Anda di halaman 1dari 18

4.1.

Kajian Pasar Komoditi Kelapa Sawit

4.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Global Dari berbagai perkembangan dan kajian yang ada, terlihat bahwa ke depan persaingan dalam usaha perkebunan kelapa sawit bukan saja terjadi antar sesama negara produsen melainkan juga persaingan dengan jenis minyak nabati lainnya. Hal ini jelas terlihat dari gambaran tentang pangsa konsumsi dan produksi minyak nabati terlihat pada Tabel 4.1. berikut: Tabel 4.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia
No I. 1 2 3 4 5 Uraian Total Produksi/(ton) M. sawit M. Kedelai M. kanola M. bunga matahari M. lainnya 1993-1997 1998-2002 70.778.000 83.680.000 15.500.382 20.752.640 17.765.278 19.915.840 10.121.254 11.966.240 8.351.804 9.790.560 19.039.282 21.254.720 90.501.000 104.281.000 15.385.170 20.021.952 17.828.697 20.126.233 10.045.611 11.783.753 8.326.092 9.593.852 38.915.430 42.755.210 2003-2007 2008-2012 95.624.000 108.512.000 25.340.360 29.949.312 22.376.016 25.174.784 12.526.744 15.517.216 12.526.744 12.044.832 22.854.136 25.825.856 118.061.000 132.234.000 25.973.420 29.752.650 22.313.529 25.124.460 13.577.015 15.471.378 10.861.612 12.033.294 45.335.424 49.852.218

II. Total Konsumsi/(ton) 1 M. sawit 2 M. Kedelai 3 M. kanola 4 M. bunga matahari 5 M. lainnya Sumber : diolah dari Oil World

Jika ditinjau untuk masing-masing komoditi, diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan produksi untuk minyak kelapa sawit pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan menjadi 25.340.360 ton
(26,5

%) dari total produksi jenis minyak nabati. Perkembangan persentase produksi minyak nabati

dunia dapat dilihat pada Gambar 4.1. Begitu juga dengan konsumsi, diperoleh gambaran bahwa pertumbuhan konsumsi yang cukup tinggi terjadi terutama pada tiga jenis minyak nabati yaitu minyak kedelai, minyak kelapa sawit dan minyak kanola. Namun demikian mulai periode 2003-2007 pangsa konsumsi minyak kelapa sawit mengungguli pangsa konsumsi minyak kedelai. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga tahun 2020.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 1

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

P e rk e m b a n g a n P ro d u k s i M in y a k N a b a t i D u n ia
35000000
Jumlah Produksi (ton)

30000000 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 1 9 9 3 -1 9 9 7 1 9 9 8 -2 0 0 2 2 0 0 3 -2 0 0 7 2 0 0 8 -2 0 1 2


Re n t a n g T a h u n

M in y a k S a w it

M in y a k K e d e la i

M in y a k K a n o la

M in y a k B u n g a M a ta h a r i

M in y a k L a in n y a

Gambar 4.1. Grafik Perkembangan Persentase Produksi Minyak Nabati Dunia

Perkembangan Konsumsi M inyak N abati D unia


60000000
Jumlah Konsumsi (ton)

50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 1993-1997 1998-2002 2003-2007 2008-2012


Re n tan g T ah u n

Miny ak Saw it

Miny ak Kedelai

Miny ak Kanola

Miny ak Bunga Matahari

Miny ak Lainny a

Gambar 4.2. Grafik Perkembangan Persentase Konsumsi Minyak Nabati Dunia Dari olahan data berdasarkan sumber oil world masih menunjukkan kekurangan akan kebutuhan produksi minyak goreng sawit hal ini dapat diketahui dari data produksi dan rencana produksi minyak sawit dunia tahun 2003-2007 sebesar 25.340.360 ton (tingkat produksi mencapai 26,5% dari 95.624.000 ton produksi minyak nabati di dunia), sedangkan data konsumsi dan rencana konsumsi tahun 2003-2007 sebesar 25.973.420 ton (tingkat konsumsi mencapai 22% dari 118.061.000 ton konsumsi minyak nabati di dunia). Dari data tersebut diatas masih terdapat kekurangan minyak goreng sawit sebesar 633.060 ton minyak goreng sawit atau setara dengan 844.060 ton CPO atau setara dengan ketersediaan 3.699.913,04 ton TBS per tahunnya.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 2

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Ekspor CPO Indonesia pada dekade terakhir meningkat dengan laju antara 7 8 % per tahun. Di samping dipengaruhi oleh harga di pasar internasional dan tingkat produksi, kinerja ekspor CPO Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya tingkat pajak ekspor. Dengan asumsi tingkat pajak ekspor adalah masih di bawah 5 %, maka ekspor CPO Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan laju 4 8 % per tahun pada periode 2000 - 2010 (Gambar 4.3.). Pada periode 2000 - 2005, ekspor akan tumbuh dengan laju 5 % - 8 % per tahun sehingga volume ekspor pada periode tersebut sekitar 5,4 juta ton. Pada periode 2005 - 2010, volume ekspor meningkat dengan laju 4 % - 5 % per tahun yang membuat volume ekspor menjadi 6,79 juta ton pada tahun 2010.

Gambar 4.3. Proyeksi ekspor CPO Indonesia, 2000 - 2010 Berdasarkan sumber data ekspor Badan Pusat Statistik Nasional (BPSN) Tahun 2003 kecenderungan ekspor CPO Nasional meningkat antara lain ke India dengan volume ekspor 1.402.783.354 kg, dengan nilai ekspor US$ 523.183.022, ke Belanda dengan volume ekspor 377.424.630 kg dengan nilai ekspor US$ 129.468.217 dan ke Malaysia volume ekspor 320.528.032 kg dengan nilai ekspor US$ 124.869.906. Sebagai salah satu produsen utama minyak sawit dunia, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk terus berperan dalam pasar dunia. Pada dekade 1980-an ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia hanya ke Eropa Barat, tetapi beberapa tahun terakhir permintaan dari negara-negara lain seperti China, India, Pakistan, Myanmar, Kenya, Tansania, dan Afrika Selatan terus meningkat. Pada Tabel 4.2. menunjukkan perkembangan ekspor sawit di Indonesia di beberapa mancanegara.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 3

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Tabel 4.2. Perkembangan Ekspor Minyak sawit (CPO) Indonesia ke Mancanegara Periode 1997 - 2000
Tujuan India Netherlands China Malaysia Singapore Others Total 1997 469.559 779.225 401.6 260.218 41.974 1.015.008 2.967.589 Tahun (ton) 1998 1999 342.218 1.028.436 329.462 650.097 143.519 333.107 256.489 245.851 25.061 92.035 382.529 949.46 1.479.278 3.298.986 2000 1.639.068 539.559 438.084 56.911 273.322 1.109.043 4.110.027

Sumber : BPS dan GAPKI dalam Kompas, 2001

Tabel 4.3. menunjukkan perkembangan ekspor CPO dan PKO secara umum di Indonesia dari tahun 2001 - 2003. Grafik trend ekspor minyak sawit ke beberapa negara disajikan pada Gambar 4.4. Tabel 4.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai Ekspor CPO dan Jenis CPO Lainnya Tahun 2001 2003
2001 Komoditi Crude Palm Oil (CPO) CPO lainnya Vol. (kg) Value (US$) 406.409.025 674.497.474 Vol. (kg) 2002 Value (US$) 2003 Value (US$)

Vol. (kg)

1.849.142.144 3.054.075.591

2.804.792.251 3.528.915.705

891.998.644 1.200.405.261

2.892.130.288 3.494.279.247

1.062.214.890 1.392.410.646

Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional

Fig 2.5 : CPO Export Development Graphic


7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0

Volume CPO (Ton)

6.333.708 4.903.218 4.110.027 3.298.986

6.386.410

2.967.589

1.479.278 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003

Year Tahun

Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Ekspor CPO

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 4

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

4.1.2

Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Nasional

Perkembangan industri minyak goreng sawit pada dasawarsa terakhir mengalami peningkatan sejalan dengan beralihnya pola konsumsi masyarakat dari minyak goreng kelapa ke minyak goreng kelapa sawit. Konsumsi per kapita minyak goreng Indonesia mencapai 16,5 kg per tahun dimana konsumsi per kapita khusus untuk minyak goreng sawit sebesar 12,7 kg per tahun. Berdasarkan perkembangan berbagai variabel terkait seperti peningkatan konsumsi minyak goreng untuk keperluan rumah tangga maupun industri diperkirakan total konsumsi minyak goreng dalam negeri tahun 2005 mencapai 6 juta ton dimana 83,3 % terdiri dari minyak goreng sawit. Untuk data nasional pada tahun 2003 diketahui produksi minyak goreng sawit di Indonesia sebesar 7.425.000 ton (setara dengan kebutuhan CPO sebesar 9.900.000 ton atau setara dengan ketersediaan TBS sebesar 43.043.478,26 ton). Dimana pada tahun yang sama Indonesia mengekspor minyak goreng sawit sebesar 4.800.000 ton dan kebutuhan konsumsi nasional sebesar 3.964.900 ton. Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa Indonesia masih kekurangan minyak goreng untuk kebutuhan nasional sebesar 1.339.000 ton (setara dengan kebutuhan CPO sebesar 1.786.533,33 ton atau setara dengan ketersediaan TBS sebesar 7.767.536,23 ton). Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk pengolahan minyak goreng sawit maupun pengolahan CPO dan budidaya kelapa sawit masih memiliki peluang besar untuk dikembangkan di Indonesia (Sumber: Denom Bangun, Ketua Gapki dan BIRO). Sementara dari data ekspor dapat diketahui bahwa kuota impor China untuk minyak goreng sawit mencapai 2,6 juta ton pada tahun 2004 dan Indonesia baru menyanggupi 0,7 juta ton untuk CPO dan 0,2 juta ton untuk minyak goreng sawit dan Cina masih membuka importir untuk mengimpor minyak goreng sawit sebesar 0,5 juta ton. Dan untuk India pada tahun 2004 kuota impor minyak goreng sawit mencapai 2,5 juta ton. (Sumber: Denom Bangun Ketua GAPKI, Kompas 15/3/04). 4.1.3. Struktur Pasar Komoditi Kelapa Sawit Global dan Nasional

Secara historis pertumbuhan produksi minyak sawit dunia selama dua dasawarsa terakhir ini mengalami kenaikan sekitar 7,3 % pertahun. Perkembangan minyak sawit dunia ini sangat dipengaruhi oleh produksi minyak sawit Negara Malaysia dan Indonesia yang memberikan kontribusi sebesar 80 % dari produksi dunia. Berdasarkan data oil word diperkirakan produksi CPO lima tahun ke depan akan meningkat tapi lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi masyarakat dunia. Sehingga kondisi seperti ini akan membawa kondisi investasi menjadi baik. Tingkat produksi CPO dunia masih dikuasi oleh Malaysia dengan pengusaan 50 % market dunia, sedangkan Indonesia berada pada tingkat kedua dengan 30 % penguasaan market dunia.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 5

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Saat ini Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama CPO dunia dengan menguasai lebih dari 80 % pangsa pasar. Negara-negara produsen lainnya, seperti Nigeria, Kolombia, Thailand, Papua Nugini, dan bahkan Pantai Gading, boleh dibilang hanya menjadi pelengkap. Malaysia menempati peringkat teratas dengan volume produksi pada 2003 mencapai 13,35 juta ton. Sementara Indonesia masih 9,75 juta ton. Menurut ramalan Oil World, volume produksi CPO Indonesia pada 2010 bakal mencapai 12 juta ton. Namun, agaknya ramalan itu bakal meleset. Sebab, pada 2004 saja volume produksi CPO Indonesia sudah mencapai 11,5 juta ton. Itu sebabnya banyak kalangan optimistis volume produksi CPO Indonesia bakal segera mengalahkan Malaysia, terlebih jika melihat luas lahan di Malaysia yang kian terbatas, sementara di Indonesia masih begitu luas. Produksi minyak sawit (CPO) di dalam negeri diserap oleh industri pangan terutama industri minyak goreng dan industri non pangan seperti industri kosmetik dan farmasi. Namun, potensi pasar paling besar adalah industri minyak goreng. Potensi tersebut terlihat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang berimplikasi pada pertambahan kebutuhan pangan terutama minyak goreng. Sampai tahun 1997 produksi minyak goreng Indonesia baru mencapai 3,1 juta ton dengan kontribusi minyak goreng sawit 2,3 juta ton (74 %). Kebutuhan untuk memproduksi minyak goreng sawit sebesar itu memerlukan 3,3 juta ton minyak sawit. Dilihat dari pengusahaannya, perkebunan kelapa sawit di Indonesia ada tiga, yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan swasta. Dari ketiga jenis perkebunan tersebut memiliki pola pemasaran produk kelapa sawit yang berbeda. Pola pemasaran perkebunan rakyat Perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh rakyat memiliki luas lahan yang terbatas yaitu berkisar 1-10 hektar. Dengan luas lahan tersebut, tentunya menghasilkan produksi TBS yang terbatas, untuk mengatasi hal ini maka petani harus menjual TBS melalui pedagang tingkat desa yang dekat dengan lokasi kebun atau melalui KUD, kemudian berlanjut ke pedagang besar hingga ke prosesor/industri pengolah. Berikut pola pemasaran pada perkebunan rakyat Gambar 4.5. Pola Pemasaran Perkebunan Besar Negara dan Swasta Pemasaran produk kelapa sawit pada perkebunan besar negara (PBN) dilakukan secara bersama melalui Kantor Pemasaran Bersama (KPB), sedangkan untuk perkebunan besar swasta (PBS), pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar baik negara maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan yaitu minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Penjualan langsung kepada eksportir ataupun ke pedagang/industri dalam negeri.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 6

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Pola 1 Farmer
Villager Seller

Sub-District Seller

Pedagang Dalam Negeri/Eksportir

Process

Pola 2 Farmer

KUD/Auction

Pedagang Dalam Negeri/Eksportir

Processor

Pola 3

Farmer

Processor

Pedagang dalam negeri/Eksportir

Sumber : Seri Agribisnis, Kelapa Sawit, penerbit Penebar Swadaya,2004.

Gambar 4.5. Pola Pemasaran Kelapa Sawit di Indonesia

4.1.4

Perusahaan - Perusahaan Pengembang Komoditi Kelapa Sawit

Pada sub sektor komoditi kelapa sawit, terdapat perusahaan-perusahaan pengembang yang tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia. Dari Provinsi yang memiliki perusahaan pengembang kelapa sawit, jumlah terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 82 perusahaan, berikutnya adalah Provinsi Riau dengan 36 perusahaan dan Provinsi Kalimantan Barat dengan 10 perusahaan. Untuk lebih jelasnya, jumlah perusahaan di tiap Provinsi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Jumlah Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit di Tiap Provinsi
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Provinsi NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Jumlah 4 82 5 36 6 7 4 2

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 7

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Tabel 4.4. Jumlah Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit di Tiap Provinsi (lanjutan)
No. 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Provinsi Bangka Belitung Banten DKI Jakarata Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimanatan Barat Kalimanatn Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Irian Jaya Jumlah 2 1 1 2 1 1 10 3 5 2 1 1

