Anda di halaman 1dari 23

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DENGAN RAHMAT

TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwaUndang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupanbangsa dan memajukan kebudayaan nasional; bahwa karyacetak dan karya rekam merupakan salah satu hasil budaya bangsa yang sangatpenting dalam menunjang pembangunan nasional pada umumnya, khususnya pembangunanpendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian danpenyebaran informasi serta pelestarian kekayaan budaya bangsa yang berdasarkanPancasila; bahwa dalamrangka pemanfaatan hasil budaya bangsa tersebut, karya cetak dan karya rekamperlu dihimpun, disimpan, dipelihara, dan dilestarikan di suatu tempat tertentusebagai koleksi nasional; bahwa sehubungandengan hal tersebut di atas, dipandang perlu menetapkan Undang-undang tentangSerah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam;

b.

c.

d.

Mengingat : Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-UndangDasar 1945; DenganPersetujuan : DEWANPERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH -SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM.

BABI KETENTUANUMUM Pasal1 DalamUndang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Karyacetak adalah semua jenis terbitan dari setiap karya intelektual dan atauartistik yang dicetak dan digandakan dalam bentuk buku, majalah, surat kabar,peta, brosur, dan sejenis nya yang diperuntukkan bagi umum; Karyarekam adalah semua jenis rekaman dari setiap karya intelektual dan atauartistik yang direkam dan digandakan dalam bentuk pita, piringan, dan bentuklain sesuai dengan perkembangan teknologi yang diperuntukkan bagi umum; Penerbitadalah setiap orang, persekutuan, badan hukum baik milik negara maupun swastayang menerbitkan karya cetak; Pengusaharekaman adalah setiap orang, persekutuan, badan hukum baik milik negara maupunswasta yang menghasilkan karya rekam; PerpustakaanNasional adalah perpustakaan yang berkedudukan di ibu kota negara yangmempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakansemua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan di wilayah RepublikIndonesia; PerpustakaanDaerah adalah perpustakaan yang berkedudukan di ibu kota propinsi yang diberitugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karyacetak dan karya rekam yang dihasilkan di daerah.

2.

3.

4.

5.

6.

BAB II KEWAJIBANSERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM Pasal2 Setiappenerbit yang berada di wilayah negara Republik Indonesia, wajib menyerahkan 2(dua) buah cetakan dari setiap judul karya cetak yang dihasilkan kepadaPerpustakaan Nasional, dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah di ibukotapropinsi yang bersangkutan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelahditerbitkan. Pasal3 (1) Setiappengusaha rekaman yang berada di wilayah negara Republik Indonesia wajibmenyerahkan sebuah rekaman dari setiap judul karya rekam yang dihasilkan kepadaPerpustakaan Nasional, dan sebuah kepada Perpustakaan Daerah yang bersangkutan,selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah proses rekaman selesai. Dalamhal karya rekam tersebut menggunakan bahan baku yang memerlukan penyimpanansecara khusus, maka kewajiban menyerahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),dilakukan kepada Perpustakaan Nasional atau badan lain yang ditetapkan olehPemerintah.

(2)

(3)

Ketentuanmengenai badan penyimpan hasil rekaman sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal4

Kewajibanserah-simpan karya cetak dan karya rekam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 danPasal 3, berlaku pula terhadap setiap warga negara Republik Indonesia yanghasil karyanya diterbitkan atau direkam di luar negeri. Pasal5 Kewajibanserah-simpan karya cetak d karya rekam yang diatur dalam Undang -undang an inibertujuan untuk mewujudkan koleksi nasional dan melestarikannya sebagai hasilbudaya bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal6 (1) Setiaporang yang memasukkan karya cetak dan atau karya rekam mengenai Indonesia dariluar negeri lebih dari 10 (sepuluh) buah setiap judulnya dengan maksud untukdiperdagangkan, wajib menyerahkan sebuah setiap judulnya kepada PerpustakaanNasional, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah diterima oleh yangbersangkutan. Setiaporang yang memasukkan karya cetak dan atau karya rekam mengenai Indonesia dariluar negeri kurang dari 10 (sepuluh) buah setiap judul, tetapi dalam jangkawaktu 2 (dua) tahun memasukkan lagi karya yang sama sehingga jumlahnya melebihi10 (sepuluh) buah, maka berlaku ketentuan Pasal 6 ayat (1). Pelaksanaankewajiban serah-simpan karya rekam dengan menggunakan bahan baku yangmemerlukan penyimpanan secara khusus, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal7 Karyacetak dan karya rekam yang diserahkan dan disimpan sesuai dengan ketentuandalam Undang-undang ini, tidak dimanfaatkan untuk tujuan komersial. Pasal8 (1) Setiappenerbit dan pengusaha rekaman wajib menyerahkan daftar judul terbitan ataurekamannya kepada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah di propinsiyang bersangkutan sekali setiap 6 (enam) bulan. Dalamhal karya rekam yang berupa rekaman ceritera dan dokumenter penyerahan daftarjudul tersebut dilaksanakan kepada Perpustakaan Nasional atau badan lain yangditetapkan oleh Pemerintah. Kewajibanmenyerahkan daftar karya cetak dan karya rekam sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dan ayat (2) berlaku pula bagi setiap orang yang memasukkan karya cetak danatau karya rekam mengenai Indonesia. Pasal 9 Ketentuanpelaksanaan kewajiban serah -simpan karya cetak dan karya rekam diatur lebihlanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(2)

(3)

(2)

(3)

BAB III PENGELOLAANHASIL SERAH-SIMPAN KARYACETAK DAN KARYA REKAM Pasal10 (1) Pengelolaankarya cetak dan karya rekam yang diserahkan untuk disimpan berdasarkanUndang-undang ini dilakukan oleh Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerahyang menerimanya, atau badan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam halkarya rekam yang berupa film ceritera atau dokumenter. Ketentuanlebih lanjut mengenai pengelolaan karya cetak dan karya rekam sebagaimanadimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(2)

BABIV KETENTUAN PIDANA Pasal11 (1) Barangsiapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4,Pasal 6, dan Pasal 7, dipidana dengan pidana kurungan selama -lamanya 6 (enam)bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Barangsiapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dipidana denganpidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau pidana dendasetinggi-tingginya Rp 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran. Pasal 12 Pelaksanaanketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, tidak meniadakankewajiban untuk tetap menyerahkan karya cetak atau karya rekam yang diaturdalam Undang-undang itu. BABV KETENTUANLAIN Pasal13 (1) KetentuanBab I sampai dengan Bab III dalam Undang -undang ini, berlaku pula bagibadanbadan Pemerintah yang menerbitkan dan atau memasukkan karya cetak dankarya rekam. Pelaksanaankewajiban serah -simpan karya cetak dan karya rekam sebagaimana dimaksud dalamayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

(2)

(3)

(2)

BAB VI KETENTUANPENUTUP Pasal14 Undang-undangini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalamLembaran Negara Republik Indonesia. Disahkandi Jakarta padatanggal 9 Agustus 1990 PRESIDENREPUBLIK INDONESIA SOEHARTO Diundangkandi Jakarta padatanggal 9 Agustus 1990 MENTERI/SEKRETARISNEGARA REPUBLIKINDONESIA MOERDIONO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1990 TENTANG SERAH-SIMPAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM UMUM Pembang unannasional pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya danmasyarakat Indonesia seluruhnya sebagai pengamalan Pancasila, meliputi pembangunanmateriil dan spiritual dengan segala seginya. Maka salah satu upaya yang perludiwujudkan adalah pelestarian dan pemanfaatan hasil karya budaya bangsa. Karyacetak dan karya rekam pada dasarnya merupakan salah satu hasil karya budayabangsa sebagai perwujudan cipta, rasa dan karsa manusia. Peranannya sangatpenting dalam menunjang pembangunan pada umumnya, khususnya pembangunanpendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sertapenyebaran informasi. Mengingatpentingnya peranan karya cetak dan karya rekam tersebut, perlu dilaksanakanpembinaan demi pelestariannya dengan mewajibkan kepada setiap penerbit danpengusaha rekaman untuk menyerahkan beberapa buah karya cetak dan karyarekamnya guna disimpan di Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah,sehingga dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya oleh masyarakat. Termasuk dalampengertian karya rekam ini adalah film, piringan, pita video dan atau rekamansuara. Karya rekam tersebut wajib diserahkan kepada Perpustakaan Nasional ataubadan lain yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk disimpan. Dalamrangka inilah Undang-undang tentang Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekamdisusun dalam usaha menghimpun, melestarikan dan mewujudkan koleksi karya cetakdan karya rekam secara nasional. Kewajibanserah-simpan karya cetak dan karya rekam ini juga dimaksudkan untuk mewujudkankoleksi karya -karya tersebut sebagai hasil budaya bangsa, sehingga terwujudsuatu koleksi nasional yang lengkap dan dapat memenuhi keperluan dalam rangkapembangunan bangsa dan negara, khususnya dalam usaha meningkatkan kecerdasankehidupan bangsa. Seiringdengan pemikiran di atas, maka pelestarian dan pemanfaatan karya cetak dankarya rekam dilaksanakan melalui lembaga-lembaga tertentu di tingkat pusat dantingkat daerah. Di samping memperluas jaringan informasi langkah ini jugadimaksudkan untuk lebih mendekatkan karya-karya tersebut sebagai sumberinformasi tentang budaya bangsa kepada masyarakat. Dengan demikian kewajibanserah-simpan karya cetak dan atau karya rekam ini juga merupakan salah saturealisasi upaya mencapai sasaran pemerataan kesempatan memperoleh pendidikandan penerangan bagi masyarakat. Dengankerangka pemikiran ini, maka kewajiban-kewajiban serah-simpan karya cetak dankarya rekam tidak hanya ditujukan kepada penerbit atau pengusaha rekaman yangmenghasilkan karya cetak dan karya rekam di dalam negeri, tetapi ditujukan pulakepada setiap warga negara Republik Indonesia yang dengan berbagai pertimbanganmenerbitkan karya-karyanya baik dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam diluar negeri.

Dalamupaya untuk memperkaya koleksi nasional, khususnya dengan memperhatikan salahsatu tujuan yang akan dicapai melalui penyediaan koleksi karya cetak dan karyarekam sebagai salah satu sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, makakewajiban, ini diperluas pula terhadap karya cetak dan karya rekam dari luarnegeri mengenai Indonesia yang dimasukkan ke Indonesia. Masalahlain yang perlu dipertegas adalah kaitan Undang -undang ini dengan ketentuanUndang -undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Kearsipan. Undang -undang yang terakhirini mempunyai obyek pokok arsip dalam arti naskah. Dengan tetap memperhatikanketentuan Undangundang tersebut, maka pengertian naskah pada dasarnya dibatasipada karya-karya yang belum diterbitkan, tidak dipublikasikan dan tidakberwujud buku; maka karya cetak dan karya rekam yang menjadi obyekUndang -undang ini meliputi semua karya akhir dalam bentuk apapun yang dibuatdengan maksud diperuntukkan bagi umum. PASALDEMI PASAL Pasal 1

