Anda di halaman 1dari 4

MENEJEMEN PRODUKSI BENIH

PERENCANAAN PRODUKSI BENIH PADI NON HIBRIDA


( tugas ini disusun untuk memenui tugas menejemen produksi benih )

Oleh : Maulana Ridwan 0910440289

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

PERENCANAAN PRODUKSI BENIH PADI NON HIBRIDA Untuk dapat mengelola produksi benih padi bersertifikat terdapat beberapa proses yang harus dilakukan dengan seksama dan teliti. a. Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan,dapat bekas tanaman padi, asalkan varietas yang ditanam sama dengan varietasyang ditanam sebelumnya, Ketinggian lahan disesuaikan dengan daya adaptasi varietas tanaman, umumnya padi beradaptasi di dataran rendah, Lahan relatifsubur, Ph 5,4-6, dan memiliki lapisan keras sedalam 30 cm agar sawah tidak lekas kering. b. Benih Sumber Benih sumber yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi. Kebutuhan benih sumber per hektar diperkirakan sebanyak 10 kg benih penjenis untuk menghasilkan benih dasar, 25 kg benih dasar untuk menghasilkan benih pokok; dan 25 kg benih pokok untuk menghasilkan benih sebar. Varietas yang ditanam hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen memperhatikan pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama serta penyakit. c. Penyemaian Ukuran bedeng pesemaian umumnya 5% dari luas lahan penanaman. Misalnya lahan penanaman direncanakan seluas satu hektar maka bedengan persemaian yang diperlukan sekitar 500 .

Persiapan pesemaian, terdiri atas; Lumpurkan tanah pesemaian dua kali dengan interval satu minggu, buat bedengan setinggi 5-10 cm, lebar 1 m dan panjang sesuai petakan sawah, buat saluran pembuangan air dengan lebar 10 cm antarpetak pesemaian, berikan 5-6 g pupuk NPK per m2 yang diaduk dengan tanah,berikan air setinggi 2-3 cm dan keringkan sekali waktu utnuk memperbaiaki vigor( kekuatan) bibit, tingkatkan permukaan air sampai 5 cm untuk menekan gulma,buang gulma(rumput-rumput) yang ada pada pesemaian. d. Penyiapan lahan dan penanaman Penanaman padi menghendaki tanah sawah yang berstruktur lumpur dengan kedalaman sekitar 15-30 cm. untuk memperoleh struktur tanah demikian, lahan beberapa kali direndam dengan air. Tanah diolah 15 hari sebelum penanaman bibit, pengelolaan tanah dilakukan untuk memperoleh tingkat pelumpuran yang tinggi. Kegiatan selanjutnya yaitu pengaturan jaraktanam jarak tanam dibuat 22

cm x 22 cm bila penanaman pada musim kemarau dan 30 cm x 15 cm bila penanaman pada musim hujan. Sebelum ditanam, bibit dipotong kira-kira 20 cm dari pangkal batang. Tujuannya untuk mengurangi penguapan agar bibit tidak lekas layu. Bibit berumur 18-21 hari ditanam dengan jumlah bibit sebaiknya 2-4 tanaman per rumpun sedalam 2-3 cm. Airi tanah setinggi 5 cm dari permukaan tanah sampai 10 hari sejak tanam e. Pemupukan Dosis pupuk yang diberikan adalah 135 kg N; 45 kg P dan 45 kg K/ha. Pupuk diberikan tiga kali yaitu 1) pada saat tanam dengan memberikan 45 kg N dan seluruh dosis pupuk P dan K, 2) pada saat tiga minggu setelah tanam dengan memberikan 45 kg N dan 3) pada saat enam minggu setelah tanam dengan memberikan 45 kg N. f. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma.Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma,menggunakan landak atau gasrok . Penyiangan dapat dilakukan sebelum pemupukan susulan pertama atau kedua. Hak ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanyadiserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan. g. Pengendalian OPT Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan varietas seperti yang diharapkan. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Hama wereng coklat dan penyakit tungro merupakan hama dan penyakit yang paling utama saat ini. Untuk itu di dalam pengembangan ataupertanaman produksi benih supaya berhasil beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : Hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakit terutama daerahendemis wereng coklat dan penyakit tungro. Bila pengembangan dilakukan di daerah endemis hama dan penyakit, terapkan PHT dengan monitoring keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng hijau secara intensif. Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitor penerbangan ngengat penggerek batang. Penggunaan pestisida dengan bijak

h. Pemanenan dan perlakuan pasaca panen

Pemanenan padi untuk benih dilakukan setelah pemeriksaan lapangan terakhirdan telah dinyatakan lulus oleh BPSB. Waktu panen ditentukan jika umur berbunga telah mencapai optimal. i. Perlakuan Pasca Panen Padi yang telah dipanen masih ada beberapa tahap perlakukan agar siap digunakan sebagai benih. Perlakuan tersebut antara lain perontokan,pengeringan, pengolahan, serta penyimpanan. Proses pengolahan benih merupakan proses yang cukup kritis. Jika saat di lahan, orientasi produksi maksimal merupakan tujuan utama, maka pada proses pengolahan benih,orientasi mutu maksimal merupakan prioritasnya. Jika produksi di lapang harus lulus standar lapang maka proses pengolahan benih pun harus lulus standar laboratorium. Benih yang telah kering dan bersih dikemas dalam karung atau kemasan siap salur dan kemudian disimpan di dalam ruang penyimpanan.Ruang penyimpan benih diusahakan mempunyai ventilasi yang baik agarkualitas benih dapat terjaga. Lama penyimpangan benih hendaknya memperhatikan masa berlakunya label benih. Masa berlakunya label benih padi 6 bulan sejak selesainya pengujian dan paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Sebelum disimpan, pada umumnya benih diberi berbagai perlakuan pelapisan benih (seed coating),kemudian benih-benih tersebut akan diuji dengan berbagai peralatan modern.

DAFTAR PUSTAKA Anggi.2010.produksi-benih-padi-non-hibrida.http://agribisnis.web.id/web/dipertan tb/main.htmhttp://anggi 87.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai