Anda di halaman 1dari 1

BUKAN HANYA SEKEDAR TAJWID Oleh; Islamiani Safitri Tajwid atau tahsin, tentu kita tidak asing lagi

dengan kata ini bukan? Atau bahkan kita pernah mempelajarinya ketika masih duduk di bangku sekolah atau ketika belajar dengan guru ngaji kita waktu kecil. Ya, Tahsin atau yang akrab kita sebut tajwid merupakan hokum-hukum dalam membaca al-Quran. Intinya dengan tahsin tersebut kita dapat membaca al-quran dengan baik dan benar. Apalagi dengan suara yang merdu tentu akan menambah eksotik qiraah itu sendiri. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam Al-Jazari, Membaca al-quran dengan tajwid adalah wajib. Siapa yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa. Karena Allah menurunkannya dengan tajwid. Demikianlah al-Quran dari-Nya sampai kepada kita (Matan Imam Ibnul Jazari). Atau seperti sabda Rasulullah: Bacalah al-quran dengan dialek dan suara orang arab (yang fasih). (HR. Thabrani) Apakah tahsin itu hanya berbentuk peraturan dan hokum dalam membaca al-quran saja? Jawabannya tidak! Jauh lebih dari itu, tahsin juga menggambarkan makna yang terkandung didalamnya. Misalnya saja pada Mad Thobii yang cara membacanya harus dipanjangkan. Pada dasarnya mad ashli atau mad thabii hanya dibaca 2 harakat saja, namun mad thobii akan dibaca lebih dari dua harakat jika bertemu dengan sebab-sebab sebagai berikut: 1. Bertemu hamzah dalam bentuknya yang asli dibaca 4-6 harakat. Disebut Mad Wajib. 2. Bertemu dengan hamzah yang dituliskan dengan alif berharakat dibaca 2-5 harakat. Disebut Mad Jaiz. 3. Bertemu dengan huruf bertasydid dibaca 6 harakat. Disebut Mad Lazim. 4. Bertemu dengan huruf sukun. Sebentar jangan protes dulu, saya bukan hendak mengajarkan tahsin disini. Saya hanya ingin memaparkan sedikit makna dibalik tahsin itu sendiri. Coba sekarang buka surat al-Kafirun. Tentu kita banyak menemui Mad Jaiz disana. Saya ambil salah satu contohnya pada ayat kedua yang berbunyi Laa abudu maa tabudun, (aku tidak akan menyembah tuhan yang kalian sembah). Pada kata laa (mad jaiz) yang dibaca 2-5 harakat ini menegaskan bahwa sebesar apapun kesenangan dan kenikmatan yang ditawarkan orang-orang kafir kepada Nabi Muhammad, beliau tidak akan pernah mau menyekutukan Allah. Sedangkan kata maa (mad asli) yang hanya dibaca 2 harakat menggambarkan kerendahan dan penghinaan kepada tuhan-tuhan orang kafir yang tidak memiliki kekuatan apapun. Nah sekarang lihat kata maa abud pada ayat ketiga. Maa disitu merupakan mad jaiz yang dibaca 2-5 harakat. Maa yang diikuti dengan kata abud (yang aku sembah yakni Allah) menggambarkan sesuatu yang Maha besar, Maha Agung, dan Maha segala-galanya. Allahuakbar!!!! Ini hanya sebagian kecil saja makna dari hokum mad thobii, lalu bagaimana lagi makna yang terkandung dalam hokum ikhfa, gunnah, atau idzhar??? Tentu akan semakin membuat kita terkagum-kagum dengan ciptaan Allah. Maka dari itu, mari kita terus pelajari alquran, dekati, dan rindukan al-quran yang merupakan kalam Ilahi. Jazakumullah..

Anda mungkin juga menyukai