Cukupjelas. Pasal 2 Karya cetak yang wajib diserahkanuntuk disimpan di Perpustakaan Nasional atau Perpustakaan Daerah termasukcetakan kedua dan seterusnya yang mengalami perubahan isi dan atau bentuk.Pengertian penyerahan setiap karya cetak kepada Perpustakaan Nasional danPerpustakaan Daerah dalam Undang-undang ini tidak meliputi penyerahan hakciptanya. Dengan demikian, penyerahan karya cetak dan karya rekam ini hanyauntuk disimpan, dilestarikan dan didayagunakan sesuai dengan tujuanUndang -undang ini. Dalam kaitannya dengan hak cipta, sepenuhnya berlakuketentuan Undang-undang Hak Cipta. Jangka waktu selambatlambatnya 3 (tiga)bulan tersebut dihitung sejak penerbitannya, yaitu sejak saat pertama kalidiumumkan kepada masyarakat dengan cara dan bentuk apapun, atau apabila tidakdiumumkan, sejak pertama kali dipasarkan. Pasal 3 Ayat (1) Mengenaipengertian penyerahan karya rekam dan saat penyerahannya, lihat pula penjelasanmengenai hal yang sama pada penjelasan Pasal 2. Mengingat penyimpanan karya rekamyang berupa film, kaset, foto, piringan, pita, dan yang menggunakan bahan bakuyang memerlukan penyimpanan dan keahlian khusus, maka dimungkinkan untukmenyerahkan karya rekam tersebut kepada badan lain yang dikuasai olehPemerintah selain Perpustakaan Nasional yang akan ditetapkan lebih lanjut olehPemerintah. Ayat (2) Cukupjelas. Ayat (3) Cukupjelas. Pasal 4

Jangka waktu penyerahanselambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah diterbitkan atau setelah prosesproduksi perekaman selesai. Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 6 Ayat (1) Yangdimaksud dengan orang dalam ayat ini adalah orang perseorangan, persekutuan,badan hukum baik milik negara maupun swasta yang memasukkan karya cetak dankarya rekam ke Indonesia. Ayat (2) Cukupjelas. Ayat (3) Cukupjelas. Pasal 7 Ketentuan ini dimaksudkan untukmenjaga agar pemanfaatan film, terutama film ceritera yang disimpan diPerpustakaan Nasional atau badan lain yang ditetapkan oleh Pemerintahberdasarkan Undang-undang ini, tidak merugikan pembuat film yang bersangkutan.Sesuai dengan tujuannya penyimpanan ini hanya ditujukan untuk keperluanpelestarian dan terwujudnya koleksi nasional. Karya rekam ini tidak bolehdipertunjukkan untuk umum dengan memungut biaya. Oleh karena itu pemanfaatannyahanya dibatasi untuk tujuan pendidikan, penelitian atau keperluan lain dalamrangka pengembangan budaya bangsa. Pasal 8 Ayat (1) Kewajibanbagi penerbit atau pengusaha rekaman untuk menyerahkan daftar judul terbitanatau rekamannya kepada Perpustakaan Daerah hanya berlaku bagi penerbit ataupengusaha rekaman yang berada di wilayah yang bersangkutan. Ayat (2) Cukupjelas. Ayat (3) Cukupjelas. Pasal 9 Cukup jelas.

Pasal 10 Ayat (1) Cukupjelas. Ayat (2) Cukupjelas. Pasal 11 Ayat (1) Cukupjelas. Ayat (2) Cukupjelas. Ayat (3) Cukupjelas. Pasal 12 Sesuai dengan tujuan kewajibanserah-simpan ini, yang penting adalah terwujudnya koleksi nasional karya cetakdan karya rekam. Oleh karena itu pidana yang diancamkan pada dasarnya hanyaditujukan bagi pelanggaran terhadap kewajiban serah-simpan karya cetak dankarya rekam, sedangkan pemenuhannya tetap harus dilakukan sekalipun pidanatelah dijatuhkan. Pasal13

Ayat(1) Yangdimaksud dengan badan-badan Pemerintah adalah Departemen, KesekretariatanLembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Lembaga Pemerintah Non Departemen, KejaksaanAgung, Perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri, Bank Indonesia,termasuk unit- unit kerja seperti proyek yang bekerja secara mandiri tetapi masihtetap berada dalam lingkup tugas, fungsi dan tanggung jawab lembaga -lembagatersebut di atas. Ayat (2) Cukupjelas. Pasal 14 Cukup jelas.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.16/Menhut-II/2005 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DEPARTEMEN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1990, telah ditetapkan ketentuan tentang Serah Terima Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam; b. bahwa untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna serta tertib pengelolaan karya cetak dan karya rekam lingkup Departemen Kehutanan, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 221/Kpts-II/1997 telah ditetapkan Pedoman Pengelolaan Karya Cetak Departemen Kehutanan; c. bahwa sesuai perubahan Struktur Organisasi Departemen Kehutanan dan perkembangan pengelolaan karya cetak dan karya rekam Departemen Kehutanan, maka dipandang perlu mengatur kembali Pedoman Pengelolaan Karya Cetak dan Karya Rekam dengan Peraturan Menteri Kehutanan. 1. Undang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam;Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang No. 41Tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Terima Karya Cetak dan Karya Rekam; 4. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Serah-Simpan dan Pengelolaan Karya Rekam Film Ceritera atau Film Dokumenter; 5. Keputusan Presiden No. 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Susunan Kabinet Indonesia Bersatu; 6. Keputusan Menteri Kehutanan No. 459/Menhut-II/2004 tentang Tim Karya Cetak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan; 7. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DEPARTEMEN KEHUTANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Kehutanan ini, yang dimaksud dengan : 1. Karya Cetak adalah semua jenis terbitan dari setiap karya intelektual dan atau artistik yang dicetak dan digandakan dalam bentuk buku, majalah, buletin, surat kabar, peta dan brosur, diperuntukkan bagi keperluan Departemen Kehutanan dan umum. 2. Karya Rekam adalah semua jenis rekaman dari setiap karya intelektual dan atau artistik yang direkam dan digandakan dalam bentuk pita, piringan dan bentuk lain

