Anda di halaman 1dari 8

Sudah lama tidak menulis, TeknisiInstrument akan mencoba meneruskan topik yang sebelumnya belum berlanjut.

Oh ya selamat menjalankan ibadah shaum bagi yang sedang menjalankannya, semoga segala amal ibadah kita menjadi sebab turunnya ridlo Allah. Aamiin. Berikut adalah cuplikan permasalahan pada topik sebelumnya : Bagaimana seandainya koneksi kabel salah satu switch tersebut terputus karena satu dan lain hal? Apakah level indikator masih bisa berfungsi? Baik, untuk lebih memudahkan pemisalan tadi, perhatikan gambar di bawah ini:

Bagan 1 Kabel LAL terputus Misalnya kabel sumber tegangan yang masuk ke LSL (pada terminal NC) terputus (seperti pada gambar yang dilingkari biru), dan terjadi low level. Apakah LAL masih bisa menyala untuk menandakan bahwa sedang terjadi low level? Secara logic, wiring di atas sudah memenuhi fungsinya, yaitu jika level normal, maka lampu indikator akan padam, dan sebaliknya jika terjadi abnormal (low level atau high level) maka masing-masing lampu indikator akan menyala yang mengindikasikan bahwa level sedang tidak normal. Pada contoh gambar di atas, jika level dalam keadaan normal, maka lampu indikator akan padam, kemudian karena satu dan lain hal, tiba-tiba salah satu kabelnya terputus, kemudian terjadi low level. Apa yang akan terjadi? Ya indikator akan tetap padam, dan operator tidak akan mengetahui jika level di dalam tangki sedang mengalami keadaan low level. Inilah yang dimaksud dengan tidak fail-safe. Jika sistem mengalami kegagalan (fail), maka sistem tersebut tidak ada dalam keadaan yang aman (safe). Silakan rubah konfigurasi switch dengan menggunakan NO (normally energize saat levelnormal). Dan rubah logic untuk lampunya: Jika level normal, lampu menyala, jika low level, lampu padam. Atau dengan bantuan sebuah relay, logic bisa di-invert sehingga logic awal bisa tercapai: Jika level normal, maka lampu indikator akan padam, dan jika low level, lampu indikator akan menyala. Setelah diubah, silakan bandingkan kondisinya, jika terjadi putusnya salah satu kabel LSL. Jika berkenan, tulis dalam comment hasil analisa Anda. Dengan memahami ini, insya Allah kita akan memahami konsep fail-safe untuk konteks switchini. Pada sistem yang sudah kompleks dengan safety standard yang tinggi, wiring untuk switchtidak lagi sesederhana contoh di atas. Terlebih yang sudah melibatkan PLC/DCS sebagai logicsolver-nya. Bukan hanya kondisi prosesnya saja (dalam contoh ini adalah level) yang dimonitor/dideteksi, tapi keadaan wiringnyapun dideteksi, apakah terjadi open-circuit atau apakah terjadi short circuit pada wiringnya. Sehingga sistem keseluruhan menjadi jauh lebihreliable.

Mari kita ambil contoh, aplikasi level switch untuk mendeteksi low level (LSL=Level Switch Low) dan high level(LSH=Level Switch High). Diambil sampel level agar memudahkan dalam visualisasi, karena kita dapat dengan memudahkan level dibanding dengan pressure, karena secara visual langsung, kita tidak pernah bisa melihat pressure, hanya percaya kepada pressure gauge atau pressure indicator. Misalnya kita akan menggunakan sebuah level switch untuk mendeteksi low level (LSL) dan sebuah level switch lainnya untuk mendeteksi high level (LSH), seperti gambar di bawah ini.

Bagan 2 Level Switch High dan Low

Misalnya kedua switch tersebut dihubungkan dengan lampu indikator untuk mengindikasikan masing-masinglow level dan high level, misalnya, jika level normal maka lampu indikator harus padam, dan jika low atau highlevel maka masing-masing lampu indikator harus menyala. Pertanyaannya adalah, kontak mana yang harus digunakan untuk LSL, apakah NO atau NC. Begitu pula untuk LSH, apakah NO atau NC? OK, anggap saja kita to the point, anggap saja kita hanya berfokus pada logikanya, bahwa, jika low level, indikator harus menyala, jika high level, lampu indikator juga harus menyala. Maka, tanpa pertimbangan apapun, hanya pertimbangan logic saja, kurang lebih wiring diagramnya akan seperti berikut:

