Anda di halaman 1dari 5

CERPEN SEREM

Hari ini suasana kelas ramai seperti biasa. Bu Wahyu, Guru biologi yang bertugas mengajar di kelasku sedang absen, karena mengikuti rapat penting di ruang guru. Katanya sih, untuk membahas rencana pembinaan try out bagi kelas sembilan untuk semester depan. Ya, aku sekarang duduk di bangku kelas sembilan. Kelas angkatan terakhir di sekolah menengah pertamaku. Angkatan terakhir dimana kami semua akan menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu Sekolah Menengah Atas. Semester depan, tepatnya pada awal bulan april kami semua akan mengikuti ujian nasional. Ujian terakhir yang akan menjadi penentu lulus atau tidaknya siswa. Sebenarnya tidak hanya ujian nasional saja yang akan kami hadapi, tapi juga ujian-ujian lain seperti layaknya sekolah umum lainnya. Jadwal Ujian sekolah, try out, ujian praktek, dan 2 kali ujian diknas sudah ditempel seminggu yang lalu di tembok sebelah tempat satu-satunya papan tulis putih besar tergantung di depan kelasku. Nah, karena ujian sudah dekat, beberapa siswa di kelasku mulai rajin belajar. Berbagai cara seperti mengikuti bimbingan belajar, les privat dan semacamnya mulai dijalani untuk mengejar target masing-masing agar mendapat nilai yang bagus pada saat unas nanti dan bisa melanjutkan sekolah ke sma favorit. Tak terkecuali aku. Pagi ini, aku memanfaatkan waktu dengan mencoba mengerjakan latihan soal matematika yang diberikan guru bimbelku kemarin. Kulihat sebagian besar soal ini diambil dari materi statistika dan peluang yang baru dajari . Waduh, kemarin kan waktu dijelasin sama mbak Dian aku masih nggak mudeng materi ini apalagi cara ngerjainnya , kataku ngedumel sendiri sambil beralih mengecek beberapa soal selanjutnya, berharap paling tidak ada soal yang bisa kukerjakan selain soal dari materi ini. Sebetulnya sih, aku bukannya nggak mudeng sama materi ini, tapi memang nggak ngerti sama sekali. Karena waktu dijelasin kemarin sore sama mbak Dian, salah satu pengajar di tempat bimbel, aku ketiduran. maklum, habis pulang sekolah kan aku langsung bergegas cabut menuju ke tempat bimbelku yang tak jauh dari sekolah. Karena belum sempat istirahat sama sekali, aku menggunakan kesempatan untuk tidur sebentar selama jam bimbel pertama. Niatnya sih cuma sampai jam pertama saja, tapi nyatanya sampai jam pelajaran kedua pun aku masih tidur dengan lelap di tempat dudukku. (salah gurunya juga sih, waktu aku tidur nggak ditegur, malah dibiarin ya udah akhirnya keterusan deh tidurnya, hehe.. lumayan ) . waktu aku dibangunin sama Deviany, teman satu bimbel yang duduk disebelahku ,bel tanda berakhirnya kelas bimbel tepat berbunyi. kamu itu ya..tiduuur mulu kerjaannya, udah kayak beruang aja! kapan majunya

kalau kayak gini terus. bisa-bisa ntar unas kamu tidur juga lagi, sindir devi pas di depan mukaku tanpa basa basi. Lalu , dengan cueknya dia berjalan meninggalkanku keluar kelas selesai berdoa . Yes, langsung pulang. batinku senang pada saat itu. Ternyata kesenangan itu nggak berlangsung lama. Akibat perbuatanku kemarin , aku sama sekali nggak bisa mengerjakan soal-soal matematika yang harusnya bisa kukerjakan kalau saja aku nggak tidur kemarin. Walhasil , aku menyesali kebodohanku ini. Yaudahlah, mau diapain lagi. Nasi udah jadi bubur, tinggal dimakan deh. batinku asal sambil meletakkan pensil mekanik yang tadinya mau kupakai mengerjakan soal latihan matematika ke tepak Barbie ungu kesayanganku. Setelah itu, aku melongokkan kepalaku kearah jam dinding ukuran sedang yang berada diatas papan absensi. Jarum pendek menunjuk angka 8 tepat. Yaah, istirahat masih lama nih. Enaknya ngapain ya ? ucapku pelan sambil memikirkan mau ngapain setelah ini. Dengan malas, kuperhatikan seisi kelasku. Terdengar celoteh riang anak-anak cewek kelas lain yang asyik duduk di kursi kayu panjang depan kelasku. Dari hasil pendengaranku, sepertinya mereka sedang ngegosipin anak cowok cakep pindahan dari Bandung yang sampai sekarang masih sering jadi gosip hangat di sekolah. Memang sih, kuakui anak pindahan baru di kelas sebelah itu memiliki tampang yang lumayan ganteng. Tapi setelah lama-lama kuperhatiin kok ternyata wajahnya kayak om om gitu. Hii..aku jadi ilfil deh ngedengernya. Yang jelas, aku lagi nggak kepingin ngegosip saat ini. Dari bangku paling depan di sebelah pintu yang sedang kutempati, kulihat beberapa anak cowok kelasku sedang bermain basket di lapangan tengah depan kelas. Sudah menjadi kebiasaan kalau tidak ada guru di kelas, mereka selalu refreshing untuk menghilangkan stres menghadapi ujian dengan bermain basket bersama anak cowok kelas lain. Lalu, sekali lagi kuedarkan pandanganku dan mendapati temanteman cewek sekelasku duduk melingkar di lantai belakang kelas. tempatnya yang luas dan kosong membuat tempat ini sering dijadikan tempat tongkrongan favorit anak sekelasku. Daripada duduk bosan disini, mending aku gabung aja duduk-duduk ngobrol sama mereka. Pikirku singkat hendak meninggalkan bangkuku untuk kesana. lho, nad, kamu udah selesai ngerjain soal matematika tadi ?, Tanya Tingting, teman sebangkuku heran. Sebenernya namanya sih Carissa, tapi dia biasa dipanggil Tingting di kelas karena badannya yang tinggi semampai dan rambutnya yang kriting ikal. (TINGTING = TINGgi kriTING) udah, dong.. nadya gitu., jawabku kepedean sambil mengedipkan sebelah mata kearahnya. Biar kelihatan sok cool gitu deh, padahal mah, boro-boro selesai, ngerjain 1 soal aja nggak bisa. oh, kalo gitu aku nyalin jawabanmu ya ? waduuuh,, bakal ketahuan deh..! eh, jangan ting. Jawabanku belum tentu bener. ntar kalo salah, kan kamu yang rugi sergapku cepat membuat

