Anda di halaman 1dari 20

TUGAS, FUNGSI, DAN PERAN BANK INDONESIA BAGI PEREKONOMIAN NASIONAL DALAM MEWUJUDKAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN

KARYA TULIS Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Beasiswa yang Diselenggarkan oleh Bank Indonesia

Disusun Oleh NAMA NIM JURUSAN : APRILIA WIDIASTUTI : 09/280697/EK/17382 : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012


i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Karya tulis ini berjudul Tugas, Fungsi, dan Peran Bank Indonesia Bagi Perekonomian Nasional Dalam Mewujudkan Stabilitas Sistem Keuangan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan beasiswa yang diselenggarkan oleh Bank Indonesia. Penulis menyajikan beberapa fakta mengenai tugas, fungsi, dan peran Bank Indonesia bagi perekonomian Nasional. Karya tulis ini juga dilengkapi dengan beberapa kebijakan yang dibuat dan yang dapat dilakukan Bank Indonesia untuk mewujudkan stabilitas sistem keuangan. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas karya tulis ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Karya tulis ini juga diharapkan semakin menumbuhkan kesadaran bersama dalam menciptkan perekonomian Nasional yang stabil.

Yogyakarta, 03 Januari 2012

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian BAB II. KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI BANK INDONESIA A. Kedudukan Bank Indonesia B. Tugas dan Fungsi Bank Indonesia BAB III. PERAN BANK INDONESIA A. Peran Strategis Bank Indonesia B. Peran Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

i ii

1 2 2 2 2

3 5

8 10

14 15 16 17

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas perekonomian. Lembaga keuangan bank telah dipahami oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Sebagaimana penjelasan dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang menyatakan bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang membantu pemerintah dalam pertumbuhan perekonomian nasional sangat dianggap signifikan bagi kalangan masyarakat luas. Dalam hal tersebut Bank Indonesia mempunyai tujuan, fungsi dan tugas masing-masing dalam memelihara kestabilan nilai rupiah. Bank Indonesia yang di kenal sebagai Bank Sentral yang selama ini merupakan bagian dari struktur organisasi pemerintah yang independen secara konsekuen sebagai terobosan dalam upaya pemulihan ekonomi di Indonesia. Sejak kehadiran UU No.13 Tahun 1968 yang telah mengeluarkan berbagai momentum yang bercabang ganda, disatu pihak eksistensi kelembagaan bank Indonesia sebagai penjaga stabilitas keuangan dan bebagai fungsi bank sentral modern lainnya telah dikembalikan. Dua alasan mengapa bank sentral harus bebas dari intervensi dari manapun. Pertama, terdapat kecendrungan peerintah dan kalangan politisi untuk mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam waktu singkat tanpa memperhitungkan secara matang kapasitas ekonomi yang ada. Kedua, terdapatnya kecendrungan pemerintah untuk

mengutamakan dana bank sentral guna memenuhi biaya defisit anggran bila tidak ada aturan yang nelarangnya. Dengan terjadinya permaslahan tersebut, maka penulis ingin mengutarakan peran Bank Indonesia bagi stabilasasi sistem keuangan nasional.
4

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan karya tulis ini ialah untuk mengetahui : 1. Apa tujuan, fungsi, serta peran Bank Indonesia bagi perekonomian nasional? 2. Bagimana kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral? 3. Bagaimana Bank Indonesia mewujudkan stabilitas sistem keuangan?

C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersbut, tujuan yang ingin dicapai dari karya tulis ini adalah: 1. Memahami tugas dan fungsi dari Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia. 2. Mengetahui peran Bank Indonesia dalam perekonomian nasional. 3. Mengetahui cara mewujudkan stabilitas sistem keuangan.

D. Manfaat Penulisan Dalam penulisan karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Bagi Penulis, dengan penulisan karya tulis ini mampu memperluas wawasan penulis tentang fungsi serta peran Bank Indonesia bagi perekonoian nasional, dan juga berguna memperdalam materi kuliah penulis di Fakultas Ekonomika dan Bisnis. 2. Bagi masyarakat, diharapkan masyarakat umum dan pembaca dapat memberikan dan menambah pengetahuan dan informasi yang bermanfaat mengenai tugas, fungsi dan peran Bank Indonesia bagi perekonomian nasional.

E. Metode Penulisan Dalam penyusunan karya tulis Tugas, Fungsi, dan Peran Bank Indonesia Bagi Perekonomian Nasional Dalam Mewujudkan Stabilitas Sistem Keuangan ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada metode ini penulis membaca buku dan mencari dari internet yang berhubungan dengan penulisan karya tulis atau teknik penulisan karya tulis dan yang berkaitan dengan fungsi serta peran Bank Indonesia bagi perekonomian nasional.
5

BAB II KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI BANK INDONESIA

A. Kedudukan Bank Indonesia Bank Indonesia merupakan Bank sentral Indonesia yang bertindak sebagai lembaga independen sesuai dengan Undang Undang No. 23 Tahun 1999. Yang dimaksud sebagai bank sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi sebagai Lender of the last resort. Kedudukan Bank Indonesia dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Amandemen Keempat) dan Usulan Komisi Konstitusi dalam Konsep Amandemen Kelima UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa kewenangan otoritas moneter yang dimiliki Bank Indonesia merupakan hasil dari sharing of executive power kekuasaan Pemerintah di bidang ekonomi. Sharing of executive power ini dimaksudkan untuk menghindarkan Bank Indonesia dari posisi yang dapat menimbulkan conflict of interest, yaitu antara agen program Pemerintah dan pengelola kebijakan moneter. Kedua fungsi tersebut memang tidak dapat dilakukan oleh satu lembaga, karena kedua fungsi tersebut memiliki tujuan yang berbeda. Disatu sisi, Pemerintah memiliki tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan kebijakan fiskal dan dilain pihak Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mendukung kestabilan ekonomi melalui kebijakan moneternya. Dengan demikian, pembagian kekuasaan (sharing of executive power) ini pada dasarnya dimaksudkan untuk mendukung terciptanya demokratisasi dalam pengelolaan (ekonomi) Negara. Dalam konsep sharing of executive power ini, maka Pemerintah memegang otoritas fiskal (dan sektor riil), sedangkan Bank Indonesia sebagai lembaga Negara yang memliki fungsi khusus, yaitu sebagai otoritas di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran, dengan tujuan menkonstruksikan pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat yang tercermin dari terjaganya kestabilan rupiah. fungsi ini diyakini tidak dapat berjalan dengan baik apabila
6

tercampur dengan ragam fungsi departemental pemerintahan yang sarat dengan tarik menarik kepentingan politik dan seringkali berubah karena mengandung faktor subjektifitas yang tinggi. Dengan demikian, maka dengan adanya sharing of executive power ini, kekuasaan Pemerintah dalam kebijakan ekonomi tidak terkonsentrasi. Kita mengenal dua bentuk sektor dalam perekonomian, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor perekonomian yang menggambarkan aktivitas nyata dan dapat dilihat dari suatu kegiatan ekonomi. Misalnya, aktivitas perdagangan seperti yang terdapat pada pasar barang maupun jasa. Dapat dilihat secara nyata di mana di dalamnya terdapat aktivitas pertukaran antara barang dan uang (sebagai alat pembayaran). Lain halnya dengan sektor moneter yang hanya menggambarkan aliran uang atau kekayaan, tidak harus dapat dilihat secara nyata, akan tetapi memiliki pengaruh yang sama. Kita sebut saja kenaikan harga (inflasi) atau juga penurunan harga (deflasi). Perubahan atas harga yang berasal dari sektor riil adalah akibat dari adanya volume aktivitas perdagangan atau transaksi. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi moneter, maka perubahan harga diakibatkan oleh adanya volume aliran uang yang beredar. Segala sesuatu yang berhubungan dengan nilai uang dan kekayaan masuk ke dalam pengertian sistem moneter. Mengendalikan atau memanajemen perekonomian dapat dilakukan dengan dua cara (kebijakan), yaitu kebijakan yang secara langsung mempengaruhi aktivitas perdagangan atau transaksi dan kebijakan yang tidak secara langsung mempengaruhi aktivitas perdagangan atau transaksi. Secara langsung, pemerintah dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian melalui kebijakan fiskal seperti pengenaan pajak dan pemberian subsidi. Kebijakan moneter disebut juga kebijakan yang secara tidak langsung mempengaruhi perekonomian melalui instrumen-instrumen moneter. Salah satu instrumen moneter yang cukup populer adalah tingkat suku bunga (interest rate). Karena ada dua bentuk kebijakan, maka dalam mengatur atau mengendalikan perekonomian, pemerintah harus memisahkan kekuasaannya (otoritas) di bidang moneter dari kewenangannya yang lebih terfokus pada bidang fiskal. Kewenangan dan otoritas di bidang moneter dimiliki oleh suatu kelembagaan atau institusi yang disebut Bank Sentral. Di Indonesia, bank sentral yang dimaksudkan di sini bernama Bank Indonesia (BI). Untuk menjaga keselarasan kebijakan di bidang moneter dengan kebijakan pemerintah, pihak pemerintah memiliki kewenangan untuk menunjuk atau merekomendasikan pimpinan bank sentral (Gubernur Bank Indonesia) dan sekaligus melantiknya.
7

Keberadaan institusi yang bernama Bank Indonesia ini sebenarnya mulai mendapatkan perhatian sejak tahun 1983, yaitu ketika Indonesia untuk pertama kali menggeser sistem moneter yang sebelumnya represif menjadi sistem moneter (keuangan) yang liberal melalui Paket Juni (Pakjun) 1983. Tugas pokok Bank Indonesia ketika itu adalah mengelola sistem keuangan nasional termasuk dalam mengendalikan atau mengelola nilai tukar (kurs) dengan tujuan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi tersebut, peran sistem keuangan sangat diperlukan guna memobilisasikan dana-dana dari pihak ketiga baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yang selanjutnya akan disalurkan untuk membiayai investasi di dalam negeri. Jadi, aliran uang baik dalam bentuk kekayaan ataupun modal yang dipantau atau diawasi oleh Bank Indonesia tidak hanya meliputi aliran yang ada di dalam negeri, akan tetapi aliran yang keluar atau masuk dari luar negeri. Sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh sebuah bank sentral, Bank Indonesia memiliki satu tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah, Bank Indonesia sebagai bank sentral berbeda dengan bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang mempunyai tujuan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan menjaga kestabilan nilai rupiah, maka Bank Indonesia juga ikut menjaga dan mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

B. Tugas dan Fungsi Bank Indonesia Dalam Undang-Undang Bank Indonesia tujuan Bank Indonesia difokuskan pada menjaga kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi yang rendah dan kestabilan nilai tukar. Dalam mencapai tujuan ini, Bank Indonesia berwenang untuk menetapkan sepenuhnya

sasaran moneter dengan memperhatikan perkembangan

ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri serta instrumen yang akan digunakan. Independensi dalam pelaksanaan tugas tercermin dari larangan bagi pihak lain untuk melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia juga wajib menolak dan atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak manapun dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
8

Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan utama tugas Bank Indonesia yaitu : 1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Dalam hal ini, Bank Indonesia diberi kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan pengendalian jumlah uang beredar dengan menggunakan berbagia intrumen kebijakan moneter. 2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran Dengan menerapkan sistem pembayaran yang lancar dan aman merupakan salah satu prsayarat dalam keberhaasilan pencapaian tujuan kebijakan moneter. Sehubungan dengan hal tersebut Bank Indonesia mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran melalui sistem kewenangan dalam menetapkan penggunaaan alat pembayaran dan mengatur penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. 3. Mengatur dan Mengawasi Bank Tugas mengatur dan mengawasi bank merupakan salah satu tugas yang penting khususnya dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang pada akhirnya ddapat mendorong efektivitas kebijkan moneter. Perbankan selain menjalankan fungsi intermediasi, juga berfungsi sebagai media tranmisi kebijakan moneter serta pelayan jasa sistem pembayaran. Saat ini tugas untuk melakukan pengawasan terhadap Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan indpenden yang baru saja disahkan undang undangnya oleh DPR pada tanggal 22 November 2011 yaitu OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang diatur lebih lanjut dalam Undang Undang Otoritas Jasa Keuangan No. 21 Tahun 2011. Walaupun demikian lembaga indpenden ini baru akan beroperasi beberapa tahun lagi. Dalam melakukan pengawasan terhadap perbankan, nantinya OJK akan tetap berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah sebuah lembaga pengawasan jasa keuangan seperti industri perbankan, pasar modal, reksadana, perusahaan pembiayaan, dana pensiun dan asuransi. OJK akan menjadi otoritas yang memiliki kekuasaan penuh, dari mulai pengawasan, pengaturan, hingga penyelidikan terhadap korupsi baru yang menerpa sebuah lembaga keuangan. Bank Indonesia (BI), nantinya setelah kewenangannya beralih
9

