Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama terbesar sepanjang sejarah dunia. Tercatat islam pernah menguasai hampir seluruh kawasan Eropa mulai dari Mesir sampai Persia. Maka tidak heran Islam merupakan agama yang paling dominan dan berpengaruh sejak zaman dahulu sampai sekarang baik sebagai suatu agama maupun pemerintahannya. Namun semakin luas kekuasaan Islam dan semakin besar pengaruh agama ini maka semakin besar pula permasalahan kompleks muncul yang butuh penyelesain, terutama dalam masalah aqidah dan penyelesaian hukum-hukum baru. Tercatat ada tiga aliran pemikiran dalam islam yang sangat berpengaruh yaitu Khawarij, Siah dan Suni. Dimana masing-masing aliran mempunyai pemikiran sendiri dalam menafsirkan Al-Quran dan Hadist dalam menyelesaikan suatu permasalah yang muncul.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran singkat tentang kemunculan aliran tersebut 2. Bagaimanakah pemikiran hukum yang muncul dari masing-masing aliran ini

C. Tujuan Masalah Dari rumusan masalah di atas dapat kita paparkan beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini, diantaranya: 1. Mengetahui bagaimana kemunculan aliran Khawarij, Siah dan Suni 2. Mengetahui berbagai pemikiran hokum Khawarij Siah dan Suni

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah yang memberikan kesehatan dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pemikiran Hukum Khawarij, Siah dan Suni. Salawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia kejalan kebenaran. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas individu pada Mata Kuliah Tarikh Tasyri dan untuk menumbuh kembangkan proses pembelajaran pada mata kuliah tersebut. Namun penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Maka penulis meminta kritik dan saran para pembaca untuk memperbaiki pembuatan makalah pada masa yang akan datang. Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan rekan-rekan pembaca.

Bandung, November 2009

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1 A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan KATA PENGANTAR ..........................................................................................................2 DAFTAR ISI.........................................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN A. Kaum Khawarij...............................................................................................................4 B. Kaum Syiah ....................................................................................................................6 C. Kaum Sunni .....................................................................................................................7

BAB III SIMPULAN ...........................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................9

BAB II PEMBAHASAN A. Kaum Khawarij Kaum khawarij adalah kaum yang tadinya amat setia pada Ali, dan meyakini bahwa Ali ra. Berada di pihak yang benar, Ali adalah seorang khalifah yang sah, Karen adi angkat untuk jabatan tersebut secara demokratis. Sementara Muawiyah yang menjabat gubernur di Syam adalah pemberontak terhadap pemerintahan yang sah. Pada tahun 37 H Muawiyah, Gubernur Syria memberontak terhadap Amir al-Muminin Ali ibn Abi Thalib. Pemberontakan itu meletus karena dalam suasana berkabung dan emosi yang meletup-letup karena pembunuhan Utsman, Ali mengeluarkan keputusan yang tidak strategis sebagai seorang kepala negara, yaitu pemecatan Muawiyah dari jabatan Gubernur Syria. Dengan pemecatan itu Muawiyah punya dua alasan untuk melawan Ali. Tidak jelas mana yang lebih dominan, apakah karena ingin menuntut balas atas kematian Ustman atau ingin mempertahankan jabatannya sebagai Gubernur. Menumpas pemberontak adalah tugas agama demikian kaum Khawarij berpendapat. Ketika menumpas pemberontak itulah Ali dinilai menegakan kalimah Allah, dan tiada hokum kecuali milik Allah. Kemudian terjadilah Tahkim antara pihak Ali dan Muawiyah sebagai bentuk perundingan untuk mengakhiri perang. Akibat dari Tahkim itu Khawarij memisahkan diri dari kelompok Ali dan menganggap yang bahwa menerima tahkim berarti melakukan kesalahan atas nama Allah, karena rela melepaskan diri dari hokum Allah. Tidak terkecuali Ali ra. Orang yang melepaskan diri dari hokum Allah dimasukan sebagai kafir. Kemudian kaum Khawarij memisahkan diri dari kelompok Ali dan meninggalkan kamp Ali di Kufah pergi ke luar kota menuju desa Harura yang tidak seberapa jauh dari Kufah. Dari nama desa Harura inilah, maka untuk pertama kali mereka itu dikenal dengan nama golongan Al-Harriyah. Di Harura inilah mereka membentuk organisasi sediri dan memilih Abdullah ibn Wahab ar-Rasibi dari Banu Azd sebagai pemimpin mereka. Karena mereka keluar dari kubu Ali itulah kemudian mereka dikenal dengan al-Khawrij, bentuk jama dari Khriji (yang keluar). Selanjutnya orang yang dapat dipercaya hanyalah orang dari kalangan mereka sendiri, tidak ada kebenaran diluar kelompok mereka. Maka sumbsr ajaran islam yang mereka pegang hanyalah Al-quran dan Hadist yang dibawa orang khawarij sendiri. Mereka tidak mengenal ijma dan qiyas karena ijma dan qiyas adalah hasil pemikiran (rayu) manusia. Sedangkan agama hanya diambil dari wahyu bukan dari rayu.
4

