekonomian mereka.

Anjloknya saham di berbagai pasar bursa, investor yang panik, krisis kepercayaan pasar, dan liarnya persebaran aliran modal berkonsekuensi pada rapuhnya perekonomian global yang selama ini dikendalikan liberalisme. Kritik terhadap liberalisme lantas bermunculan dari sana-sini, kapitalisme dan sistem ekonomi liberal dianggap gagal membidani kesejahteraan kehidupan umat manusia.

Kegagalan Ekonomi Liberal Ekonomi liberal adalah teori ekonomi yang diuraikan oleh tokoh-tokoh

penemu liberal klasik seperti Adam Smith atau French Physiocrats. Sistem ekonomi liberal mempunyai kaitan dengan kebebasan alami yang dipahami oleh tokoh-tokoh ekonomi liberal klasik tersebut. Konsep dari ekonomi liberal ialah bergerak kearah suatu sistem ekonomi pasar bebas dan sistem berpaham perdagangan bebas. Ciri utama ekonomi liberal adalah adanya kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi, pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi, Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan masyarakat pekerja, serta Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi. Dampak negative dari penerapan ekonomi liberal adalah terjadinya kesenjangan antara pemilik modal dan buruh, serta atara si kaya dan si miskin. Pernahkah kita membayangkan, 3 orang terkaya di dunia, kekayaannya lebih dari gross domestic product (GDP) 48 negara termiskin dunia, yang berarti setara dengan seperempat jumlah total Negara di dunia, demikian hasil penelitian Brecher dan Smith pada tahun 2005. Tidak kalah hebatnya, menurut penelitian Noam Chomsky, 1% penduduk dengan pendapatan tetinggi dunia setara dengan 3 miliar manusia. Indonesia sendiri tidak luput dari penerapan ekonomi liberal. Pakto 88 dapat dianggap sebagai titik tonggak kebijakan liberalisasi ekonomi di Indonesia. Menjamurnya industri perbankan di Indonesia, yang selanjutnya diikuti dengan terjadinya transaksi utang luar negeri perusahaan - perusahaan swasta yang sangat pesat, mewarnai percaturan ekonomi liberal saat itu. Masa pembangunan ekonomi Orde Baru pun akhirnya berakhir. Puncak kegagalan dari pembangunan ekonomi Orde Baru ditandai dengan meledaknya krisis moneter, yang diikuti dengan ambruknya seluruh sendi sendi perekonomian Indonesia. Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian Indonesia semakin liberal. Dengan mengikuti garis garis yang telah ditentukan oleh IMF, Indonesia benar benar telah menuju liberalisasi ekonomi. Hal itu paling tidak dapat diukur dari beberapa indikator utama,yaitu:

1. Dihapuskannya berbagai subsidi pemerintah secara bertahap dan diserahkannya harga barang barang strategis ke mekanisme pasar

2. Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate) sesuai dengan kesepakatan dalam Lol dengan pihak IMF, artinya harus dikembalikan pada mekanisme pasar. 3. Privatisasi BUMN, yaitu dengan menjualnya kepada pihak swasta, baik swasta nasional maupun asing. 4. Peran serta Pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan Perjanjian GATT, yang semakin memperjelas komitmen Indonesia untuk masuk dalam lingkaran liberalisasi ekonomi dunia atau kapitalisme global.

Dalam sejarah ekonomi, penerapan ekonomi liberal juga menyebabkan terjadinya krisis ekonomi dunia. Bahkan krisis demi krisis ekonomi terus berulang tiada henti.. Krisis itu terjadi baik di Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin, dan terparah di Asia. Diantara krisis ekonomi yang pernah melanda dunia adalah sebagai berikut: 1. Depresi Berkepanjangan 1873 1896 Sesuai namanya, depresi ini menelan waktu 23 tahun sejak 1873 hingga 1896. Runtuhnya Bursa Efek Vienna menyebabkan depresi ekonomi yang menyebar ke seluruh dunia. Ini sangat penting dicatat dimana pada periode ini, produksi industri global meningkat pesat. Di Amerika Serikat misalnya, pertumbuhan produksi mencapai empat kali lipat.

2. Depresi Besar 1929 Depresi yang paling besar dan dikenang sepanjang sejarah. Terjadi selama 10 tahun sejak 1929 hingga 1939. Pasar saham di seluruh dunia saat itu berjatuhan dan bank-bank di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan. Jutaan pengangguran bermunculan dan kemiskinan merajalela.

3. Depresi Ekonomi 2008 Depresi yang saat ini tengah melanda dunia. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya naiknya harga minyak yang menyebabkan naiknya harga makanan di seluruh dunia, krisis kredit dan bangkrutnya berbagai investor bank, meningkatnya pengangguran sehingga menyebabkan inflasi global. Bursa saham di beberapa negara terpaksa ditutup beberapa hari termasuk di

Indonesia, harga-harga saham juga turut anjlok. Diperkirakan depresi ekonomi kali ini separah/ lebih parah dari depresi besar ekonomi 1929.

