Anda di halaman 1dari 13

Leukemia

Pengertian

Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas, progresif pada organ organ pembentukan darah yang ditandai dengan proliferasi dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di dalam darah dan sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal, jumlahnya berlebihan, dapat ,menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).

Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar , pembagian leukemia adalah sebagai berikut yaitu :

Leukemia limfoid :

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

Merupakan kanker yang paling sering menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak insidensi antara umur 3 sampai 4 tahun.

Manifestasi dari LLA adalah berupa proliferasi limpoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat ekstramedular. Paling sering terjadi pada laiki - laki dibandingkan perempuan, LLA jarang terjadi (Smeltzer dan Bare, 2001).

Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel darah putih perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit. (www.medicastore.com)

Manifestasi klinis :

Hematopoesis normal terhambat Penurunan jumlah leukosit Penurunan sel darah merah Penurunan trombosit

Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering menyerang pria. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan kedua nya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan menghancurkan jaringan tubuh yang normal. (www.medicastore.com)

Manifestasinya adalah :

Adanya anemia Pembesaran nodus limfa Pembesaran organ abdomen Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)

Leukemia Mieloid

Leukemia Mielositik akut (LMA)

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), Leukemia akut ini mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke sua sel mieloid;monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.

Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu ;terdapat peningkatan leukosit, pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang, Infeksi

Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)

Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK) adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar granulosit (salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal (www.medicastore.com).

Dimasukkan kedalam keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak terdapat sel normal dibaniding dalam bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan, jarang menyerang individu di bawah umur 20 tahun, namun insidensinya meningkat sesuai pertambahan umur.

Gambaran klinis LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya lebih ringan yaitu ; Pada stadium awal, LMK bisa tidak menimbulkan gejala. Tetapi beberapa penderita bisa mengalami: kelelahan dan kelemahan, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, demam atau berkeringat dimalam hari, perasaan penuh di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan Bare, 2001). Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) meskipun penyebab leukemia tidak diketahui , presdiposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan.

Faktor lingkungan berupa paparan radiasi pergion dosis tinggi disertai manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian. Zat-zat kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen antineoplastil) dikaitkan dengan frkuensi yang meningkat khususnya agen-agen alkil.

Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.

Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.

Virus menyebabkan beberapa leukemia pada binatang (misalnya kucing). Virus HTLV-I (human T-cell lymphotropic virus type I), yang menyerupai virus penyebab AIDS, diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang jarang terjadi pada manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa.Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia (www. medicastore.com).

Patofisiologi

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan kita dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.

Sel lekemia memblok produksi sel darah putih yang normal , merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan (www.MayoClinic.com).

Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom) mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan otak.(www. medicastore.com) Pemeriksaan penunjang

Menurut Doengoes dkk (1999) menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang mengenai leukemia adalah :

Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml Retikulosit : jumlah biasanya rendah Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm) SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP yang imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel blast leukemia. PT/PTT : memanjang LDH : mungkin meningkat Asam urat serum/urine : mungkin meningkat Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia monositik akut dan mielomonositik. Copper serum : meningkat Zinc serum : meningkat Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan megakariositis menurun. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan

Penatalaksanaan

Pengobatan Leukemia Mielogenus Kronik

Sebagian besar pengobatan tidak menyembuhkan penyakit, tetapi hanya memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan dianggap berhasil apabila jumlah sel darah putih dapat diturunkan sampai kurang dari 50.000/mikroliter darah. Pengobatan yang terbaik sekalipun tidak bisa menghancurkan semua sel leukemik. Satu-satunya kesempatan penyembuhan adalah dengan pencangkokan sumsum tulang. Pencangkokan paling efektif jika dilakukan pada stadium awal dan kurang efektif jika dilakukan pada fase akselerasi atau krisis blast. Obat interferon alfa bisa menormalkan kembali sumsum tulang dan menyebabkan remisi. Hidroksiurea per-oral (ditelan) merupakan kemoterapi yang paling banyak digunakan untuk penyakit ini. Busulfan juga efektif, tetapi karena memiliki efek samping yang serius, maka pemakaiannya tidak boleh terlalu lama. Terapi penyinaran untuk limpa kadang membantu mengurangi jumlah sel leukemik. Kadang limpa harus diangkat melalui pembedahan (splenektomi) untuk: mengurangi rasa tidak nyaman di perut, meningkatkan jumlah trombosit, mengurangi kemungkinan dilakukannya tranfusi.