3 (tiga) bidang

(paling lambat akhir 2013), BI hanya akan mengawasi aspek prudential makro perbankan. Sementara aspek mikronya, berupa kehati-hatian perbankan dan lain-lain akan ada di tangan OJK. Bahkan sebelumnya kekuasaan OJK akan sampai pada tahap penuntutan, namun hal itu akhirnya dibatalkan. OJK hanya akan melaporkan hasil penyelidikannya ke kejaksaan, di mana setelah sembilan puluh hari OJK akan menerima hasilnya, apakah kasusnya diterima atau ditolak. Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien, maka ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan. Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, UndangUndang Bank Indonesia Pasal 10 menegaskan bahwa Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi serta melakukan

pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain : a. b. c. d. operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing penetapan tingkat diskonto penetapan cadangan wajib minimum pengaturan kredit atau pembiayaan

Penetapan sasaran laju inflasi

tersebut

terutama

dilakukan

dengan

mempertimbangkan perkembangan harga yang secara langsung dipengaruhi oleh kebijakan moneter. Sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tersebut dapat berbeda dengan asumsi laju inflasi yang dibuat oleh Pemerintah dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang didasarkan pada tahun fiskal.

10

BAB III PERAN BANK INDONESIA

A. Peran Strategis Bank Indonesia Peran bank sentral dalam perekonomian suatu negara sangat penting. Bank sentral adalah mitra utama pemerintah dalam menggerakkan berbagai kegiatan ekonomi melalui kebijakan suku bunga dengan statusnya sebagai otoritas moneter. Sebagai otoritas moneter, bank sentral memiliki tujuan, tugas, maupun wewenang yang tidak dimiliki lembaga ekonomi lainnya. Umumnya otoritas moneter adalah bank sentral, meskipun kadangkala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengkontrol jumlah uang yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam. Namun, sebagai organ of state Bank Indonesia dalam beberapa hal harus tetap berkoordinasi dengan Pemerintah. Dengan kata lain, hubungan ini dapat digambarkan sebagai fungsi pengelolaan moneter yang tidak berada di bawah pengelolaan kebijakan fiskal, tetapi yang terpisah, namun tetap bekerjasama dengan pengelola fiskal untuk memperoleh manfaat yang optimal dalam pembangunan ekonomi nasional. 1. Peran Bank Indonesia sebagai Lender of the Last Resort Sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas pengendalian moneter, Bank Indonesia juga mempunyai fungsi lender of the last resort, (Pasal 11) yang memungkinkan Bank Indonesia membantu kesulitan pendanaan jangka pendek

yang dihadapi bank. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia hanya membantu untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek karena adanya mismatch yang disebabkan oleh resiko kredit syariah, resiko manajemen, atau resiko resiko pembiayaan pasar. berdasarkan prinsip

atau

11

2. Kebijakan Nilai Tukar Pasal 12 Undang-Undang Bank Indonesia menetapkan bahwa Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan nilai tukar yang ditetapkan. Penetapan nilai tukar dilakukan oleh Pemerintah dalam bentuk Keputusan Presiden berdasarkan usul Bank Indonesia. Kewenangan Bank Indonesia dalam melaksanakan kebijakan nilai tukar ini antara lain dapat berupa : a. dalam sistem nilai tukar tetap berupa devaluasi atau revaluasi terhadap mata uang asing. b. dalam sistem nilai tukar mengambang berupa intervensi pasar; c. dalam nilai tukar mengambang terkendali berupa penetapan nilai tukar harian serta lebar pita intervensi. 3. Kewenangan dalam Mengelola Cadangan Devisa Dalam Pasal 13 Undang-Undang Bank Indonesia dirumuskan bahwa Bank

Indonesia mengelola cadangan devisa. Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa tersebut, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta dapat menerima pinjaman luar negeri. Yang dimaksud dengan cadangan devisa adalah cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva Bank Indonesia yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan lainnya dalam valutas asing kepada negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran pihak luar luar negeri.