Mengingat

sesuai dengan perkembangan teknologi yang diperuntukkan bagi Departemen Kehutanan dan umum. 3. Buku dalam arti luas adalah semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis diatas lembaran kertas dengan bentuk dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton, kertas atau plastik. 4. Majalah adalah segala jenis penerbitan berkala yang memuat informasi padat tentang berbagai hal yang diperlukan oleh pihak yang berkepentingan. 5. Buletin adalah bacaan yang diterbitkan secara berkala oleh suatu organisasi untuk para anggotanya. 6. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya. 7. Film Ceritera adalah film yang dibuat sebagai tontonan dengan penekanan pada segi ceritera dan tidak tergantung pada tempat penayangan atau masa putar. 8. Film dokumenter adalah semua jenis film yang tidak termasuk film dokumenter yang wajib diserahkan pada Arsip Nasional berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan. 9. Filler adalah tayangan singkat yang berisi himbauan atau ajakan kepada masyarakat. 10. Perancangan adalah penyusunan kerangka umum penerbitan karya cetak dan karya rekam. 11. Penyaluran adalah penyerahan dan atau penyampaian karya cetak dan atau karya rekam dari unit kerja penerbit/unit kerja produksi dan atau unit penggandaan kepada Pengguna. 12. Pengendalian adalah pengawasan atas kemajuan pengelolaan karya cetak dan karya rekam. 13. Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan yang berkedudukan di Ibukota Negara yang mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan di wilayah negara Republik Indonesia. 14. Perpustakaan Daerah adalah perpustakaan yang berkedudukan di Ibukota Propinsi yang diberikan tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan di daerah. 15. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalah satuan organisasi di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang berkedudukan di Ibukota Negara, yang bertugas menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan seluruh terbitan berkala dan berseri yang diterbitkan di wilayah Negara Republik Indonesia. Pasal 2 1) Karya Cetak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 1 berbentuk buku, majalah, buletin, peta, brosur dan sejenisnya. 2) Karya Rekam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 2 berbentuk kaset Video, CD, VCD, DVD, yang berisi film dan sejenisnya, kaset audio dan foto. BAB II KARYA CETAK Bagian Kesatu Buku Pasal 3 Buku terbitan Departemen Kehutanan diarahkan menjadi salah satu unsur pembekalan bagi aparatur kehutanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keberhasilan pembangunan kehutanan dalam arti luas serta meningkatkan pengetahuan bidang kehutanan bagi masyarakat.

Pasal 4 1) Buku terbitan Departemen kehutanan dapat berupa : a. buku rujukan, dirancang berdasarkan kebutuhan yang nyata dari aparatur kehutanan sesuai peraturan perundangan yang berlaku; b. buku ilmiah, dirancang berdasarkan kebutuhan untuk meningkatkan mutu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi aparatur kehutanan dan masyarakat; c. buku ilmiah populer, dirancang berdasarkan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang kehutanan bagi masyarakat. 2) Buku terbitan Departemen Kehutanan dirancang berdasarkan azas hemat, sederhana dan bermanfaat serta beridentitas. Pasal 5 Penerbitan buku Departemen Kehutanan diatur sebagai berikut : a. setiap buku yang resmi diterbitkan oleh Departemen Kehutanan harus dilengkapi dengan halaman kata pengantar yang ditandatangani oleh Menteri kehutanan/ Sekretaris Jenderal/ Inspektur Jenderal/ Direktur Jenderal/ Kepala Badan/ Sekretaris Inspektorat Jenderal/ Sekretaris Direktorat Jenderal/ Sekretaris Badan/ Kepala Biro/ Kepala Pusat/ Kepala Unit Pelaksana Teknis; b. setiap buku yang diterbitkan harus diserahkan ke Biro Umum sebanyak 3 (tiga) buah buku untuk diserahkan ke Perpustakaan Nasional dan arsip Departemen Kehutanan; c. setiap tahun diterbitkan daftar buku terbitan Departemen Kehutanan (Bibliografi) oleh Biro Umum; d. upaya penerbitan buku yang berpotensi komersial untuk masyarakat luas dapat diusahakan melalui kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan badan usaha penerbit yang dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 6 1) Pencetakan dan penggandaan buku terbitan Departemen Kehutanan dengan dana pemerintah dilaksanakan oleh unit kerja pemilik konsep (penerbit) dalam jumlah tertentu berdasarkan rencana yang sudah ada. 2) Pencetakan dan penggandaan buku terbitan Departemen Kehutanan dengan dana non Pemerintah harus dengan persetujuan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan. Pasal 7 1) Penyaluran buku terbitan Departemen Kehutanan untuk : a. Perpustakaan Nasional dilaksanakan oleh Biro Umum; b. Perpustakaan Daerah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis. 2) Penyaluran buku dengan kata pengantar Menteri Kehutanan/ Sekretaris Jenderal dilaksanakan oleh Biro Umum. 3) Penyaluran buku dengan kata pengantar Inspektur Jenderal/ Direktur Jenderal/ Kepala Badan dilaksanakan oleh Sekretariat Inspektorat Jenderal/ Sekretariat Direktorat Jenderal/ Sekretariat Badan. 4) Penyaluran buku dengan kata pengantar Sekretaris Inspektorat Jenderal/ Sekretaris Direktorat Jenderal/ Sekretaris Badan, Kepala Pusat dan Kepala Unit Pelaksana Teknis dilaksanakan oleh unit kerja masing-masing. 5) Penyaluran informasi buku melalui jaringan komunikasi komputer Departemen kehutanan, dilaksanakan oleh Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan Badan Planologi Kehutanan.

