Anda di halaman 1dari 15

DAKWAH SALAFIYAH MENEPIS TUDUHAN

DAKWAH SALAFIYAH MENEPIS TUDUHAN

Oleh

Syaikh DR. Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr

Bagian Pertama dari Tiga Tulisan [1/3]

Kita patut bersyukur kepada Allah lantaran dakwah salafiyah mubarokah yang diemban oleh
para ulama dan para da’inya yang mukhlisin merambah penjuru dunia. Namun perlu juga
diketahui bahwa dakwah salafiyah, dakwah para nabi ini tidak luput dari para pencela,
pembuat keraguan dan kerancuan (syubhat) sepanjang zaman, mulai nabi Nuh hingga nabi
kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula para da’i pengemban dakwah
ini mendapat perlakuan yang sama. Allahul Musta’an. Berikut syubhat-syubhat yang
dilemparkan sekaligus bantahannya yang direkam dan ditulis oleh Syaikh DR Abu Anas
Muhammad Musa Alu Nashr, murid Al-Imam Al-Albani Rahimahullah dalam kitab Madza
Yanqimuna minas Salafiyah.

[1] NAMA SALAFIYAH BENTUK HIZBIYAH DAN BID’AH

Sementara penentang menuduh bahwa nisabah kepada salafiyah merupakan bentuk


hizbiyah bid’ah, sama seperti nama Ikhwan Muslimin, Hizbut Tahrir dan Jama’ah Tabligh.
Mereka tidak tahu bahwa intisab kepada salafiyah adalah intisab kepada generasi panutan,
para sahabat dan tabi’in, generasi terbaik yang direkomendasikan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Penyandaran kepada salaf berarti penyandaran kepada umat yang
maksum, yang terjaga dari kesalahan dan umat yang diridhai Allah, firmanNya.

“Artinya : Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya” [Al-Bayyinah : 8]

Sangat berbeda antara orang yang menyandarkan diri kepada seorang mujtahid yang kadang
benar kadang salah, fanatik kepadanya, loyal dan benci karenanya dengan seseorang yang
menyandarkan diri kepada suatu kaum yang selamat, terjaga dari penyimpangan dan
kesesatan ketika muncul perselisihan.

“Artinya : Dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan semua masuk
neraka kecuali satu. Beliau ditanya : ‘Siapa mereka wahai Rasulullah ?’ Jawaban beliau :
‘Mereka adalah orang-orang yang berada di atas apa yang aku dan sahabatku berada di
atasnya” [Abu Dawud 4586, Tirmidzi 2640, Ibnu Majah 3991 Ahmad 2/332]

Inilah salafiyah yang mana Islam yang murni, bersih dari semua bid’ah dan kesesatan
terbangun di atasnya. Inilah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dijalankan oleh para sahabat dan ditempuh oleh generasi terbaik. Mengapa kalian
membolehkan setiap jama’ah Islamiyah untuk menyandarkan diri kepada orang-orang yang
tidak maksum tetapi justru melarang penyandaran kepada umat yang terjaga dari kesesatan
dan kepada salaf shalih dari kalangan tabi’in dan para imam yang mendapat petunjuk.
Mereka terjauhkan dari hizbiyyah sempit lagi berbahaya yang memecah belah umat. Syaikh
kami Al-Albani berkata : “Terus terang, kami memerangi hizbiyah, karena hizbiyah selaras
dengan ayat.

“Artinya : Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka “
[Ar-Ruum : 32]

Islam tidak mengenal hizbiyah. Hanya ada satu hizb (golongan) yang ditetapkan oleh Allah
yaitu:

“Artinya : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung”
[Al-Mujadilah : 22]

Hizb Allah adalah golongan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka hendaknya
seseorang itu berada dalam manhaj para sahabat. Semua ini harus didasari pengetahuan
tentang Al-Qur’an dan Sunnah”.

