Anda di halaman 1dari 18

CAPAIAN STANDAR LABORATORIUM BIOLOGI UNTUK MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA NEGERI KABUPATEN JEMBER Wildan Hadi

Wijaya Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan kondisi laboratorium biologi di masing-masing SMA Negeri Kabupaten Jember yang memenuhi standar minimal laboratorium biologi beserta kendala yang dihadapi dan usaha pengelola laboratorium untuk meningkatkan kualitas laboratorium untuk mencapai standard minimal laboratorium biologi yang baik dan mengetahui peran laboratorium biologi yang terstandar dalam menunjang proses pembelajaran biologi di SMA Negeri Kabupaten Jember dengan metode deskriptif dan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di seluruh SMA Negeri di wilayah Kabupaten Jember sebanyak 18 sekolah dengan responden koordinator laboratorium biologi sebanyak 18 orang. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara dan angket/kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan korelasi sederhana. Hasil analisis deskriptif menunjukkan kondisi fasilitas laboratorium biologi di SMA Negeri se-Kabupaten Jember sesuai standar jika dilihat dari prosentase rata-rata sebesar 67,48%. Prosentase tertinggi dimiliki SMAN 2 Jember sebesar 86,39% dan prosentase terendah dimiliki SMAN Plus Sukowono sebesar 50,18%. Dalam pengembangan laboratorium, keterbatasan dana dan kerusakan alat menjadi kendala yang sering dialami pengelola. Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi, pengelola telah melakukan berbagai usaha mulai dari memperbaiki alat yang rusak, membeli alat dan bahan sesuai kepentingan dan penggunaan hingga mengajukan bantuan ke dinas terkait setempat. Hasil analisis korelasi yang menunjukkan adanya keterkaitan/korelasi negatif antara standar laboratorium biologi yang sudah tercapai dengan nilai praktikum. Terbukti dengan adanya indeks korelasi sebesar 0,067 dan signifikansi 0,798 (P > 0,05). Hal ini berarti 6,7% capaian standar laboratorium biologi berkorelasi negatif dengan nilai praktikum biologi dan hubunganya sangat tidak signifikan. Kata kunci : Capaian Standar, Laboratorium Biologi, Pembelajaran Biologi

Januari 2012

Pendahuluan Pembangunan dibidang pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Kualitas pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain tersedianya sarana prasarana pendidikan yang memadai dan sumber daya manusia pendidikan yang berkompeten. Keduanya merupakan komponen input yang sangat penting dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Salah satu sarana pendidikan yang berfungsi sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah adalah laboratorium sekolah. Di laboratorium, siswa dapat melaksanakan praktik, memecahkan masalah sains dengan mencari jawaban melalui kegiatan experimen, dan siswa juga dapat menghubungkan hasil pengamatannya dengan teori yang dimilikinya, sehingga siswa dapat membangun konsep yang lebih bermakna. Semua SMA Negeri telah memiliki laboratorium biologi, baik yang terpisah maupun yang terintegrasi dengan laboratorium sains lain. Namun kondisi laboratorium yang sudah ada masih belum memenuhi standar laboratorium yang baik. Untuk itu guru dan pihak sekolah melakukan usaha peningkatan kualitas laboratorium untuk memenuhi standar minimal laboratorium biologi sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Laboratorium ialah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, atau kebun. Dalam pengertian yang terbatas, laboratorium adalah suatu ruangan yang tertutup di mana percobaan/eksperimen dan penelitian dilakukan (Depdikbud dalam Nurdin, tanpa tahun). Menurut Wirjosoemarto (dalam Nurdin, tanpa tahun): di Sekolah Menengah, umumnya jenis laboratorium disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan laboratorium tersebut. Karena itu di sekolah-sekolah untuk pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi. Sedangkan yang dimaksud dengan laboratorium biologi dalam bahasan ini adalah suatu tempat atau bangunan yang berisi alat dan bahan yang digunakan untuk pembelajaran biologi (Setiawan, Chaerun dan Alit, 2006). 2 Januari 2012

Laboratorium dapat berfungsi sebagai percobaan dan penelitian, laboratorium sains harus bersifat fleksibel (luwes), ini artinya laboratorium harus dapat berfungsi sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) Tempat siswa bereksperimen. Tempat siswa mendiskusikan eksperimen. Tempat siswa melihat demonstrasi. Tempat siswa mendengarkan penjelasan konsep-konsep sains dari guru.