Khawarij memiliki pemikiran dan sikap yag ekstrem, keras, radikal dan cederung kejam. Misalnya mereka menilai Ali ibn Abi Thalib salah karena menyetujui dan kesalahan itu membuat Ali menjadi kafir. Mereka memaksa Ali mengakui kesalahan dan kekufurannya untuk kemudian bertaubat. Begitu Ali menolak pandangan mereka walaupun dengan mengemukakan argumentasi, mereka menyatakkan keluar dari pasukan Ali dan kemudian melakukan pemberontakan dan kekejaman-kekejaman. Yang menjadi sasaran pengkafiran tidak hanya Ali bi Abi Thalib sendiri, tapi juga Muawiyah ibn Abi Sufyan, Amru ibn Ash, Abu Musa al-Asyari dan lain-lain yang mendukung mereka. Dalam perkembangan selanjutnya mereka perdebatkan apakah Ali hanya kafir atau musyrik. Untuk mendukung pandangan mereka baik dalam aspek politik maupun teologi, mereka menggunakan ayat-ayat Al-Quran. Misalnya ; kelompok al-Azariqah, tidak hanya menyatakan Ali kafir, tapi juga mengatakan ayat; Wa min an-nsi man yujibuka qauluhu fi al-hayh ad-dunya wa yusyhidullah ala m fi qalbihi wa huwa aladdu al-khshm) diturunkan Allah mengenai Ali sedangkan tentang Abdurrahman ibn Muljam yang membunuh Ali Allah menurunkan ayat (wa minannsi man yasyri nafsahu ibtigha mardhtillah). Mereka gampang sekali menggunakan ayat-ayat Al Quran untuk menguatkan pendapat-pendapat mereka. Agaknya karena khawarij itu lahir karena tahkim itu maka kelompoknya yang paling tua disebut Muhakkimah. Khawarij penerusnya disebut Azariqah diambil dari nama pemimpinya Nafi bin Azraq (w. 686M) dalam sebuah peperangan di irak. Karena Azariqah terlalu radikal, maka pengikutnya seperti Abu Fudaik, Rasyid al-Thawil dan Atiah al-Hanafi menolak paham tersebut dan bergabung dengan Najdah ibn Amir al-Hanafi dari Yamamah, kemudian mendirikan subsekte baru dengan nama Najdat. Subsekte lain adalah al-Ajaridah, dengan pimpinan Abdul Karimbin al Ajrad, al-Sufriyah dengan pimpinan Zaid bin Asfar, dan Ibadah dengan pimpinan Abdulah bin Ibad. Berbagai pendapat mereka di bidang hokum islam antara lain: 1. Bahwa hukuman rajam atas wanita muhshan karena zina tidak ada. Kaum khawarij menolak hadist-hadist yang dipandang shahih oleh arang islam pada umumnya tentang hukuman ini. Menurut mereka tidak ada dalil dalam Al-Quran tentang hokum rajam tersebu. Bahkan dalam Al-Quran ditegaskan bahwa hukuman bagi hamba mukminah untuk tindak pidana yang sama adalah setengah dari wanita muhshanat. Rajam adalah menghilangkan nyawa. Maka, bagaimana munkin menjatuhkan hukuman menghilangkan setengah nyawa.
5

2. Kaum khawarij membolehkan wasiat untuk ahli waris dan menolak hadist yang menyatakan tidak ada wasiat untuk ahli waris. Sebab hadist ini dipandang bertentangan dengan ayat Al-Qurann yang menyatakan diwajibkan atas kamu wasiat bagi kedua orang tua dan sanak saudara apabila kamu hendak meninggal. Sementara jumhur ulama berpendapat bahwa ayat tersebut turun sebelum turunnya ayat-ayat mawaris. Dengan kata lain menurut jumhur, ayat ini tidak berlaku ebagai legitimasi wasiat untuk ahli waris. 3. Mereka berpendapat bahwa susuan(radha) tidak menyebabkan halangan nikah. Mereka menolak hadist yang menyatakan apa yang diharamkan sebab hubungan nasab, diharamkan juga sebab susuan. 4. Kaum khawarij berpendapat bahwa thaharah untuk ibadah salat adalah suci lahir bathin. Kata kotor, bohong, permisuhan, dan lainnya termasuk perilaku kotor (kotor maknawi). Dengan demikian perilaku kotor tersebut juga membatalkan wudhu karena merusak thaharah. 5. Dalam hal khilafah, seorang khalifah dipilih oleh umat islam secara bebas dari orang-orang isalm yang mempunyai kecakapan dan kemampuan kendati orang Hasby berkulit hitam sekalipun.