Ketika ditanya tentang hakekat salafiyah, beliau menjawab : “Ketika kita menyebut salaf
maka yang kami maksud adalah golongan yang terbaik di muka bumi ini setelah para rasul
dan nabi”. Mereka adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, generasi
awal. Lalu diikuti para tabi’in yang muncul pada abad kedua, lalu atba’ tabi’in yang muncul
pada abad ketiga. Tiga generasi inilah yang disebut salaf. Mereka adalah umat terbaik. Jika
mereka merupakan umat terbaik secara mutlak maka tidak ada lagi setelah Rasul manusia
yang lebih baik dari mereka seperti yang aku sebutkan….Jika kita menyandarkan diri kepada
salaf artinya kita menyandarkan kepada generasi terbaik. Namun perlu dicatat bahwa
penyandaran ini bukanlah kepada individu tertentu atau kepada jama’ah yang mungkin saja
tersalah atau jatuh dalam kesesatan, baik secara menyeluruh atau sebagian.

Beliau ditanya : Mengapa harus menamakan salafiyah, apakah dia dakwah hizbiyah,
kelompok atau madzhab, ataukah kelompok baru dalam Islam ? Beliau menjawab :
Sesungguhnya kata salaf itu sudah dikenal dalam bahasa arab dan dalam istilah syar’i”. Yang
perlu kita bahas adalah pengertian selamat secara syar’i. Telah shahih dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, ketika beliau sakit yang membawa kematian, beliau berkata kepada
Fatimah : Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, sebaik-baik salaf bagimu adalah aku”
Ulama sering mempergunakan kata salaf, sehingga tidak bisa lagi dihitung. Cukup satu
contoh saja, yaitu kalimat yang dipakai ulama untuk memerangi bid’ah, yakni.

“Artinya : Setiap kebaikan itu dalam pengikutan kepada salaf. Dan setiap kejelekan di dalam
perbuatan bid’ah orang-orang khalaf”.

Tetapi ada sementara orang yang mengaku berilmu mengingkari penisbatan ini, dengan
sangkaan penisbatan ini tidak ada asalnya. Katanya : Seorang muslim tidak boleh berkata :
“Saya Salafi”, sepertinya dia mengatakan : Tidak boleh seorang muslim itu mengatakan :
“Saya mengikuti salaf shalih, dalam akidah, ibadah dan akhlak mereka”. Tidak ragu lagi
bahwa pengingkaran semisal ini –kalau sengaja- melazimkan dia untuk berlepas diri dari
Islam yang benar yang dijalani oleh para salaf shalih, dimana pemimpin mereka adalah Nabi
Shallalahu ‘alaihi wa sallam, seperti diisyaratkan oleh hadits mutawatir dalam shahihain
“Manusia terbaik adalah zamanku, lalu orang-orang setelah mereka dan setelahnya lagi”.

Maka seorang muslim tidak boleh berlepas diri dari penisbatan kepada salaf shalih, sedang
kalau dia berlepas diri dari penisbatan kepada siapapun tidak mungkin bagi seorang ulama
pun untuk menisbatkannya kepada kekafiran atau kefasikan.

[2] SALAFIYUN HANYA BERKUTAT PADA MASALAH PARSIAL (JUZ), MELALAIKAN MASALAH
SECARA KOMPREHENSIF DAN MASALAH MENDASAR.

Ini juga termasuk kedustaan mereka. Sebab dakwaan salafiyah –itu dengan memuji Allah-
mengimani Islam secara menyeluruh. Berangkat dari firman Allah.
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan” [Al-
Baqarah : 208]

Dan firmanNya yang mencela orang-orang yang mencomot agama sesuai hawa nafsu
mereka.

“Artinya : Apakah kamu beriman kepda sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap
sebahagian yang lain?”[Al-Baqarah : 85]

Kewajiban utama dakwah salafiyah adalah dakwah tauhid, peribadatan kepada Allah,
membimbing umat di atas manhaj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengarahkan
mereka agar memperhatikan sunnah beliau yang telah dijauhi manusia dan
menghidupkannya. Semua itu merupakan bagian dari program dan manhaj dakwah salafiyah
bukan bagian dasar-dasar dan rukun-rukun Islam. Orang-orang yang menyelisihi dakwah ini
telah keliru dengan mensifati sunnah-sunnah seperti siwak, memanjangkan jenggot,
memendekkan celana, sutrah, dan selainnya sebagai masalah kulit (bukan isi).