(Supriatna, 2008) Menurut Setiawan, Chaerun dan Alit (2006: 4), laboratorium berfungsi membantu siswa membangun pengetahuan tentang fenomena alam dan

mengembangkan keterampilan kecakapan hidup melalui kegiatan ilmiah untuk memperoleh generalisasi atau kesimpulan berupa eksplanasi ilmiah. Selain itu menurut Permanasari (2007:5), laboratorium pendidikan termasuk laboratorium sekolah memiliki fungsi strategis yang berbeda, terutama sebagai wahana untuk mendukung proses pendidikan. Laboratorium dibangun sedemikian rupa sesuai dengan fungsi dan tujuan penggunaan ruang laboratorium tersebut. Untuk laboratorium IPA khususnya biologi biasanya disertai dengan kelengkapan seperti studio, kebun dan beberapa ruang khusus yang menunjang fungsi dan pemanfaatan laboratorium. Menurut Imron (dalam Wahyuni, 2007), agar maksud diadakannya laboratorium tercapai maka laboratorium dilengkapi dengan beberapa penunjang laboratorium sebagai berikut : 1) Studio, yaitu suatu tempat dimana peserta didik merekam suaranya dengan alatalat perekam audio, merekam penampilannya dengan perekam visual, merekam suara dan penampilannya ketika berlatih dan sebagainya. 2) Ruang Persiapan yaitu ruang khusus yang dipergunakan untuk mempersiapkan alat-alat atau bahan-bahan yang akan dipakai untuk peragaan, eksperimental, penyelidikan, perekaman, dan pembakuan.

Januari 2012

3) Gudang tempat penyimpanan alat dan bahan. Gudang ini sangat penting fungsinya, oleh karena itu tidak semua peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dipampangkan semua di ruang laboratorium. 4) Ruang gelap, yaitu ruang yang dikhususkan bagi mereka yang ingin melaksanakan praktik fotografi. Untuk mencuci dan mencetak film, memang harus ada di ruangan gelap dan tidak boleh ada cahaya. 5) Ruang bercerobong, yaitu sebagai tempat untuk melakukan percobaanpercobaan yang mengeluarkan asap. Pada saat percobaan, uap-uap dikeluarkan melalui cerobong asap. 6) Kebun percobaan, kebun ini sangat penting artinya bagi peserta didik yangsangat ingin melakukan percobaan-percobaan, khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran biologi. 7) Ruangan penyimpanan skema, bagian-bagian, model dan gambar. Menurut Wirjosoemarto (dalam Nurdin, tanpa tahun) fasilitas Laboratorium adalah sebagai berikut: laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium dalam melakukan aktivitasnya. Fasilitas tersebut ada yang berupa fasilitas umum dan fasilitas khusus. Fasilitas umum merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh semua pemakai Laboratorium contohnya penerangan, ventilasi, air, bak cuci (sinks), aliran listrik dan gas. Fasilitas khusus berupa peralatan dan mebelair, contohnya meja siswa/mahasiswa, meja guru/dosen, kursi, papan tulis, lemari alat, lemari bahan, ruang timbang, lemari asam, perlengkapan P3K, pemadam kebakaran dan lain-lain. Kelengkapan fasilitas laboratorium memang mutlak diperlukan, oleh karena itu setiap laboratorium yang dibangun harus melengkapi semua fasilitas yang diperlukan. Paling tidak harus memiliki fasilitas minimal yang harus dipenuhi oleh sebuah laboratorium biologi. Sehingga sekolah tidak terkesan asal mengadakan laboratorium sebagai pelengkap fasilitas sekolah. Setiap laboratorium biologi di sekolah memiliki kelengkapan minimal yang harus dipenuhi, baik sarana dan prasarana maupun pengelolaan laboratorium. Jika 4 Januari 2012

kelengkapan laboratorium biologi di sekolah masih kurang, sekolah harus melakukan standarisasi terhadap kelengkapan laboratorium. Standarisasi merupakan proses penyesuaian kualitas dengan pedoman (standar) yang telan ditentukan. Untuk itu pemerintah telah menetapkan standar minimal fasilitas laboratorium biologi sekolah yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 24 tahun 2007 tentang Standar Minimal Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Dengan adanya peraturan ini diharapkan semua sekolah melaksanakan standarisasi terhadap fasilitas sekolah yang dimiliki, salah satunya yaitu fasilitas laboratorium. Sarana dan prasarana laboratorium yang terstandar diperlukan untuk menujang pelaksanaan pembelajaran. Sesuai dengan tujuan yang tertulis pada

PERMENDIKNAS No. 24 tahun 2007. Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang memadai tersebut harus memenuhi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana (MENDIKNAS, 2007). Sarana dan prasarana laboratorium biologi; antara lain berupa denah tata letak tempat atau bangunan, meubeler, alat dan bahan percobaan, yang diperlukan untuk menunjang pembelajaran. Standar ruang laboratorium biologi menurut PERMENDIKNAS No. 24 tahun 2007 adalah sebagai berikut :

Januari 2012

a. Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran biologi secara praktek yang memerlukan peralatan khusus. b. Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu rombongan belajar. c. Rasio minimum ruang laboratorium biologi 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium biologi 5 m. d. Ruang laboratorium biologi memiliki fasilitas yang memungkinkan

pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan. e. Ruang laboratorium biologi dilengkapi sarana yang telah ditentukan. Kegiatan laboratorium sekolah harus terorganisasi dengan baik. Oleh karena itu setiap laboratorium idealnya memiliki struktur organisasi, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik laboratoriumnya. Tetapi minimal dalam setiap laboratorium harus ada tenaga laboratorium (teknisi atau laboran) yang membantu kerja guru dalam mengelola dan operasional laboratorium (Permanasari,

2007).Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya (Setiawan, Chaerun dan Alit, 2006). Pengelolaan laboratorium meliputi cara-cara mengevaluasi hasil belajar, buku-buku apa saja yang dipakai oleh siswa dan peraturan pemakaian laboratorium. Ketentuan yang sudah disepakati dan dibuat hendaknya dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik. Di samping itu, tugas pengelola laboratorium akan berhasil baik jika pemakai laboratorium dapat bekerja sama dengan baik.Termasuk tugas dan tanggung jawab pengelola laboratorium ialah mengadministrasian alat dan bahan.

Pengadministrasian alat dan bahan ialah mendaftar alat dan bahan yang ada dalam 6 Januari 2012

laboratorium dengan suatu sistem tertentu yang mudah dipahami oleh semua pihak. Hasil administrasi alat/bahan dan dari laporan akhir tahun dibuatlah rencana untuk tahun berikutnya. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa dengan tujuan membantu siswa memperoleh pengalaman sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono dkk, dalam Handayani 2007). Pembelajaran (menurut Sudjana & Ibrahim, dalam Handayani 2007), proses pembelajaran dipandang sebagai sistem adalah proses mengkoordinasikan sejumlah komponen berupa tujuan, bahan ajar, metode dan alat, serta penilaian agar satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh, sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada siswa seoptimal mungkin menuju perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pada proses pembelajaran diperlukan berbagai fasilitas / sarana penunjang yang memudahkan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fasilitas penunjang dapat berupa ruang kelas beserta perlengkapanya, perpustakaan, laboratorium dan lain lain. Dalam pembelajaran sains khususnya mata pelajaran biologi, laboratorium merupakan fasilitas yang mutlak dibutuhkan. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran biologi dalam laboratorium yaitu kegiatan praktikum. Kegiatan di dalam laboratorium biologi sangat berkaitan dengan keterampilan sains yang meliputi keterampilan proses sains (Sciene Process Skill) dan keterampilan manipulasi sains (Sciene Manipulative Skill). Keterampilan manipulasi sain meliputi keterampilan dalam memilih dan menggunakan peralatan, menggambar grafik, teknik mengukur, dan menggunakan skala. Keterampilan proses sain meliputi keterampilan dalam malakukan pengamatan, pengukuran, inferensi dan eksperimen, (Azian TS dan Ismal Othman dalam Sudirman, 2008). Keterampilan proses sains juga didefinisikan oleh Rustaman (dalam Sidharta, 2004) sebagai keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan 7 Januari 2012