alasan supaya dia tidak mengambil kertas latihan soalku. Semoga aja dia percaya alasanku yang kurang meyakinkan itu. Pikirku singkat tanpa memperlihatkan wajah panik . hmm.. yaudah deh, nggak jadi. Aku mau nyalin punya cugos aja, balas tingting menganggukkan kepala dengan agak terpaksa. Tapi sepertinya dia percaya-percaya aja tuh sama kibulanku. Hehe.. sukses. Mending bohong aja sekalian, daripada ketahuan.. kan tengsin gitu loh. Batinku lega sambil tersenyum nakal. Aku pun langsung capcus ke tempat tujuanku tadi. hoi, pren, lagi pada ngomongin aku yaa ? tanyaku ge-er sambil nyengir centil pada teman-temanku yang sedang asyik ngerumpi. Seperti biasa, aku duduk nyempil seenaknya diantara 2 temanku yang kurus-kurus biar dapet tempat yang pewe. idiih, geer amat kamu! Sok kecakepan banget. , Timpal Galuh nyinyir diiringi tawa semua temanku yang duduk disitu. Bibirku langsung mengerucut 3 senti seketika. tak ayal, Aku memang sering jadi bahan ledekan teman-teman sekelasku. Jadi, aku memutuskan untuk tidak menanggapi cemoohan mereka. Enjoy aja deh, gitu prinsipku mencoba bersabar kalau lagi dapet cobaan seperti diusilin temen-temen di kelas. oiya, kemaren kan kakakku yang kuliah di ITB pulang. Trus, katanya dia punya pengalaman serem gitu pas disana. Hiii.. aku aja sampai merinding denger ceritanya. tutur salah seorang temanku yang biasa dipanggil keket. Soalnya badannya suka nggeliat-nggeliat kayak ulat keket. wah.. cerita apa , ket ?, seru Wim dengan raut muka penasarannya. Kami semua pun mendengarkan cerita Keket yang tampak bersemangat meski agak sedikit ketakutan ketika bercerita. Jadi, cerita ini dimulai ketika kakak keket, Fanti namanya, bersama 4 orang cewek teman kuliahnya hendak mengerjakan tugas dari dosen mereka selepas kuliah malam. Mereka berempat memutuskan untuk langsung mengerjakan tugas riset itu pada malam hari di perpustakaan, karena selain dikejar deadline dan merupakan tempat tersedianya berbagai buku referensi, juga karena tempat itu jarang dikunjungi mahasiswa sana pada umumnya kalau malam hari. Sehingga harapannya, mereka dapat mengerjakan tugas riset individu ini dengan konsentrasi dan tenang. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan tengah malam. Mahasiswa pengunjung maupun petugas perpus yang tadinya masih ada sudah pulang daritadi, kecuali mereka berempat. Hening. Tidak ada yang bersuara ketika mereka mengerjakan tugas itu. Hanya sesekali terdengar suara angin malam mengetuk halus jendela samping pintu perpus yang tidak dikunci. Malam pun semakin larut. Tak lama kemudian, Fanti tampak selesai mengerjakan risetnya, wajahnya menyiratkan rasa kantuk yang sedari tadi telah berhasil ditahannya. Disusul Sella yang beberapa menit kemudian juga selesai. Ca,

Mit, La, gue sama Sella balik ke kosan duluan yaa.. gue doain lo semua pada cepet selesai risetnya..terus abis itu langsung pulang yaahuaaah ,pamit Fanti pada Oca, Mita, dan Ola sambil terus menguap lebar. Ketiga temannya pun tersenyum seraya berkata bersamaan hati-hati ya di jalaan. Mereka bertiga masih terus mengerjakan. Semua tampak serius dengan risetnya masing-masing. Hingga akhirnya bolpen Mita yang dibuatnya menulis jatuh ke bawah meja. Dengan sabar, ia berusaha menggapai bolpennya yang jatuh tak jauh dari tempatnya duduk. pada saat hendak memungutnya, secara tidak sengaja, matanya memandang sesuatu yang mengejutkan. Ia melihat Ola yang semestinya ada di depan mejanya, duduk tanpa kaki di bawah meja! Sadar akan penglihatan yang mungkin mustahil baginya ini, Mita segera menarik badannya keluar dari bawah meja dan duduk di posisinya semula. Sambil menutupi wajahnya yag pucat pasi, ia mengambil tas, beranjak dari duduknya dan segera berpamitan kepada kedua temannya. Ca, La, gue pulang duluan ya. s..sampai ke..ketemu besok. Suaranya yang agak terdengar ketakutan sedikit membingungkan Oca. Tapi ia tak berusaha menggubrisnya. Mungkin hanya pikirannya saja yang sedang gelisah. Sementara Ola tersenyum penuh arti ke pintu perpus tempat Mita keluar barusan. Oca pun melanjutkan risetnya tanpa berkata apa-apa. Berharap mungkin dengan waktu 5 menit lagi akan cukup baginya untuk merampungkan tugas yang sedaritadi dikerjakannya tanpa henti ini. Tepat pada saat Oca hampir selesai, HP di saku celananya bergetar sekali, tanda adanya sms masuk. Dengan sekali jangkauan, HP itu telah ada di genggamannya. Ia pun segera membaca sms yang ternyata dari Mita. Ngapain nih anak pake sms segala. Pikir Oca sambil mengerutkan dahi. Ca, lo cepetan pulang deh.. ternyata si Ola yang lagi sama lo itu bukan Ola temen kita. Dia nggak ada kakinya! Kalo nggak percaya coba aja cek sendiri. Kira-kira begitulah pesan singkat dari Mita. Dahi Oca pun makin mengerut setelah selesai membaca sms itu. Mau nggak mau isi sms itu membuatnya sedikit khawatir. Tapi..Masa sih ?! coba gue cek aja deh. siapa tau Mita cuma becanda. Lalu, Oca pun dengan cepat membungkukkan badannya ke bawah meja seperti yang dilakukan Mita tadi. Dan betapa terkejutnya saat ia melongokkan kepala dan melihat kaki Ola benar-benar nggak ada! Ternyata benar kata Mita, Ia duduk tanpa kaki! Oca langsung shock begitu menyadarinya. Mendadak udara di sekitarnya terasa dingin menusuk kulit. Rambut-rambut disekujur tubuhnya berdiri tegak serempak. Jantungnya berdetak nggak karuan apalagi saat ia menyadari hanya tinggal ia sendiri di perpus ini bersama jelmaan Ola. Kemudian wajahnya yang panik menyeruak keluar dari bawah meja. Serta

merta, ia menundukkan kepala sambil memasukkan beberapa paper tugasnya yang hampir rampung serampangan ke tas. Kemudian , tanpa berani melihat ke arah Ola, Oca bergegas pergi meninggalkan perpus bersama tas selempang yang sudah disampirkan ke pundaknya. La, tug..tugas gue uda..dah ke..kelar nih, gue pu..pulang duluan ya. Pamit Oca asal. Suaranya yang bergetar menunjukkan kepanikan yang tampak kentara di telinga Ola. Seketika itu pula, Ola menunjukkan tatapan tajamnya pas ke muka Oca yang hendak melewatinya. udah selesai atau udah tau ? sahut Ola ringan tanpa memalingkan pandangan sinisnya ke Oca yang terdiam dengan wajah tertunduk. Detik berikutnya, tanpa banyak cincong, Oca segera lari sekuatnya menerjang pintu dan keluar dari perpus meninggalkan Ola yang masih ada didalam. Tanpa diketahui Oca, perlahanlahan lampu perpus pun mati dan setelah itu, terdengar suara rintihan pelan dari dalam perpus. Duuuut, bunyi keras itu tiba-tiba mengagetkan seketika disertai dengan munculnya bau gas yang menusuk hidung. Tanpa sadar, kentut yang sedari tadi ditahan Nadya lepas sudah . uuuhh, Nadyaaaaa!!! teriak teman-teman didekatnya sambil menutup hidung kuat-kuat dari serangan bom gas mendadak yang dikeluarkannya. Nadya yang menyadari bahaya akan mengancamnya sesaat lagi segera lari terbirit-birit keluar kelas. untungnya bel istirahat sudah berbunyi, jadi ia lekas menuju ke kantin sebagai tempat pelariannya. *****

Oleh : Aisyah ( X1 04 ) Nadya Putri A. ( X1 22 )

Anda mungkin juga menyukai