“Artinya : Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka ; mereka tidak
mengatakan (sesuatu) kecuali dusta” [Al-Kahfi : 5]

Orang-orang yang bingung itu tidak mengetahui bahwa Islam itu semuanya inti. Kulit itu
hanyalah apa-apa yang ada dalam gambaran mereka dan pemikiran mereka dan pemikiran
mereka yang busuk. Adapun wahyu, berupa Al-Qur’an dan Sunnah semuanya benar dan inti.
Siapapun yang menghina satu saja darinya maka kafir. Siapa yang mensifati apa-apa yang
dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kulit (masalah sepele) benar-benar
berada pada tepi jurang yang dalam.

[3] DAKWAH SALAFIYAH MENYEPELEKAN POLITIK BAHKAN TIDAK SAMA SEKALI.

Ini juga termasuk kedustaan yang sangat jelas dan kedhaliman yang buruk. Salafiyin
memandang bahwa politik termasuk agama. Tetapi politik yang mana ? Apakah politik surat
kabar, majalah dan agen-agen penyiaran Yahudi dan Salibis ?! Ataukah politik Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya ? Ataukah politik demokrasi, rekayasa
orang-orang kafir yakni : Pemerintah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ?! Ataukah
polotik ulama Islam yang berkata : “Politik adakah hukum Allah karena Allah, dengan
mendasarkan pada kitab Allah dan sunnah RasulNya, berangkat dari dasar-dasar
musyawarah yang ditetapkan Islam.

Apakah politik yang berbentuk penetapan kebenaran dengan system voting dalam parlemen
? Meskipun dalam rangka mendukung kekejian, kemungkaran, kesyirikan, klub malam atau
pabrik minum keras ?! Ataukah berupa politik.

“Artinya : Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu
tidak menyembah selain Dia” [Yusuf : 40]

Oleh karena itu salafiyun tidak memakai sarana kebatilan untuk meraih kebenaran. Sebab
tujuan itu tidak menghalalkan segala cara. Mereka (salafiyun) tidak berjihad untuk
kemenangan orang-orang brengsek, tidak meminta pertolongan kepada orang-orang
musyrik, dan selamanya tidak menambah jumlah dengan beraliansi dengan orang-orang
munafik. Mereka menolak jumlah banyak namun seperti buih yang tidak mengandung sifat-
sifat syar’i.

[Disalin dari kitab Madza Yanqimuna Minas Salafiyah dan dimuat di majalah Al-Furqon edisi
5 Th III, hal 29-33, alih bahasa Abu Nu’aim Al-Atsari]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=mo re&article_id=524&bagian=0


DAKWAH SALAFIYAH MENEPIS TUDUHAN

Oleh

Syaikh DR. Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr

Bagian Kedua dari Tiga Tulisan [2/3]

Kita patut bersyukur kepada Allah lantaran dakwah salafiyah mubarokah yang diemban oleh
para ulama dan para da’inya yang mukhlisin merambah penjuru dunia. Namun perlu juga
diketahui bahwa dakwah salafiyah, dakwah para nabi ini tidak luput dari para pencela,
pembuat keraguan dan kerancuan (syubhat) sepanjang zaman, mulai nabi Nuh hingga nabi
kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula para da’i pengemban dakwah
ini mendapat perlakuan yang sama. Allahul Musta’an. Berikut syubhat-syubhat yang
dilemparkan sekaligus bantahannya yang direkam dan ditulis oleh Syaikh DR Abu Anas
Muhammad Musa Alu Nashr, murid Al-Imam Al-Albani Rahimahullah dalam kitab Madza
Yanqimuna minas Salafiyah.

[4] BODOH TERHADAP WAQI’ (REALITA UMAT) DAN TIDAK ACUH DENGAN PERKARA UMAT
INI.

Yang dimaksud fiqhul waqi’ oleh mereka adalah mengetahui rencana-rencana dan program-
program (musuh) untuk menghancurkan umat Islam berupa konferensi-konferensi,
mencermati kantor berita dunia dan kemampuan untuk mencari solusi dalam bidang politik.

Kita katakan : “Realita umat Islam yang menyakitkan ini tidak samar lagi bagi orang yang
mempunyai dua mata, dan tidak ada yang tidak mengetahuinya kecuali orang yang buta hati
dan matanya. Karena realita ini merupakan buah pahit dari dampak kemaksiatan dan
jauhnya umat dari manhaj Allah. Hal ini telah dijelaskan Allah dalam kitabNya dan melalui
lisan rasulNya. Solusi dari realita pahit ini adalah kembali kepada masa lampau yang
bercahaya yang tersinari kitab Allah, sunnah (Rasul), ilmu dan amal para salaf dari para
sahabat dan tabi’in. Inilah yang senantiasa didengungkan oleh salafiyun pagi dan sore. Oleh
karena itu waktu dan pengalaman membuktikan bahwa orang-orang yang memahami kitab
dan sunnah di zaman ini semisal Al-Albani rahimahullah, Ibnu Baz rahimahullah, Ibnu
Utsaimin rahimahullah dan para murid mereka, merekalah yang benar-benar memahami
realita umat.

Walaupun mereka dituduh sebagai ulama pekerja dan ulama haids dan nifas. Sungguh suatu
kedhaliman dan kedustaan. (Contohnya) Peringatan syaikh kami Al-Albani rahimahullah
kepada para pemuda Aljazair yang bersemangat tinggi (untuk tidak berkecimpung dalam
pesta demokrasi) masih terngiang di telinga kami. Beliau telah memperingatkan mereka dari
fitnah sebelum meletus. Kamipun telah memperingatkan dalam majalah Al-Ashalah Suara
Salafi dan Mimbar As-Salafi yang istimewa terhadap perang di Yaman sebelum meletus
empat bulan sebelumnya.

Ulama yang mendalami Al-Kitab dan Sunnah, merekalah orang-orang yang memiliki bashiroh
(ilmu mendalam) dan ahli perang. Karena mereka itu memperhatikan dan mencermati
(waqi’) berdasarkan cahaya Allah Azza wa Jalla, seperti disebutkan dalam hadits (Qudsi) :
“Aku adalah pendengarannya ketika ketika dia mendengar, Aku adalah matanya ketika dia
melihat dan Aku adalah tangannya ketika dia menjangkau…”[Hadits Riwayat Bukhari 6137]

Adapun orang-orang yang selalu mengaok, bertepuk tangan membela orang-orang rendahan
dan berbekal semangat saja, bagaimana mungkin mereka mengetahui realita umat apalagi
masa depan mereka. Siapa yang tidak mengetahui masa lalu yang bersinar niscaya tidak
akan mengetahui kenyataan dirinya yang tercebur dalam kerusakan, kesesatan dan
penyimpangan. Apakah orang yang mendukung Khomeini yang binasa itu dapat mengetahui
realita dengan semestinya ? Bisa jadi dia menjadi pendukung nomor wahid dan
penyanjungnya bahkan bertasbih dengan memujinya. Ketika dikemukakan pendapat
salafiyun tentang jati diri syi’ah dan permusuhan mereka kepada Ahlu Sunnah, mereka
menuduh : “Kalian para da’i fitnah, da’i pemecah belah umat, kalian membuat kerusakan!”.
Mereka lebih mengutamakan syi’ah ketimbang saudaranya, Ahlu Sunnah, Salafiyuun.

Apakah orang yang beraliansi dengan partai Ba’ts di Irak lalu memerangi partai Ba’ts di
Suriah padahal keduanya adalah satu agama yaitu Ba’ts –memahami fiqhul waqi?’ Slogan
mereka adalah Aku mengakui Ba’ts sebagai rabbku, tiada sekutu baginya dan Eropa adalah
ilahku tiada duanya. Mereka semuanya terlahir dari godokan Michael Aflaq, lalu dimana
wala’ (loyalitas) dan bara’ (lepas diri) ?