Sumber : Direktori Indutri Pengolahan, BPS, 2004

Berikut ini merupakan perusahaan pengembang kelapa sawit terbesar di tiap pulau berdasarkan tenaga kerja: Tabel 4.5. Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit Terbesar di Tiap Pulau
No. Perusahaan Jenis Produksi Alamat Sumatera Kebun Pulau Panjang Hilir, Cerenti, Kuantan Singingi, Riau Jl. Riau Ujung no.256 Pujud, Rokan Hilir, Riau Kebun Kota Tengah I, Kepenuhan, Rokan Hulu, Riau Kalimantan Ds Meliau Hilir, Meliau, Sanggau, Kalimantan Barat Ds. Inggis, Mukok, Sanggau, Kalimantan Barat Long Pinang Ds, Bekoso Pasir Belengkong, Pasir, Kalimantan Timur Jawa Kp. Cimari Ds Cigadog, Cikelet, Garut, Jawa Barat Jl. Jembatan Tiga Blok F-G Jakarta Utara, Penjaringan, Jakarta Utara 14440, DKI Jakarta Ds Leuwi Ipuh Banjarsari, Banjarsari, Lebak, Banten Sulawesi Desa Ungkaya, Bungku Barat, Morowali, Bungku Tengah, Morowali 94666 Sulawesi Tengah Bulili Desa Baras, Pasangkayu, Mamuju 91571 Sulawesi Selatan Sarudu Pasangkayu, Mamuju, Sulawesi Selatan Irian PKS Prafi PO.BOX 178 Manokwari 98414 Irian Jaya Barat Jumlah Tenaga Kerja 6655 2413 2034

1 2 3

PT. Cerenti Subur PT. Tunggal Mitra Plantation PT. Eluan Mahkota PTPN XIII PMS G. Meliau PT. Multi Prima Entakai PTPN XIII PMS Long Pinang PT. Condong Garut PT. Inti Boga Sejahtera PTPN VIII Kebun Kerta Jaya PT. Tamaco Graha Krida PT. Unggul Widya Tehnologi Lestari PT. Surya Raya Lestari PTP Nusantara II (Persero)

CPO CPO CPO

1 2 3

Minyak sawit Minyak sawit Minyak sawit

271 257 227

1 2 3

Minyak sawit Minyak sawit Minyak sawit

1420 1297 346

1 2 3 1

CPO Minyak sawit CPO CPO

181 162 110 178

Sumber : Direktori Indutri Pengolahan, BPS, 2004

Untuk lebih detailnya, daftar perusahaan pengembang kelapa sawit yang memiliki jumlah tenaga kerja di atas 100 orang, dapat dilihat di Lampiran 1.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 8

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

4.1.5.

Perusahaan Pengekspor Komoditi Kelapa Sawit

Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam usaha kelapa sawit dan turunannya yang terdaftar di Badan Pengembangan Ekspor Nasoinal dapat dilihat pada Tabel 4.6.. Tabel 4.6. Perusahaan Pengekspor Kelapa Sawit
Jenis Produksi Crude palm oil RBD palm oil Crude palm oil Crude palm oil, crude palm stearin, palm kernel PT. Pamina Adolina RBD palm oil PT. Inti Benua Perkasatama Palm oil Krishna Paksi Indah Palm oil PT. Alam Tirta Sari Crude palm oil, palm kernel PT. Perkebunan Nusantara VII Palm oil PT. Cahaya Kalbar Tbk Palm oil PT. Indonesian Marine Palm oil mill PT. Jayakarta Nusatama Palm oil Pacific Inter-Link SDN. BHD. Group Palm oil PT. Sari Agrotama Persada Palm oil derivatives PT. Asianagro Agungjaya RBD palm oil, RBD palm olein, PT. Smart Tbk Palm oil UP Nadu Palm oil Sumber : Badan Pengembangan Ekspor Nasoinal, 2005 Nama Perusahaan PT. Agro Jaya Perdana PT. Bintang Tenera PT. Ivomas Tunggal Perkasa KPB Perkebunan Nusantara Lokasi Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Riau Riau Lampung Lampung D.K.I. Jakarta D.K.I. Jakarta D.K.I. Jakarta D.K.I. Jakarta D.K.I. Jakarta Jawa Barat Jawa Timur Sulawesi Utara

4.1.6.

Harga Komoditi Kelapa Sawit

Pada awal tahun 2002 harga rata - rata tandan buah segar (TBS) mencapai Rp 600 per kilogram. Pada akhir tahun 2002 sampai awal tahun 2003 harga TBS di tingkat petani mencapai lebih Rp 700 per kilogram. Maningkatnya harga TBS itu dipengaruhi oleh membaiknya harga CPO di bursa minyak nabati dunia di Rotterdam, Belanda. Pada awal tahun 2003 harga minyak sawit dunia mengalami fluktuasi harga akibat krisis di Timur Tengah, namun harga komoditas kelapa sawit di pasar dunia terus berada di atas 420 dollar AS per metrik ton. Harga di pasar dunia dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak kedelai di pasar Chicago, serta merosotnya nilai tukar dollar AS terhadap rupiah. Selain itu, kinerja pengembangan kelapa sawit nasional semakin baik. Pada tahun 2003 diperkirakan jumlah volume produksi meningkat kurang lebih mencapai 10 persen. Dari tiap metrik ton CPO yang berharga 440 dollar AS per metrik ton, pengusaha sawit nasional dapat memperoleh keuntungan sekitar Rp 143 per kilogram. Keuntungan yang didapat dalam industri sawit umumnya dari penjualan minyak inti sawit atau disebut dengan kernel palm oil yang merupakan turunan dari CPO. Dari tiap kilogram minyak inti sawit dapat diperoleh laba sebesar Rp 1.550. Rata-rata untuk tiap 20 ton minyak sawit jika diolah bisa menghasilkan sekitar 5 ton minyak inti sawit. Pada saat harga minyak sawit mentah di bursa Rotterdam mencapai angka di atas 400 dollar AS, TBS di tingkat petani dapat dibeli dengan harga

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 9

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

di atas Rp 500 per kilogram. Ketika harga jual CPO di pasar dunia mencapai tingkat 440 dollar AS per metrik ton, TBS di tingkat petani dapat dibeli dengan harga Rp 700 per kilogram. Berdasarkan surat Dirjen Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan Diah Maulida No 887/DAGLU/10/2005 tanggal 12 Oktober 2005, harga patokan ekspor kelapa sawit dan biji kelapa sawit tetap US$ 35 per metrik ton, CPO sebesar US$ 160 per metrik ton, refined bleached deodorized palm oil (RBD PO) US$ 175 per metrik ton, crude olein (CRD Olein) sebesar US$165 per metrik ton, dan refined bleached deodorized palm olein (RBD Palm Olein) sebesar US$190 per metrik ton.