Pengelolaan cadangan devisa oleh Bank Indonesia dilakukan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan atau menempatkan devisa, emas dan suratsurat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Dalam melakukan pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia selalu mempertimbangkan 3 (tiga) azas utama dengan skala prioritas, yaitu likuiditas (liquidity), keamanan (security) tanpa mengabaikan prinsip untuk

memperoleh pendapatan yang optimal (profitability). 4. Penyelenggaraan Survei Untuk melaksanakan kebijakan moneter secara efektif dan efisien,

diperlukan data atau informasi ekonomi dan keuangan secara tepat waktu dan akurat. Untuk memperoleh data atau informasi tersebut, Bank Indonesia dapat
12

menyelenggarakan

survei

secara

berkala

atau

sewaktuwaktu

yang dapat

bersifat makro atau mikro. Pelaksanaan survei tersebut dapat dilaksanakan oleh pihak lain berdasarkan penugasan Bank Indonesia. Dalam penyelenggaraan survei, setiap badan wajib memberikan

keterangan dan data yang diperlukan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditugaskan. Bank Indonesia atau pihak lain yang ditugaskan untuk melakukan survei tersebut wajib merahasiakan sumber dan data individual kecuali yang secara tegas dinyatakan lain dalam Undang Undang (Psl. 14) B. Peran Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan, bank sentral harus melakukan assessment atas kerentanan dan mengeluarkan regulasi apabila diperlukan agar dampak negatifya dapat dihindari serta risiko sistemiknya dapat diminimalisir. Assessment atas kerentanan terhadap lembaga keuangan, pasar keuangan dan infrastrukturnya merupakan keharusan agar dapat menangkap simpul kerawanan dan melakukan mitigasi lebih dini sebelum permasalahan terjadi. Pertanyaanya yang sering muncul, bagaimana kita
13

melakukannya dan kebijakan apa yang bias dilakukan agar stabilitas sistim keuangan tetap terjaga. Bank sentral merupakan otoritas yang mempunyai banyak perangkat kebijakan untuk menjaga stabilitas sistim keuangan. Berdasarkan UU No.23 Tahun 1999 peran Bank Indonesia dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan mencakup : a. Menciptakan kebijakan moneter yang kondusif b. Melakukan pemantauan terhadap stabilitas sistem keuangan c. Melakukan koordinasi dengan dan memberikan rekomendasi kebijakan stabilitas sistem keuangan pada otoritas lain. d. Menciptakan efisiensi dalam sistem pembayaran dengan terselesaikannya transaksi secara aman dan tepat waktu, antara lain melalui kegiatan design, operasional, dan pengawasan sistem pembayaran. e. Menyediakan mekanisme LOLR (Lender of the Last Resort) dalam upaya mencegah terjadinya kegagalan bank karena liquidity mismatch. Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan strategi monitoring stabilitas sistem keuangan dan solusi bila terjadi krisis. Strategi tersebut mencakup koordinasi dan kerjasama, pemantauan, pencegahan krisis dan manajemen krisis. 1. Koordinasi dan Kerjasama Upaya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, selain dilakukan oleh Bank Indonesia juga oleh instansi terkait lainnya. Berbagai instrumen dalam stabilitas sistem keuangan, tidak hanya ditentukan oleh bank sentral, tetapi juga oleh otoritas lainnya. Untuk pengelolaan informasi dan efektivitas kebijakan dalam stabilisasi sistem keuangan, maka perlu adanya koordinasi antara lembaga tersebut. Hal ini dimaksudkan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh otoritas yang terlibat dalam stabilitas sistem keuangan, dapat terhindar dari pertentangan dan dampak negatif. Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa koordinasi sulit terjadi apabila fungsi pengawasan & pengaturan perbankan dipisahkan dari bank sentral. Namun jika pemisahan terpaksa harus dilakukan, maka koordinasi dapat dilakukan melalui pembentukan Forum Stabilitas Sistem Keuangan yang beranggotakan bank sentral