“Artinya : Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada” [Al-Hajj : 46]
Apakah orang-orang yang bergabung dalam program mempererat nasionalisme memahami
fiqhul waqi’? padahal program itu menyelisihi syari’at dan aqidah, tidak memperdulikannya,
bahkan membuang jauh-jauh syari’at, lantas berhukum dengan undang-undang bikinan
manusia yang diimpor dari barat dan timur !

Apakah orang yang menghasut para pemuda untuk keluar (dari ketaatan kepada pemerintah
,-pen), takfir (mengkafirkan orang) dan melakukan pengeboman di pemukiman yang jauh
dari medan jihad dan kancah peperangan memahami waqi’? Padahal pemukiman itu berada
di hotel, tempat umum dan kedutaan-kedutaan tanpa membedakan antara orang kafir yang
boleh diperangi dengan yang berada dalam perlindungan, muslim dengan kafir, anak-anak
dan wanita, orang tua dan pemuda.

Salafiyun sangat memahami waqi’ berdasarkan firman Allah.

“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” [Ar-Ra’du : 11]

Dan sabda Rasulullah.

“Artinya : Jika kalian berdagang dengan system ‘ienah, dan kalian ambil ekor-ekor sapi,
kalian rela dengan pertanian dan kalian tinggalkan jihad niscaya Allah akan menimpakan
kehinaan kepada kalian, tidak akan dihilangkan kehinaan itu sehingga kalian kembali ke
agama kalian” [Hadits Riwayat Abu Dawud 3462]

Saudara kami yang mulia Syaikh Sa’d bin Syayim berkata : “ …Orang alim adalah orang yang
menghabiskan umurnya untuk menorehkan ilmu dan mengabdikan diri untuk ilmu,
bersumber dari dua wahyu selaras dengan pemahaman salaf shalih, meresapkan ilmu
dengan darah mereka lalu menancapkan di hati. Mereka tidak berbicara kecuali dengan
ilmu, hati yang mantap, kokoh pijakan dan dari ujung kaki hingga ujung kepala dipenuhi
dengan ilmu. Bukanlah orang yang berteriak dan berkaok lantas menjadi ulama. Bahkan di
jaman kita ini terlalu banyak para pengkhotbah dan sedikit ulamanya, seperti dikatakan Ibnu
Mas’ud.

Siapa yang menolong orang yang berbuat kebatilan sungguh dia telah berbuat dhalim.
Semua itu adakalanya mencela ulama tersebut karena membela sunnah dan
memperjuangkannya, atau karena para ulama itu tidak mau mengikuti aturan golongan
mereka. Ulama yang tidak mau bergabung dengan mereka dijuluki tidak paham atau tidak
peduli terhadap realita. Lalu membuat tuduhan dusta kepada ulama, berupaya menjauhkan
manusia dari mereka dan memandang mereka dengan muak dan meremehkan.
Demikianlah, jembatan dibentangkan mulai dari sekedar mencela dan mencerca sampai kata
beliau (Syaikh Syayim) : “Dan penghinaan kepada ulama tidak terbatas pada diri mereka
namun sampai kepada apa yang mereka emban berupa ilmu dan agama. Allah akan
membela orang-orang yang beriman dan memperhatikan orang-orang yang shalih. Bahkan
mencela ulama itu merupakan pintu menuju kemurtadan”.

“Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa
cobaan atau ditimpa azab yang pedih” [An-Nuur : 63]

Demikian nukilan dari syaikh Sa’d bin Syayim. Saya katakan : “Sesungguhnya orang-orang
yang terdidik di atas Al-Qur’an, sunnah dan pemahaman generasi terbaik merekalah yang
memahami realita umat dan masa depan mereka. Sebab mereka mengerti masa lalu umat
yang bersinar. Sedangkan orang-orang yang menggeluti koran, majalah, analisa politikus,
pengamat politik dan kantor berita asing dan internet ditambah kebodohan mereka yang
sangat kentara terhadap Al-Qur’an, sunnah, ilmu syar’i, pelecehan dan pencelaan kepada
ulama rabbani, merekalah sesungguhnya yang paling bodoh terhadap realita umat.

Kami tidak mengecilkan pengetahuan tentang rekayasa musuh-musuh Islam dan waspada
terhadap program dan rencana mereka. Tetapi tuduhan kepada ulama rabbani semisal Ibnu
Baz rahimahullah, Al-Albani rahimahullah dan Ibnu Utsaimin rahimahullah, bahwa mereka
bodoh terhadap realita umat adalah kedhaliman dan kedustaan, dan membuat para pemuda
lari dari ulama mereka. Inilah fitnah yang merambah yang membuat kerusakan bagi umat.

[5] SALAFIYUN MENCARI MUKA DIHADAPAN PEMERINTAH DAN TIDAK BERBICARA DENGAN
KEBENARAN

Ini juga suatu dusta, tidak ragu lagi. Bagaimana sikap slafiyun ketika menduduki jabatan di
kementrian, dewan fatwa dan hakim di negara Islam ? Tiada lain mereka memerangi ahli
bid’ah sejak puluhan tahun. Apabila mereka mau main mata, munafik dan menjual ilmu
niscaya mereka mendapatkan posisi yang diraih oleh selain mereka. Tetapi salafiyun
menghukumi perbuatan tersebut sebagai munafik.

Bahkan mereka tidak membolehkan masuk parlemen agar tidak menjadi jembatan bagi
undang-undang bikinan manusia dan hukum thagut dan supaya tidak menjadi perpanjangan
kebatilan. Siapa diantara mereka yang menyimpang lalu memuji pemerintah dalam kebatilan
atau mengambil muka atau bersikap munafik maka dia tidak mewakili kecuali dirinya sendiri.
Salafiyah dan salafiyun berlepas dari perbuatannya, tidak bisa menerima dan tidak
meridhainya. Tetapi mereka akan menasehati dan memberi peringatan lantas diisolasi. Allah
tidak membebani hamba kecuali dengan apa-apa yang dia sanggupi.

Salafiyun, merekalah yang berbicara blak-blakan dengan didasari hikmah dan nasehat yang
baik bukannya dengan mengompori, mempropaganda atau menghasut untuk mengkafirkan,
pengeboman dan menentang pemerintah. Ini dia Imam Al-Albani, kami tidak pernah
mengetahui beliau sehari saja menemui pemerintah, ditanya, memuji atau mecari muka
pemerintah. Yang kami ketahui beliau bersikap seimbang dalam mencintai dan membenci.
Inilah manhaj Islam yang benar dan adil tidak ifrath (ekstrim) dan tafrith (melalaikan).

Salafiyah menyeru untuk menasehati pemerintah dan tidak membutuhkan harta, kedudukan
dan kemuliaan mereka. Sebagaimana salafiyah tidak menghasut untuk kudeta dan merebut
kekuasaan mereka. Tidak boleh keluar dari ketaatan kepada pemerintah kecuali nampak
kekufuran nyata, disertai syarat lengkap dan hilangnya penghalang. Inilah yang ditegaskan
oleh para ulama rabbani yang mendalam ilmunya, bukannya orang awam dan para
pengembala yang kerjanya berteriak dan berkaok-kaok.

[Disalin dari kitab Madza Yanqimuna Minas Salafiyah dan dimuat di majalah Al-Furqon edisi
5 Th III, hal 29-33, alih bahasa Abu Nu’aim Al-Atsari]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=mo re&article_id=534&bagian=0


DAKWAH SALAFIYAH MENEPIS TUDUHAN

Oleh

Syaikh DR. Abu Anas Muhammad Musa Alu Nashr

Bagian Terakhir dari Tiga Tulisan [3/3]

Kita patut bersyukur kepada Allah lantaran dakwah salafiyah mubarokah yang diemban oleh
para ulama dan para da’inya yang mukhlisin merambah penjuru dunia. Namun perlu juga
diketahui bahwa dakwah salafiyah, dakwah para nabi ini tidak luput dari para pencela,
pembuat keraguan dan kerancuan (syubhat) sepanjang zaman, mulai nabi Nuh hingga nabi
kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula para da’i pengemban dakwah
ini mendapat perlakuan yang sama. Allahul Musta’an. Berikut syubhat-syubhat yang
dilemparkan sekaligus bantahannya yang direkam dan ditulis oleh Syaikh DR Abu Anas
Muhammad Musa Alu Nashr, murid Al-Imam Al-Albani Rahimahullah dalam kitab Madza
Yanqimuna minas Salafiyah.