Leukemia Limfoblastik Akut :

Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel noramal bisa tumbuh kembali di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang.

Sebelum sumsum tulang kembali berfungsi normal, penderita mungkin memerlukan: transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan, antibiotik untuk mengatasi infeksi. Beberapa kombinasi dari obat kemoterapi sering digunakan dan dosisnya diulang selama beberapa hari atau beberapa minggu. Suatu kombinasi terdiri dari prednison per-oral (ditelan) dan dosis mingguan dari vinkristin dengan antrasiklin atau asparaginase intravena. Untuk mengatasi sel leukemik di otak, biasanya diberikan suntikan metotreksat langsung ke dalam cairan spinal dan terapi penyinaran ke otak. Beberapa minggu atau beberapa bulan setelah pengobatan awal yang intensif untuk menghancurkan sel leukemik, diberikan pengobatan tambahan (kemoterapi konsolidasi) untuk menghancurkan sisa-sisa sel leukemik. Pengobatan bisa berlangsung selama 2-3 tahun. Sel-sel leukemik bisa kembali muncul, seringkali di sumsum tulang, otak atau buah zakar. Pemunculan kembali sel leukemik di sumsum tulang merupakan masalah yang sangat serius. Penderita harus kembali menjalani kemoterapi. Pencangkokan sumsum tulang menjanjikan kesempatan untuk sembuh pada penderita ini. Jika sel leukemik kembali muncul di otak, maka obat kemoterapi disuntikkan ke dalam cairan spinal sebanyak 1-2 kali/minggu. Pemunculan kembali sel leukemik di buah zakar, biasanya diatasi dengan kemoterapi dan terapi penyinaran.

Pengobatan Leukeumia Limfositik Kronik

Leukemia limfositik kronik berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita yang tidak memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun sampai jumlah limfosit sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfusi darah dan suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan transfusi trombosit. Infeksi diatasi dengan antibiotik.

Terapi penyinaran digunakan untuk memperkecil ukuran kelenjar getah bening, hati atau limpa. Obat antikanker saja atau ditambah kortikosteroid diberikan jika jumlah limfositnya sangat banyak. Prednison dan kortikosteroid lainnya bisa menyebabkan perbaikan pada penderita leukemia yang sudah menyebar. Tetapi respon ini biasanya berlangsung singkat dan setelah pemakaian jangka panjang, kortikosteroid menyebabkan beberapa efek samping. Leukemia sel B diobati dengan alkylating agent, yang membunuh sel kanker dengan mempengaruhi DNAnya. Leukemia sel berambut diobati dengan interferon alfa dan pentostatin.

http://download-kti.blogspot.com/2011/01/leukemia.html http://askep-askeb.cz.cc/

Apa itu Leukemia/Kanker Darah ?


Leukemia (kanker darah) adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel darah. Istilah leukemia mencakup keganasan yang terjadi pada sel-sel darah putih, sel-sel darah merah (erythroleukemia) ataupun pada elemen lainnya pada darah ataupun sum-sum tulang belakang. Keganasan dimulai ketika terjadi pertumbuhan sel darah (putih) secara abnormal (sel blast atau sel muda) dimana pada waktunya, mereka mungkin mendesak sel-sel darah putih, sel-sel darah merah, dan platelet-platelet yang normal. Ini membuat darah berat untuk melakukan pekerjaannya. Untuk memahami leukemia, kita perlu memahami bagaimana proses terbentuknya sel-sel darah yang normal. Sel Darah Normal Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel di sumsum tulang yang disebut sel-sel induk. Sel induk dewasa menjadi berbagai jenis sel darah. Masing-masing sel darah memiliki pekerjaan khusus: o o Sel darah putih (leukosit): berfungsi melawan infeksi. Ada beberapa jenis sel darah putih Sel darah merah: berfungsi membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh.

