Anda di halaman 1dari 11

STUDI ISLAM III

Muhammad Ali Pasya,Jamaluddin Al Afghani, dan Syekh Muhammad Abduh

Disusun oleh : >> Khawaritzmi Alfajar >>Yopi Bagus Hermawan >>Yudhistira Maulana SI 3D

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan nikmat dan rahmatNya akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Terima kasih kami sampaikan kepada dosen Studi islam III yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, memberikan dukungan dan arahannya kepada kami. Terima kasih juga kepada seluruh teman- teman, dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga tulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif akan kami terima guna perbaikan di masa yang akan datang. Kiranya, dengan semakin bertambahnya wawasan dan ilmu pengetahuan kita semakin menyadari bahwa Tuhanlah sumber segala ilmu pengetahuan sehingga kita bisa semakin bertakwa kepada Tuhan. Terima kasih.

Jakarta, 26 Oktober 2010

Penyusun

PENDAHULUAN

Dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan kata modern, modernisasi dan modernism yang dimaksudkan sebagai suatu pemurnian kembali nilai islam yang benar atau sesuai dengan Al Quran dan sunnah. Kata-kata modern ini berasal dari istilah bangsa barat yang berarti fikiran, aliran, gerakan ,dan usaha untuk mengubah faham-faham adat istiadat, intitusi-institusi lama dan sebagainya untuk dsesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Yang jelas berbeda dengan istilah modernisasi dalam islam. Walaupun begtu mash terdapat hubungan dalam hal tersebut. Kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern mrmasuki dunia islam, terutama sesudah pembukaan abad kesembilan belas, yang dipandang sebagai permulaan priode modern kontak dengan dunia barat selanjutnya membawa ide-ide baru kr dunia islam. semua ini menimbulkan persoalan-persoalan baru,dan pemimpin-pemimpin islam pun mulai memikirkan cara mengatasi persoalan-persoalan baru itu. Modernnisasi pun sangat dirasakan di mesir, setelah penyerangan dan pendudukan kekuasaan yang dilakukan oleh napoleon yang pemerintahan napoleon berjalan selama 3 tahun telah memberikan pembaharuan dalam dunia islam terutama di mesir. Dengan pendudukan kekuasaan tersebut telah menyadarkan umat islam akan ketertinggalannya dengan dunia barat.olek karena itu, banyak sekali tokoh-tokoh yang berperan dalam memajukan mesir.antara lain Muhammad ali Pasya,Jamaluddin al afghani,Muhammad abduh dan lain sebagainya.

BAB II PEMBAHASAN

2.2 MUHAMMAD ALI PASYA Telah dikemukakan,bahwa napoleon Bonaparte datang ke mesir diikuti oleh orang-orang sipil dan diantara orang sipil tersebut terdapat pula ilmuan dengan segala peralatannya. Hal ini semua menyadarkan ummat islam di mesir bahwa kebudayaan dan peradaban barat kala itu lebih tinggi. Orang pertama yang membuka jalan pembaharuan di mesir adalah Muhammad ali pasya yang beberapa tahun kemudian diakui sebagai The Founder of Modern Egypte. Muhammad ali pasya berasal dari turki kelahiran yunani. Ia lahir pada tahun 1765 dan meninggal pada tahun 1849. Sejak kecil ia sudah bekerja keras untuk keperluan hidupnya,sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk sekolah,dengan demikian ia tidak pandai baca tulis. Meskipun ia tidak pandai membaca dan menulis, namun ia adalah anak yang cerdas dan pemberani hal itu terlihat dalam kariernya,baik dalam bidang militer ataupun sipil yang selalu sukses. Setelah ia dewasa, Muhammad ali pasya bekerja sebagai pemungut pajak dan karena ia rajin bekerja jadilah ia kesenangan gubernur dan akhirnya menjadi menantu gubernur. setelah kawin ia diterima menjadi anggota militer, karena keberanian dan kecakapan menjalankan tugas,ia diangkat menjadi perwira. Pada waktu penyerangan napoleon ke mesir, sultan turki mengirim bantuan tentara ke mesir,diantara perwiranya adalah Muhammad ali pasya, bahkan Muhammad ali pasya ikut bertempur melawan napoleon pada tahun 1801. Dalam pertempuran tersebut, ia menunjukkan keberanian yang luar biasa,sehingga ia dianugrahi pangkat kolonel. Rakyat mesir melihat kesuksesan Muhammad ali dalam pembebasan mesir dari tentara napoleon,maka rakyat mesir mengangkat ali sebagai wali mesir dan mengharapkan sultan di turki dapat merestuinya. Pengakuan sultan turki atas usul rakyat tersebut baru mendapat persetujuannya dua tahun kemudian, setelah turki dapat mematahkan intervensi inggris dimesir. Setelah Muhammad ali mendapat kepercayaan rakyat dan pemerintah pusat di turki, ia menumpas musuh-musuhnya, terutama golongan mamluk yang masih berkuasa di daerah-

daerah,akhirnya mamluk dapat ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad ali menjadi penguasa tunggal di mesir,akan tetapi lama kelamaan ia asyik dengan kekuasaannya, akhirnya ia bertindak sebagai ditaktor. Pada saat-saat sultan turki menghadapi lawan-lawannya,baik dari dalam negri ataupun dari luar negri,sultan selalu memita bantuan kepada Muhammad ali. Demikian pula ketika terjadi pemberontakan bangsa yunani (1824-1826) dan perang antara turki dengan rusia, Muhammad ali memberikan bantuannya kepada sultan Mahmud II. Pada waktu Muhammad ali meminta kepada sultan agar Syria diserahkan kepadanya, sultan tidak mengabulkannya. Muhammad ali pasya marah dan menyerang dan menguasai Syria bahkan serangan sampai ke turki, akan tetapi melalui perundingan terdapat kata sepakat bahwa seluruh mesir diserahkan sepenuhnya kepada Muhammad ali turun-menurun. Muhammad ali dan keturunanya menjadi raja di mesir lebih dari satu setengah abad lamanya memegang kekuasaan di mesir. Terakhir adalah raja farouk yang telah digulingkan oleh para jenderalnya pada tahun 1953. Dengan demikian berakhirlah keturunan Muhammad ali di mesir. Kalau diteliti lebih mendalam, maka terkesan bahwa Muhammad ali walaupun tidak pandai baca tulis,akan tetapi ia seorang yang cerdas, tanpa kecerdasan ia tidak akan mendapat kekuasaan dan tujuan akhirnya adalah untuk menjadi penguasa ummat islam, ia adalah seorang yang ambisius menjadi pimpinan ummat islam, keambisiusannya itu tampak dalam pembaharuan yang dilaksanakannya untuk kemajuan ummat islam itu. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh muhammd ali: 1. Politik luar negri Muhammad ali menyadari bahwa bangsa mesir sangat jauh ketinggalan dengan dunia barat, karenanya hubungan dengan dunia barat perlu diperbaiki seperti perancis,itali,inggris ,dan Australia. Hubungan baik itu diperlukan agar bangsa mesir dapat berhubungan langsung dengan bansa-bangsa barat tersebut,menyerap pengalaman mereka dan belajar ilmu pengetahuan secara langsung dengan bangsa barat. Menurut catatan antara tahun 1813-1849 ia mengirim 311 pelajar mesir ke itali, perancis, inggris dan Australia. Yang dipentingkan adalah ilmu-ilmu kemiliteran, arsitek, kedikteran, dan obat-obatan. Selain dari itu dipentingkan pula ilmu administrasi Negara, akan tetapi sistem politik eropa tidak menarik perhatian Muhammad ali. 2. Politik dalam negri a. Membangun kekuatan militer Menyadari untuk menjadi Negara yang besar dan kuat diperlukan angkatan bersenjata yang modern, untuk itu Muhammad ali mengundang para ahli militer barat untuk melatih angkatan bersenjata mesir dan juga mengirim missi k eluar negri(eropa) guna

