Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN!

Kondisi Sungai Citarum dan anak-anak sungainya di antaranya Sungai Cimande, Cikeruh, Citarik, dan Cikijing di wilayah timur Kab. Bandung kini benar-benar mengenaskan. Pada musim kemarau kali ini, Pencemaran ini apabila tetap dibiarkan akan menyebabkan kekhawatiran warga. Kekeringan kini mengancam Rancaekek, jangankan air untuk pertanian, untuk air bersih untuk keperluan sehari-hari pun kini ribuan KK di sejumlah desa di Rancaekek kesulitan. Sementara itu, sejumlah warga menilai pencemaran limbah cair yang dihasilkan perusahaan industri di wilayah timur Kab. Bandung diduga melibatkan oknum aparat. Yaitu dengan cara membiarkan sejumlah perusahaan membuang limbah ke Sungai Citarum dan anak-anaknya. Di samping oknum LSM dan wartawan yang berusaha menutup-nutupi pencemaran limbah industri tersebut. "Di lapangan ada informasi yang menyebutkan, oknum aparat ini diberi uang sebesar Rp 5 juta oleh pengusaha yang diketahui membuang limbah. Setelah diberi uang, oknum itu langsung diam. Termasuk ada juga oknum LSM dan wartawan yang kasak-kusuk ke perusahaan. Setelah diberi uang, mereka juga langsung diam," kata Maman, seorang petugas kesehatan yang bekerja di sebuah klinik kesehatan di sebuah perusahaan industri tekstil Kec. Majalaya, dalam pertemuan dengan sejumlah LSM dan wartawan di perbatasan Kec. Majalaya dan Ibun, Kab. Bandung, Sabtu (10/9). Masyarakat di sekitarr sungai Citarik merasa geram, seharusnya petugas yang mengetahui ada sejumlah perusahaan yang membuang limbah ke Sungai Citarum dan membiarkannya itu ditindak. LSM dan wartawan juga harusnya memublikasikannya, supaya hal itu diketahui. Sangat kronis Sejumlah komunitas lingkungan dan organisasi kepemudaan menilai, pencemaran lingkungan di daerah aliran Sungai Citarum sudah memasuki tahap kronis. Pencemaran limbah industri tekstil sepertinya sulit dikendalikan karena sebagian besar perusahaan penghasil limbah cair tak kunjung menggubris imbauan pemerintah maupun komunitas lingkungan. Untuk mencegah dan meminimalisasi pencemaran lingkungan yang salah satunya disebabkan limbah cair, Komunitas Elemen Lingkungan Kab. Bandung, Greenpeace Indonesia, dan Komite Nasional Pemuda Indonesia terus mengampanyekan pencegahan pencemaran lingkungan. Selain melalui aksi di sekitar sungai tersebut, juga melalui imbauan tertulis. "Sebelum Sungai Citarum terbebas dan betul-betul bersih dari pencemaran limbah cair, kami tidak akan berhenti berjuang untuk menyelamatkan sungai tersebut. Sungai Citarum milik bersama karena itu harus diselamatkan bersama-sama. Kerusakan Sungai Citarum terjadi setelah industri marak di bagian hulu," kata Deni Riswandani, pentolan Komunitas Elemen Lingkungan Kab. Bandung. (B.105)** www.klik-galamedia.com/indexnews.php SUMBER DAN JENIS BAHAN PENCEMAR!

LIMBAH PABRIK INDUSTRI KONDISI Sungai Citarik kini benar-benar mengenaskan. Air yang mengalir di sungai tersebut hitam pekat bercampur limbah industri tekstil. Air yang berwarna hitam dan berbau di anak Sungai Citarum yang membatasi wilayah Kec. Rancaekek dan Solokanjeruk, Kab. Bandung ini terpaksa dimanfaatkan para petani untuk mengairi lahan pertanian. Pasalnya, air di sungai yang layak untuk menyiram tanaman kini sulit didapat. Meski air limbah yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian tersebut dikhawatirkan bersenyawa dengan tanaman dan dapat membahayakan kesehatan manusia, namun demi menyelamatkan tanaman padi yang diperkirakan berusia antara 30-60 hari itu, sejumlah petani nekat memanfaatkan air limbah tersebut. Pantauan "GM" di lapangan, Minggu (7/8), air limbah dari sungai itu disedot dengan mesin dan disalurkan dengan paralon. Mesin diesel yang dioperasionalkan itu mencapai puluhan unit. Selanjutnya dialirkan ke selokan yang sudah disiapkan sebelumnya. Para petani memanfaatkan air limbah itu untuk mengairi lahan pertanian yang mencapai ratusan hektare di dua kecamatan. Pemasangan mesin diesel paling banyak di bantaran sungai yang masuk Desa Sukamanah dan Tegalsumedang, Kec. Rancaekek. Di bantaran sungai yang masuk Desa Solokanjeruk dan Bojongemas, Kec. Solokanjeruk hanya sebagian kecil saja. "Satu mesin diesel ukuran kecil itu, dalam sehari semalam bisa mengairi 1.000 tumbak. Jadi untuk mengairi lahan seluas 2.000 tumbak itu, membutuhkan waktu selama dua hari dua malam," kata Kakang (25), penjaga sekaligus pegawai pengairan yang menjaga mesin diesel kepada "GM" di sela-sela mengoperasikan mesin diesel di lahan pertanian Kp. Sapan, Desa Tegalsumedang. Menurut Kakang, mereka memanfaatkan air Sungai Citarik yang bercampur limbah itu, setelah tidak ada hujan dalam sebulan terakhir ini. Ketika disinggung berapa biaya yang dikeluarkan, ia mengaku tidak tahu persis. "Anu gaduh mesin dieselna nu sanes. Abdi mah nungguan wungkul," katanya. Namun Kakang memperkirakan, untuk mengairi lahan seluas ribuan tumbak itu bisa menghabiskan biaya puluhan ribu rupiah dalam sehari semalam. "Bahan bakarnya menggunakan premium. Tapi mesin diesel yang digunakan ini milik pribadi pemilik lahan. Tetapi ada juga mesin diesel yang dikelola kelompok tani. Tentunya, biayanya pun ditanggung bersama," katanya. Sama halnya yang dikatakan Karna (38), warga Kp. Rancaeunteung, Desa Sukamanah. Di bantaran Sungai Citarik, Karna mengatakan, para petani yang ada di wilayahnya itu sudah biasa memanfaatkan air Sungai Citarik yang bercampur limbah untuk lahan pertaniannya. "Soalna teu aya deui cai kanggo nyiram pare. Caranya memanfaatkan air limbah untuk mengairi lahan pertanian padi ini," katanya. (engkos kosasih/ "GM")** www.klik-galamedia.com/indexnews.php SUMBER PENCEMAR

