Kelompok elite politik saat ini adalah sekelompok individu yang berpikir bagaimana mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan ditempatkan sebagai tujuan dan bukan alat untuk mencapai tujuan. Jika ditilik pada masa lalu, elite politik berpikir dan berperilaku sebagai figur pemimpin bangsa yang membawa pencerahan. Beliau-beliau membekali diri dengan pengetahuan dan kearifan, bekal pengetahuan ketatanegaraan, filsafat, budaya, bahasa, maupun ekonomi menjadikan beliau-beliau mampu berpikir dan bertindak sebagai panutan dan memiliki kelayakan untuk membawa amanat kebangsaan. Semakin sejahteranya nasib para elit politik saat ini, dengan berbagai fasilitas mewah dan gratis yang didapatkan membawa kesan dimata masyarakat bahwa kini para elit politik berperilaku makin hedonis. Sungguh sangat tidak kontras kemewahan itu jika melihat kehidupan bangsa Indonesia saat ini, para elit politik hidup bermewah mewahan, rumah yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah cuma cuma, keluar negeri sebagai ajang holiday yang mengatasnamakan agenda kerja sementara disisi lain masih banyak masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan, bingung dengan biaya pendidikan yang kian mahal, jangankan untuk berlibur ke luar negeri untuk berobat saja menunggu pemerintah memberikan gratisan atau pembebasan biaya. Maka tak ayal kehidupan hedonis yang tak kontras dengan keadaan masyarakat Indonesia ini menimbulkan banyak kontra dan celaan dari masyarakat. Akhirnya berbagai lapisan masyarakatpun menyuarakan tuntutannya dengan cara demonstrasi berbondong bondong ke depan gedung DPR dengan berkoar koar bahkan bernyanyi. Sebenarnya tak banyak tuntutan dari masyarakat. Masyarakat hanya mendambakan kenyamanaan hidup dan kehidupan. Bukan hanya melalui demonstrasi, dialog langsung dengan para wakil elit politikpun dilakukan demi tersampaikannya aspirasi dan tuntutan.
EPILOG
Itulah potret kehidupan yang sebenarnya dekat dan seringkali menyita perhatian kita. Demokrasi dikatakan sebagai kebebasan. Banyak yang
mengatasnamakan demokrasi untuk kepentingan yang memang benar, tapi tak jarang pula yang mengatasnamakan demokrasi demi keegoisan seperti kehedonisan itu. Namun apapun itu yang kita butuhkan adalah perbaikan dan lebih jauh lagi adalah perubahan. Maka marilah kita mawas diri, kita mulai dari diri sendiri karena perubahan yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil meskipun tampaknya sederhana.