Bagian Kedua Majalah Pasal 8 Majalah terbitan Departemen Kehutanan merupakan salah satu media pembinaan keterpaduan organisatoris dan jiwa korsa bagi aparatur dan keluarga kehutanan, serta merupakan salah satu media informasi tentang perkembangan pembangunan kehutanan kepada masyarakat umum. Pasal 9 Majalah terbitan Departemen Kehutanan dirancang berdasarkan sifat penyajian informasi, periode penerbitan, jumlah setiap terbit, jangkauan penyaluran dan tingkat mutu secara umum serta memenuhi peraturan perundangan yang berlaku. Pasal 10 1) Penerbitan majalah lingkup Departemen Kehutanan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pejabat Eselon I. 2) Susunan Dewan Redaksi majalah terbitan Departemen Kehutanan dan pembaharuannya ditetapkan oleh Pejabat Eselon I. 3) Setiap majalah yang diterbitkan harus diserahkan ke Biro Umum sebanyak 3 (tiga) buah untuk diserahkan ke Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan arsip Departemen Kehutanan. Pasal 11 1) Pencetakan dan penggandaan majalah terbitan Departemen Kehutanan dengan dana pemerintah dilaksanakan oleh Unit Kerja Penerbit dalam jumlah tertentu berdasarkan rencana yang sudah ada 2) Pencetakan dan penggandaan majalah terbitan Departemen Kehutanan dengan dana non Pemerintah harus dengan Persetujuan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan Pasal 12 1) Penyaluran majalah terbitan Departemen Kehutanan untuk : a. Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dilaksanakan oleh Biro Umum b. Perpustakaan Daerah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis 2) Penyaluran majalah untuk pihak lain dilaksanakan oleh Unit Kerja Penerbit masingmasing. Bagian Ketiga Buletin Pasal 13 Buletin terbitan Departemen Kehutanan merupakan salah satu media komunikasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi aparatur kehutanan. Pasal 14 1) Penerbitan buletin lingkup Departemen Kehutanan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Pejabat Eselon I. 2) Susunan Dewan Redaksi Buletin terbitan Departemen Kehutanan dan pembaharuannya ditetapkan oleh Pejabat Eselon I. 3) Setiap Buletin yang diterbitkan harus diserahkan ke Biro Umum sebanyak 3 (tiga) buah untuk selanjutnya diserahkan ke Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan arsip Departemen Kehutanan.

Pasal 15 1) Pencetakan dan Penggandaan buletin terbitan Departemen Kehutanan dengan dana pemerintah dilaksanakan oleh Unit Kerja Penerbit dalam jumlah tertentu berdasarkan rencana yang sudah ada. 2) Pencetakan dan penggandaan buletin terbitan Departemen Kehutanan dengan dana non Pemerintah harus dengan persetujuan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan. Pasal 16 1) Penyaluran buletin terbitan Departemen Kehutanan untuk : a. Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dilaksanakan oleh Biro Umum b. Perpustakaan Daerah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis. 2) Penyaluran buletin untuk pihak lain dilaksanakan oleh Unit Kerja Penerbit masingmasing. BAB III KARYA REKAM Bagian Kesatu Film Pasal 17 Film produksi Departemen Kehutanan diarahkan menjadi salah satu unsur penyebarluasan informasi dalam rangka meningkatkan minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam mendukung keberhasilan pembangunan kehutanan dalam arti luas. Pasal 18 1) Film produksi Departemen Kehutanan dapat berupa: a. film dokumenter, dirancang berdasarkan kebutuhan yang nyata dari aparatur kehutanan sesuai peraturan perundangan yang berlaku; b. film ceritera, dirancang berdasarkan kebutuhan untuk memberikan tambahan pengetahuan pada masyarakat mengenai kebijakan-kebijakan yang diambil Departemen Kehutanan; c. filler, dirancang berdasarkan kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan bidang kehutanan bagi masyarakat. 2) Film produksi Departemen Kehutanan dirancang berdasarkan azas hemat, sederhana dan bermanfaat serta beridentitas. Pasal 19 Film Produksi Departemen Kehutanan diatur sebagai berikut: a. setiap film yang diproduksi harus diserahkan ke Pusat Informasi Kehutanan sebanyak 3 (tiga) buah master copy untuk diserahkan ke Perpustakaan Nasional dan arsip Departemen Kehutanan; b. setiap tahun diterbitkan daftar film yang diproduksi Departemen Kehutanan oleh Pusat Informasi Kehutanan; c. upaya produksi film yang berpotensi komersial untuk masyarakat luas dapat diusahakan melalui kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan badan usaha perfilman yang dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 20 1) Produksi dan penggandaan film yang diproduksi Departemen Kehutanan dengan dana pemerintah dilaksanakan oleh unit kerja produksi dalam jumlah tertentu berdasarkan rencana yang sudah ada.

2) Produksi dan penggandaan film dengan dana non Pemerintah harus dengan persetujuan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan. Pasal 21 1) Penyaluran film yang diproduksi Departemen Kehutanan untuk: a. Perpustakaan Nasional dilaksanakan oleh Pusat Informasi Kehutanan; b. Perpustakaan Daerah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis. 2) Penyaluran film yang diproduksi untuk pihak lain dilaksanakan oleh Unit Kerja Produksi masing-masing. Bagian Kedua Non Film Pasal 22 Non film produksi Departemen Kehutanan dapat berupa: a. rekaman gambar yang tidak bergerak; b. rekaman suara. BAB IV PENGENDALIAN Pasal 23 1) Setiap karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku dan kebijakan Departemen Kehutanan. 2) Pimpinan Unit Eselon I bertanggung jawab terhadap pengelolaan karya cetak dan karya rekam yang diterbitkan/diproduksi. 3) Dalam rangka pengendalian karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan Departemen Kehutanan, dilaksanakan penilaian oleh Sekretaris Jenderal dibantu oleh Tim Karya Cetak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 24 Biaya pengelolaan karya cetak dan karya rekam Departemen Kehutanan dibebankan pada: a. Anggaran Departemen Kehutanan; b. Anggaran Departemen Kehutanan dan anggaran non Departemen Kehutanan. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 1) Jenis Karya Cetak dan Karya Rekam lainnya yang belum diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan ini akan diatur tersendiri. 2) Pengaturan pengelolaan karya cetak dan karya rekam untuk lingkup Departemen Kehutanan yang sudah ada disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kehutanan ini. 3) Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Kehutanan ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan Sekretaris Jenderal.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 1) Dengan berlakunya Peraturan Menteri Kehutanan ini maka Keputusan Menteri Kehutanan No. 221/Kpts-II/1997 tanggal 29 April 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. 2) Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 8 Juli 2005 MENTERI KEHUTANAN, ttd. H.M.S. KABAN, SE., M.Si.

Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan 2. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan 3. Direktur Jenderal lingkup Departemen Kehutanan 4. Kepala Badan lingkup Departemen Kehutanan 5. Anggota Tim Karya Retak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan 6. Para Kepala Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan seluruh Indonesia

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN KEHUTANAN NOMOR : P.03/II-Um/2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DEPARTEMEN KEHUTANAN SEKRETARIS JENDERAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.16/Menhut-II/2005 tanggal 8 Juli 2005, telah ditetapkan Pedoman Pengelolaan Karya Cetak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan; b. bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut Peraturan Menteri Kehutanan tersebut huruf a, dipandang perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Karya Cetak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan dengan Peraturan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan. 1. Undang-undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam 2. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 3. Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 4. Peraturan Pemerintah No.70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam 5. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Serah Simpan dan Pengelolaan Karya Rekam Film Ceritera atau Film Dokumenter 6. Keputusan Presiden No. 187 / M Tahun 2004 tentang Susunan Kabinet Indonesia Bersatu 7. Keputusan Menteri Kehutanan No. 459/Menhut-II/2004 tentang Tim Karya Cetak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan 8. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan 9. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.16/Menhut-II/2005 tentang Pedoman Pengelolaan Karya Cetak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN KARYA CETAK DAN KARYA REKAM DEPARTEMEN KEHUTANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Sekretaris Jenderal ini, yang dimaksud dengan : 1. Karya Cetak adalah semua jenis terbitan dari setiap karya intelektual dan atau artistik yang dicetak dan digandakan dalam bentuk buku, majalah, buletin, surat kabar, peta, dan brosur, diperuntukkan bagi keperluan Departemen Kehutanan dan umum. 2. Karya Rekam adalah semua jenis rekaman dari setiap karya intelektual dan atau artistik yang direkam dan digandakan dalam bentuk pita, piringan, dan bentuk lain

Mengingat

sesuai dengan perkembangan teknologi yang diperuntukkan bagi Departemen Kehutanan dan umum. Buku dalam arti luas adalah semua tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis di atas lembaran kertas dengan bentuk dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain, karton, kertas atau plastik. 3. Registrasi ISBN (International Standard Book Number) adalah registrasi untuk memperoleh identitas nomor buku standar internasional yang akan diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI. 4. Registrasi ISSN (International Standard Serial Number) adalah registrasi untuk memperoleh identitas penomoran terbitan berkala dan berseri yang akan diterbitkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 5. Majalah adalah segala jenis penerbitan berkala yang memuat informasi padat tentang berbagai hal yang diperlukan oleh pihak yang berkepentingan. 6. Buletin adalah bacaan yang diterbitkan secara berkala oleh suatu organisasi untuk para anggotanya. 7. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan atau lainnya. 8. Film ceritera adalah film yang dibuat sebagai tontonan dengan penekanan pada segi ceritera dan tidak tergantung pada tempat penayangan atau masa putar. 9. Film dokumenter adalah semua jenis film yang tidak termasuk film dokumenter yang wajib diserahkan pada Arsip Nasional berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kearsipan. 10. Filler adalah tayangan singkat yang berisi himbauan atau ajakan kepada masyarakat. 11. Perpustakaan Nasional adalah Perpustakaan yang berkedudukan di Ibukota Negara yang mempunyai tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan di wilayah Negara Republik Indonesia. 12. Perpustakaan Daerah adalah Perpustakaan yang berkedudukan di Ibukota Propinsi yang diberi tugas untuk menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan semua karya cetak dan karya rekam yang dihasilkan di daerah. 13. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah (PDII) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalah satuan organisasi di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang berkedudukan di Ibukota Negara, yang bertugas menghimpun, menyimpan, melestarikan dan mendayagunakan seluruh terbitan berkala dan berseri yang diterbitkan di wilayah Negara Republik Indonesia. BAB II KARYA CETAK Bagian Kesatu Buku Pasal 2 Usulan penerbitan buku Departemen Kehutanan dilaksanakan oleh Unit Kerja lingkup Departemen Kehutanan. Pasal 3 1) Usulan penerbitan buku sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 disampaikan kepada Sekretaris Jenderal/Inspektur Jenderal/Direktur Jenderal/Kepala Badan dan dilampiri konsep buku yang akan diterbitkan.