mempelajari ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 untuk pertama kalinya dimesir didirikan sekolah militer yang sebagian besar instrukturnya didatangkan dari eropa. b. Bidang pemerintahan Pengaturan administrasi pemerintahan, Muhammad ali meniru pemerintahan perancis, ia mempunyai penasehat politik, tetapi putusan terakhir terletak ditangannya. c. Ekonomi Tampaknya Muhammad ali tidak hanya pahlawan dalam masa perang tapi juga dalam masa damai. Muhammad ali menyadari bahwa negaranya adalah Negara agraris, maka ia membangun irigasi al-khatiri al-khairiyah, mendatangkan bibit kapas dari india dan sudan, kemudian mendirikan pabrik-pabrik. Pada tahun 1810 pendapatan mesir terus meningkat, keuangan Negara mulai menunjukkan surplus. d. Pendidikan Walaupun Muhammad ali tidak pandai baca tulis,akan tetapi pemikirannya dan antisipasinya jauh kedepan. Ia menyadari bahwa timur di kala itu jauh ketinggalan dari dunia barat dalam segala bidang ilmu pengetahuan dan factor penyebab utama adalah pendidikan. Disamping pengiriman orang mesir ke luar negri untuk belajar ilmu pengetahuan, di dalam negri didirikan sekolah militer(1815),sekolah teknik(1816), sekolah kedokteran(1927),farmasi(1829),guru-gurunya didatangkan dari barat. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad ali merupakan landasan pemikiran dan pembaharuan selanjutnya.

2.3 JAMALUDDIN AL AFGHANI Jamaluddin al afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan yang tempat tnggal dan aktivitasnya berpindah-pindah dari satu Negara islam ke Negara islam lainnya. Pengaruh terbesar yang ditinggalkannya adalah di mesir, oleh karena itu uraian mengenai pemikiran dan aktivitasnya dimasukkan ke dalam bagian tentang pembaharuan di dunia arab. Jamaluddin al afghani lahir di afganistan pada tahun 1897 M. dalam silsilah keturunanya alafghani adalah keturunan nabi melalui saidina ali ali ra. Pendidikannya sejak kecil sudah diajarkan mengkaji al-quran dari ayahnya sendiri, besar sedikit lagi bahasa arab dan sejarah. Ayahnya mendatangkan seorang guru ilmu tafsir, ilmu hadis dan ilmu fiqih yang dilengkapi pula dengan ilmu tasawuf dan ilmu ketuhanan, kemudian dikirim ke india untuk mempelajari ilmu pengetahuan modern (Eropa). Pengabduaanya pertama di afganistan ketika ia berusia dua puluh dua tahun ia telah menjadi pembantu pangeran Dost Muhammad khan di afganistan. Di tahun 1864 M ia menjadi penasihat Sher Ali Khan, beberapa tahun kemudian ia menjadi perdana mentri oleh Muhammad Azam Khan. Di tahun 1870 ia pindah ke turki dan diangkat oleh perdana mentri Ali Pasya menjadi anggota Majelis Prndidikan Turki, kemudian pindah lagi ke iran dan di sana diangkat menjadi Mentri Penerangan, dan selanjutnya pindah lagi ke Mesir. Selama di Mesir al-afghani mengajukan konsep-konsep pembaharuannya, antara lain yang pokok: a) Musuh utama adalah penjajahan (Barat), hal ini tidak lain dari lanjutan perang salib. b) Ummat islam harus menentang penjajahan di mana dan kapan saja. c) Untuk mencapai tujuan itu ummat islam harus bersatu (panislamisme) Pan-islamisme bukan berarti leburnya kerajaan-kerajaan islam menjadu satu, tetapi mereka harus mempunyai satu pandangan bersatu dalam kerjasama. Persatuan dan kerja sama merupakan sendi yang amat penting dalam islam. persatuan islam hanya dapat dicapai bila berada dalam kesatuan pandangan dan kembali kepada ajaran islam yang murni yaitu al-quran dan sunnah rasul. Untuk mencapai usaha-usaha pembaharuan tersebut diatas: a) Rakyat harus dibersihkan dari kepercayaan ketakhayulan. b) Orang harus yakin bahwa ia dapat mencapai tingkat/derajat budi luhur. c) Rukun iman harus betul-betul menjadi pandangan hidup, dan kehidupan manusia bukan sekedar ikutan belaka. d) Setiap generasi ummat harus ada lapisan istimewa untuk memberikan pengajaran dan pendidikan pada manusia-manusia yang bodoh dan juga memerangi hawa nafsu jahat dan juga menegakkan disiplin.