4.2.

Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya

Peluang Investasi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit ternyata cukup kompetitif dibanding minyak nabati lainnya, karena produktivitas per hektar cukup tinggi, merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai perubahan agroklimat dan ditinjau aspek gizi minyak kelapa sawit tidak terbukti sebagai penyebab meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin A. Berdasarkan studi oleh Asian Development Bank (ADB), 1993 Indonesia memiliki tingkat daya saing yang lebih tinggi dibanding Malaysia dan PNG dalam memproduksi minyak sawit (CPO). Perkembangan yang signifikan penggunaan bahan bakar bio pada akhir-akhir ini, menjadikan perkelapasawitan sebagai salah satu sumber minyak nabati untuk menghasilkan bahan bakar bio tersebut, menjadi lebih prospektif. Laporan terakhir penggunaan bahan bakar bio diesel di Eropa, Amerika dan Canada telah mencapai jutaan ton dan kecederunganya akan terus meningkat. Kecenderungan peningkatan ini dimungkinkan karena semakin besarnya tuntutan terhadap eliminasi efek rumah kaca (green house effect) di berbagai belahan dunia. Disamping itu, disadari bahwa sumber-sumber bahan bakar yang tidak terbarukan (fosil alam) semakin menipis dan mengharuskan dikembangkannya bahan bakar dari sumber-sumber yang terbarukan, dan CPO sebagai salah satu produk minyak nabati berpotensi besar sebagai bahan baku bio diesel. Perkembangan juga menunjukkan bahwa dari CPO dapat diderivasi produk-produk penting seperti sumber beta karoten dan vitamin E serta banyak produk-produk lanjutan lainnya. Hal ini semua menggambarkan bahwa prospek perkelapasawitan Indonesia cukup menjanjikan dan tentu saja

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 10

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

upaya lebih lanjut untuk meningkatkan konsumsi/permintaan CPO perlu intensifkan baik secara nasional dan internasional. Peluang Investasi dari Peremajaan Karena perkebunan kelapa sawit mulai berkembang pesat sejak tahun 1970-an, maka pada mulai awal dekade ini akan banyak tanaman yang potensial sudah perlu diremajakan. Dalam hal ini, tanaman yang potensial untuk diremajakan adalah tanaman yang sudah umurnya lebih dari 25 tahun. Dengan pendekatan ini, maka potensi peremajaan pada tahun 2003 - 2010 adalah seperti disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Potensi Areal untuk Peremajaan Secara umum, potensi peremajaan adalah berkisar antara 20000 - 50000 ha per tahun. Pada tahun 2003 - 2004, potensi areal untuk peremajaan adalah sekitar 20 ribu ha per tahun. Pada tahun 2005, potensi areal peremajaan meningkat menjadi sekitar 30 ribu ha. Potensi areal peremajaan meningkat cukup pesat pada tahun 2009 dan 2010 yang masing-masing mencapai sekitar 50 ribu dan 37 ribu ha. Peluang investasi sebenarnya masih cukup terbuka dengan deskripsi sebagai berikut : Pasar CPO di pasar internasional masih, peluang pasar dari sisi konsumsi diperkirakan masih tumbuh sekitar 3,5 % - 4,5 % per tahun, sedangkan dari segi perdagangan sekitar 3,8 % per tahun, Penggunaan minyak sawit oleh konsumen internasional cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan minyak nabati dan lemak lainnya, Di pasar dunia, harga minyak sawit lebih rendah dibandingkan dengan harga minyak nabati lainnya, hal ini akan memudahkan minyak sawit merebut pasar internasional,

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 11

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Sebagai tanaman tahunan, kelapa sawit lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya dibandingkan dengan tanaman semusim (bunga matahari, kedelai, dan lain-lain), Sampai dengan tahun 2010, peluang pasar untuk CPO Indonesia dari sisi konsumsi domestik diperkirakan tumbuh antara 4 % - 6 % per tahun, sedangkan dari sisi ekspor adalah sekitar 5 % - 8 % per tahun,

Dengan peluang pasar tersebut, peluang investasi dari sisi perluasan areal diperkirakan berkisar antara 74.000 117.000 ha per tahun, dengan kebutuhan dana investasi berkisar antara 1,1 1,7 triliun per tahun. Kebutuhan benih untuk mendukung hal tersebut berkisar antara 14,8 23,5 juta benih per tahun,

Dari sisi peremajaan, peluang invetasi adalah berkisar antara 20.000 50.000 ha per tahun dengan kebutuhan investasi berkisar antara Rp 300 Rp 75 miliar per tahun. Benih yang dibutuhkan berkisar antara 4 - 10 juta benih per tahun.