sosial. Keterampilan proses sains melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses sains, siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan dan perakitan alat. Interaksi dengan sesamanya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan merupakan keterampilan sosial. Keberadaan laboratorium biologi di SMA sangat dibituhkan jika dikaitkan dengan keberadaan mata pelajaran biologi yang merupakan tuntutan kurikulum, karena biologi merupakan pelajaran sains. Proses pembelajaran sains mempunyai karakteristik khusus, yaitu menekankan pada komponen-komponen berikut : sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Ketiga komponen tersebut sulit berkembang secara maksimal jika pembelajaran hanya berlangsung dalam ruang kelas regular tanpa diintegrasikan dengan kegiatan praktikum di laboratorium dan akan semakin sulit jika guru yang mendampingi lebih bersifat instruktif dan tidak fasilitatif. Maka yang harus dilakukan guru adalah memaksimalkan kegiatan praktikum dilaboratorium untuk mengembangkan ketiga komponen karakter pembelajaran sains. Menurut Moh. Amien (dalam Sidharta, 2004) kegiatan apapun yang dilakukan di laboratorium harus selalu memperhatikan tujuan-tujuan instruksional yang antara lain diharapkan siswa dapat : 1) Mengembangkan keterampilan dalam pengamatan, pecatatan data, pengukuran dan manipulasi alat yang diperlukan serta pembuatan alat-alat yang sederhana; 2) Bekerja dengan teliti dan cermat dalam mencatat dan menyusun laporan hasil percobaannya secara jelas dan objektif/jujur; 3) Bekerja secara teliti dan cermat serta mengenal batasbatas kemampuannya dalam pengukuran-pengukuran; 4) Mengembangkan kekuatan kekuatan penalarannya secara kritis; 5) Memperdalam pengetahuan inkuiri dalam pemahaman terhadap cara pemecahan masalah; 6) Mengembangkan sikap ilmiah; 7) Memahami, memperdalam dan menghayati IPA yang dipelajarinya; 8) Dapat 8 Januari 2012

mendesain dan melaksanakan percobaan lebih lanjut dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana. Kamin Sumardi (tanpa tahun), laboratorium merupakan perangkat

kelengkapan akademik dalam menunjang kegiatan proses belajar mengajar. Selain itu, laboratorium juga merupakan tempat melakukan aktifitas praktikum untuk mengaplikasikan teori ke dalam praktek. Jadi melalui kegiatan praktikum siswa dapat memecahkan masalah sains dengan mencari jawaban melalui kegiatan experimen, dan siswa juga dapat menghubungkan hasil pengamatannya dengan teori yang dimilikinya, sehingga siswa dapat membangun konsep yang lebih lebih bermakna. Kegiatan praktikum harus ditunjang oleh sarana laboratorium yang memadai. Laboratorium yang baik harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memudahkan pemakaian laboratorium dalam melakukan aktivitasnya, baik dari kondisi ruang, maupun kelengkapan serta kondisi alat dan bahan praktikum. Sehingga kegiatan praktikum yang merupakan proses pembelajaran dalam laboratorium dapat terlaksana dengan baik. Hal ini akan sangat membantu siswa dalam belajar untuk memahami konsep, memberi pengalaman nyata dan membetuk keterampilan, sehingga siswa akan menguasai kompetensi yang diharapkan.