Trombosit (Platelet): berfungsi untuk pembekukan darah

Sel darah putih, sel darah merah, dan platelet yang dibuat dari sel-sel batang yang dibutuhkan tubuh mereka. Ketika sel-sel darah menjadi tua/rusak, mereka mati, dan digantikan sel-sel baru. Gambar di bawah ini menunjukkan bagaimana sel punca bisa tumbuh menjadi berbagai jenis sel darah putih. Pertama, sel induk matang menjadi baik sel batang myeloid atau sel induk limfoid: Sebuah sel induk myeloid matang menjadi ledakan myeloid. Ledakan itu dapat membentuk sel darah merah, trombosit, atau salah satu dari beberapa jenis sel darah putih. * Sebuah sel induk limfoid matang menjadi ledakan limfoid. Ledakan itu dapat membentuk satu dari beberapa jenis sel darah putih, seperti sel B atau sel T. * Sel darah putih yang terbentuk dari ledakan myeloid berbeda dari sel darah putih yang terbentuk dari ledakan limfoid.

Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh darah. Darah yang mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer. Sel Leukemia Pada orang dengan leukemia, sumsum tulang membuat sel darah putih abnormal. Tidak seperti sel darah normal, sel-sel leukemia tidak mati ketika mereka seharusnya. Mereka mungkin menjejali sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit normal. Hal ini membuat sulit bagi sel-sel darah normal untuk melakukan pekerjaan mereka.

Jenis Jenis Leukemia/Kanker Darah


Leukemia Akut dan Leukemia Kronis Secara garis besar leukemia dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe akut dan tipe kronis. o Leukemia Kronis: Pada awal penyakit, sel-sel leukemia masih bisa melakukan beberapa pekerjaan sel darah putih normal. Pasien mungkin tidak memiliki gejala apapun pada awalnya. Dokter pada umumnya mendeteksi dini leukemia kronis pada pemeriksaan rutin. Perlahan-lahan, leukemia kronis memburuk.

Karena jumlah sel-sel leukemia dalam darah meningkat, orang mengalami gejala, seperti pembengkakan kelenjar getah bening atau infeksi. Ketika gejala muncul, biasanya ringan pada awalnya dan memburuk secara bertahap. Leukemia Akut: Sel-sel leukemia tidak dapat melakukan pekerjaan sel darah putih normal. Jumlah sel leukemia meningkat pesat. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari.

Leukemia bisa juga diklasifikasikan berdasarkan jenis sel darah putih yang terkena, yaitu limfosit ataupun myeloid (lihat gambar diatas). Leukemia yang mempengaruhi sel-sel limfoid disebut limfoid, limfositik, atau lymphoblastic leukemia. Leukemia yang mempengaruhi sel-sel myeloid disebut myeloid, myelogenous, atau myeloblastic leukemia. Berdasarkan identifikasi diatas, setidaknya ada empat jenis leukemia yang umum diketahui, yaitu: o o o o Chronic lymphocytic leukemia (CLL) Paling sering terjadi terjadi pada orang tua (berusia 55 tahun keatas). Kadang kadang juga diderita oleh dewasa muda dan hampir tidak pernah pada anak-anak. Chronic myeloid leukemia (CML). Sering terjadi pada orang dewasa, sangat sedikit terjadi pada anak Acute lymphocytic leukemia (ALL) Merupakan tipe leukemia yang paling sering terjadi pada anak-anak Juga ditemui pada orang dewasa, terutama yang berusia 65 tahun atau lebih. Acute myeloid leukemia (AML) Tipe ini lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak.

