Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fildzah Khalishah Alhadar NPM : 1106021443

Nama saya Fildzah Khalishah Alhadar, tetapi dalam keseharian teman teman serta keluarga saya memanggil saya dengan sebutan Lisa. Saya lahir di Ternate, tanggal 19 November 1993. Keluarga saya termasuk keluarga kecil, saya memiliki 2 orang saudara yaitu 1 kakak perempuan dan 1 adik laki laki. Kakak saya sekarang bekerja di salah satu Perusahaan di Jakarta dan adik saya sekarang masih melanjutkan sekolah di salah satu SMA Negeri. Dengan perbedaan yang tidak terlalu jauh dengan kedua saudara saya, saya menjadi lebih dekat dan sangat akrab dengan kedua saudara saya. Selama 18 tahun hidup, saya merasa semakin terikat dan tidak bisa jauh dari kedua orang tua serta saudara saudara saya. Tetapi kenyataannya sekarang saya berkuliah di Jakarta dan jauh dari kedua orang tua serta adik saya. Ayah saya bernama Iqbal Alhadar dan ibu saya bernama Radhiah Assagaf. Jika ada yang melihat wajah saya secara langsung pasti bisa menebak bahwa saya merupakan keturunan Arab. Ya saya memang mempunyai keturunan Arab yang saya warisi dari kedua orangtua. Mungkin tidak bisa dikatakan bahwa keluarga saya memiliki darah keturunan langsung dari Arab, tetapi orangtua saya mendapatkan darah Arabnya dari nenek nenek moyang terdahulu. Ayah saya berasal dari Ternate, salah satu pulau di Provinsi Maluku Utara dan ibu saya berasal dari Manado, Sulawesi Utara. Saya sendiri lahir dan besar di Ternate. Ketika kaka saya berumur 4 tahun, ibu saya melahirkan saya di salah satu rumah sakit di Ternate, dengan bantuan bidan di rumah sakit tersebut, saya lahir dengan selamat tanpa kekurangan satu apapun. Bisa dibayangkan bagaimana sibuknya kedua orangtua saya ketika saya lahir, dimana orangtua saya harus mengurus kakak saya yang baru berumur 4 tahun, dan dilain pihak orangtua saya harus bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan kami. Saya lahir dalam keadaan keluarga yang berkecukupan, tidak berlebihan tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sehari hari. Ayah saya bekerja sebagai wiraswasta. Tetapi, ibu saya yang memang mempunyai bakat dalam hal memasak membantu ekonomi keluarga dengan membuat kue dan menjualnya. Memang ibu saya berjualan kue tidak dijajakan dari rumah ke rumah tetapi dijual atau dititip di toko kue dekat rumah, tetapi tetap saja hal tersebut bukan merupakan hal yang mudah untuk seorang ibu rumah tangga, yang harus mengurus dua anak yang masih kecil serta mengurus rumah tangga dengan baik. Sewaktu saya kecil, kami sekeluarga masih

tinggal di rumah nenek, ibu dari ayah saya. Di rumah nenek kami tinggal bersama nenek, dan tante (kakak dari ayah saya) serta anak lelakinya. Nenek sangat baik kepada kami, begitu juga dengan tante. Bahkan dengan sepupu kami (anak dari tante) sudah kami anggap sebagai saudara kandung kami. Pada saat saya berumur 3 tahun, adik laki laki saya lahir. Sebagai anak yang masih berumur 3 tahun, saya tentu masih belum bisa mengekspresikan dengan jelas perasaan saya ketika adik saya lahir. Tetapi, pada saat ibu saya harus menginap di rumah sakit karena habis melahirkan, dan saya harus ikut pulang dan tidur bersama ayah di rumah, dan jauh dari ibu, saya merasa kesepian dan kangen ibu saya. Ketika mulai berpikir dengan baik dan mengingat kejadian itu, saya mulai sadar bahwa saya sangat ingin selalu dekat dengan ibu saya, dan selalu menginginkan kasih sayang dari ibu. Semenjak adik saya lahir, tentu saja perhatian kedua orangtua lebih tertuju kepada adik saya, meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa perhatian kepada saya dan kakak saya juga tidak kalah besarnya. Tetapi dengan kondisi bahwa adik saya masih kecil dan butuh perhatian lebih, saya harus merelakan perhatian orangtua lebih