Bagan 3 Wiring diagram dan level normal

Mengacu pada gambar di atas, level sedang dalam keadaan normal, LSL menggunakan kontak C-NC, dan saat normal tersebut, kontak menjadi deenergize, sedangkan LSH menggunakan kontak C-NO, dan saat normal, kontak menjadi deenergize juga. Saat normal, arus listrik tidak masuk kepada lampu indikator LAL, karena terputus oleh LSL yang sedangdeenergize. Begitupun dengan LAH, arus listrik tidak masuk kepada lampu indikator LAH karena terputus oleh LSH, sehingga kedua indikator padam, menandakan level dalam keadaan normal. Bagaimana jika terjadi low level? Perhatikan gambar di bawah ini:

Bagan 4 Terjadi low level alarm

Abaikan LAH, karena tidak mengalami perubahan. Sekarang kita amati LAL. Karena level low, LSL yang menggunakan kontak C-NC, yang tadinya deenergize menjadi energize sehingga arus listrik masuk ke lampu indikator LAL, dan lampu indikatorpun menyala menandakan bahwa sedang terjadi low level. Bagaimana pula jika terjadi high level? Perhatikan gambar di bawah ini:

Bagan 5 Terjadi level alarm high

Abaikan LAL, karena tidak mengalami perubahan. Sekarang kita amati LAH. Karena level high, LSH yang menggunakan kontak C-NO, yang tadinya deenergize menjadi energize sehingga arus listrik masuk ke lampu indikator LAL, dan lampu indikatorpun menyala menandakan bahwa sedang terjadi low level. Persyaratan logic seperti diungkapkan di atas, bahwa:

jika level normal maka lampu indikator harus padam, dan jika low atau high level maka masing-masing lampu indikator harus menyala. Apakah pemilihan NO/NC pada wiring diagram yang kita buat tadi bisa memenuhi persyaratan logic tersebut? Silakan jawab. Bagaimana seandainya koneksi kabel salah satu switch tersebut terputus karena satu dan lain hal? Apakah level indikator masih bisa berfungsi? Baik, untuk lebih memudahkan pemisalan tadi, perhatikan gambar di bawah ini:

Bagan 6 Kabel LAL terputus

Misalnya kabel sumber tegangan yang masuk ke LSL (pada terminal NC) terputus (seperti pada gambar yang dilingkari biru), dan terjadi low level. Apakah LAL masih bisa menyala untuk menandakan bahwa sedang terjadi low level? Tunggu jawabannya pada posting selanjutnya.
Share this:

Facebook14 Twitter2 Print Email

Categories:Basic Knowledge, Control System, Installation, Level Measurement, Level Switch, SwitchTags:Fail Safe Switch, LAH, LAL, level switch, LSH, LSL, NC, NO, NO atau NC, Normally Close, Normally Deenergize, Normally Energize, Normally Open, Normally Open atau Normally Close, Pemasangan switch, switch

Switch, Normally Open atau Normally Closed


May 22, 2011TeknisiInstrument5 comments

Tulisan ini dilatarbelkangi oleh obrolan dengan Kang Ruhe, yang termaktub dalam komentar salah satu posting do blog ini. Switch atau saklar, merupakan salah satu sensor di dalam dunia instrumentasi yang masih banyak digunakan, bahkan dulu (katanya), sebelum sensor analog (transmitter, transducer dll) masih tergolong (sangat) mahal, alarm/shutdown system masih banyak menggunakan. Bahkan sekarangpun, untuk mengendalikan proses yang relatif sederhana, untuk menekan biaya konstruksi, switch atau saklar masih banyak digunakan. Switch dimaksud diantaranya adalah:

Pressure switch Level switch Temperature switch Flow switch Vibration switch Limi switch Dll. Pertanyaannya adalah, pada alarm dan shutdown system, apakah harus dipasang NO (normally open) atau NC (normally closed)? Dari pertanyaan itulah, TeknisiInstrument akan mencoba sedikit mengulasnya. NO dan NC adalah penamaan kondisi atau keadaan switch saat switch belum dipasang atau belum in-service atau belum ada aksi dari parameter yang dideteksinya. Selain NO dan NC ada istilah lain untuk dunia per-switch-an, NE (Normally Energize) dan ND (Normally De-energize) adalah istilah lain tersebut. NE adalah keadaan switch yang close ketika parameter yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan open jika parameter yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai contohnya). Sedangkan ND adalah keadaan switch yang open ketika parameter yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan close jika parameter yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai contohnya). Perhatikan gambar berikut:

Bagan 7 Switch, NO NC

Pada gambar 1, sebuah LS (level switch) dipasang untuk mendeteksi ketinggian cairan yang berada di dalam sebuah tangki. LS tersebut misalnya dipakai untuk mendeteksi level high (LSH=Level Switch High). Gambar 1a menunjukkan level dalam keadaan normal atau dalam keadaan tidak high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NC, atau C-NC dalam keadaan energize, dan C-NO dalam keadaan deenergize. Gambar 1b menunjukkan level dalam keadaan tidak normal atau dalam keadaan high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NO, atau C-NO dalam keadaan energize, dan C-NC dalam keadaan deenergize. Itulah pengertian NO, NC, ND dan NE. Itu saja dulu tulisan kali ini, ke depannya akan berlanjut kepada tulisan mengenai implementasi switch pada alarm/shutdown system serta pemilihan NO atau NC. Berlanjut
Share this:

Facebook4 Twitter Print Email


Categories:Control System, Installation, MeasurementTags:DE, fail safe, level switch, NC, ND, NDE, NO, Normally Close, Normally Deenergize, Normally Energize, Normally Open, sensor, switch

Infrared dan Ultraviolet Gas Detector


October 18, 2010TeknisiInstrument8 comments

Sebetulnya posting ini merupakan comotan diskusi dengan seorang teman di page about, menarik juga sepertinya kalau dibuat posting. Ini dia cuplikan diskusinya: Pertanyaan: Sampurasun, Kang boleh ikut bertanya, bahasannya agak melenceng, tentang Anti Fire equipment, tapi masih diwilayah toekang instrument. Saya pernah ikut instalasi UV/IR/UVIR punyaannya Detronics, tapi kebetulan biasanya masang yang masih perawan baru keluar dari pabrik, jadi belum pernah nemuin masalah atau kendala yang aneh-aneh. Pertaanya, masalah atau kendala apa saja yang sering muncul dilapangan pada sensor UV/IR/UVIR dan atau sensor anti fire laiinnya? Mohon dijelaskan dari masalah sepele sampe yang paling bikin sebel toekang maintenance, kalo bisa dibikin postingan bahasannya Kang, boleh ya?:maksa: hehehehe Haturnuhun

Jawaban: teknisiinstrument September 21st, 2010 REPLY: Rampes Wah jadi isin ditaros ku master mah yeuh hiks Anti Fire Equipment, kalo di tempat kerja saya panggilannya Fire and Gas System, karena merupakan kombinasi antara gas detector, flame detector, heat detector, smoke detector dan terintegrasi ke fire water, deluge system, dan fire suppression lainnya, seperti CO2 system. Point IR gas detector. Yang sering sering timbul masalahnya adalah optik yang kotor, infrared lamp-nya yang mati, atau bahkan sensor IR-nya yang mati, tapi biasanya hanya satu indikator yang ditunjukkan: FAULTY. hehehe.. ya memang, menyedihkan, jadi kalo udah faulty, memang sepertinya harga mati untuk diGANTI dengan yang beru. Tapi seiring ada beberapa hal yang bisa kita lakukan sebelum memutuskan untuk mengganti, karena gas/flame detector itu harganya muahal sekualliii (katanya). Untuk IR gas detector: kalo dilengkapi dengan dust filter, silakan periksa dan bersihkan dust filternya secara rutin. Lakukan function test dan/atau Sensor calibration secara berkala. Open Path Gas Detector Kalo OPGD (Open Path Gas Detector) masalah yang sering terjadi selain bagian optiknya, ialah karena mis-alignment, atau cahaya IR dari transmitter tidak mengenai bagian receivernya. oleh karenanya biasanya indikasinya adalah Beam Blocked, obatnya biasanya dengan re-alignment dan re-calibration, setelah itu di-function test. IR/Triple IR/UV/UVIR flame detector. Sebagaimana kita ketahui, mereka bekerja berdasarkan sinar Inframerah atau ultraviolet, sehingga pasti ada komponen optik di dalamnya, entah itu lensa, entah itu photosensor dll. kotoran biasanya jadi penyebab yang paling sering mereka faulty. beberapa manufacturer memiliki cairan khusus untuk membersihkan bagian optic dari flame detector. Tapi masalah yang peling menjengkelkan adalah kalau signal drift, karena kebanyakan flame detector tidak bisa field calibration, kalo diukur oleh mA meter, menunjukkan angka, dan sepertinya normal. Misalnya gini: Kalo flame detector normal, dan tidak melihat api, maka dia akan mengirim sinyal 4mA, dan controller menerjemahkannya NORMAL, Kalau flame detector melihat api (bisa disimulasikan dengan flame simiulator), dia akan mengirimkan sinyal

18mA (misal), dan controller menerjemahkannya sebagai FIRE, kalau flame detector mengirim sinya di bawah 4mA atau di atas 20mA (ini hanya contoh) maka controller menerjemahkannya sebagai detector faulty. Nah.. bagian pusingnya ini: kalau kita simulasikan dengan fire simulator (berupa lampu yang memancarkan cahaya IR atau UV yang memiliki frequensi sama dengan frequensi UV/IR yang timbul pada api) flame detector mengirimkan sinyal 17.9999mA, sedangkan detector menerjemahkannya masih NORMAL, jadi, mau nggak mau harus ganti Sok rada ngabatin pami ngagentos nu model kieu teh Tambahan: Pada beberapa detector, mungkin dilengkapi dengan menu SOFT RESET pada handheld-nya, ini bisa kita lakukan kalau yang fisik tidak bisa menyelesaikan masalah, maka software (firmware)-nya kita reset, ada kalanya juga harus melakukan recycle power, dimatikan powernya kemudian hidupkan kembali Oh ya.. tambahan (lagi), bisanya kalo peralatan safety seperti flame/gas detector, suka ada pemberitahuan NO SERVICEABLE PART INSIDE, boleh percaya boleh tidak tapi kalau ingin taat hukum sertifikat, harus percaya.. hehehehehehe, kalau ingin berfikir sampai resistor-capacitor-transistor level silakan saja tidak percaya ya.. tergantung kebutuhan.. hehehe Semoga bisa menjawab, kalopun tidak kita cari lagi jawabannya sama-sama Salam, TeknisiInstrument

Switch atau saklar, merupakan salah satu sensor di dalam dunia instrumentasi yang masih banyak digunakan, bahkan dulu (katanya), sebelum sensor analog (transmitter, transducer dll) masih tergolong (sangat) mahal, alarm/shutdown system masih banyak menggunakan. Bahkan sekarangpun, untuk mengendalikan proses yang relatif sederhana, untuk menekan biaya konstruksi, switch atau saklar masih banyak digunakan. Switch dimaksud diantaranya adalah: Pressure switch Level switch Temperature switch Flow switch Vibration switch Limi switch Dll. Pertanyaannya adalah, pada alarm dan shutdown system, apakah harus dipasang NO (normally open) atau NC (normally closed)? Dari pertanyaan itulah, TeknisiInstrument akan mencoba sedikit mengulasnya. NO dan NC adalah penamaan kondisi atau keadaan switch saat switch belum dipasang atau belum in-service atau belum ada aksi dari parameter yang dideteksinya. Selain NO dan NC ada istilah lain untuk dunia per-switch-an, NE (Normally Energize) dan ND (Normally De-energize) adalah istilah lain tersebut. NE adalah keadaan switch yang close ketika parameter yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan open jika parameter yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai contohnya). Sedangkan ND adalah keadaan switch yang open ketika parameter yang dideteksinya sedang dalam keadaan normal, switch akan close jika parameter yang dideteksinya menjadi tidak normal (pressure low atau high, sebagai contohnya). Perhatikan gambar berikut:

Bagan 8 Switch, NO NC

Pada gambar 1, sebuah LS (level switch) dipasang untuk mendeteksi ketinggian cairan yang berada di dalam sebuah tangki. LS tersebut misalnya dipakai untuk mendeteksi level high (LSH=Level Switch High). Gambar 1a menunjukkan level dalam keadaan normal atau dalam keadaan tidak high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NC, atau C-NC dalam keadaan energize, dan C-NO dalam keadaan deenergize. Gambar 1b menunjukkan level dalam keadaan tidak normal atau dalam keadaan high. Terminal Common (C) akan terhubung ke terminal NO, atau C-NO dalam keadaan energize, dan C-NC dalam keadaan deenergize. Itulah pengertian NO, NC, ND dan NE.

Anda mungkin juga menyukai