Faktor Resiko terkait Leukemia/Kanker Darah


Tidak ada yang mengetahui secara pasti apa penyebab leukemia. Dokter jarang tahu mengapa ada orang yang mendapat leukemia dan yang lain tidak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko tertentu meningkatkan kemungkinan seseorang menderita leukemia. Faktor-faktor resiko ini adalah: a. Radiasi: Orang yang terpapar radiasi sangat tinggi radiasi jauh lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan AML, CML, ataupun ALL. o Ledakan bom atom: Radiasi tingkat sangat tinggi yang disebabkan oleh ledakan bom atom (seperti yang terjadi di Jepang selama Perang Dunia II), orang, terutama anak-anak yang bertahan hidup dari ledakan bom atom akan meningkat risikonya terkena leukemia. o Radioterapi: Sumber lain terkena radiasi tingkat tinggi adalah pengobatan kanker dll. Radioterapi dapat meningkatkan risiko leukemia. o Rontgen diagnostik: X-ray gigi dan X-ray diagnostic lainnya (seperti CT Scan) merupakan paparan radiasi tingkat rendah. Belum diketahui apakah ada keterkaitan pada radiasi tingkat rendah untuk anak-anak atau orang dewasa dengan leukemia.

b.

Merokok: Merokok dapat meningkatkan risiko terkena AML.

c.

Benzene: Paparan benzena di tempat kerja dapat menyebabkan AML. Hal ini juga dapat menyebabkan CML ataupun ALL. Benzene digunakan secara luas dalam industri kimia, juga ditemukan dalam asap rokok dan bensin.

d.

Kemoterapi: Pasien kanker yang mendapatkan kemoterapi kadang-kadang kemudian juga terkena AML ataupun ALL. Misalnya, obat-obatan yang merupakan agen atau inhibitor alkilasi topoisomerase sering dikaitkan dengan resiko kecil berkembangnya leukemia akut.

e.

Down Sindrom & beberapa penyakit keturunan lainnya: meningkatkan risiko berkembangnya leukemia akut.

f.

Sindrom myelodysplastic dan kelainan darah tertentu lainnya: Orang dengan kelainan darah tertentu akan meningkatkan risiko terkena AML.

g.

Virus Human T-cell leukemia tipe I (HTLV-I): Orang dengan infeksi HTLV-I mengalami peningkatan risiko terkena leukemia jenis langka, yang dikenal sebagai T-sel yang merupakan jenis leukemia yang tidak menular.

h.

Sejarah keluarga leukemia: Ini jarang terjadi. Namun bila ini terjadi, kemungkinan tipenya adalah CLL. Namun, hanya beberapa orang dengan CLL memiliki ayah, ibu, kakak, adik, atau anak yang juga memiliki penyakit ini.

Gejala & Diagnosa Leukemia Leukemia/Kanker Darah


Gejala Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh. Gejala leukemia tergantung pada jumlah sel-sel leukemia dan di mana sel-sel ini menumpuk dalam tubuh. Orang-orang dengan leukemia kronis mungkin tidak memiliki gejala. Orang-orang dengan leukemia akut biasanya pergi ke dokter mereka karena mereka merasa sakit. Jika otak dipengaruhi, mereka mungkin sakit kepala, muntah, kebingungan, kehilangan kontrol otot, atau kejang. Leukemia juga dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh seperti saluran pencernaan, ginjal, paru-paru, jantung, ataupun testis. Gejala umum dari leukemia kronis atau akut bisa meliputi: o o o o Pembengkakan kelenjar getah bening (di leher atau ketiak) yang biasanya tidak sakit Demam atau berkeringat di malam hari Sering infeksi Merasa lemah atau lelah

o o o o

Pendarahan dan mudah memar (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit) Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (karena hati/pancreas bengkak) Berat badan turun drastic tanpa sebab jelas Nyeri pada tulang atau sendi