Perkiraan Modal Investasi Perhitungan kelaikan suatu usaha atau proyek, pertama-tama dihitung proyeksi investasi yang akan ditanam dalam suatu usaha, penentuan proyeksi harus memperhitungkan modal tetap, seperti kantor, pabrik, tanah, peralatan maupun kendaraan dan sarana usaha. Biaya investasi dalam membelanjakan untuk pengadaan sarana dan pra sarana produksi, adalah proyek investasi atau modal harta tetap. Proyeksi investasi harta tetap atau modal tetap untuk pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit (PKO) dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut. Tabel 4.7. Proyeksi Investasi Sebagai Harta atau Modal Tetap Rincian Biaya Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya per Tahun
Tahun No Jenis Biaya (Cost) Satuan Ke- 0 A Investasi Awal/Initial Investment 1 Pembelian Lahan/Land Buying ha 2 Bangunan Kantor/Office Building m2 3 Bangunan Pabrik/Factory Building m2 4 Bangunan Utility/Utility Building m2 5 Mesin Pabrik/Factory Machinery unit - bunch reception unit - storilizing station unit - thrshing station unit - empty bunch incineration unit Volume Harga (Rp) Jumlah (Rp)

1000 200 3000 2000

15.000.000 300.000 300.000 300.000

15.000.000.000 60.000.000 900.000.000 600.000.000 37.952.680.000 920.000.000 2.893.400.000 854.680.000 73.600.000

1 1 1 1

920.000.000 2.893.400.000 854.680.000 73.600.000

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 12

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

Tabel 4.7. Proyeksi Investasi Sebagai Harta atau Modal Tetap Rincian Biaya Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya per Tahun (lanjutan)
Tahun No Jenis Biaya (Cost) Satuan - pressing station unit - clarification station unit - depericarping station unit - kernel recovery station unit - boiler house unit - power house unit - pemasangan listrik/ electricity generator unit - pembelian dan pemasangan pipa (buy and installation Pipe) unit - peralatan pabrik lainnya (tools factory) unit - water supply unit - effluent treatment unit Kendaraan/Vehicles - jeep unit - sepeda motor/bicycle unit - flat back truck unit - tripping truck unit - minibus unit - road tanker unit Alat Berat/Heavy Machinery - Motor Grader unit - Road Roller Sub Total Investasi Tahun ke-0
Untuk skala 1.000 ha menghasilkan 42.000 ton CPO dan 6.500 ton PKO per tahun

Volume 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 5 1 2 2 2

Harga (Rp) 3.735.200.000 5.454.680.000 110.400.000 1.554.800.000 8.749.200.000 4.250.400.000 2.000.000.000 1.738.800.000 2.385.560.000 2.585.200.000 646.760.000 50.000.000 10.000.000 150.000.000 150.000.000 75.000.000 200.000.000

Jumlah (Rp) 3.735.200.000 5.454.680.000 110.400.000 1.554.800.000 8.749.200.000 4.250.400.000 2.000.000.000 1.738.800.000 2.385.560.000 2.585.200.000 646.760.000 1.150.000.000 100.000.000 50.000.000 150.000.000 300.000.000 150.000.000 400.000.000 2.100.000.000 1.400.000.000

2 700.000.000 2 350.000.000

unit

700.000.000 57.762.680.000

Dari total modal yang diperlukan dalam memulai usaha pengolahan Kelapa Sawit ini seperti yang tercantum pada Tabel 4.7., diasumsikan sharing pembiayaan sendiri 75 %, dan kredit bank 25 % dengan suku bunga diasumsikan 10 %. Sesuai dengan ketentuan kredit investasi dalam Bank BRI@2002 online, maka jangka waktu maksimum pengembalian kredit adalah 5 tahun. Perkiraan Biaya Produksi/Biaya Operasional Maksud dari biaya produksi/biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaaan dalam proyek perkebunan Kelapa Sawit, dan biaya ini harus dikeluarkan secara rutin. Biaya dalam suatu proyek atau usaha pengolahan Kelapa Sawit digolongkan menjadi: 1. Biaya tetap, yaitu biaya yang terkait dengan proyek (proses produksi), dan besar kecilnya tidak berpengaruh pada hasil produksi. Biaya yang dapat digolongkan ke dalam biaya tetap pada proyek ini adalah depresi alat dan depresi bibit.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 13

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

2. Biaya variabel (biaya tidak tetap), yaitu biaya yang langsung terkait dengan proses produksi, dan besar kecilnya berpengaruh langsung pada hasil produksi. Yang termasuk ke dalam golongan biaya variabel dalam proyek ini adalah upah tenaga kerja, ongkos produksi. Perkiraan keseluruhan biaya dalam proyek perkebunan ini dibuat dengan beberapa asumsi sebagai berikut : Luas lahan perkebunan yang diusahakan untuk mendukung proyek minimal adalah 6.000 ha. Kapasitas produksi CPO adalah 7 ton CPO/jam atau setara 42.000 ton CPO pertahun dan 6.500 ton PKO pertahun (inti sawit). Lokasi proyek tersedia air, listrik, dan telepon. Lokasi pabrik pengolahan berada di sekitar perkebunan Kelapa Sawit (satu jenis usaha yang berkelanjutan). Proses produksi berlangsung 20 jam/hari selama 300 hari dalam setahun. Kegiatan produksi dilakukan dalam 3 shift (pembagian kerja). Produksi TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit berasal dari perkebunan di sekitar lokasi pabrik. Umur proyek 25 tahun. (25 kali musim tanam). Minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PKO) mulai berproduksi pada tahun ke - 1. Penjualan produk dalam bentuk minyak sawit mentah (crude palm oil) dan inti sawit (palm kernel oil). Harga jual produk di tempat adalah Rp 1.500.000 per ton untuk CPO dan Rp. 2.000.000/ton untuk PKO. Tenaga kerja kebun/THL diperhitungkan dalam satuan HOK dimana 1 HOK sama dengan 8 jam per hari kerja satu hari orang kerja biayanya Rp. 15.895,53,- untuk buruh dan Rp. 25.000,per hari untuk mandor. Biaya penyusutan peralatan/bangunan/bahan baku disesuaikan dengan umur ekonomis masing-masing, yaitu bangunan 25 tahun dan peralatan 25 tahun. Nilai inflasi untuk benefit adalah peralatan, upah (direktur, pegawai, staf, dan THL) 5 % setiap tahun. Nilai inflasi untuk pendapatan sebesar 2 %. Perkiraan Pendapatan dan Laba - Rugi Pada proyek perkebunan Kelapa Sawit ini diperlukan adanya laporan rugilaba selama proyek berlangsung. Laporan rugilaba pada proyek ini adalah berupa ringkasan dari biaya (cost) dan pendapatan (benefit) perusahaan dalam jangka waktu 1 tahun selama 25 tahun. Laporan rugi/laba bertujuan untuk menggambarkan hasil usaha selama 1 periode. Perusahaan dinyatakan memperoleh

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 14

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

keuntungan (laba) apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, dan sebaliknya perusahaan dikatakan rugi apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pendapatan yang diperoleh. Penyajian laporan rugi/laba dibuat dalam bentuk single step atau bentuk langsung, namun dengan membedakan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Hasil laporan rugi/laba tersebut menggambarkan bahwa mulai awal proyek perusahaan mendapatkan kerugian. Hal ini disebabkan modal operasional dan investasi lebih tinggi karena kelapa sawit belum produksi. Pada panen pertama ini, perusahaan belum memperoleh keuntungan bersih karena belum ada produksi. Untuk panen tahun ketiga sampai pada akhir proyek, laba (keuntungan) bersih yang diperoleh terus meningkat karena pendapatan yang diperoleh juga meningkat sejalan dengan peningkatan produksi, sehingga dapat menutupi kerugian yang terjadi sebelumnya. Keuntungan bersih (laba bersih) tertinggi diperoleh pada tahun ke - 13 proyek, yaitu sebesar Rp. 30.113.364.860,71 Proyek perkebunan Kelapa Sawit ini diasumsikan melakukan pinjaman kredit investasi, oleh karena itu diperhitungkan juga bunga modal yang dibayar sebesar 10 % selama 5 tahun (jangka waktu maksimal kredit). Selain itu juga diperhitungkan nilai pajak (PPN + PPh) sebesar 15 %.

Perhitungan Kelayakan Keuangan (ROI, IRR, NPV, PP, BEP, PR) Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur kelayakan finansial, antara lain pada Tabel 4.8. sebagai berikut : Tabel 4.8. Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit
Provinsi Keterangan Investasi Return on Investment (ROI) Internal Rate of Return (IRR) Net Present Value (NPV) 10% Payback Period (PP) BEP Rupiah BEP Unit BEP Price Net B/C Gross B/C Profitability Ratio (PR) Sumatera Selatan 1859,36 % 27,74 % Rp. 556.979.705.384,78 5 tahun Rp. 137.515.546.550,45 343.183,39 kg Rp. 112.492,27 8,28 4,53 18,59 Riau 518,07 % 26,66 % Rp. 299.142.278.418,71 8 tahun Rp. 362.623.861.526,67 2.741.030 kg Rp. 4.141.660,01 4,24 1,27 5,18

Keterangan : Sub Total Investasi Tahun ke-0 adalah Rp. 57.762.680.000

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelayakan keuangan investasi komoditi kelapa sawit berbeda pada daerah yang berbeda. Perbedaan terdapat pada beberapa hal, seperti harga tanah, harga jual, biaya produksi dan upah tenaga kerja.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 15

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

4.3.

Aspek Sosial dan Lingkungan Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit

Pembangunan kebun kelapa sawit baru terdiri dari berbagai kegiatan, antara lain pembukaan lahan, penyiapan lahan, dan pembangunan infrastruktur, akan berdampak terhadap sifat fisik dan kimia, terutama terhadap kesuburan tanah. Pembukaan lahan akan menyebabkan tercucinya hara tanah, penurunan pH tanah dan peningkatan terhadap kadar kejenuhan basa. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, perlu dilakukan penanaman cover crops dan pemupukan terhadap tanah yang dapat memperpendek dampak tersebut dan berubah menjadi dampak positif. Pembukaan hutan sekunder dan penyiapan lahan tanam akan memberikan dampak yang nyata terhadap lingkungan biota. Struktur dan komposisi komunitas tumbuhan akan berubah secara total. Vegetasi hutan sekunder yang sebelumnya terdiri dari berbagai jenis, umur dan memiliki struktur dan fungsi sesuai dengan keseimbangan ekosistem hutan, dalam jangka pendek akan guncang. Dampak negatif ini akan berubah dalam waktu singkat dengan adanya pemeliharaan tanaman kelapa sawit yang intensif dan memberikan keseimbangan baru bagi ekosistem wilayah. Dampak penting lainnya akibat dari pembukaan lahan adalah berubahnya ekosistem tertutup menjadi ekosistem terbuka. Siklus hidup organisme penganggu akan terputus, dan kalaupun mampu bertahan hidup, akan memakan makanan apa adanya, atau bahkan akan menyerang tanaman kelapa sawit di kebun plasma. Organisme penganggu pada umumnya adalah satwa liar yang suka akan habitat terbuka. Dengan demikian, pembukaan lahan diperkirakan justru akan meningkatkan baik jenis maupun populasi dari organisame penganggu. Oleh karena itu dampak negatif ini penting dan harus diwaspadai serta diantisipasi dengan metode pengendalian hama terpadu yang tepat, baik itu secara mekanis, biologis, maupun kimiawi. Pembangunan pengolahan kelapa sawit dalam skala besar akan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, mulai dari tahap persiapan lahan, pembangunan pabrik sampai proses produksi dan pemasaran. Dengan demikian, aktivitas pembangunan industri manufaktur kalapa sawit untuk mengahasilkan minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) ini akan memberikan dampak positif terhadap penduduk di sekitar lokasi proyek maupun transmigran yang datang untuk ikut dalam proyek tersebut. Selain itu, pengembangan proyek ini akan dapat meningkatkan pendapatan petani, di mana nantinya akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani bersangkutan. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan petani, jika pembangunan proyek ini disertai dengan pengembangan sarana pendidikan dan sarana kesehatan, akan membantu peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat setempat. Termanfaatkannya lahan tidur menjadi areal produktif untuk industri dan perkebunan yang diiringi dengan berkembangnya pemukiman dan pusat

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 16

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

perekonomian, serta semakin lancarnya aksesibilitas akan berdampak positif terhadap pengembangan wilayah dan tata ruang. Dampak negatif yang mungkin timbul dari industri pengolahan kelapa sawit ini adalah terdapatnya limbah sawit dalam jumlah besar sebagai sisa dari proses produksi. Sehingga hal ini harus menjadi hal yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan usaha pengolahan minyak sawit (CPO). Pada tahap pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan kebun plasma dan kebun inti, pasti terjadi dampak terhadap kesehatan lingkungan (sanitasi) maupun kesehatan masyarakat. Guna mengelola dampak yang mungkin timbul, perlu dilakukan penyuluhan kepada penduduk mengenai sanitasi lingkungan dan kesehatan. Beberapa hal yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan investasi perkebunan kelapa sawit ini adalah kesediaan dari pihak perkebunan inti untuk memberikan dan penyediaan fasilitas umum yang memadai. Beberapa fasilitas penting antara lain adalah sarana dan prasarana pengobatan tenaga medis dan para medis, prasarana pendidikan dan tempat ibadah yang memadai. Selain itu perlu upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sehat dan harmonis, sehingga dapat mendorong produktivitas kerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas kebun dan kesejahteraan masyarakat.

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 17

Peta Komoditi Utama Sektor Primer dan Pengkajian Peluang Pasar serta Peluang Investasinya di Indonesia

4.1.

............................ 1 Kajian Pasar Komoditi Kelapa Sawit .............................................................. 1 4.1.1. Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Global .................................. 1 4.1.2 Kebutuhan, Pemenuhan dan Peluang Pasar Nasional ............................... 5 4.1.3. Struktur Pasar Komoditi Kelapa Sawit Global dan Nasional.................... 5 4.1.4 Perusahaan - Perusahaan Pengembang Komoditi Kelapa Sawit................. 7 4.1.5. Perusahaan Pengekspor Komoditi Kelapa Sawit................................... 9 4.1.6. Harga Komoditi Kelapa Sawit ............................................................. 9 4.2. Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya ...........................................................................................................10 4.3. Aspek Sosial dan Lingkungan Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit.....16

Tabel 4.1. Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia........................... 1 Tabel 4.2. Perkembangan Ekspor Minyak sawit (CPO) Indonesia ke Mancanegara Periode 1997 - 2000 ...................................................................................................... 4 Tabel 4.3. Perkembangan Volume Ekspor dan Nilai Ekspor CPO dan Jenis CPO Lainnya Tahun 2001 2003 ..................................................................................... 4 Tabel 4.4. Jumlah Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit di Tiap Provinsi ............ 7 Tabel 4.5. Perusahaan Pengembang Kelapa Sawit Terbesar di Tiap Pulau............. 8 Tabel 4.6. Perusahaan Pengekspor Kelapa Sawit .................................................... 9 Tabel 4.7. Proyeksi Investasi Sebagai Harta atau Modal Tetap Rincian Biaya Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit dan Industrinya per Tahun...................12 Tabel 4.8. Kelayakan Keuangan Investasi Pengembangan Komoditi Kelapa Sawit ....................................................................................................................................15 Gambar 4.1. Grafik Perkembangan Persentase Produksi Minyak Nabati Dunia... 2 Gambar 4.2. Grafik Perkembangan Persentase Konsumsi Minyak Nabati Dunia.... 2 Gambar 4.3. Proyeksi ekspor CPO Indonesia, 2000 - 2010 ...................................... 3 Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Ekspor CPO .................................................... 4 Gambar 4.5. Pola Pemasaran Kelapa Sawit di Indonesia........................................... 7 Gambar 4.6. Potensi Areal untuk Peremajaan...........................................................11

Komoditi Kelapa Sawit

IV - 18

Anda mungkin juga menyukai