14

(Bank Indonesia), otoritas pengawas sistem keuangan, dan pemerintah yang didukung oleh kekuatan hukum. 2. Pemantauan Pemantauan terhadap stabilitas keuangan penting dilakukan untuk mampu mengukur tekanan risiko yang akan timbul, khususnya gangguan yang bersifat sistemik atau dapat menciptakan krisis. Melalui deteksi dini ini, pencegahan terjadinya instabilitas keuangan yang mematikan perekonomian dapat dilakukan melalui kebijakan bank sentral maupun pemerintah. Pemantauan stabilitas keuangan merupakan tugas bank sentral yang merupakan satu kesatuan dalam menjaga stabilitas keuangan. Ada dua indikator utama yang menjadi target pemantauan, yakni indikator microprudential dan indikator makroekonomi. Kedua indikator tersebut saling melengkapi sebagai aksi dan reaksi dalam sistem keuangan dan ekonomi. Pemantauan indikator

microprudential dilakukan terhadap kondisi mikro institusi keuangan dalam sistem keuangan. Melalui pemantauan ini dapat diketahui potensi risiko likuiditas, risiko pasar, risiko kredit dan rentabilitas institusi keuangan, yang dimaksudkan untuk mengukur ketahanan sistem keuangan. Pemantauan indikator makro ekonomi juga perlu dilakukan terhadap kondisi makro ekonomi domestik maupun internasional yang berdamp mk signifikan terhadap stabilitas keuangan. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, selanjutnya dilakukan analisis guna memprediksi kondisi stabilitas sistem keuangan. 3. Pencegahan krisis Pencegahan krisis dilakukan dengan cara mencegah ketidakstabilan dalam sistem keuangan. Terdapat berbagai langkah kebijakan untuk mengatasi ketidakstabilan dalam sistem keuangan. Langkah-langkah tersebut diadopsi dari standar atau regulasi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga internasional, seperti International Monetary fund (IMF), Bank for International Settlement (BIS), maupun asosiasi profesional lainnya. Harmonisasi langkah pencegahan terhdap krisis ini sangat panting dilakukan dalam kondisi masih normal. Dengan demikian regulasiregulasi yang bersifat macro prudential untuk mencegah adanya sistemik risiko dapat dikeluarkan oleh bank

15

sentral untuk melaksanakan tugasnya yang menyangkut kebijakan untuk menjaga stabilitas sistim keuangan. Dalam hal pengawasan bank berada di bank sentral, maka regulasi yang bersifat microprudential juga dapat dikeluarkan oleh bank sentral secara simultan dan harmonis. Peraturan kehatihatian diharapkan akan dapat menurunkan risiko kepada level dimana bank mampu untuk menyerap dan juga untuk meningkatkan ketahanan lembaga keuangan. Peraturan kehatihatian juga dapat dipakai oleh otoritas untuk memperlambat pertumbuhan yang terlalu cepat sehingga risikonya mudah dikendalikan oleh bank. Buffer modal yang bervariasi juga dapat diterapkan untuk mengantisipasi terjadi siklus boom dan burst akan meningkatkan ketahanan perbankan dalam menghadapi shocks. Namun demikian methodelogi menentukan permodalan yang counter cyclical ini secara teknik sangat bervariasi dan mengandung banyak kelemahan, dengan kemungkinan terjadi overstated tingkat modalnya. 4. Manajemen krisis Meskipun pendekatan untuk mencegah timbulnya krisis cukup banyak, namun tidak ada jaminan bahwa krisis tidak akan terjadi lagi. Karena potensi terjadinya krisis selalu ada, maka perlu adanya pengelolaan krisis. Manajemen krisis ini berisi prosedur penyelesaian krisis dan kejelasan peran serta tanggung jawab dari masingmasing institusi yang terlibat didalamnya. Apabila suatu bank dinyatakan dalam kesulitan misalnya, maka diperlukan langkah-langkah di bawah ini: a) Institusi yang berwenang harus menetapkan apakah bank yang dinyatakan dalam kesulitan itu tergolong sistemik atau tidak. b) Proses penyelamatan harus ditetapkan secara hukum mengingat adanya penggunaan dana publik dalam proses penyelamatan tersebut. c) Peran Bank Indonesia, otoritas pengawasan, dan pemerintah harus ditetapkan secara jelas.

16

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Fungsi dan peran bank Indonesia, antara lain menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Fungsi dan peran ini memiliki kedudukan yang tinggi dan strategis dalam mewujudkan sistem perbankan yang sehat bagi Negara Indonesia. Pelaksanaan fungsi dan peran pengawasan bank Indonesia mencerminkan

kepedulian dan kepentingan bagi setiap Negara dan pemerintah, karena keamanan dan kestabilan sistem bank Indonesia penting bagi kestabilan perekonomian Negara. 2. Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan bagi perekonomian nasional, Bank Indonesia memiliki peran yaitu dalam penyempurnaan fungsi Bank Indonesia selaku Lender of Last Resort. 3. Independensi dalam menjalankan sejumlah kebijakan sangat penting bagi Bank Indonesia untuk memulihkan perekonomian secara keseluruhan. Hal ini mengingat Bank Indonesia diberikan tugas yang tidak ringan dalam menjaga stabilitas perekonomian makro nasional. 4. Dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diperlukan strategi monitoring stabilitas sistem keuangan. Strategi tersebut mencakup koordinasi dan kerjasama, pemantauan, pencegahan krisis dan manajemen krisis.

17

B. Saran Pemerintah dan Bank Indonesia lebih erat menjalin kerjasama dalam menciptakan stabilisasi perkenomian nasional. Pemerintah memilki tanggung jawab moral dan sosial untuk mengambil langkah pengamanan, bila terjadi kegoncangan atau krisis perbankan yang tidak dapat diatasi berdasarkan prinsip dan mekanisme pengawasan bank yang telah di tetapkan. Serta dilaksanakannya pemantauan secara berkala mengenai tugas dan fungsi Bank Indonesia untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang.

18

DAFTAR PUSTAKA

Gandapradja Permadi, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2004 Dwijandono J.Soedradjad, Mengelola Bank Indonesia dalam Masa Krisis. Jakarta: LP3ES, 2001 Saepudin, (2011), Peran Bank Indonesia dalam Pemeliharaan Kestabilan Sistem Keuangan, Retrieved Januari, 2, 2012, web : http://www.saepudinonline.wordpress.com Anoname, (2009), Peran Bank Indonesia dalam Pengendalian Inflasi,Retrieved Januari, 3, 2012, web : http://www.putracenter.net Anoname, (2008), Memahami Peran Bank Indonesia dalam Perekonomian Naional, Retrieved Januari, 3, 2012, web : http://www.leo4myself.blogspot.com

19

LAMPIRAN

1. Bank Indonesia sebagai orotitas moneter yang berwenang mengatur dan mengawasi

seluruh aspek perbankan dalam rangka perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter dan sistem pembayaran. OJK (Otoritas Jasa Keuangan) akan memiliki kewenangan terhadap seluruh aspek penggunaan dan pengawsan bank, sedangkan LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) memiliki kewenangan dalam menetapkan persyaratan keanggotaan, termasuk aspek pengawsan dan pemeriksaan bank yang terkait dengan kepentingan LPS selaku lembaga penjamin dana pihak ketiga.
2. Krisis yang melanda di tahun 1998 telah membuat sistem keuangan Indonesia porak

poranda. Sejak itu maka lahirlah kesepakatan membentuk OJK pada tahun 2002, tapi nyatanya sampai akhir 2002 draf pembentukan OJK belum ada. Hingga akhirnya UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI) direvisi menjadi UU No. 24/2004 yang menyatakan tugas BI adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
3. Dalam terjadinya krisis yang bersift sistemik, maka terdapat kemungkinan beban krisis

akan ditanggung oleh public, oleh karena itu LOLR (Lender of Last Resort.) yang digunakan untuk mengatasi krisis harus melibatkan parlemen dan pemerintah.

20

Anda mungkin juga menyukai