Jika Anda menemukan gejala-gejala ini, pastikan segera berkonsultasi dengan dokter Anda agar dapat didiagnosa dan diobati sedini mungkin. Diagnosa Dokter kadang-kadang menemukan leukemia pada pemeriksaan darah rutin. Jika Anda memiliki gejala-gejala yang mengarah ke leukemia, Dokter Anda akan mencoba untuk mengetahui penyebabnya dan bertanya tentang riwayat kesehatan keluarga Anda. Anda mungkin menjalani satu atau lebih dari tes berikut: o o o Pemeriksaan Fisik: Dokter akan memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening, limpa, atau hati. Pemeriksaan darah: Laboratorium akan melakukan hitung darah lengkap untuk memeriksa jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan platelet. Leukemia menyebabkan jumlah sel darah putih sangat tinggi. Juga seringkali ditemukan rendahnya tingkat trombosit dan hemoglobin dalam sel darah merah. Biopsi: Biopsi adalah satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia ada dalam sumsum tulang Anda. Hal ini memerlukan anestesi lokal untuk membantu mengurangi rasa sakit. Dokter akan mengambil beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Ada dua cara yang umum digunakan: Aspirasi sumsum tulang: menggunakan jarum berongga tebal, yang diambil hanya sumsum tulang biopsi sumsum tulang: menggunakan jarum berongga sangat tebal untuk mengangkat sepotong kecil tulang dan sumsum tulang.

o o

Pemeriksaan Lainnya Sitogenetik: Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening. Jika kromosom abnormal ditemukan, tes dapat menunjukkan jenis leukemia yang Anda miliki. Misalnya, orang dengan CML memiliki kromosom abnormal yang disebut kromosom Philadelphia. Spinal Tap: Dokter Anda dapat mengambil beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di dalam dan sekitar otak dan sumsum tulang belakang). Dokter menggunakan jarum panjang tipis untuk mengeluarkan cairan dari tulang punggung bagian bawah. Prosedur ini memakan waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Anda harus berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau tanda-tanda lain dari masalah. X-ray Dada: X-ray dapat menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening atau tanda-tanda lain dari penyakit di dalam dada Anda

Pengobatan Leukemia Leukemia/Kanker Darah


Orang-orang dengan leukemia memiliki banyak pilihan pengobatan. Pilihannya adalah menanti sambil waspada (watchful waiting), kemoterapi, targeted terapi, terapi biologi, terapi radiasi, dan transplantasi sel induk. Jika pankreas Anda membengkak, dokter mungkin menyarankan operasi pengangkatan limpa/pankreas. Terkadang kombinasi perawatan ini digunakan. Pilihan pengobatan tergantung terutama pada 3 aspek, yaitu: jenis leukemia, usia Anda dan apakah sel-sel leukemia