Metode Penelitian Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di semua SMA Negeri di wilayah Kabupaten Jember waktu penelitian berlangsung selama 6 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian populasi yang dilakukan di seluruh SMA Negeri di wilayah Kabupaten Jember sebanyak 18 sekolah dengan responden koordinator laboratorium biologi sebanyak 18 orang untuk mengetahui kondisi laboratorium dalam pelaksanaan standarisasi laboratorium untuk menunjang proses pembelajaran biologi. Teknik pengumpulan data penelitian menggunakan observasi, dokumentasi, wawancara dan angket/kuesioner. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif

Januari 2012

dan korelasi sederhana. Pengolahan data dilakukan dengan software SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Capaian standar minimal laboratorium biologi SMA Negeri Kabupaten Jember terlihat pada Tabel 4.1 Capaian Standar Minimal Laboratorium Biologi SMA Negeri Kabupaten Jember. Tabel 4.1 Capaian Standar Minimal Laboratorium Biologi SMA Negeri Kabupaten Jember No. Nama Sekolah Capaian Standar Minimal SMAN 2 JEMBER 86,39 % 1. SMAN 1 JEMBER 82,78 % 2. SMAN 1 JENGGAWAH 78,01 % 3. SMAN 1 KENCONG 77,07 % 4. SMAN 3 JEMBER 74,17 % 5. SMAN AMBULU 71,84 % 6. SMAN 1 MUMBULSARI 70,56 % 7. SMAN 5 JEMBER 66,85 % 8. SMAN 2 TANGGUL 66,59 % 9. SMAN 1 ARJASA 64,88 % 10. SMAN 1 KALISAT 64,85 % 11. SMAN 1 PAKUSARI 64,40 % 12. SMAN 4 JEMBER 63,10 % 13. SMAN RAMBIPUJI 61,26 % 14. SMAN 1 TANGGUL 59,85 % 15. SMAN 1 BALUNG 56,37 % 16. SMAN UMBULSARI 55,43 % 17. SMAN PLUS SUKOWONO 50,18 % 18. 67,48 % Persentase Rata-rata 86,39 % Persentase Tertinggi 50,18 % Persentase Terendah Persentase rata-rata capaian standar minimal laboratorium biologi adalah sebesar 67,48% dengan predikat sesuai dengan standar. Capaian standar tertinggi yaitu laboratorium biologi SMAN 2 Jember dengan persentase 86,39 % dan predikat sangat sesuai standar. Sedangkan capaian standar terendah yaitu laboratorium biologi

10

Januari 2012

SMAN Plus Sukowono dengan persentase 50,18 % dan predikat cukup sesuai standar. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa laboratorium biologi di SMA Negeri se-Kabupaten Jember masih belum ada yang memenuhi standar minimal laboratorium biologi secara utuh. Hal ini dapat dilihat dari persentase capaian standar minimal laboratorium biologi rata-rata sebesar 67,48%. Walaupun capaian standar laboratorium tertinggi dimiliki oleh laboratorium biologi SMA Negeri 2 Jember sebesar 86,39 % dan termasuk dalam kategori sangat sesuai standar pada penilaian, namun capaian standar masih belum bisa mencapai 100%. Artinya laboratorium biologi di SMA Negeri 2 Jember masih belum memenuhi standar minimal yang telah ditetapkan. Hal ini tentu bisa disebabkan oleh pemenuhan kebutuhan laboratorium tidak didasarkan pada standar yang ada melainkan disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan alat dan bahan untuk praktikum. Sebagian besar pengelola juga membuat keputusan yang sama dan lebih mementingkan penggunaan dari pada memenuhi standar. Pengelola tidak mau membeli alat dan bahan yang ternyata tidak digunakan karena memiliki kegunaan yang sama dengan alat dan bahan lain yang sudah ada dalam laboratorium, yang penting kebutuhan untuk pelaksanaan praktikum selalu terpenuhi. Para pengelola laboratorium biologi juga melakukan berbagai usaha dalam rangka pengembangan dan standarisasi terhadap laboratorium biologi supaya dapat mencapai standar minimal laboratorium biologi. Usaha yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Usaha dalam pengembangan dan standarisasi laboratorium Usaha 1. Memanfaatkan dana khusus ujian praktik untuk memenuhi kebutuhan laboratorium 2. Meminta siswa menyiapkan bahan praktikum dari rumah 3. Melakukan perbaikan terhadap peralatan yang rusak namun kondisinya masih bagus 4. Peminjaman alat dan bahan dari laboratorium lain untuk memenuhi kebutuhan praktikum 5. Memasukkan rencana pemenuhan kebutuhan alat dan bahan di laboratorium dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah 11 Januari 2012