B. Kaum Syiah

Syiah adalah kelompok muslim yang setia terus pada Ali ra. Dan keluarga serta keturunanya. Mareka berpendapat bahwa khilafah itu adalah hak Ali sebagai penerima wasiat langsumg dari Rasullulah SAW. Menurut keyakinan mereka, nabi mewariskan ilmu lahir kepada semua sahabat, dan ilmu batin hanya kepada Ali ra. Oleh sebab itu kekhalifahan Abu Bakar, Umar, Utsama tidak diakui kebanyakan kaum Syiah, demikian juga pemerintahan Banim Ummayah dan Bani Abbasyiah. Terdapat banyak subsekte dalam Syiah, tetapi yang terbesar pengikutnya adalah Zaidiyyah, imamiyah, dan itsna asyariyyah.Zaidiyah berpandapat bahwa imam adalah keturunan Ali-Fatimah,diangkat melalui pemilihan umum.Subsekte ini sebagian besar pahamnya banyak kesamaan dengan non-Syiah.Syiah Ismailiyyah/Sabiiyah sependapat dengan Itsna asariyyah dalam hal urutan imam sampai imam keenam,yaitu Ali,Hasan,Husein,Zainul Abidin,Muhammad Al-baqir,dan Jafar al-shadiq.Imam ketujuh menurut syiah sabiiyyah adalah Ismail,karenanya subsekte ini disebut juga Syiah Ismailiyyah.Sedangkan menurut Itsna asariyyah,urutan imam dari yang ketujuh hingga dua belas adalah Musa al-Kadzim,Ali al-Ridha,Muhammad al-Jamal,Al-hadi,Hasan al-

Asyhari,dan Muhammad al-Mahdi. Hal yang perlu dimengerti mengapa militansi Syiah itu kuat dan siaga terhadap nonSyiah antara lain: 1. Sayyidina Ali kendati tidak terbunuh oleh pihak Muawiyah tetapi jelas merupakan korban politik Muawiyah. 2. Husein Ali terbunuh sekaligus korban politik keluarga Muawiyah. Diantara keputusan fiqh mereka yang berbeda dengan yang lain adalah: 1. Tentang nikah Mutah, mereka berpendapat bahwa nikah mutah itu termasuk ayariat islam yang belaku hingga hari kiamat. Disamping sebuah hadist (yang dipandang tidak manshuk), sebagian pemimpin mereka berkata tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghalalkan mutah.
7

2. Tentang bagian warisan kaum wanita. Kaum Syiah berpendapat bahwa kaum wanita hanya berhak menerima warisan benda bergerak, tidak mendapat bagian warisan tanah atau benda tak bergerak lain. Berbeda dengan ulama non-syiah yang tidak membedakan antara benda bergerak dengan benda tidak bergerak. 3. Waktu salat itu tiga, pertema dzuhur, dan ashar(dikerjakan sekaligus pada waktu dzuhur atau ashar). Kedua maghrib dan isya(dikerjakan sekaligus pada waktu magrib atau isya). Tiga shubuh. Mereka tidak mau mrnggunakan alas tempat sujud sesuatu yang sudah diolah seperti kain. Tempat sujud dibuat dari batu atau tanah atau bahan dari dedaunan atau kayu yang belum diolah. Mujtahid kaum syiah yang terkenal dan mendapat pengakuan kaum sunni adalah jaffar al-shadiq(83-148 h) mazhabnya dikenal mazhab jafari.

C. Kaum Sunni Sunni berasal dari kata sunnah yang berarti tradisi atau adat kebiasaan yang telah terlembagakan oleh masyarakat. Dalam al-Qur'an terma sunnah biasanya muncul dalam dua konteks: sunnah al-awwalin, kebiasaan orang terdahulu dan sunnah Allah. Dalam terma ahli syara; sunnah berarti tradisi yang dikerjakan oleh Rasulullah dan diteruskan oleh para salaf yang saleh. Sedangkan dalam pengertian ahli politik, sunnah berarti jejak yang ditinggalkan oleh Rasulullah dan para Khulafaur Rosyidin.

Sunni adalah komunitas muslim yang mementingkan perdamaian diantara sesame muslim. Kelompok ini menemukan hadist bahwa orang islam yang melakukan dosa besar tidak masih termasuk mukminin, karena itu tidak halal darahnya. Hadist ini ternyata diriwayatkan oleh ALbukhari dan muslim. Bunyi hadist dimaksud adalah Abu Dzar mengisahkan nabi pernah bersabda: setiap orang yang mengucap tiada tuhan selain Allah kemudian mati pasti akan masuk serga.Abu Dzar bertanya sekalipun ia berzina dan mencuri? Nabi menjawab sekalipun ia berzina dan mencuri tiga kali Abu Dzar mengulani pertanyaan itu tiga kali pula nabi menjawabnya dengan jawaban sama. Sudah barang tentu karena mereka tidak termasuk kaum syiah dan juga kaum khawarij maka mereka dekat pada penguasa. Paham mereka

terasa melegitimasi penguasa dengan demikian mereka mendapat perlindungan. Karena itu jumlah mereka menjadi banyak , kelompok inilah yang belakangan disebut kaum sunni. Satu prinsip dasar yang dipegang sunniyang ini menjadi ciri baginyaialah dalam memahami agama mereka mengambil jalan tengah (wasathan). Mereka berpegang pada asas keseimbangan (equalibrium) yang mengacu pada al-Qur'an dan sunnah dan berusaha mencari perdamaian antara dua sisi ekstrim yang bertentangan. Sunni menyeimbangkan dan mendamaikan antara akal dan naql, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat dan mendamaikan antara fiqh dan tasawwuf.

Proses konsolidasi Sunni berjalan secara evolusi. Pada masa awal, ketika masih berwujud embrio, pemikiran Sunni dalam bidang teologi bersifat eklektif, memilih salah satu pendapat yang dianggap paling benar. Hasan al-Basri (w. 110/728) seorang tokoh Sunni terkemuka yang hidup secara zuhud dan teguh berpegang pada disiplin diri, dalam masalah qadla dan qadar yang menyangkut soal kehendak manusia, memilih pendapat Murjiah yang menyatakan bahwa sang pelaku tidak berakibat kufur, hanya imannya yang rusak (fasiq). Titik konsolidasi tercapai setelah Muhammad ibn Idris asy-Syafii (w. 205/820) berhasil menetapkan Hadis sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur'an dalam kerangka pemikiran hukum Islam. Sejak hadis dan atsar Shahabi menjadi salah satu rujukan penting dalam pemikiran Islam, maka dilakukan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengumpulkan hadis dan giat pula dikerjakan ikhtiar seleksi dan kritik hadis. Maka lahirlah dua kitab sahih di antara enam buah korpus hadis (kutub as-Sittah).

BAB III
9

KESIMPULAN Sejauh di dalam peran ketiga golongan Islam, hukum Islam pada masa al-Khulafa alRasyidin berbeda dengan hukum Islam masa Bani Umayyah. Tesis hukum berkembang bukan lagi karena azas musyawarah atau mufakat, tetapi tampaknya adalah sisa yang sesuai persepsi masing-masing golongan. Perbedaan pendapat misalnya, golongan Khawarij dan Syiah tidak menerima hadits-hadits kecuali apa yang diriwayatkan oleh pihaknya sendiri. Golongan sunni di satu sisi tetap mengantisipasi hadits-hadits dari siapapun saja setelah memenuhi syarat-syarat tsiqah Dalam pada itu, khawarij dan syiah kelihatan tidak sama demokratnya dengan Jumhur dalam kerangka penjaringan hadits-hadits sebagai salah satu metodologi hukum Islam. Keduanya tampak memiliki sikap subyektif dan nepotisasi. Kemudian, Pemikiran politik dan teologi serta sikap ekstrem Khawarij lahir terutama disebabkan oleh latar belakang sosio-kultural mereka sebagai orang-orang Arab Badawi yang punya watak keras, kasar dan berani sehingga mereka tidak gentar mati walaupun untuk halhal yang tidak perlu. Sebutan Qurr bagi mereka sebelum dikenal dengan nama Khawarij tidaklah menunjukkan arti para penghafal Al-Quran, tapi menunjukkan arti mereka sebagai orang-orangdesa. Dari sejarah Khawarij itu kita dapat mengambil pelajaran bahwa persoalan-persoalan sosial politik kalau dibungkus dengan agama bisa mendatangkan bahaya yang lebih besar, apalagi kalau dilakukan oleh orang-orang yang pemahaman dan penguasaannya terhadap ajaran Islam sangat terbatas bahkan sangat sempit. Wawasan yang sangat sempit dan tertutup dapat melahirkan ekstremitas tidak hanya pemikiran tapi juga sikap dan tindakan.

10

DAFTAR PUSTAKA Zuhri Muh. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.1996 Abu Zahrah, M, Sejarah Aliran-aliran dalam Islam Bidang Politik dan Aqidah, terjemah Shobahussurur,Gontor:PSIA,cet.I,1991.

Nasution, Harun, Teologi Islam, Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan, Jakarta: Jakarta, UI Press, cet.V, 1986.

11

Anda mungkin juga menyukai