Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Pembangunan prasarana irigasi dimaksudkan untuk membantu

meningkatkan produktivitas sektor pertanian khususnya pada lahan beririgasi. Untuk dapat mencapai hal tersebut diperlukan pengelolaan irigasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan atau sustainable development sangat relevan diterapkan pada bidang irigasi. Hal ini mengingat semakin menurunnya kondisi global lingkungan yang memberikan dampak yang luas pada terbatasnya ketersediaan Sumber Daya Air. Pembangunan berkelanjutan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Fauzi, 2004). Pembangunan berkelanjutan memiliki 3 tolok ukur, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Ketiga pendekatan tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling terkait dan mempengaruhi. Untuk itu konsep ini sangat diperlukan dalam manajemen sistem irigasi karena sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Keberadaan manajemen sistem irigasi saat ini didasari oleh kebijakan pemerintah sebagai regulator dan mengacu kepada UU no 7/2004 tentang SDA dan PP no 20/2006 tentang Irigasi dengan pokok-pokok isi: (i) azas good governance sebagai bingkai azas pembangunan keberlanjutan, kerakyatan dan manajemen provisi (Pasal 2 s/d Pasal 6); dan (ii) azas partisipatif (pasal 84). Dalam Peraturan Menteri

Pekerjaan

Umum

No.30/PRT/M/2007

tentang

Pedoman

Pengembangan

Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif, Sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber daya manusia. Pengelolaan Sistem irigasi sangat ditentukan oleh pengelolaan aspekaspek diatas.

Investasi yang sangat besar untuk pembangunan prasarana irigasi sudah seharusnya dapat dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk itu sebagai kelanjutan dari proses pembangunan, diperlukan manajemen sistem irigasi agar dapat memberikan fungsi pelayanan irigasi yang berkelanjutan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Daerah irigasi Tilong di Kabupaten Kupang selesai dibangun pada tahun 2001, merupakan satu-satunya sistem irigasi strategis yang mengandalkan

sumber air dari bendungan/waduk Tilong yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pembangunan bendungan/waduk bertujuan untuk menampung kelebihan air pada musim hujan dan akan dimanfaatkan pada musim kemarau atau dapat pula dimaksudkan untuk mengatur distribusi ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan air pada waktu dan tempat tertentu. Dengan demikian Daerah Irigasi Tilong merupakan representatif dalam sistem irigasi pada daerah irigasi Tilong. Yang menjadi masalah setelah daerah irigasi dibangun adalah bagaimana pengelolaan sistem irigasi sehingga dapat berfungsi dan memberikan pelayanan yang berkelanjutan. Daerah irigasi Tilong berdasarkan hasil perencanaan memiliki luas potensial 1.484 ha namun perkembangan luas fungsional eksisting 1.276,2 ha. Areal yang dimanfaatkan 563 ha dan yang belum dimanfaatkan 713,2 ha. Kondisi prasarana fisik >50% tidak berfungsi.Hal ini menunjukkan pengelolaan sistem irigasi Tilong masih belum berjalan optimal sehingga dapat berpengaruh terhadap keberlanjutan fungsi dan pelayanan prasarana irigasi, produktivitas pertanian, pendapatan petani dan perekonomian Kabupaten Kupang. Faktor-faktor yang menjadi penyebab antara lain yaitu masih terbatasnya pengelolaan terhadap prasarana fisik, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan SDM serta pembinaan pemerintah pada sistem irigasi di Daerah irigasi Tilong. Pengelolaan sistem irigasi di Daerah irigasi Tilong dilakukan secara koordinasi antar beberapa instansi pemerintah. Pembinaan Usaha Tani Daerah Irigasi Tilong ditangani oleh Dinas Pertanian, Pengelolaan Bendungan Tilong oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II sedangkan pengelolaan Jaringan Irigasi oleh Dinas Pengairan Kabupaten Kupang. Peran pemerintah sangat menentukan keberhasilan

pengelolaan sistem irigasi dimana kondisi petani di Daerah irigasi Tilong masih belum mampu mandiri sehingga masih perlu pembinaan secara intensif. Untuk dapat menghindari ancaman ketidakberlanjutan sistem irigasi maka perlu adanya indikator keberlanjutan sistem irigasi yang dapat dijadikan acuan atau dasar dalam suatu proses pengambilan keputusan bagi pemerintah. Indikator untuk menentukan keberlanjutan daerah irigasi Tilong didasarkan pada kriteria sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode Multi Citeria Decision Making (MCDM) dengan salah satu metodenya adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode tersebut merupakan metode yang dapat memecahkan masalah yang kompleks di mana kriteria yang diambil cukup banyak. Juga kompleksitas ini disebabkan oleh struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pengambil keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat atau bahkan tidak ada sama sekali. Oleh karena itu dalam menganalisa keberlanjutan sistem irigasi menggunakan metode ini terutama dalam melakukan pembobotan terhadap kriteria dan sub kriteria dengan membuat matriks perbandingan berpasangan atau Pairwise Comparison. Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan untuk dapat mengetahui keberlanjutan atau ketidakberlanjutan suatu sistem irigasi.

1.2 Permasalahan Secara garis besar perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana analisa kondisi eksisting terhadap Pengelolaan Sistem Irigasi pada Daerah Irigasi Tilong ? 2. Bagaimana menentukan indikator dan bobot indikator terhadap Keberlanjutan Sistem Irigasi berdasarkan 3 tolok ukur sosial, ekonomi dan lingkungan ? 3. Bagaimana penilaian Sistem Irigasi pada Daerah Irigasi Tilong menurut penggunanya ? 4. Bagaimana analisa terhadap Keberlanjutan Sistem Irigasi pada Daerah Irigasi Tilong di Kabupaten Kupang ?

1.3 Tujuan Penelitian 1. 2. Menganalisa kondisi eksisting terhadap Pengelolaan Sistem Irigasi. Menentukan indikator dan bobot indikator terhadap keberlanjutan sistem irigasi. 3. Menganalisa penilaian Sistem Irigasi pada Daerah Irigasi Tilong menurut penggunanya. 4. Menganalisa Keberlanjutan Sistem Irigasi pada Daerah Irigasi Tilong di Kabupaten Kupang.

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Memberikan hasil Analisa Penilaian terhadap Pengelolaan Sistem Irigasi berdasarkan konsep Pembangunan Berkelanjutan pada Daerah Irigasi Tilong. 2. Menunjang dalam merencanakan kebijakan-kebijakan pengelolaan irigasi di Kabupaten Kupang.

1.5 Pembatasan Masalah Untuk memberikan arah dan fokus penyelesaian permasalahan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka perlu adanya pembatasan permasalahan dalam penulisan penelitian ini, yaitu : 1. Lingkup penelitian dilakukan pada Sistem Irigasi yang mencakup prasarana fisik, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan dan sumber daya manusia dengan mengacu pada Permen PU No.30/PRT/M/2007. 2. Pengukuran/penilaian Keberlanjutan Sistem Irigasi ditinjau berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dinilai berdasarkan Kriteria sosial, ekonomi dan lingkungan. 3. Obyek penelitian adalah sistem irigasi di Daerah Irigasi Tilong yang terletak di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Anda mungkin juga menyukai