ditemukan dalam cairan cerebrospinal Anda. Dokter Anda juga mempertimbangkan gejala dan kesehatan umum. Pengobatan Leukemia Akut Orang dengan leukemia akut perlu segera dirawat. Tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan tanda-tanda leukemia dalam tubuh dan menghilangkan gejalanya. Ini disebut masa remisi. Setelah orang mengalami remisi, terapi lebih mungkin diberikan untuk mencegah kekambuhan. Jenis terapi ini disebut terapi konsolidasi atau terapi pemeliharaan. Banyak orang dengan leukemia akut dapat disembuhkan. Pengobatan awal AML biasanya dimulai dengan kemoterapi induksi, dengan menggunakan kombinasi obat-obatan seperti daunorubisin (DNR), sitarabin (ara-C), idarubicin, thioguanine, etoposide, atau mitoxantrone. Untuk mengurangi efek samping pengobatan diatas, yang biasanya berbentuk penurunan jumlah sel darah tertentu, maka dokter dapat memberikan terapi-terapi lanjutan melalui antibiotic oral (misalnya, ofloxacin, rifampisin), injeksi dengan G-CSF (granulocyte-colony stimulating factor), ataupun transfusi sel darah merah dan trombosit/platelet.. Jika sel kanker resistan atau kambuh lagi, maka biasanya diberikan antara lain: o o o Kemoterapi induksi konvensional; Ara-C(HDAC) dosis tinggi, dengan/tanpa obat-obatan lain dan Etoposide atau agen kemoterapi tunggal lainnya. Pengobatan Leukemia Kronis Jika Anda memiliki leukemia kronis tanpa gejala, Anda mungkin tidak perlu segera dirawat. Dokter Anda akan melihat kesehatan Anda dengan cermat sehingga perawatan dapat dijalankan saat Anda mulai mengalami gejala. Hal ini disebut watchful waiting (menanti sambil waspada). Ketika pengobatan untuk leukemia kronis diperlukan, sering kali penyakit ini dan gejalanya dapat terkontrol. Orang mungkin menerima terapi pemeliharaan untuk membantu agar kankernya tetap dalam remisi, tetapi jarang leukemia kronis dapat disembuhkan dengan kemoterapi. Namun, transplantasi sel induk dapat menjadi pilihan bagi beberapa orang dengan leukemia kronis untuk sembuh. Minta Dokter Anda untuk menjelaskan opsi pengobatan yang ada, hasil yang diharapkan, dan serta kemungkinan efek samping bagi Anda. Kemoterapi Kebanyakan orang dengan leukemia menjalani kemoterapi, untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemianya, ia dapat menerima obat tunggal atau kombinasi dari dua atau lebih obat-obatan. Kemoterapi dapat diberikan dalam beberapa cara berbeda, yang meliputi: * melalui mulut * melalui suntikan ke dalam pembuluh darah * melalui kateter * injeksi langsung ke cairan cerebrospinal * injeksi ke dalam tulang belakang atau reservoir Ommaya Kateter Ketika kemoterapi diberikan dengan cara ini, sebuah tabung tipis fleksibel dipasang di pembuluh darah besar, seringkali pada dada bagian atas. Sebuah kateter menetap seringkali berguna untuk orang yang membutuhkan banyak perawatan intravena. Paramedis akan menyuntikkan obat ke dalam kateter, daripada langsung ke pembuluh darah. Metode ini menghindari banyaknya suntikan, yang dapat melukai pembuluh

darah dan kulit dan kurang nyaman di kulit. Injeksi ke dalam cairan Cerebrospinal Jika ahli patologi menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di dalam dan sekitar otak serta syaraf tulang belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter kemudian akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan intravena atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang. Radioterapi Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Orang-orang mendapatkan radioterapi di rumah sakit ataupun klinik. Beberapa orang menerima radiasi dari sebuah mesin besar yang ditujukan ke pankreas, otak, atau bagian lain dari tubuh di mana sel-sel leukemia menumpuk. Jenis terapi ada yang berlangsung selama 5 hari/minggu selama beberapa minggu. Orang lain mungkin menerima radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. Radiasi biasanya diberikan sekali atau dua kali sehari selama beberapa hari, biasanya sebelum transplantasi sel induk. Efek samping dari terapi radiasi tergantung terutama pada dosis radiasi dan bagian tubuh yang terpapar. Sebagai contoh, radiasi untuk perut Anda dapat menyebabkan mual, muntah, dan diare. Selain itu, kulit Anda di daerah yang sedang diobati bisa menjadi merah, kering, dan lunak. Anda juga dapat kehilangan rambut di daerah yang terpapar. Anda mungkin akan sangat lelah selama radioterapi, terutama beberapa minggu setelah pengobatan. Istirahat sangat penting, tetapi dokter biasanya menyarankan pasien untuk mencoba sedapat mungkin tetap aktif. Transplantasi Sel Induk Beberapa orang dengan leukemia menerima transplantasi sel induk. Transplantasi sel induk memungkinkan Anda untuk mendapat kemoterapi, radiasi atau keduanya untuk menghancurkan sel-sel leukemianya. Setelah Anda menerima kemoterapi dosis tinggi, terapi radiasi, atau keduanya, Anda akan menerima sel-sel induk yang sehat melalui pembuluh darah besar. Sel darah baru berkembang dari sel induk yang ditransplantasikan. Sel-sel darah baru menggantikan yang dihancurkan oleh pengobatan. Transplantasi sel induk dilakukan di rumah sakit. Sel induk dapat berasal dari Anda, dari kembar identik Anda ataupun dari seseorang yang menyumbangkan sel induk mereka untuk Anda Sel induk berasal dari beberapa sumber: dari darah ataupun dari sumsum tulang (transplantasi sumsum tulang). Sumber lain sel induk adalah darah tali pusat. Darah tali pusat diambil dari bayi yang baru lahir dan disimpan dalam freezer. Setelah transplantasi sel induk, Anda mungkin tinggal di rumah sakit selama beberapa minggu atau bulan. Anda akan beresiko tinggi terkena infeksi dan perdarahan karena dosis besar kemoterapi ataupun radiasi yang Anda terima. Dibutuhkan waktu bagi sel-sel induk yang ditransplantasikan untuk mulai menghasilkan sel darah yang sehat. Masalah lain dengan transplantasi sel induk adalah terjadinya penyakit graft-versus-host (GVHD) dapat terjadi pada orang yang menerima menyumbangkan sel induk. Dalam GVHD, sel-sel darah putih yang disumbangkan bereaksi terhadap jaringan normal pasien. Paling sering, hati, kulit, atau saluran pencernaan terpengaruh. GVHD bisa ringan atau sangat parah. Hal ini dapat terjadi setiap saat setelah transplantasi, bahkan bertahun-tahun kemudian. Steroid atau obat lain dapat membantu. Terapi Biologi: Interferon