Selama selapan tahun menetap dimesir ia pergi ke paris, di sini ia mendirikan perkumpulan AL-Urwatul Wusqa yang anggotanya terdiri dari orang-orang islam dan india, mesir, suria, afrika utara dan lain-lain. Di antara tujuan yang ungun dicapai ialah memperkuat rasa persaudaraan islam, membela islam dan membawa islam kepada kemajuan. Majalah al-Urwatul Wusqa yang diterbitkan oleh perkumpulan ini cukup terkenal, dan bahkan sampai ke Indonesia, tetapi tidak lama penerbitannya terpaksa dihentikan, karena dunia barat melarang penyebarannya ke Negara-negara islam yang berada dibawah kekuasaannya. Di paris inilah jamaluddin alafghani bertemu dengan muridnya yang setia yaitu Muhammad Abduh. Kemudian ia kembali ke istambul, sampai akhir hayatnya. 2.4 SYEKH MUHAMMAD ABDUH Muhammad abduh lahir pada tahun 1849, tetapi ada yang mrngatakan bahwa ia lahir sebelum tahun itu, di sekitar tahun 1845, di desa Mahillah (Mesir) dan wafat pada tahun 1905. Ayahnya bernama abduh ibnu Hasan Khairillah, mempunyai silsilah keturunan dengan bangsa turki, dan ibunya mempunyai keturunan dengan Umar bin Khattab, khalifah kedua ( Khulafaurrasyidin). Orang tuanya sangat memperhatikan terhadap pendidikan Muhammad abduh, ayahnya mendatangkan seorang guru untuk mengajar Muhammad abduh secara privat di rumahnya untuk memberi pelajaran membaca dan menulis, kemudian setelah ia pandai membaca dan menulis, ia diserahkan kepada seorang guru hafidz al-quran. Dalam waktu dua tahun Muhammad abduh telah hafal al-quran. Pada tahun 1862 ia dikirim oleh ayahnya ke perguruan agama di masjid ahmadi yang terletak di desa tanta. Hanya dalam waktu enam bulan ia belajar di sana kemudian berhenti, karena tidak mengeryi apa yang diajarkan gurunya. Ayahnya tetap memaksa agar ia kembali ke tanta untuk menuntut ilmu pengetahuan, maka ia pun pergi, tetapi tidak ke tanta melainkan kerumah saudara ayahnya (pamannya) bernama Darwisy Khadr. Dengan bimbingan pamannya Muhammad abduh kembali ke perguruan tanta. Setelah belajar di tanta pada tahun 1866 ia meneruskan ke perguruan tinggi al Azhar Chairo, dan di sinilah ia bertemu dan berkenalan dengan Syid Jamaluddin al-afghani. Ketika Jamaluddin al-Afghani datang ke mesir pada tahun 1871 M. untuk menetap di mesir, Muhammad abduh menjadi muridnya yang setia. Ia belajar filsafat dibawah bimbingan afghani dan di masa inilah ia mulai membuat karangan untuk harian al-Ahram yang pada saat itu baru didirikan. Pada tahun 1877 studinya selesai da al-azhar dengan hasil yang sangat baik dan mendapat gelar alim. Kemudian ia diangkat menjadi dosen al-azhar disamping itu ia mengajar di universitas Darul-Ulum. Karena hubungannya dengan jamaluddin al-afghani yang dituduh menentang Khadewi Taufik, maka Muhammad abduh yang juga turut dipandang turut campur dalam persoalan ini di buang keluar kota chairo, tetepi setahun kemudian, di tahun 1880 M. ia dibolehkan kembali ke ibu kota dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi

pemerintah Mesir yang bernama Al-Waqail Mishriyah, yang dibantu oleh Saad Zaglul Pasya, yang kemudian ternyata menjadi pemimpin mesir yang termasyhur. Dengan majalah ini Muhammad abduh mendapat kesempatan yang lebih luas menyampaikan ide-idenya, melalui artikel-artikelnya yang hangat dan tinggi nilainya tentang ilmu agama, filsafat, kesusastraan,dan lain-lain. Ia juga mempunyai kesempatan untuk mengadakan keritikan terhadap pemerintah tentang nasib rakyat, pendidikan dan pengajaran di mesir. Dalam peristiwa pemberontakan Urabi Pasya (1882) Muhammad abduh ikut terlibat didalamnya, sehingga ketika pemberontaka berakhir, ia di usir dari Mesir. Dalam pembuangannya ia memilih Syria (Beirut) di sini ia mendapat kesempatan untuk mrngajar pada perguruan tinggi Sultaniah, kurang lebih satu tahun lamanya. Kemudian ia pergi ke paris atas panggilan Sayid Jamaluddin al-afghani, yang pada waktu itu tahun 1884 telah berada disana. Bersama-sama Jamaluddin al-Afghani disusunlah suatu gerakan yang bernama Al-Urwatul Wusqa suatu gerakan kesadaran ummat islam sedunia. Untuk mencapai tujuan gerakan itu dibuatlah (diterbitkan) sebuah majalah dengan nama organisasi ini juga yaitu Al-Urwatul Wusqa. Melalui majalah itulah ditiupkan suara keinsyafan keseluruh dunia islam, supaya mereka bangkit dari tidurnya. Gebrakan ini dengan cepat menggema keseluruh ummat islam, terlihat pengaruhnya di kalangan ummat islam, maka dalam waktu yang sangat singkat kaum imprialis menjadi cemas dan gempar. Akhirnya Inggris dan Belanda melarang majalah ini masuk ke daerah jajahannya, kemudian tahun 1884 setelah majalah itu terbit 18 nomor, atas permintaan inggris, belanda,perancis melarang terbit majalah tersebut. Muhammad Abduh kebetulan diperkenankan pulang ke Mesir, sedang jamaluddin mengembara di eropa kemudian terus ke Moskow. Di mesir Muhammad Abduh diserahi memangku jabatan Mufti Mesir, dusamping itu pula ia diangkat menjadi anggota Majlis Perwakilan (legislative Council), Muhammad Abduh pernah juga diserahi jabatan Hakim Mahkamah, dan di dalam tugas ini ia di kenal sebagai hakim yang adil. Pokok-pokok pikiran Muhammad Abduh dapat disimpulkan dalam empat aspek, yaitu: Pertama, aspek kebebasan, antara lain; dalam usaha memperjuangkan cita-cita pembaharuannya, Muhammad Abduh berbeda drngan gurunya Jamaluddin al-Afghani yang mrnghendaki PanIslamisme bahkan secara revolusi, akan tetapi Muhammad Abduh memperkecil ruang lingkupnya, yaitu nasionalisme arab saja dan dititik beratkan pada pendidikan. Kesadaran rakyat bernegara dapat disadarkan melalui pendidikan, surat kabar, majalah dan sebagainya. Kedua, aspek kemasyarakatkan, antara lain, usaha-usaha pendidikan perlu diarahkan untik mencintai dirinya, masyarakat dan negaranya. Dasar-dasar pendidikan yang demikian akan membawa kepada seseorang untuk mrngetahui siapa dia dan siapa yang menyertainya. Dalam

hal perkawinan, Muhammad Abduh pada dasarnya monogami, sedangkan ayat 3 surat an-Nisa membolrhkan poligami diikat dengan syarat adil yang tidak mungkin dilaksanakan oleh seorang manusia. Ketiga, aspek keagamaan, dalam masalh ini Muhammad Abduh tidak menghendaki adanya taqlid, guna memenuhi tuntutan ini pintu ijtihad selalu dibuka. Oleh karena itu tujuan pembaharuan Muhammad Abduh disamping membebaskan dari taqlid adalah kembali membuka pintu ijtihad, dengan bersemangat sehingga dampai berpendapat, bahwa Zahir nash yang bertentangan dengan akal manusia yang sehat. Dan wajarlah dari pendapat tersebut, maka ia mengatakan bahwa agama dan ilmu tidak ada pertentangan, al-Quran bukan saja sesuai dengan ilmu pengetahuan tapi bahkan mendorong semangat ummat islam untuk mengembangkannya. Keempat, aspek pendidikan antara lain, al-Azhar mendapat perhatian perbaikan, demikian pula Bahasa Arab dan pendidikan pada umumnya cukup mendapat perhatiannya. Menurut Muhammad Abduh bahasa arab perlu dihidupkan dan untuk itu metodenya perlu diperbaiki dan ini ada kaitannya dengan metode pendidikan. Sistem menghapal di luar kepala perlu diganti dengan sistem penguasaan dan penghayatan materi yang dipelajari. Sistem madrasah yang lama akan mengeluarkan ulama-ulama tanpa memiliki pengetahuan modern dan sekolah-sekolah pemerintah yang ridak memiliki pengetahuan-pengetahuan agam yang cukup. Untuk itu Muhammad Abduh menyarankan menambah pengetahuan umum pada madrasah-madrasah dan menambah pengetahuan agama pada sekolah-sekolah umum, sehingga jurang pemisah yang mungkin timbul antara dua lembaga pendidikan itu akan dapat ditanggulangi.

DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasution : Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003. HM.Yusron Asmawi : Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam, Jakarta,PT.Raja Grafindo Persada,1995.

Anda mungkin juga menyukai