Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN Pada kenyataannya suku bunga merupakan suatu alat yang dipakai oleh pihak moneter untuk menghilangkan

krisis terutama saat terjadi inflasi hebat. Hal ini terjadi saat krisis besar pada tahun 1997-1998 dimana suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) mencapai 70,7%. Namun masa keemasan buat para deposan berakhir berangsur-angsur, sejalan dengan penurunan SBI oleh Bank Indonesia (Jullanery, 2002). Fenomena ini tentu sejalan dengan teori Efek Fisher dimana tinggi rendahnya suku bunga akan selalu mengikuti laju Inflasi. Selain itu, terdapat sebuah asumsi dalam ekonomi bahwa salah satu cara mengatasi inflasi adalah menggunakan kebijakan moneter berupa penaikan suku bunga. Secara teori dinyatakan bahwa bunga berhubungan dengan inflasi terutama jika dikaitkan dengan bunga riil. Bunga riil merupakan selisih antara bunga nominal dengan inflasi. Dengan demikian, bunga berhubungan dengan inflasi. Pertumbuhan ekonomi yang relatif besar dan meningkatnya konsumsi masyarakat akan menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap barang dan jasa yang diproduksi, dan situasi ini merupakan gejala awal dari terjadinya kenaikan harga atau inflasi. Tingkat suku bunga merupakan suatu gejala keuangan yang tingkatnya ditentukan oleh permintaan terhadap uang dan persediaan akan uang. Tingkat suku bunga merupakan salah satu aspek yang digunakan oleh seseorang untuk menambah atau mengurangi permintaan uang. Tingkat suku bunga dapat digunakan untuk mengatur jumlah uang beredar sekaligus mengatur inflasi. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh negatif terhadap laju inflasi di Indonesia yakni jika suku bunga Sertifikat Bank Indonesia naik maka laju inflasi akan turun, sebaliknya jika suku bunga Sertifikat Bank Indonesia turun maka laju inflasi akan naik. Namun disini muncul sebuah pertanyaan, apakah inflasi merupakan faktor terpenting yang memperngaruhi perubahan suku bunga terhadap bank-bank di Indonesia? Apakah teori Efek Fisher mampu dijadikan pedoman seutuhnya dalam pembuatan kebijakan penentuan suku bunga atau apakah teori Efek Fisher sesuai dengan kenyataan?

Hasil Penting Penelitian Amelia dan Utomo (2006) Peelitian dari Amelia dan Utomo (2006) yang berjudul Faktor-faktor yang Memperngaruhi Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia bukan merupakan penelitian pertama yang dilakukan. Amelia dan Utomo (2006) menjelaskan dalam jurnalnya bahwa penelitiannya merupakan penyempurnaan dari penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini bertujuan untuk mencari faktor manakah yang paling memperngaruhi tingkat suku bunga pada bank-bank umum di Indonesia. Amelia dan Utomo (2006) membagi faktor-faktor tersebut menjadi dua bagian yaitu Faktor Eksternal yaitu perkembangan liquiditas perekonomian (X1), tingkat inflasi (X2) dan pertumbuhan ekonomi (X3) dan Faktor Internal yang terdiri dari CAR (Capital Adequacy Ratio) (X4), ROA (Return On Asset) (X5), dan LDR (Loan to Deposit) (X6) dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sementara itu, penulis menggunakan hasil penelitian ini untuk dianalisis perbandingannya dengan teori Efek Fisher. Hasil Penelitian Pengaruh Variabel Bebas terhadap Suku Bunga dalam Satu Bulan Dari analisis ini diperoleh bahwa semua variable berpengaruh terhadap tingkat suku bunga sebesar 39.3 persen. Dalam hasil penelitian tersebut diketahui bahwa tingkat inflasi, ROA, dan LDR berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga, dimana setiap ada perubahan pada variabel-variabel tersebut maka bank juga harus melakukan perubahan pada tingkat suku bunga tiap bulannya. Pengaruh Variabel Bebas terhadap Suku Bunga dalam Tiga Bulan Analisis ini mempunyai hasil yang sama dengan analisis dalam jangka waktu satu bulan dimana tingkat inflasi, ROA, dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tingkat suku bunga, hal ini berarti bahwa setiap ada perubahan variable-variabel tersebut maka bank juga harus merubah tingkat suku bunga pada tiga bulannya. Pengaruh Variabel Bebas terhadap Suku Bunga dalam Enam Bulan Pada analisis ini, variable yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan suku bunga adalah ROA dan LDR setiap ada perubahan variable-variabel tersebut maka bank juga harus merubah tingkat suku bunga pada enam bulannya.