Beberapa orang dengan leukemia disarankan untuk menjalani terapi biologi. Terapi biologi untuk leukemia adalah terapi dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit. Salah satu jenis terapi biologi adalah zat yang disebut antibodi monoklonal. Ini diberikan melalui infus intravena. Zat ini berikatan dengan sel-sel leukemia. Salah satu jenis antibodi monoklonal membawa racun yang membunuh sel-sel leukemia. Jenis lain membantu sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel leukemia. Untuk beberapa orang dengan CML diberikan terapi biologi dengan obat Interferon. Interferon adalah sekumpulan protein yang dilepaskan oleh sel yang terinfeksi virus. Mereka membantu sel-sel normal untuk membuat protein antivirus. Interferon juga membantu tubuh untuk mengurangi proliferasi (pertumbuhan dan reproduksi) sel leukemia, sementara memperkuat respons kekebalan tubuh. Interferon-alfa (INFA) adalah jenis interferon yang sering digunakan untuk mengobati leukemia. INFA biasanya ditawarkan kepada pasien yang baru terdiagnosa, yang bukan kandidat untuk transplantasi sel induk. Efek samping yang mungkin ditimbulkan antara lain: demam, menggigil, nyeri otot dan tulang, sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, dan keluhan seperti flu ketika memulai pengobatan. Gejala seperti itu biasanya berlangsung selama 1-2 minggu. Efek samping biasanya membaik setelah terapi dengan INFA selesai. Targeted Terapi Orang-orang dengan CML dan ALL mungkin menerima obat yang disebut Targeted Terapi. Imatinib (Gleevec) adalah targeted terapi pertama yang disetujui untuk CML. Dalam kasus resistansi terhadap Imatinib, terutama pada kasus CML stadium lanjut, obat-obatan seperti Tasigna (second generation Gleevec), AMN 107 ataupun BMS-354825 menjanjikan harapan. Saat ini kecuali Tasigna, obat-obatan ini masih dalam uji coba klinis. Targeted terapi menggunakan obat-obatan yang menghambat pertumbuhan sel-sel leukemia. Misalnya, targeted terapi dapat menghalangi mekanisme protein abnormal yang merangsang pertumbuhan sel-sel leukemia. Efek samping dari Targeted terapi, antara lain: pembengkakan, kembung, dan kenaikan berat badan secara tiba-tiba. Targeted terapi juga dapat menyebabkan anemia, mual, muntah, diare, kram otot, atau ruam. Diskusikan dengan dokter Anda bila menemukan gejala efek samping.

cancerhelps.com

Anda mungkin juga menyukai