Anda di halaman 1dari 16

THANATOLOGI

Click to edit Master subtitle style

5/31/12

Thanatos = kematian Logos =. ilmu Thanatologi Ilmu yg mempelajari tentang perubahan setelah kematian serta faktor-faktor yang mempengaruhinya

Beberapa istilah tentang mati


Mati somatis (mati klinis) Mati suri (apparent death) Mati seluler (mati molekuler) Mati serebral Mati otak (mati batang otak)

5/31/12

Jenis-jenis mati :
1.

Mati klinis Terhentinya aktifitas 3 sistem vital (susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, sistem pernapasan). Irreversible.

2. Mati suri Terhentinya aktivitas 3 sistem vital yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, &

3. Mati seluler Terhentinya aktivitas sel secara permanen yang terjadi setelah mati klinis. Bervariasi untuk setiap organ. 4. Mati serebral Kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible kecuali batang otak & serebelum. Sistem kardiovaskular & pernapasan masih berfungsi dengan bantuan alat. 5. Mati otak Telah terjadi kerusakan seluruh isi neuron intrakranial yang irreversible, termasuk batang otak & serebelum.

Tanda kematian
Tanda kematian Tanda kematian

tidak pasti
Pernafasan

pasti
Lebam mayat

berhenti > 10 menit Sirkulasi berhenti > 15 menit Kulit pucat Tonus otot menghilang dan relaksasi Pembuluh darah retina mengalami

(livor mortis) Kaku mayat (rigor mortis) Penurunan suhu tubuh (algor mortis) Pembusukan (decomposition, putrefaction) 5/31/12 Adiposera (lilin

Livor mortis
Setelah kematian klinis eritrosit

menempati tempat terbawah akibat gravitasi warna merah-ungu di kulit. Dimulai sekitar 20-30 menit pasca kematian & menetap 8-12 jam pasca kematian. Dapat digunakan untuk: tanda pasti kematian, memperkirakan sebab kematian, memperkirakan saat kematian.

5/31/12

5/31/12

Rigor mortis
Cadangan glikogen dalam otot habis energi

tidak terbentuk aktin & miosin menggumpal otot kaku. Mulai muncul 2 jam postmortem & mencapai maksimal pada 12 jam postmortem, kemudian setelah itu akan berangsur2 menghilang sesuai dengan kemunculannya. Dimulai dari bagian luar tubuh (otot2 kecil) ke arah dalam. Faktor-faktor yang mempengaruhi: aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh, bentuk tubuh kurus dengan otot2 kecil & suhu lingkungan.
5/31/12

Kekakuan yang menyerupai rigor mortis


Cadaveric spasm
Timbul dengan intensitas yang kuat

tanpa didahului relaksasi primer. Karena kelelahan atau emosi sesaat sebelum meninggal.

Heat stiffening
Akibat koagulasi protein otot oleh panas. Serabut-serabut otot memendek sikap

petinju (pugilistic attitude).

Cold stiffening
Pembekuan cairan tubuh termasuk 5/31/12

Algor mortis
Penurunan suhu tubuh terjadi karena

proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin. Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu sekitar, kelembaban udara, bentuk tubuh, pakaian.

5/31/12

Pembusukan (dekomposisi)
Terjadi akibat proses degradasi

jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti HCN, H2S dan lainlain. Gas yang terjadi menyebabkan 5/31/12 pembengkakan.

12

Adiposera
Proses terbentuknya bahan yang

berwarna keputihan, lunak dan berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim bakteri. Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan suhu panas.
5/31/12 13

Mummifikasi
Proses penguapan cairan atau

dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Terjadi pada suhu panas dan kering. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput
5/31/12

14

Perkiraan saat kematian


Perubahan pada mata (kornea, retina) Pengosongan lambung Pertumbuhan rambut Pertumbuhan kuku Perubahan dalam CSF

5/31/12

Daftar Pustaka
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono

S, Winardi T, Abdul Mun'im, Sidhi, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997 Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik, pedoman bagi dokter dan penegak hukum. Semarang. Balai Penerbit Universitas Diponegoro ; 5/31/12 2000

Anda mungkin juga menyukai