Ekonomi Islam Sebagai Solusi Krisis demi krisis tersebut semakin mengukuhkan rapuhnya sistem ekonomi liberal. Dalam menganalisa penyebab utama timbulnya krisis ekonomi, banyak para pakar ekonomi berkonklusi bahwa kerapuhan fundamental ekonomi (fundamental economic fragility) adalah merupakan penyebab utama munculnya krisis ekonomi. Hal ini seperti disebutkan oleh Michael Camdessus pada tahun 1997, saat sebagaian besar negara Asia dilanda krisis keuangan, Direktur International Monetary Fund (IMF) dalam kata-kata sambutannya pada Growth-Oriented Adjustment Programmes sebagai berikut: "Ekonomi yang mengalami inflasi yang tidak terkawal, defisit neraca pembayaran yang besar, pembatasan perdagangan yang berkelanjutan, kadar pertukaran mata uang yang tidak seimbang, tingkat bunga yang tidak realistik, beban hutang luar negeri yang membengkak dan pengaliran modal yang berlaku berulang kali, telah menyebabkan kesulitan ekonomi, yang akhirnya akan memerangkapkan ekonomi negara ke dalam krisis ekonomi".

Pakar manajamen tingkat dunia, Peter Drucker, menyebut gejala ketidak seimbangan antara arus moneter dan arus barang / jasa sebagai adanya decopling, yakni fenomena keterputusan antara maraknya arus uang (moneter) dengan arus barang dan jasa. Fenomena ketidak seimbangan itu dipicu oleh maraknya bisnis spekulasi (terutama di dunia pasar modal, pasar valas dan properti), sehingga potret ekonomi dunia seperti balon, inilah kemudian dikenal istilah bubble economy. Disebut ekonomi balon, karena secara lahir tampak besar, tetapi ternyata tidak berisi apa-apa kecuali udara. Ketika ditusuk, ternyata ia kosong. Jadi, bublle economy adalah sebuah ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor riel, bahkan sektor riel tersebut amat jauh ketinggalan perkembangannya. Timbulnya ekonomi balon juga sebagai dampak dari kegagalan ekonomi liberal dalam menjaga stabilitas perekonomian dunia.

Gambaran sederhana dari fenomena decoupling tersebut, misalnya sebelum krisis keuangan global melanda dunia, dalam satu hari, dana yang gentayangan dalam transaksi maya di pasar modal dan pasar uang dunia, diperkirakan rata-rata beredar sekitar 2-3 triliun dolar AS atau dalam satu tahun sekitar 700 triliun dolar AS. Padahal arus perdagangan barang secara international dalam satu tahunnya hanya berkisar 7 triliun dolar AS. Jadi, arus uang 100 kali lebih cepat dibandingkan dengan arus barang. Dalam ekonomi Islam, jumlah uang yang beredar bukanlah variabel yang dapat ditentukan begitu saja oleh pemerintah sebagai variabel eksogen. Dalam ekonomi Islam, jumlah uang yang beredar ditentukan di dalam perekonomian sebagai variabel endogen, yaitu ditentukan oleh banyaknya permintaan uang di sektor riil atau dengan kata lain, jumlah uang yang beredar sama banyaknya dengan nilai barang dan jasa dalam perekonomian

Dalam ekonomi Islam, sektor finansial mengikuti pertumbuhan sektor riil, Inilah perbedaan konsep ekonomi Islam dengan ekonomi liberal. Ekonomi liberal memisahkan antara sektor finansial dan sektor riil. Sedangkan ekonomi Islam mengaitkan sektor moneter dan riil secara ketat, sehingga kegiatan ekonomi dan bisnis benar-benar riil, dan tidak ada spekulasi dan transaksi maya lainnya.

Ekonomi Islam sangat bertolak belakang dengan liberal kapitalis yang lebih bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggung jawab kepada warganya serta komunis yang ekstrim, ekonomi Islam menetapkan bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh di transaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Maka, dengan sistem ekonomi Islam, ekonomi dunia dan negara akan jauh lebih stabil dan tentunya jauh lebih adil. Mudharat dan bahaya sistem ekonomi liberal telah terbukti nyata di berbagai belahan dunia. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa sistem ekonomi Islam adalah solusi dan terapi mujarab krisis ekonomi dunia serta solusi terbaik atas kegagalan ekonomi liberal untuk kesejahteraan yang adil dan merata. Wallahu a'lam.

Daftar Pustaka: Agustianto, Akar krisis keuangan global, Pesantrenvirtual.com Didin S Damanhuri, Problem Utang dalam Hegemoni Ekonomi, Gramedia Hofmann Murad, Menengok Kembali Islam Kita. Pustaka Hidayah 2002 Id.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai