Anda di halaman 1dari 5

Kajian Dampak Pembangunan Transjakarta Terhadap Peningkatan Pelanggaran Lalu lintas di Jakarta.

Keberadaan Transjakarta Busway sebagai salah satu transportasi umum di Jakarta tentunya mengundang pro dan kontra dari masyarakat Jakarta sendiri. Namun, secara umum, proporsi masyarakat yang kontra lebih banyak, sehingga kemudian muncul kritik-kritik dari masyarakat terhadap perencanaan yang berasal dari pihak pemerintah tersebut. Berhubung Transjakarta Busway merupakan konsep dari Dinas Perhubungan, maka peran Transjakarta Busway sendiri lebih sebagai eksekutor atau pelaksana perencanaan tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, sebenarnya terlihat bagaimana. Transjakarta Busway dapat me-monitoring dan mengevaluasi perencanaan yang sedang atau sudah diimplementasikan. Namun, permasalahan muncul ketika keberadaan jalur busway tertentu justru menimbulkan kemacetan ataupun pelanggaran lalu lintas pada jalur Transjakarta yang kerap menyebabkan kecelakaan. Sejak mulai beroperasi pada tanggal 15 Januari 2004, banyak terjadi masalah pada transportasi bus Transjakarta. Masalah ini di antaranya adalah kecelakaan yang cukup sering terjadi pada jalur bus Transjakarta. Menurut Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta, sepanjang Januari hingga Juni tahun 2011 tercatat 54 kasus kecelakaan di jalur transjakarta. Berdasarkan catatan BLU Transjakarta, jumlah kecelakaan padaJanuari sebanyak 4 kasus, lalu bertambah 8 kasus pada Februari, 12 kasus pada Maret,10 kasus selama April, 11 kasus pada Mei, dan 9 kali selama Juni. BLU Transjakarta juga mencatat korban meninggal dunia akibat kecelakaan di jalur transjakarta selamaJanuari-Juni mencapai 11 orang. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun 2010. Adapun pada tahun 2010 semester pertama, kasus kecelakaan di jalur ini mencapai 66 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 8orang. A. Jenis-jenis Pelanggaran Dapat diidentifikasikan jenis-jenis pelanggaran yang sering terjadi sejak dioperasikannya Transjakarta Busway yaitu : 1. Kendaraan roda dua dan roda empat menerobos jalur busway 2. Pengguna jalan yang menyebrang sembarangan di jalur busway 3. Pengemudi busway yang kadang menaikkan penumpang di jalan umum 4. Pelanggaran oleh aparat yang bertugas (membuka portal kepada pengguna jalan umum) dalam hal ini dilakukan oleh oknum B. Sebab-sebab Terjadinya Pelanggaran 1. Jalur Reguler dalam kondisi macet 2. Jalur Regular dalam keadaan rusak 3. Minimnya fasilitas untuk pejalan kaki 4. Kurangnya JPO (jembatan Penyebrangan Orang) 5. Infrastruktur jembatan penyeberangan yang terlalu panjang, jauh, dan tinggi, bahkan kadang-kadang bolong 6. Rendahnya tingkat disiplin pengendara dalam berlalu lintas 7. Kultur masyarakat yang terbiasa menyebrang tanpa mengindahkan aturan 8. Lemahnya pengawasan oleh aparat 9. Setrilisasi yang belum optimal 10. Petugas yang kurang tegas dalam menindaklanjuti pelanggaran C. Penanganan Pemerintah

Selama Januari sampai Oktober 2011, sudah 16 orang tewas dalam kecelakaan di jalur busway. Korban tewas pun tidak hanya para pejalan kaki, tetapi juga pengendara sepeda motor yang menerobos masuk ke dalam jalur busway. Polda Metro Jaya mengklaim telah mengerahkan ratusan personel untuk mengawasi titiktitik rawan kecelakaan di jalur busway. Namun, kecelakaan tetap tak dapat dihindari. "Kami sudah tempatkan 206 personel di titik-titik rawan. Tapi, kan, tidak selamanya petugas kami ada di situ. Sudah ada rambu juga tidak dipedulikan pengendara," kata Kepala Bagian Pembinaan dan Operasional Ditlantas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Latif Usman, Kamis (13/10/2011) di Mapolda Metro Jaya. Latif mengatakan, kecelakaan paling banyak terjadi di Koridor VI (Ragunan-Dukuh Atas). Hal ini dikarenakan banyak putaran balik di jalur itu sehingga banyak kendaraan yang bersenggolan dengan bus transjakarta. Jarak jembatan penyeberangan orang antara satu dan lainnya juga berjauhan sehingga banyak pejalan kaki yang memilih jalan pintas untuk menyeberang jalan. "Ini bukan berarti jadi alasan untuk pejalan kaki menyeberang di sembarang tempat. Yang paling penting adalah kesadaran yang sekarang sangat rendah," kata Latif. Kecelakaan serupa juga kerap terjadi di Koridor IX (Pinang Ranti-Pluit). Di koridor ini, banyak pengendara sepeda motor yang tidak memanfaatkan jalur khusus sepeda motor di sepanjang Jalan MT Haryono. "Pemotor itu harusnya ada di kiri. Kenapa? Ini untuk mengurangi risiko kecelakaan motor yang sangat rentan, lagi pula dengan ambil jalur kiri akan lebih lancar tidak semrawut," kata Latif. Tetapi, lagi-lagi kesadaran masyarakat yang terbilang rendah. Para pemotor masih mengambil jalur mobil hingga jalur busway. Polisi sempat meletakkan traffic cone atau pembatas jalan untuk memisahkan jalur. Tindakan ini,

kata Latif, cukup efektif mengurangi pelanggaran marka busway. Namun, begitu pembatas jalan itu disingkirkan, para pengendara motor kembali nyelonong ke jalur transjakarta. Latif mengakui, tingginya volume sepeda motor tidak sebanding dengan prasarana jalan yang memadai. Jalur khusus motor di Jalan MT Haryono, misalnya, hanya memiliki lebar 3 meter. Pada jam-jam sibuk seperti pukul 06.00-08.00, jalur kiri terbilang padat. Pengendara mobil juga turut memakan badan jalan yang dikhususkan sepeda motor. Belum lagi pengendara sepeda motor harus berbagi dengan bus-bus yang hendak menurunkan penumpang di lajur kiri. "Memang sarana itu terbatas. Namun, cobalah manfaatkan semaksimal mungkin yang ada sekarang. Kami meminta sepeda motor untuk ambil jalur kiri agar kecelakaan tidak terulang lagi," saran Latif. Ia mengatakan, solusi yang bisa dilakukan dalam waktu dekat adalah meninggikan separator jalur busway. Hal ini diyakini dapat mengurangi niat pengendara kendaraan pribadi untuk menerabas jalur busway.

D. Solusi Pemerintah sudah berupaya untuk menanggulangi masalah ini, yaitu dengan bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk melakukan sterilisasi jalur Transjakarta. Beberapa personil diturunkan untuk berjaga di jalur-jalur Transjakarta yang dinilai banyak terjadi pelanggaran. Akan tetapi, metode ini kurang efektif dan kurang efisien. Masih banyak pelanggaran yang terjadi namun terlepas dari itu tetap harus ada upaya yang berkelanjutan menanggulangi permasalahan ini. Berikut ini adalah beberapa solusi untuk menanggulangi permasalahan pelanggaran yang melibatkan Transjakarta Busway: 1. Meningkatkan kesadaran disiplin lalu lintas (intern) 2. Pembenahan infrastruktur jembatan penyebrangan orang

3. Pembenahan infrastruktur jalan umum 4. Peninggian separator busway untuk memperbaiki tingkat sterilisasi jalur 5. Penyemprotan Pylox kepada pelanggar 6. Gerbang otomatis untuk membuka dam menutup portal saat busway lewat 7. Sanksi yang tegas dan konsisten kepada setiap pelanggar baik itu pengemudi Transjakarta maupun pengguna jalan umum yang melanggar 8. Meningkatkan pengawasan oleh aparat yang berkesinambungan

Anda mungkin juga menyukai