Pengaruh Variabel Bebas terhadap Suku Bunga dalam Dua Belas Bulan Sama seeperti penelitian dalam jangka waktu enam bulan, pada penelitian ini variable yang memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan suku bunga adalah ROA dan LDR setiap ada perubahan variable-variabel tersebut maka bank juga harus merubah tingkat suku bunga pada dua belas bulannya. Poin-Poin Penting Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat diambil poin penting bahwa faktor internal ternyata paling berpengaruh terhadap tingkat suku bunga deposito berjangka yang artinya bahwa kinerja Perbankan itu sendiri lebih mempengaruhi dalam penetapan tingkat suku bunga deposito dibandingkan dengan faktor eksternal yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat bahwa kinerja Bank yang diproksi dari rasio ROA dan LDR ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penetapan tingkat suku bunga deposito berjangka satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan dua belas bulan dibandingkan dengan faktor eksternal yaitu tingkat inflasi yang hanya mampu mempengaruhi secara signifikan pada tingkat suku bunga deposito berjangka satu bulan dan tiga bulan. Antara Teori dan Realita : Kelemahan Asumsi Cateris Paribus dan Maksimaliasi Laba Dari hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Teori Efek Fisher mempunyai kelemahan. Teori ini tidak mampu menjelaskan adanya variablevariabel lain yang mampu memperngaruhi perubahan terhadap variable terikat. Dalam teori Efek Fisher, inflasi sebagai variable utama () ternyata memiliki pengaruh lebih kecil dari pada variable-variabel lain seperti ROA dan LDR. Selain itu pengaruh inflasi terhadap perubahan suku bunga tidak bisa mencapai jangka waktu enam bulan. Teori Efek Fisher merupakan sebuah teori yang secara harfiah tidak lepas dari asumsi cateris paribus dimana suatu teori disusun untuk melakukan penyederhanaan sehingga memunculkan kemudahan seseorang untuk belajar mengenai suatu permasalahan. Sehingga sangat wajar bila (mungkin seorang)

Irfing Fisher mempunyai kelemahan dalam melakukan permusan tentang banyaknya variable variable di muka bumi ini sehingga dia melakukan suatu penyederhanaan. Dalam praktek/realita, tidak dapat ditemui asumsi cateris paribus. Manusia selalu dihadapkan dengan banyak sekali variabel-variabel yang tidak terkontrol sehingga teori sosial sangat berbeda denga teori eksak. Adanya pengaruh kuat dari LDR dan ROA dalam penentuan suku bunga, penulis mengansumsikan bahwa hal ini berkaitan dengan kelayakan hidup perbankan. Mau tidak mau perbankan dituntut untuk mencari laba melalui suku bunga dari kredit yang diberikan. Semakin besar ROA bank, maka bank akan dengan semakin cakap menentukan suku bunga yang diberikan kepada nasabah demi memperoleh laba maksimum. Sementara itu perbankan akan mengecilkan tingkat LDR nya sehingga dengan penentuan bunga yang tinggi maka bank akan memiliki kemampuan membayar kembali dana yang ditarik oleh Deposan. Kedua variable ini secara tidak langsung berkaitan dengan usaha maksimalisasi laba pada perbankan dengan memainkan suku bunga. Saran Dalam mengatasi krisis, penentuan suku bunga sebagai instrument kebijakan moneter tidak selamanya berkembang dengan baik dan memerlukan waktu untuk menarik calon pembeli. Selain itu stumulus Bunga juga memiliki kelemahan dimana inflasi sekarang juga bersumber dari ketidakpastian APBN. Selain itu penaikan suku bunga saat inflasi berakibat buruk pada sector rill dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, inflasi merupakan suatu permasalahan yang umum (bisa dikatakan harus) terjadi pada suatu system ekonomi. Hanya saja, inflasi ini perlu dijaga agar tidak melebihi dari target yang ditetapkan. Dengan hanya kecilnya pengaruh inflasi (sesuai penelitian diatas) dalam penentuan suku bunga, maka bisa dikatakan bahwa suku bunga seyogyanya tidak dijadikan sebagai solusi utama dalam pengatasan inflasi dari sisi moneter karena tidak jarang perbankan akan memanfaatkannya dengan menentukan bunga gelap yang tidak sesuai prosedur. Nnamun sebagai solusi, pemerintah harus membarenginya dengan kebijakan moneter lain.

Anda mungkin juga menyukai