6. Mengajukan permohonan bantuan pengadaan alat dan bahan ke Dinas Pendidikan Dalam pengembangan laboratorium, pengelola mengalami banyak kendala yang menyebabkan laboratorium sulit mencapai standar yang telah ditentukan. Sebagian besar pengelola laboratorium menghadapi beberapa kendala yang sama seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3 Kendala dalam pengembangan dan standarisasi laboratorium a. b. c. d. e. Kendala Keterbatasan anggaran/dana sehingga pemenuhan terbatas pada kebutuhan praktikum yang mendesak serta alat dan bahan yang sering digunakan Peralatan rusak dan hilang akibat penyimpanan yang kurang teratur Pergantian koordinator laboratorium Penggunaan ruang laboratorium sebagai ruang kelas sementara karena pembangunan kelas baru Bantuan dari pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah

Keterbatasan dana menjadi masalah utama yang dihadapi oleh pengelola dalam pengembangan laboratorium, mengingat mahalnya biaya untuk memenuhi kebutuhan alat dan bahan dalam laboratorium. Ditambah lagi dengan penyimpanan yang kurang teratur dan penggunaan ruang laboratorium sebagai kelas bisa berakibat rusaknya beberapa peralatan laboratorium karena mungkin dijadikan mainan oleh siswa, atau hilangnya beberapa peralatan laboratorium karena rasa ingin tahu yang tinggi dari salah satu siswa sehingga membawa pulang beberapa peralatan laboratorium. Walaupun pengelola juga sudah melakukan bebagai usaha untuk mengatasi kendala yang dihadapi namun pada kenyataannya usaha tersebut masih belum bisa meningkatkan kondisi laboratorium yang dikelola sehingga dapat memenuhi standar minimal laboratorium biologi yang baik. Hasil korelasi capaian standar laboratorium biologi dengan nilai praktikum biologi ditunjukkan Tabel 4.4.

12

Januari 2012

Tabel 4.4 Hasil Analisis Korelasi Capaian Standar Laboratorium Biologi Dengan Nilai Praktikum Biologi capaian standar nilai praktikum lab biologi capaian standar Korelasi Pearson 1 - ,067* lab Signifikansi (2 arah) ,798 N 17 17 * nilai praktikum Korelasi Pearson - ,067 1 biologi Signifikansi (2 arah) ,798 N 17 17 Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat keterkaitan/korelasi negatif antara standar laboratorium biologi yang sudah tercapai dengan nilai praktikum biologi. Terbukti dengan adanya indeks korelasi sebesar - 0,067 pada taraf signifikansi 0,798. Hal ini berarti capaian standar laboratorium biologi berkorelasi negatif dengan nilai praktikum biologi. Namun jika dilihat dari taraf signifikansi (P > 0,05) mengidikasikan bahwa hubungan antara standar laboratorium biologi yang sudah tercapai dengan nilai praktikum biologi tidak valid atau sangat tidak signifikan. Dengan kata lain, capaian standar minimal laboratorium biologi tidak menunjang proses pembelajaran biologi. Dengan adanya korelasi negatif antara capaian standar laboratorium biologi dengan nilai praktikum biologi, muncul pendapat bahwa standar laboratorium yang sudah tercapai tidak dapat menunjang pembelajaran biologi. Pendapat ini wajar jika dilihat dari koefisien korelasi dan taraf signifikansi hasil analisis. Pada kenyataannya, memang tidak terlihat adanya hubungan antara standar laboratorium biologi yang sudah tercapai dengan nilai praktikum dari siswa. Sebelumnya ada asumsi bahwa semakin tinggi capaian standar laboratorium maka semakin menunjang