[6] MELALAIKAN JIHAD

Jihad adalah puncak ajaran Islam, hal ini tidak diperselisihkan. Banyak sekali ayat yang
memotivasi untuk berjihad dan hadits-hadits shahih juga masyhur. Tetapi jihad itu memiliki
kaidah, syarat dan tatanan. Salafiyun tidak berpegang untuk membela bendera jahiliyah.
Karena jihad itu disyariatkan hanya untuk menegakkan syari’at Allah.

“Artinya : Supaya agama itu semata-mata untuk Allah” [Al-Anfal : 39]

Jihad juga mengharuskan adanya imam (pemimpin), bendera Islam, pendidikan jihad, bekal
dan persiapan. Jihad menurut salafiyun adalah jihad berdasarkan ilmu yang mendalam dan
tujuan yang jelas. Bilamana bendera, dan tujuan telah jelas mereka tidak akan ketinggalan.
Saksinya adalah bumi Palestina, Chechnya, Afghanistan, Balkan dan Kashmir.Mereka
berjihad di punggung kuda untuk mencapai kemenangan atau meraih kesyahidan atau
kekuasaan bagaimanapun bentuknya. Namun tujuan tidak menghalalkan segala cara.
Salafiyun memompakan semangat jihad dilandasi pemahahaman seperti ini dan tidak
pernah mengendurkan semangat.

[7] TIDAK MEMPUNYAI PROGRAM KE DEPAN YANG JELAS DAN PROGRAM PERBAIKAN
SECARA KOMPREHENSIF

Tuduhan bahwa manhaj salaf tidak memiliki program perbaikan secara komprehensif, ini
adalah kedustaan. Sebab manhaj salaf itu mereguk kaidah dan asasnya dari Al-Qur’an,
Sunnah dan peninggalan para sahabat, tabi’in. Sedang mereka memahami agama ini dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat untuk diterapkan pada kehidupan
nyata dan masyarakat mereka. Kemudian mereka mentrasnfer ilmu ini kepada generasi
sesudahnya. Tidak samar lagi bagi orang yang berakal bahwa kemenangan, kebaikan dan
kemuliaan, muncul di tengah umat ini (tiga kurun utama) hanyalah karena dilandasi
mengikhlaskan agama ini bagi Allah dan hanya mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Merekalah generasi yang terbaik dan utama yang telah dipuji Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan sabdanya : “Sebaik-baik manusia adalah orang-orang
dimasaku, orang-orang sesudah mereka dan sesudahnya”. Berawal dari sini terlontarlah
ucapan Imam Malik rahimahullah : “Tidak akan sukses umat ini kecuali dengan apa-apa yang
telah membuat sukses generasi awal”. Generasi awal itu meraih kesuksesan lantaran mereka
hanya mengesakan Allah dan hanya mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah
yang selalu didengungkan salafiyun yang kemudian dinamakan Tashfiyah dan Tarbiyah.

Tashfiyah adalah pemurnian secara menyeluruh ajaran Islam dari anasir di luar Islam, baik
dalam aqidah, fiqh, tafsir, ilmu dan amalan. Tarbiyah adalah mendidik umat di atas agama
yang telah dimurnikan tadi, seperti disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
menggambarkan kelompok yang selamat : “ Mereka adalah orang-orang yang menempuh
manhaj yang aku dan sahabatku menempuhnya”.

Adapun program ke depan, cukuplah bagi kita firman Allah.