tertuju kepadanya dibanding saya. Saya menjadi seorang anak yang mandiri dan tidak terlalu merepotkan kedua orangtua saya. Pada zaman saya TK, banyak anak yang masih takut untuk datang ke sekolah sendiri dan harus dijaga ibunya hingga sekolah usai, tetapi tidak seperti teman teman, saya berani ke sekolah tanpa dijaga dan hanya diantar jemput. Tentu saja saya bangga, bahwa sebagai anak yang masih kecil, saya berani dan sudah mau menjadi anak yang mandiri tanpa selalu bersama orangtua saya. Saat masuk SD, saya masuk SD yang sama dengan kakak saya, agar lebih memudahkan orangtua untuk mengontrol kami berdua. Ketika saya berada di kelas 1 SD, kaka saya sudah duduk di kelas 4 SD. Kakak saya selalu menjadi juara kelas pada waktu SD, hal tersebut memotivasi saya agar tidak boleh kalah dari kakak, dan akhirnya saya juga selalu menjadi juara kelas. Dari kecil pun saya selalu menginginkan untuk membahagiakan kedua orangtua, membuat mereka bangga dengan diri saya, tetapi apa daya sebagai seorang anak yang masih bersekolah di SD, saya tak bisa melakukan hal besar untuk membahagiakan dan membanggakan kedua orangtua, maka salah satu cara membahagiakan kedua orangtua yaitu dengan selalu rajin belajar dan menjadi juara kelas. Saya pribadi sangat bangga ketika pembagian laporan pendidikan dan guru saya menyebut nama saya sebagai juara kelas, dan melihat orangtua saya tersenyum bangga atas apa yang telah saya raih.

Dari kecil, kami bertiga (saya, kakak dan adik saya) dididik kedua orangtua agar bersabar dan tidak selalu memaksakan apa yang kami mau. Kami diajarkan agar berusaha mendapatkan apa yang kami mau tetapi tidak dengan memaksakan kepada kedua orangtua, jadi ketika kami menginginkan sesuatu, dan hal tersebut belum bisa dipenuhi kedua orangtua kami, maka kami harus bersabar dan berusaha sendiri untuk memilikinya. Misalnya ketika kami menginginkan mainan baru, dan kedua orangtua belum bisa memenuhinya, maka kami belajar menabung tiap hari, maskipun pada akhirnya jika tabungan kami belum mencukupi, akan ditambahkan oleh orangtua kami. Tetapi, disitu kami belajar bahwa tidak segalanya kami dapatkan dengan mudah, jika menginginkan sesuatu maka kami harus melakukan usaha yang seimbang untuk mendapatkannya. Hal tersebut kami aplikasikan juga dalam dunia pendidikan kami, ketika kami menginginkan mendapatkan juara kelas, tentu saja kami tidak boleh memaksakan keinginan kami, tetapi kami harus berusaha untuk mendapatkannya, dengan cara belajar yang giat. Dari kecil kami tidak pernah merasakan yang namanya bosan untuk belajar, karena setiap kami belajar, kami selalu ditemani ibu kami. Tiap malam, sesibuk apa pun ibu, beliau selalu menyempatkan waktu untuk menemani kami belajar. Begitu juga dengan ayah. Dari kecil, ibu dan ayah selalu membiasakan kami untuk rajin membaca, sehingga akhirnya sampai besar pun hobi kami bertiga sama, yaitu membaca. Ibu dan ayah tidak pernah memaksakan keinginan mereka terhadap kami, dan menyerahkan sepenuhnya apa yang kami mau kepada diri kami pribadi. Dalam hal memilih sekolah pun mereka menyerahkan saya untuk memilih dimana saya mau melanjutkan sekolah. Lulus dari SD, saya pun melanjutkan di salah satu SMP favorit di Ternate. Pada saat saya masuk SMP, kami telah tinggal di rumah kami yang baru, dan tidak lagi tinggal di rumah nenek. Padahal SMP tempat saya bersekolah berada cukup dekat dengan rumah nenek, tetapi saya tetap memilih untuk tinggal dengan ibu dan ayah di rumah baru kami. Kakak saya yang sejak kecil sudah sangat dekat dengan nenek belum pindah ke rumah baru, karena tidak tega untuk meninggalkan nenek sendirian. Saya merupakan anak yang pendiam jika memasuki lingkungan yang baru, begitu juga ketika baru masuk SMP, saya termasuk anak yang pendiam dan agak canggung di sekolah. Tetapi, lama kelamaan saya bisa beradaptasi dan menemukan orang orang yang cocok dengan kepribadian saya. Di SMP, saya masuk ke kelas yang menggunakan dua bahasa dalam proses pembelajarannya, atau biasa disebut Bilingual. Saya pribadi belum terbiasa dengan hal tersebut, sehingga menyebabkan nilai saya jeblok dan turun jika dibandingkan dengan masa SD. Meskipun masih termasuk dalam 10 besar peringkat kelas, tetapi saya turun jauh dibandingkan SD sehingga saya cukup merasa kecewa dengan apa yang saya dapat. Saya juga

berpikir bahwa saya telah mengecewakan kedua orangtua saya dengan hal tersebut. Meskipun kedua orangtua tidak pernah menunjukkan kekecewaan mereka dan tidak memarahi saya akan apa yang telah saya dapat, saya tetap berpikir bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang buruk. Maka mulai dari waktu itu, saya berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan hasil maksimal dan tidak mengecewakan kedua orangtua saya. Dan Alhamdulillah hasil kerja keras saya tidak sia sia, saya mendapatkan apa yang saya harapkan dan tidak lagi mengecewakan kedua orangtua. Sebagai anak yang pendiam, saya agak susah menemukan teman yang tepat yang bisa cocok dengan kepribadian saya. Tetapi, saya kemudian menemukan teman teman yang menurut saya kepribadiannya sangat berbeda dengan kepribadian saya, dan saya bisa dekat dengan mereka. Saya sangat senang memiliki teman seperti mereka, yang selalu ada tidak hanya di waktu suka tetapi waktu saya sedih pun mereka tetap ada. Saya pun bersahabat dengan mereka bahkan saya merasa seperti memiliki saudara perempuan selain kakak saya. Mereka juga yang mengajarkan saya untuk menjadi seseorang yang tidak lagi canggung dan pendiam tetapi bisa dekat dengan semua orang. Berteman dengan orang orang yang supel dan mempunyai banyak teman membuat saya memiliki banyak teman dan banyak dikenal oleh orang lain juga. Perlahan lahan kepribadian saya yang canggung berubah lebih baik, menjadi gampang beradaptasi dan berteman dengan orang lain. Ketika saya duduk di kelas 3 SMP, saya harus berpisah jauh dari kakak saya, karena dia harus melanjutkan pendidikan di Universitas negeri yang berada di Jakarta. Ibu saya tentu saja tidak mengizinkan kakak saya pergi ke Jakarta sendirian, maka beliau mengantarkan kakak saya ke Jakarta. Saya dan adik laki laki saya ditinggal di Ternate bersama ayah. Untuk waktu sebulan, kami ditinggal pergi oleh ibu ke Jakarta, dan disini juga saya mulai berpikir bahwa, tidak selamanya saya hidup disamping ibu saya, ada waktu dimana saya akan ditinggal ibu, disini saya mulai berpikir betapa besar kasih sayang ibu yang selama ini beliau berikan kepada saya, sehingga sehari saja saya jauh dari beliau, saya merasakan kehilangan yang cukup mendalam. Tetapi, sebagai seorang gadis yang sudah tumbuh dan mulai madiri, saya tidak mau menunjukkan kepada ayah dan adik saya bahwa saya sedih, bahkan sangat sedih ditinggal ibu saya. Saya mencoba bersabar dan menunggu hingga ibu saya kembali. Ketika saya jauh dari ibu, saya menyadari bahwa kasih sayang ibu tidak akan terputus dimanapun beliau berada, entah jauh atau pun dekat beliau selalu menyayangi kami, dan saya juga menyadari seberapa besar kasih sayang ayah terhadap kami. Dari hari ke hari saya semakin menyadari betapa kasih sayang orangtua sangat berarti untuk kita, meskipun seringkali saya melakukan kesalahan

terhadap mereka dan bahkan membuat mereka kecewa, tetapi kasih sayang yang diberikan kepada saya dan kedua saudara saya sangat besar. Setelah kakak saya jauh, merantau di negeri orang, orangtua saya menjadi semakin protektif terhadap kakak dan selalu mengkhawatirkan kakak saya. Tetapi, karena ini merupakan pilihan kakak dan apa yang kakak saya inginkan, orangtua saya tidak pernah melarang dan terus mensupport kakak untuk melakukan yang terbaik. Ketika saya masuk SMA, adik saya lulus SD dan masuk SMP. Kami berdua tumbuh bersama dengan perbedaan usia yang tidak terlalu jauh, sehingga membuat kami menjadi sangat dekat dan tidak terpisahkan. Bahkan banyak teman teman yang mengatakan bahwa kami berdua seperti dua orang saudara kembar yang sangat mirip satu sama lain. Kami merupakan tipe anak yang tidak terlalu suka jalan dan lebih senang dirumah, bisa dikatakan kami ini anak rumahan, setiap ada waktu luang, kami habiskan di rumah bersama keluarga. Hal ini yang menyebabkan keluarga kami sangat dekat, bahkan beberapa teman saya merasa iri dengan keadaan keluarga kami, yang meskipun tidak bergelimang harta tetapi mendapatkan perhatian dan kasih sayang lebih dari orangtua serta saudara saudara saya. Pada 2008 saya lulus SMP dan masuk ke salah satu SMA fovorit di kota Ternate. Saya masuk ke kelas RSBI atau rintisan sekolah bertaraf internasional. Saya awalnya tidak terlalu senang berada di kelas ini, bahkan saya sempat membanding bandingkan kelas saya dengan kelas lainnya. Tetapi lama kelamaan, saya merasakan tingginya rasa kekeluargaan dan kebersamaan di kelas ini. Untuk 1 tahun pertama saja saya sudah mendapatkan banyak cerita bersama mereka. Mulai dari cerita senang, sedih bahkan tidak sedikit cerita konyol yang saya dapatkan bersama teman teman sekelas saya. Di SMA, saya juga mempunyai sahabat sahabat, yang sebenarnya saya telah berteman dengan mereka dari SMP, tetapi pertemanan kami lebih erat lagi ketika semua dari kami masuk ke SMA, meskipun berada di kelas yang terpisah pisah bahkan sekolah yang berbeda pula, kami selalu bersama bahkan lebih dekat satu sama lain. Di SMA, saya belajar lebih giat dan berupaya untuk mendapatkan nilai bagus agar lebih mudah untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang saya inginkan nanti. Banyak yang saya pelajari ketika berada di SMA, mungkin karena sudah mulai dewasa dan bisa membedakan serta berpikir yang baik dan buruk dari suatu hal, saya jadi bisa belajar banyak dan mengambil manfaat serta hikmah dari setiap kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Ketika saya berada di kelas XI, saya belajar bahwa persahabatan dan keluarga itu lebih penting dari apapun yang kita

punya. Bahwa kita tidak mungkin bisa hidup sendirian di dunia ini. Bahwa kita bisa mendapatkan apa yang kita mau, bahkan kita bisa mendapatkan lebih jika kita juga mau berusaha lebih. Waktu SMA, saya belajar dengan giat agar grafik peringkat serta nilai yang saya dapat di SMA bisa naik, dan apa yang saya inginkan tercapai, bahkan dengan sangat baik. Saya bisa membanggakan kedua orangtua saya dan membuat mereka tersenyum bahagia untuk apa yang saya dapat. Bahkan menjelang Ujian Nasional, ketika teman teman saya lebih sering bermain main daripada belajar, saya tetap berkutat dengan buku agar apa yang saya inginkan bisa tercapai. Akhirnya, perjuangan saya tidak sia sia. Apa yang saya harapkan bisa tercapai. Dengan giat belajar, banyak berdoa dan bantuan doa dari orangtua, saya diberikan kesempatan untuk bisa merasakan melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Negeri favorit di Indonesia. Ya, disinilah saya sekarang, dengan usaha saya sendiri dan doa dari kedua orangtua, saya bisa bekuliah di Universitas Indonesia. Hal yang selama ini menjadi cita cita saya. Bahkan menjadi motivasi tersendiri untuk saya ketika melihat senior dari SMA saya yang pulang menggunakan Jaket Kuning kebanggaan UI. Saya termotivasi agar bisa merasakan nikmatnya menggunakan Jakun UI tersebut. Perjuangan saya tidak sia sia. Saya merasa bahwa apa yang saya perjuangkan selama ini, apa yang saya korbankan tidak sia sia. Tetapi, dalam kebahagian tersebut, tersembunyi kekhawatiran saya untuk hidup jauh dari keluarga serta sahabat sahabat saya. Sebelum berangkat merantau ke Jakarta, saya termenung memikirkan kehidupan saya di negeri orang, tempat yang belum pernah saya kunjungi malah akan menjadi tempat tinggal saya nanti. Saya sempat berpikir, apakah saya mampu menjalani hidup tanpa orang orang terdekat terutama orangtua saya, tetapi saya sadar bahwa, apa yang saya pilih sekarang merupakan apa yang terbaik untuk saya di masa depan. Motivasi saya tidak pernah jauh dari kebahagiaan orangtua. Ketika melihat orangtua saya bahagia dan tertawa senang akan apa yang telah saya capai, maka disitulah saya yakin bahwa ini merupakan pilihan terbaik untuk saya. Ketika meninggalkan Ternate, hal yang paling membuat saya sedih adalah saya harus meninggalkan adik saya Ekal. Saudara kembar yang berbeda 3 tahun, ya saya menyebut dia begitu. Jika saya mengatakan bahwa dia saudara kembar saya, pasti semua orang akan percaya. Saya sangat dekat dan akrab dengan Ekal sehingga saya sering menangis ketika rindu saudara laki laki saya tersebut. Di waktu yang sama, Ekal juga mendapatkan beasiswa bersekolah di Gorontalo. Hal tersebut membuat dia harus jauh juga dari

orangtua dan bahkan lebih susah dihubungi karena tinggal diasrama. Motivasi saya pun bertambah gara gara Ekal. Ketika tahu dia saja bisa melanjutkan sekolah jauh dari orangtua, saya jadi berpikir bahwa Ekal saja yang lebih muda 3 tahun dari saya bisa jauh dari orangtua, dengan tujuan untuk membahagiakan orangtua kami. Saya semangat untuk melanjutkan pendidikan disini, dengan iming iming akan berkumpul lagi dengan Ekal dan orangtua kami ketika saya sukses nanti. Saya menjadi lebih mudah untuk bertahan disini, karena saya disini tidak sendirian. Di Jakarta saya ditemani kakak saya, Fina, yang telah lulus dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta. Ketika melihat dia mendapatkan gaji pertama dan bisa membagikan dengan kedua orangtua dan keluarga, saya merasa mendapatkan motivasi baru dan membuat motivasi lama saya makin kuat. Saya harus bertahan hidup disini, harus bisa bertahan agar nanti dapat membuat keluarga saya tersenyum bahagia dengan apa yang saya dapat. Semakin lama jauh dari keluarga, saya merasakan bahwa rasa sayang saya terhadap kedua orangtua dan keluarga saya semakin besar. Rasa untuk membahagiakan mereka juga semakin besar. Selain keluarga yang selalu memotivasi saya, saya mempunyai sahabat sahabat yang sangat baik dan selalu mensupport saya agar melakukan yang terbaik. Saya memiliki sahabat yang telah saya anggap sebagai saudara kandung saya. Jika dihitung hitung saya sudah bersahabat dengan Tika, Ai, Ea dan Agis hampir kurang lebih 5 tahun. Selama 5 tahun bersama mereka, saya mendapatkan dan belajar banyak hal. Bahkan ketika jauh seperti sekarang ini, kami tetap saling berkomunikasi dan saling menyemangati satu sama yang lain. Dari mereka saya belajar bahwa apa yang saya punya tidak akan terasa sempurna jika saya tidak memiliki sahabat sahabat yang baik dan sayang serta selalu ada disamping saya. Harapan saya, agar suatu hari nanti saya bisa membahagiakan kedua orangtua saya, seluruh keluarga saya, bisa membahagiakan kedua saudara saya, dan bisa membahagiakan sahabat sahabat saya yang juga selalu mendukung apa yang saya lakukan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Booklet Oim Ui 2013
    Booklet Oim Ui 2013
    Dokumen55 halaman
    Booklet Oim Ui 2013
    Fildzah Khalishah Alhadar
    Belum ada peringkat
  • SWOT
    SWOT
    Dokumen2 halaman
    SWOT
    Fildzah Khalishah Alhadar
    Belum ada peringkat
  • Tugas Permas
    Tugas Permas
    Dokumen8 halaman
    Tugas Permas
    Fildzah Khalishah Alhadar
    Belum ada peringkat
  • Kias Lisa
    Kias Lisa
    Dokumen6 halaman
    Kias Lisa
    Fildzah Khalishah Alhadar
    Belum ada peringkat