2) Sekretaris Jenderal / Inspektur Jenderal / Direktur Jenderal / Kepala Badan, dapat menyetujui atau menolak usulan penerbitan dari unit kerja masing-masing. Pasal 4 1) Penerbitan buku Departemen Kehutanan, harus dilengkapi dengan ISBN. 2) Untuk memperoleh ISBN bagi setiap buku terbitan Departemen Kehutanan dilakukan permohonan oleh Unit Kerja Penerbit masing-masing kepada Perpustakaan Nasional atau Perpustakaan Daerah dengan tembusan Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. 3) Apabila telah diperoleh ISBN masing-masing Unit Kerja Penerbit melaporkan kepada Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan dalam rangka monitoring. Pasal 5 Buku terbitan Departemen Kehutanan harus mencantumkan : a. nama Departemen Kehutanan pada sampul luar dan sampul dalam; b. nama Unit Organisasi Eselon I, bila dipandang perlu dapat dicantumkan di bawah nama Departemen Kehutanan dengan ukuran sama; c. logo Departemen Kehutanan pada sampul buku dengan ukuran perbandingan format yang resmi dan unsur-unsur logo yang lengkap, dapat berupa logo berwarna atau logo hitam putih sesuai Keputusan Menteri Kehutanan No.180/Kpts-II/1984 tanggal 13 September 1984 tentang Lambang Kehutanan. Logo Departemen Kehutanan ditempatkan pada: bagian bawah sampul sejajar dengan nama Departemen Kehutanan, untuk buku yang relatif tipis; punggung buku bagian atas sejajar dengan judul buku, untuk buku yang relatif tebal. d. ISBNditempatkan di balik halaman judul dan pada kulit luar belakang buku di bagian bawah dan apabila buku relatif tebal, maka penulisan singkatan ISBN dan nomor ISBN dapat dicetak/ditempatkan pada bagian punggung buku. Pasal 6 Ukuran buku terbitan Departemen Kehutanan adalah sebagai berikut : a. ukuran kertas A4, maka ukuran buku cetakan adalah (21 X 29,7) cm; b. ukuran kertas A5, maka ukuran buku cetakan adalah (14,8 X 21) cm; c. ukuran kertas A6, maka ukuran buku cetakan adalah (11,5 X 14,8) cm. Pasal 7 Untuk keseragaman dan sebagai ciri khas karya cetak/buku-buku terbitan DepartemenKehutanan,maka warnasampulditetapkan dalam 3 (tiga) pilihan yaitu: a. warna hijau; b. warna biru; c. warna coklat. Pasal 8 1) Penyaluran buku terbitan Departemen Kehutanan untuk : a. Perpustakaan Nasional dilaksanakan oleh Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan diserahkan sebanyak 2 (dua) buah buku; b. Perpustakaan Daerah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis diserahkan sebanyak 2 (dua) buah buku. 2) Untuk pelaksanaan penyaluran buku sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka setiap Unit Kerja Penerbit harus menyerahkan buku terbitan Departemen Kehutanan ke Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan sebanyak 3 (tiga) buah, 1 (satu) buah buku untuk arsip Departemen Kehutanan.

Pasal 9 Penyaluran buku terbitan Departemen Kehutanan kepada pihak-pihak yang memerlukan diatur oleh Unit Kerja Penerbit. Bagian Kedua Majalah atau Buletin Pasal 10 1) Penerbitan Majalah atau Buletin dilaksanakan oleh Unit Kerja lingkup Departemen Kehutanan dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan persetujuan penerbitan kepada Pimpinan Unit Eselon I masing-masing. 2) Usulan penerbitan Majalah atau Buletin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang dilakukan pada penerbitan pertama dan pembaharuannya sekaligus dilampirkan usulan susunan Dewan Redaksi. 3) Usulan susunan Dewan Redaksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terdiri dari : a. pelindung; b. penanggung Jawab; c. ketua Dewan Redaksi; d. sekretaris Dewan Redaksi; e. staf Dewan Redaksi; f. editor; g. tata Usaha; dan anggota lainnya yang dianggap perlu. Pasal 11 Berdasarkan usulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), Pimpinan Unit Eselon I menetapkan persetujuan penerbitan Majalah atau Buletin dan susunan Dewan Redaksi dengan Surat Keputusan. Pasal 12 1) Penerbitan majalah atau buletin terbitan Departemen Kehutanan harus dilengkapi dengan ISSN. 2) UntukmemperolehISSN bagi setiap majalah atau buletin terbitan Departemen Kehutanan dilakukan permohonan oleh Unit Kerja Penerbit masing-masing kepada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan tembusan Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. 3) Apabila telah diperoleh ISSN, masing-masing Unit Kerja Penerbit melaporkan kepada Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan dalam rangka monitoring. Pasal 13 1) Majalah terbitan Departemen KehutananharusmemilikiNama yang merupakan tandapengenalatau penjatidiri dan menonjolkan cakupan yang bersifat umum sesuai dengan ruang lingkup, misi dan tujuan penerbitan majalah. 2) Buletin terbitan Departemen KehutananharusmemilikiNamayang merupakan tanda pengenalataupenjati diridan menonjolkancakupan bidang ilmu tertentu,sesuaidenganruang lingkup, misi dan tujuan penerbitan buletin. 3) Logo Departemen Kehutananharus dicantumkan pada sampul terbitan berkala dengan ukuran perbandingan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf c. 4) Penempatan ISSN, diletakkan di pojok kiri atas sampul depan pada setiap saat terbitan berkala tersebut diterbitkan. 5) Apabila majalah atau buletin terbitan berkala tidak diterbitkan lagi, maka setiap Unit Kerja Penerbit harus melaporkan ke Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah, Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan tembusan Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan untuk proses pembekuan ISSN. Pasal 14 1) Penyaluran majalah ataubuletinterbitanDepartemen Kehutanan untuk : a. Perpustakaan Nasional dilaksanakan oleh Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan diserahkan sebanyak 2 (dua) buah; b. Perpustakaan Daerah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis diserahkan sebanyak 2 (dua) buah. 2) Untuk pelaksanaan penyaluran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka setiap Unit Kerja Penerbit harus menyerahkan majalah atau buletin terbitan Departemen Kehutanan ke Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan sebanyak 3 (tiga) buah, 1 (satu) buah untuk arsip Departemen Kehutanan. Pasal 15 Penyaluranmajalah ataubuletin terbitan Departemen Kehutanan kepada pihak-pihak yang memerlukan diatur oleh Unit Kerja Penerbit. BAB III KARYA REKAM Pasal 16 Usulan produksi film Departemen Kehutanan dilaksanakan oleh Unit Kerja lingkup Departemen Kehutanan. Pasal 17 1) Usulan produksi film sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 disampaikan kepada Sekretaris Jenderal/ Inspektur Jenderal/ Direktur Jenderal/ Kepala Badan. 2) Sekretaris Jenderal/ Inspektur Jenderal/ Direktur Jenderal/ Kepala Badan dapat menyetujui atau menolak usulan produksi film. Pasal 18 1) Apabila Pimpinan Unit Eselon I menyetujui usulan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), maka masing-masing Unit Kerja yang bersangkutandapat melakukan produksi film. 2) Produksi film sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) harus dilengkapi dengan Identitas Departemen Kehutanan. Pasal 19 Identitas film produksi Departemen Kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) berupa : a. nama dan logo Departemen Kehutanan ditempatkan pada tayangan awal dan akhir; b. nama Unit Organisasi Eselon I, dapat dicantumkan di bawah nama Departemen Kehutanan dengan ukuran sama; c. Tim Pelaksana Produksi. Pasal 20 1) Penyaluran film produksi Departemen Kehutanan untuk : a. Perpustakaan Nasional dilaksanakan oleh Pusat Informasi Kehutanan diserahkan sebanyak 2 (dua) master copy;

b. Perpustakaan Daerah dilaksanakan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis diserahkan sebanyak 2 (dua) master copy. 2) Untuk pelaksanaan penyaluran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka setiap Unit Kerja Produksi harus menyerahkan film produksi Departemen Kehutanan ke Pusat Informasi Kehutanan sebanyak 3 (tiga) master copy, 1 (satu) master copy untuk arsip Departemen Kehutanan. Pasal 21 Penyaluran film yang diproduksi Departemen Kehutanan kepada pihak-pihak yang memerlukan diatur oleh Unit Kerja Produksi. BAB IV PENGENDALIAN Pasal 22 1) Pimpinan Unit Eselon I bertanggung jawab terhadap pengelolaan Karya Cetak dan Karya Rekam yang diterbitkan/diproduksi. 2) Pimpinan Unit Eselon I melaksanakan pengendalian terhadap Karya Cetak dan Karya Rekam yang diterbitkan/ diproduksi secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali. 3) Dalam rangka pengendalian Karya Cetak dan Karya Rekam yang dihasilkan Departemen Kehutanan, dilaksanakan penilaian oleh Sekretaris Jenderal dibantu oleh Tim Karya Cetak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan. 4) Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dilaksanakan secara berkala minimal 6 (enam) bulan sekali. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 1) Jenis Karya Cetak dan Karya Rekam lainnya yang belum diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal ini akan diatur tersendiri. 2) Pengaturan pengelolaan Karya Cetak dan Karya Rekam untuk lingkup Departemen Kehutanan yang sudah ada disesuaikan dengan Peraturan Sekretaris Jenderal ini.

BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Dengan berlakunya Peraturan Sekretaris Jenderal ini, maka Keputusan Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan No. 13/Kpts/II-Um/1998 tanggal 17 Maret 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Karya Cetak lingkup Departemen Kehutanan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 25 Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 22 Juli 2005 SEKRETARIS JENDERAL, ttd. Ir. WAHJUDI WARDOJO, M.Sc. NIP. 080035208 Salinan Peraturan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Kehutanan 2. Inspektur Jenderal Departemen Kehutanan 3. Direktur Jenderal lingkup Departemen Kehutanan 4. Kepala Badan lingkup Departemen Kehutanan 5. Anggota Tim Karya Detak dan Karya Rekam Departemen Kehutanan 6. Para Kepala Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan di seluruh Indonesia

Anda mungkin juga menyukai