“Artinya : Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya ; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi” [Ar-Ra’du : 17]
“Artinya : Jika kamu menolong (agama) Allah,niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu” [Muhammad : 7]

“Artinya : Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada di sangka-sangkanya” [At-Thalaq : 2-3]

Sabda rasulNya.

“Artinya :Demi Allah, Dia akan menyempurnakan urusan ini hingga seorang berkendara dari
Shan’a menuju Hadramaut, dia tidak takut kecuali hanya kepada Allah dan tidak takut
serigala akan menerkam kambingnya, tetapi kalian terburu-buru” [Hadits Riwayat Bukhari
3416]

Masa depan hanya di tangan Allah dan Dia telah menanggungnya. Balasan itu tergantung
amalan. Yang penting kita beramal sesuai perintah Allah dan RasulNya, sedang hasil itu di
tanganNya. Ini tidak menghalangi untuk saling membantu dengan didasari Al-Qur’an dan
Sunnah. Bukan berdasarkan perkumpulan hizbiyah yang memecah belah umat menjadi
kelompok-kelompok. Perkumpulan ini tidak memberi sumbangan kepada umat kecuali
kerusakan sepanjang masa.

[8] DAKWAH SALAFIYAH, DAKWAH PEMECAH BELAH DAN PEMANTIK FITNAH

Mereka tidak menuduh demikian melainkan karena dakwah ini memilah antara yang jelek
dengan yang baik. Inilah yang dikehendaki Allah dan RasulNya.

“Artinya : Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dan baik” [Al-Anfal : 37]

“Artinya : Dan katakanlah ; Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu ; maka barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir” [Al-
Kahfi : 29]

Ketika da’i salafi memerangi bid’ah, pelakunya dan menyebar aibnya serta merta dituduh
dengan tuduhan keji. Sebab termasuk asas pengekor hawa nafsu dan bid’ah adalah
menyatukan umat untuk menjaga kesatuannya.Tidak peduli kepada kualitas dan ciri mereka.
Tetapi yang diperhatikan hanya sisi kuantitas bagaimanapun rupa mereka. Oleh karena itu
kamu melihat, mereka itu bersikap ramah kepada pelaku bid’ah dan penyesat dengan
landasan agama. Mereka juga bersikap baik dan menunjukkan loyalitas kepada syi’ah.
Anehnya mereka tidak mau berdamai dengan salafiyun dan tidak memberi toleransi. Bahkan
mereka sangat memusuhi, membenci dan mencela salafiyun. Tidak sebatas itu mereka juga
membesar-besarkan kesalahan salafiyun.

Masih terngiang di telinga kita ucapan salah seorang tokoh ikhwan muslimin di kota Zarqo
(Yordania), dimana dia membela Khomeini, revolusinya dan membantah salafiyin yang
memperingatkan revolusi Khomeini ini, dia berkata : “Seorang muslim syi’ah yang
menegakkan syari’at Allah lebih baik ketimbang sunni salafi yang tidak menegakkan
syari’atNya, mereka adalah Talafiyuun (talafiyuun kata plesetan dari salafiyun, maksudnya
perusak,-pen), mulailah dia menimbang tuduhan ; salafiyun pembuat fitnah dan pemecah
belah umat.

Saya (Abu Anas) katakana : “Ketahuilah bahwa mereka telah jatuh kedalam fitnah”. Tidak
tahukah mereka bahwa syi’ah adalah yahudi umat ini. Mereka adalah makhluk terjelek dari
seluruh kelompok, sebab mereka banyak melakukan bid’ah dan kesesatan, merubah kitab
Allah, melaknat para sahabat, menuduh Ummul Mukminin Aisyah berzina, padahal Allah
telah membersihkannya dari tuduhan itu langsung dari langit”. Maha Suci Allah dari semua
ucapan orang-orang dhalim itu dan dari kedustaan mereka.

Allahu A’lam.

[Disalin dari kitab Madza Yanqimuna Minas Salafiyah dan dimuat di majalah Al-Furqon edisi
5 Th III, hal 29-33, alih bahasa Abu Nu’aim Al-Atsari]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=mo re&article_id=542&bagian=0

Anda mungkin juga menyukai