Pemkab Bandung meminta seluruh pengusaha tekstil di Kabupaten Bandung untuk memfungsikan instalasi pengolahan air limbah (IPAL), menyusul pencemaran limbah di Sungai Citarum yang sudah masuk taraf mengkhawatirkan. Hal tersebut ditegaskan Bupati Bandung, Dadang M. Naser kepada wartawan di Masjid Al-Fathu Soreang, Jumat (12/1). Sementara itu, sekitar 120 perusahaan industri membuang limbahnya ke Sungai Citarum tanpa melalui proses IPAL. Kami meminta seluruh pengusaha, terutama pengelola industri tekstil agar memfungsikan IPAL. Sedangkan bagi pengusaha industri yang belum memiliki IPAL, kami harap bisa secepatnya memilikinya. Sebab pencemaran limbah di Sungai Citarum saat ini sudah menghkawatirkan, terangnya. Dadang mengancam jika para pengusaha tetap membandel, pihaknya tidak akan segan-segan menempuh jalur hukum. Bagi pengusaha yang membandel, akan kami tindak tegas. Jika perlu kami akan menempuh jalur hukum agar mereka jera, ancamnya. Menurut Dadang, saat ini sudah ada 72 perusahaan yang sudah berkomitmen dengan Polda Jabar untuk menggunakan IPAL. Langkah ini sangat bagus agar para pengusaha bisa menjaga lingkungan, terutama sumber air. Kami juga berharap Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) terus melakukan pengawasan dan pembinaan ke seluruh industri tersebut, jelasnya. Ditemui secara terpisah, Kepala BPLH Kabupaten Bandung, Atih Witartih mengatakan, 90 persen aliran air Sungai Citarum tercemari limbah domestik dan industri. Menurutnya, dari 150 pabrik yang ada di Kab. Bandung, 120 di antaranya membuang limbah langsung ke sungai tanpa melalui IPAL. Padahal mereka ini punya IPAL, tapi rata-rata tidak digunakan dengan dalih terbentur masalah biaya operasional. Oleh karena itu, kami akan terus melakukan pembinaan, teguran hingga penyegelan bagi industri yang membandel, jelasnya. Sementara limbah domestik atau rumah tangga, menurut Atih, lebih banyak lagi mencemari Sungai Citarum. Yang paling dominan justru limbah domestik atau limbah rumah tangga. Limbah domestik ini adalah tinja yang selama ini dibuang ke beberapa anak Sungai Citarum dan selanjutnya bermuara ke Citarum, paparnya. IPLT tak berfungsi Atih menduga, tingginya pencemaran limbah tinja akibat sudah tidak dipakainya instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT) milik Pemkab Bandung yang berlokasi di daerah Cibeueut, Kecamatan Ibun. Dengan tidak berfungsinya IPLT, limbah tinja langsung dibuang di sepanjang aliran sungai. Akibatnya sungai menjadi tercemar, tuturnya. Keadaan tersebut diperburuk dengan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk turut menjaga kebersihan sungai. Hingga saat ini banyak yang masih membuang sampai ke sungai. Masyarakat harus terus diimbau agar turut menjaga kebersihan sungai dan lingkungan, ucapnya.

Diberitakan, pencemaran Sungai Citarum sudah sangat mengkhawatirkan akibat masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dan pengusaha industri yang membuang limbahnya ke Citarum. Akibatnya, Sungai Citarum dijuluki sebagai salah satu sungai terkotor di dunia. Selain menyebabkan tingginya pencemaran, limbah rumah tangga dan industri itu pun menyebabkan Sungai Citarum cepat dangkal. Sehingga setiap memasuki musim hujan, banjir menjadi bencana langganan. SAMPAH SUNGAI CITARUM

Anda mungkin juga menyukai