terlaksanakannya pembelajaran biologi berupa praktikum, sehingga nilai praktikum yang diperoleh juga semakin tinggi. Namun fenomena yang muncul adalah nilai praktikum yang diperoleh siswa tetap tinggi, baik pada sekolah yang memiliki capaian standar laboratorium tinggi maupun sekolah yang memiliki capaian standar

13

Januari 2012

laboratorium rendah. Hal ini terjadi karena standar minimal laboratorium biologi ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan standar ini berlaku untuk seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Sedangkan standar kelulusan minimal dan kriteria penilaian praktikum ditentukan oleh guru di masing-masing sekolah. Masing-masing guru menentukan standar kelulusan minimal (SKM) untuk mata pelajaran yang diajarkan disesuaikan dengan kondisi sarana prasarana penunjang pembelajaran dan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran. Sedangkan kriteria penilaian praktikum disesuaikan dengan SKM yang telah dibuat sebelumnya. Dalam kegiatan praktikum siswa, guru melakukan penilaian terhadap siswa dan nilai yang diperoleh siswa harus jauh melebihi SKM. Karena nilai praktikum juga digunakan untuk menentukan nilai akhir yang diperoleh siswa disamping nilai afektif dan kognitif. Dengan demikian nilai praktikum tetap bagus walaupun capaian standar laboratorium disekolah tersebut cukup randah. Namun kondisi seperti ini tidak bisa dikatakan bahwa standar laboratorium biologi yang sudah tercapai tidak menunjang proses pembelajaran biologi. Karena proses pembelajaran biologi berupa praktikum banyak membutuhkan peralatan laboratorium. Dimana peralatan yang tersedia di laboratorium harus memenuhi kebutuhan semua praktikum yang akan dilaksanakan demi terlaksanakannya kegiatan pembelajaran berupa praktikum. Artinya capaian standar laboratorium biologi tetap menunjang proses pembelajaran biologi, walaupun tidak berkorelasi secara langsung terhadap nilai praktikum sebagai indikator dari proses pembelajaran biologi di laboratorium biologi. Sarana prasarana laboratorium hanya berhubungan langsung dengan pelaksanaan pembelajaran biologi dalam bentuk praktikum.

14

Januari 2012

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Capaian standar minimal laboratorium biologi di SMA Negeri Kabupaten Jember sangat beragam antara 50,18% sampai dengan 86,39% dan memiliki prosentase rata-rata sebesar 67,48%. 2) Pengelola laboratorium berusaha meningkatkan kualitas laboratorium biologi dengan melakukan berbagai langkah, antara lain : melakukan pembaruan dengan membelikan alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan dengan memanfaatkan dana khusus ujian praktik, memasukkan kebutuhan laboratorium dalam Rencana Kerja Anggaran Sekolah, mengajukan permohonan bantuan pengadaan alat dan bahan ke Dinas Pendidikan, melakukan perawatan dan perbaikan terhadap ruang laboratorium dan peralatan yang sudah ada, dan melakukan kerjasama dengan universitas untuk pelatihan pengelolaan laboratorium. 3) Kendala yang dihadapi pengelola laboratorium dalam melaksanakan standarisasi laboratorium antara lain : terbatasnya dana untuk kebutuhan laboratorium, program pengembangan laboratorium bukan prioritas utama dari program sekolah, bantuan peralatan dari pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan laboratorium, peralatan banyak yang rusak dan hilang akibat penyimpanan yang tidak teratur, jumlah siswa yang melebihi jumlah dan kapasitas ruang kelas sehingga menggunakan ruang laboratorium sebagai ruang kelas. 4) Laboratorium biologi yang sudah terstandar di SMA Negeri Kabupaten Jember berperan dalam pelaksanaan praktikum biologi, namun tidak menunjang hasil belajar berupa nilai praktikum. Hal ini ditunjukkan adanya korelasi negatif sebesar 6,7% dengan signifikansi 0,798 antara standar laboratorium yang sudah tercapai dengan nilai praktikum biologi sebagai indikator proses pembelajaran.

15

Januari 2012

Daftar Pustaka BUKU Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Redaksi Citra Umbara. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara Soeharto dan Erika. 2009. Petunjuk Praktikum Statistika dengan SPSS 10.01. Jember : FKIP UNEJ Sumanto. 1995. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan : Aplikasi Metode Kuantitatif dan Statistika dalam Penelitian. Yogyakarta : Andi Offset Tim Perumus. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember : Jember University Press Tim Redaksi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Wahyuni, Indah. 2007. Kondisi dan Layanan Laboratorium Biologi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 dan 2 Jember dalam Rangka Mencapai Kompetensi Dasar Siswa Kelas XI. Skripsi tidak dipublikasikan. Jember : FKIP Universitas Jember INTERNET Mahiruddin. 2008. Pengaruh Fasilitas dan Kompetensi Pengelola Terhadap Efektivitas Manajemen Laboratorium IPA SMA di Kabupaten Konawe. http://docs.docstoc.com/orig/2228019/81e1ebcc-4653-438b-b2bc0db7cade5f78.pdf (serial online, 3 Mei 2010) Nurdin, W B. Tanpa tahun. Peranan Laboratorium Fisika di Perguruan Tinggi dalam Proses Standarisasi Pengukuran Besaran Massa, Panjang dan Waktu di Masyarakat. http://www.bsn.go.id/files/348256349/Litbang%202009/PPIS%2009/Bab%208. pdf (serial online, 5 Mei 2010)

16

Januari 2012

Permanasari, A. 2007. Standarisasi Laboratorium dan Tenaga Laboratorium : Bukan Sekedar Harapan. Jurnal Tenaga Kependidikan. http://vivapendidikan.blogspot.com/2009/ 04/standarisasi-laboratorium-dantenaga.html (serial online, 23 Februari 2010) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). http://www.kemdiknas.go.id/media/96040/permen_24_2007.pdf (serial online, 1 Mei 2010) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. www.presidensby.info/DokumenUU.php/104.pdf (serial online, 19 Mei 2010) Setiawan, Wanwan, Chaerun dan Alit, M. 2006. Laboratorium Biologi. http://www.p4tkipa.org/data/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf (serial online, 11 Maret 2010) Sidharta, Arief. 2004. Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Bandung. www.p4tkipa.org/data/A_SIDHARTA.pdf (serial online, 13 Mei 2011) Sudirman. 2008. Potret Laboratorium SMA di Wilayah Kecamatan Taman Sari Jakarta Barat. Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan. http://jurnal.pdii.go.id/admin/jurnal/13088998.pdf (serial online, 28 Maret 2011) Sumardi, Kamin. Tanpa tahun. Manajemen dan Pengembangan Laboratorium Teknik Refrigerasi dan Tata Udara FPTK UPI. http://file.upi.edu/Direktori/E%20 %20FPTK/JUR.%20PEND.%20TEKNIK%20MESIN/196709261997021%20 %20KAMIN%20SUMARDI/Artikel/Artikel%20Pengemb%20%26%20Manaje men%20Lab.pdf (serial online, 25 juni 2010) Umiyati. 2008. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Fasilitas Sekolah Terhadap Semangat Kerja Guru di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama se-Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Surakarta : FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/3725/2/A210050006.pdf (serial online, 23 Februari 2010)

17

Januari 2012

Yusuf. 2003. Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pengajaran Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Lombok Barat NTB. Surabaya : Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. http://www.ziddu.com/download/8849235/SkripsiPendidikan-Biologi-2.zip.html (serial online, 5 Mei 2010)

18

Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai