Anda di halaman 1dari 27

ABSTRAK RENCANA PENELITIAN Kebutuhan masyarakat dunia terhadap protein hewani ikan terus meningkat seiring dengan peningkatan

populasi penduduk dunia. Sejak tahun 1990-an, produksi perikanan tangkap mengalami stagnasi dan cenderung menurun akibat kerusakan lingkungan laut dan upaya penangkapan ikan illegal. Oleh karena itu pemenuhan konsumsi ikan dunia hanya diharapkan dari usaha budidaya ikan. Kebutuhan ikan dunia, termasuk ikan lele yang terus meningkat menjadikan usaha budidaya dilakukan dengan sangat intensif. yang tinggi. Intensifikasi dicirikan dengan masukan nutrien berupa pakan dan bahan kimia lainnya serta tingkat kepadatan ikan Banyaknya nutrien yang masuk dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap lingkungan perairan. Pakan sebagai komponen terbesar dalam pembiayaan sangat menentukan keberhasilan budidaya. Saat ini penelitian pakan diarahkan kepada penciptaan pakan ikan yang murah dan ramah lingkungan. Pakan ini dicirikan dengan tingkat kecernaan yang tinggi sehingga buangan sisa metabolisme berupa nitrogen dan fosfor (N dan P) ke lingkungan perairan menjadi rendah. Seiring dengan semakin menurunnya produksi perikanan tangkap, maka ketersediaan tepung dan minyak ikan sebagai komponen pakan terbesar juga menurun. Oleh karena itu pencarian sumber-sumber protein dan lemak alternatif untuk menggantikan tepung ikan dan minyak ikan yang semakin mahal perlu dilakukan. Selain itu pemanfaatan bahan-bahan pakan lokal secara langsung dapat mengurangi biaya produksi pakan ikan.

BAB 1. TUJUAN KHUSUS


Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan pakan ikan lele yang murah dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal untuk menghasilkan budidaya ikan secara berkelanjutan. Isu-isu yang berkembang tentang budidaya ikan saat ini diarahkan kepada aspek hubungan antara keberhasilan budidaya dan keselamatan lingkungan. Hubungan kedua faktor ini sangat besar pengaruhnya untuk menghasilkan keberlanjutan usaha budidaya. Pakan ikan diketahui sebagai komponen pembiayaan terbesar (sekitar 40-70%) dalam budidaya sangat menentukan keberhasilan usaha tersebut. Kesalahan dalam pengelolaan pakan ikan akan berakibat kegagalan usaha budidaya. Pakan ikan yang baik adalah disamping pakan tersebut dikonsumsi ikan dan berakibat pada peningkatan pertumbuhan juga sedikit. Selain itu usaha-usaha untuk meminimalisasi biaya pakan juga merupakan faktor keuntungan dalam budidaya ikan. Pencarian terhadap pengganti tepung ikan dan minyak ikan sebagai bahan pakan termahal terus dilakukan untuk menghasilkan pakan ikan yang murah. Salah satu usaha tersebut adalah pemanfaatan bahan-bahan pakan lokal yang bisa didapat disekitar dimana bahan tersebut tidak perlu didatangkan dari tempat lain atau bahkan diimpor dapat mengurangi biaya produksi pakan. Bahan pengganti protein ikan seperti tepung kedelai, tepung kepala udang, tepung usus ayam, dan limbah produk pangan lainnya dapat dijadikan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan. Sedangkan pemanfaatan minyak sawit, minyak kelapa, minyak kedelai atau minyak jagung dapat digunakan untuk mengganti minyak ikan yang mahal. Selain penggantian tepung dan minyak ikan sebagai sumber protein dan lemak, perlu pula pencarian bahan lokal sumber karbohidrat. Di Sulawesi Tenggara yang dikenal sebagai penghasil sagu, bahan ini dapat pula digunakan sebagai sumber karbohidrat pakan. Oleh karena itu penciptaan pakan ikan yang murah dan ramah lingkungan diharapkan dapat membantu petani budidaya ikan untuk membuat pakan ikan yang dapat memacu pertumbuhan ikannya dan usaha budidayanya yang relatif lama karena lingkungannya selalu bersih dari limbah pakan yang sedikit dan tidak mengotori dan berdampak negatif bagi lingkungan. buangan ke lingkungan perairan akibat sisa metabolisme juga

BAB 2. PENTINGNYA PENELITIAN Penyediaan pakan yang berkelanjutan pada saat pendederan dan pembesaran sangat menunjang keberhasilan usaha budidaya. Dibanding pemberian pakan buatan, pemberian ikan rucah sebagai pakan tambahan dalam budidaya dapat menimbulkan masalah mengingat ketersediaan di alam tidak sepanjang masa. Sementara itu pemberian pupuk untuk menghidupkan pakan alami terkadang mendapatkan kendala dengan adanya dosis pupuk yang sulit ditentukan. Masalah utama adalah bila dosis pupuk yang diberikan berlebih dimana selain tidak efisien apalagi harga yang tinggi dan ketersediaan pupuk yang langka, juga akan menyebabkan blooming plankton yang dapat meningkatkan mortalitas organisme budidaya. Oleh karena itu produksi pakan buatan oleh petani dengan penggunaan bahan-bahan lokal yang murah dan ramah lingkungan sangat dibutuhkan dalam budidaya ikan lele. Pakan buatan yang berasal dari pabrik dapat diadakan tetapi harganya yang mahal menjadikan petani pembudidaya ikan sering tidak bisa membelinya. Disamping itu pakan buatan pabrik terkadang kadaluarsa dan berubah warna dan bau akibat kendala transportasi dari distributornya. Pada budidaya intensif, dimana tidak membutuhkan pakan alami dari tambak atau hanya membutuhkan pakan dari luar, biaya pakan dapat mencapai 60 70%. Pada saat ini dimana harga-harga barang di pasar naik juga berimbas kepada mahalnya harga pakan yang naik menjadi 200-300%, karena sekitar 60% bahan baku pakan adalah impor. Harga produksi per kilogram ikan atau udang terasa tinggi pada saat harga ikan atau udang turun tetapi harga pakan ikan tetap tidak turun. Hal tersebut sangat membebani petani karena terbiasa menggunakan pakan buatan dari pabrik. Oleh karena itu penciptaan pakan ikan lele yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan lokal sangat diperlukan. Pemakaian pakan ramah lingkungan diharapkan dapat menunjang dan mendukung usaha budidaya yang berkelanjutan.

BAB 3. STUDI PUSTAKA


Praktek budidaya ikan telah dikenal lama dan sekarang sudah tumbuh dengan pesat baik pada lingkungan air tawar maupun laut. Selama dekade terkahir ini budidaya ikan telah dikenal sebagai industri pangan dengan pertumbuhan tercepat dengan ratarata pertumbuhan tahunan sekitar 10% di dunia (FAO, 1997). Organisasi pangan dunia (FAO) memperkirakan bahwa kebutuhan konsumsi ikan dunia akan menanjak dari nilai konsumsi sekarang sekitar 110 juta metrik ton di tahun 2010 dan sumbangan produksi budidaya ikan telah meningkat menjadi 38% pada total produksi perikanan dunia (FAO, 1997). Sebagai hasil dari meningkatnya produksi, aktivitas budidaya sangat Terdapat bukti yang kuat bahwa produksi perikanan budidaya meningkatnya permintaan terhadap berpengaruh banyak terhadap lingkungan. diperkirakan

memunculkan potensi beberapa kerusakan pada ekosistem (Beveridge dkk., 1994). Selanjutnya isu tentang hubungan-hubungan antara lingkungan dan keberlanjutan usaha budidaya telah menyebabkan meningkatnya perhatian pada tingkat lokal, nasional dan bahkan internasional. lingkungan. Sebenarnya peningkatan produksi yang dicapai akibat penerapan sistem intensif dan teknologi budidaya yang lebih modern yang meliputi pemakaian air, pakan, pupuk, bahan-bahan kimia dll. Masukkan bahan-bahan ini yang berlebih berakibat pada meningkatnya buangan dari usaha budidaya ke lingkungan perairan. Pengaruh yang sangat nyata dari buangan usaha budidaya adalah meningkatnya konsentrasi nutrien di perairan. Unsur yang umumnya terkait dengan limbah budidaya adalah unsur nitrogen (N) dan fosfor (P). Limbah yang berlebihan dalam badan air (hypernutrifikasi) menyebabkan meningkatnya jumlah plankton dan populasi mikroba (eutrofikasi) (Walker and Hillmann, 1982 ; Hargreave, 1998) dan hal ini akan berakibat terjadinya blooming. Blooming menghasilkan kondisi perairan dengan kandungan oksigen yang rendah (hypoxia) dan kehabisan oksigen (anoxia). Diketahui bahwa fosfor terikat pada sedimen daan relatif tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh organisme hidup perairan. Hal ini sangat penting utamanya pada budidaya ikan air tawar yang dipelihara di kolam atau karamba jaring apung di danau, dimana fosfor biasanya menjadi unsur yang sangat terbatas untuk pertumbuhan fitoplankton (Braaten and Ervik, 1983). Pada sisi Selama dekade terakhir dan langkah-langkah penting perlu dilakukan untuk menghasilkan keberlanjutan usaha budidaya yang bersih

5
lain, N juga berpengaruh dan berperan penting pada budidaya air laut sebagai penyebab eutrofikasi pada lingkungan perairan laut dengan potensi yang lebih besr (Hargreaves, 1988). Kelebihan N di perairan baik laut maupun air tawar dapat menjadikannya perairan tersebut berbahaya karena mengandung racun amonia bagi hewan perairan (Bergheim et al., 1984, 1991). Tiga unsur yang berperan dan terlibat langsung dalam proses metabolisme energi pada tubuh ikan yakni karbon, nitrogen dan fosfor. Ketiga unsur ini sebagiannya dikeluarkan (dibuang dalam bentuk feses, urine dan buangan respirasi yang juga mengandung carbon, nitrogen dan fosfor dalam berbagai bentuk. Sisa nutrient yang tidak diserap dan atau tidak dicerna berupa urine dan nutrient non fecal harus dibuang dari tubuh. Kelebihan buangan nutrien (utamanya unsur N dan P) dalam bentuk feses dan urine dan pakan yang tidak dikonsumsi dapat menyebabkan polusi pada perairan budidaya. Jumlah buangan sisa metabolimse tergantung pada formulasi pakan bervariasi antara 25-50% berat kering pkan yang dikonsumsi sebagaimana yang terjadi pada budidaya ikan salmon (EVS, 2000). Akhir-akhir ini penelitian tentang budidaya mengarah khusus kepada pengembangan pakan ikan untuk pemeliharaan organisme budidaya dan usaha perlindungan lingkungan perairan. lebih kepada budidaya yang Kebanyakan penelitian sekarang dalam bidang lingkungan. Watanabe et al (1991a) budidaya ditujukan untuk pembuatan industri budidaya ikan yang berkelanjutan dan ramah mengembangkan suatu jenis baru dari pakan (pellet) kering lembut untuk ikan ekor kuning yang dapat mengurangi buangan masing-masing sebesar 25% N dan 18% fosfor dibanding dengan pellet komersial. Cho et al., (1991) memperkenalkan pakan berenergi tinggi pada pakan ikan salmon yang dapat mengurangi 20-30% N dan P dibanding dengan pakan komersial. Johnsen dan Wandsvik (1991) menunjukan bahwa ekskresi amonia dari ikan atlantik salmon dapat dikurangi melalui pemberian pakan energi tinggi dimana protein sebagian diganti dengan lemak. Ikan lele ( Clarias batrachus) merupakan ikan jenis catifsh air tawar ekonomis penting dan sudah lama dibudidayakan di Indonesia utamanya di pulau Jawa meskipun sekarang usaha budidaya ini dapat dikatakan telah merata di seluruh Indonesia. Menurut Adi (2007), ikan lele diklasifikan kedalam filum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Teleostei, famili Ostariophusi, sub famili Siluridae, genus Clarias dan spesies Clarias sp.

6
Secara biologis, ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan jenis lele lainnya, antara lain mudah dibudidayakan dan dapat dipijahkan sepanjang tahun, fekunditas yang tinggi, dapat hidup pada kondisi air yang marjinal (mendiami sungai, kolam, selokan dan reservoir) serta mempunyai kecepatan tumbuh dan efisiensi pakan yang tinggi (Sunarma, 2004). Ikan ini bersifat omnivora; makan serangga, plankton, siput, kepiting, udang dan invertebrate lainnya serta pemakan bangkai (Jauhari, 2007) Ikan lele dumbo mempunyai kulit berlendir dan tidak bersisik, mempunyai pigmen hitam yang berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari. Mulutnya lebar, mampu memakan berbagai makanan, dari zooplankton renik sampai ikan dan pemakan bangkai. Sekitar mulut ada delapan kumis, yaitu nasal, maksila, mandibula luar dan mandibula dalam. Sirip tunggal terdapat pada punggung, ekor dan dubur sedangkan sirip-sirip yang berpasangan terdapat pada dada dan perut. Mempunyai alat pernafasan tambahan berupa arborescent organ (Viveen, dkk., dalam Adi, 2007). Beberapa studi tentang nutrisi ikan lele telah difokuskan pada kebutuhan makronutrien berupa kebutuhan optimum dari protein, dan rasio energi protein pada ikan lele afrika ( Ali dan Jaucey, 2005 ; Thung et al., 2004). Sementara itu salah satu kriteria untuk menciptakan pakan ramah lingkungan adalah mengurangi buangan nitrogen dan fosfor ke perarian dengan cara peningkatan energi pakan berupa penggantian protein dengan lemak. Selama ini pemberian tepung ikan ke dalam formulasi pakan buatan selalu menimbulkan biaya pakan yang tinggi akibat ketersediaan sumberdaya ikan di laut semakin terbatas. Oleh karena itu perlu dilakukan penggantian terhadap tepung ikan dengan bahan-bahan alternatif sumber protein lain selain tepung ikan. Beberapa diantaranya adalah tepung kedelai, tepung kepala udang, dan tepung tulang ikan. Demikian pula hal yang sama perlunya penggantian minyak ikan sebagai sumber lemak bagi ikan perlunya diganti dengan sumber lemak yang berasal dari tumbuhan (nabati). Penelitian pakan ikan lele yang terkait dengan penggantian tepung ikan dan minyak ikan dengan sumber-sumber protein dan lemak masih sangat terbatas. Kemampuan untuk mengganti minyak ikan dengan sumber-sumber lemak lainnya dapat mengurangi biaya dan meningkatkan keberlangsungan usaha budidaya ikan lele. Demikian pula dengan penggantian tepung ikan dengan sumber-sumber protein alternatif lainnya dapat mengurangi biaya produksi budidaya. Namun penggantian tepung ikan dan minyak ikan dengan sumber-sumber protein dan lemak alternatif lainnya akan dapat mengurangi pertumbuhan sebab telah diketahui bahwa interaksi

7
dan kesesuaian kebutuhan antara tepung ikan dan minyak ikan umunya adalah dalam keadaan seimbang dalam pakan ikan (Brown et al., 1989). Tepung ikan dan minyak ikan adalah sumber protein dan lemak terbaik dan terlengkap dalam hal komposisi asam amino dan asam lemak dan juga palatability pakan (aroma, ketahanan pakan, sifat fisik pakan dan kimianya) sangat cocok khususnya bagi ikan-ikan karnivora (Hertrampf and Piedad-Pascual, 2000). Salah satu sumber protein alternatif yang cukup baik dijadikan sebagai sumber protein adalah buangan berupa usus, tulang dan kulit dari peternakan ayam. Bahanbahan buangan ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan memiliki banyak dan jenis asam amino (Tacon, 1993). Bahan-bahan buangan dari peternakan ayam bervariasi dalam kualitas dan banyak atau kekurangan satu atau lebih asam amino esensial (Davies et al., 1991). Umumnya bahan produk buangan dapat mengganti sebagian tepung ikan dalam pakan tetapi beberapa jenis asam amino yang kurang dari bahan tersebut harus ditambahkan dalam pakan ikan. Penurunan tingkat kecernaan protein dan asam amino dari bahan produk buangan dapat membatasi penggunaannya dalam pakan ikan kakap (Portz and Cyrino, 2004). Tidwell et al. (2005) menggunakan 33.4% bahan produk buangan dan sumber-sumber protein lain seperti tepung kedelai untuk mengganti tepung ikan pada ikan seabass tanpa adanya perbedaan dalam pertumbuhan. Minyak ikan juga dimasukkan kedalam pakan ikan. Penggantian minyak ikan secara keseluruhan pada pakan ikan lele belum pernah dilakukan. Subhara et al. (2006) menunjukan bahwa pemakaian minyak dari produk buangan ayam dan minyak kanola adalah sesuai untuk mendukung pertumbuhan ikan seabass yang diberi pakan yang mengandung 30% tepung ikan menhaden untuk mengurangi kandungan minyak menjadi kurang dari 1.2%. Karbohidrat merupakan senyawa organik terbesar yang biasa terdapat pada tanaman, seperti : gula sederhana, amilum (tapioka), selulosa, gum dan zat-zat lain yang berhubungan Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan dapat menggantikan sumber energi protein yang lebih mahal. Pengunaan karbohidrat untuk menggantikan protein dan lemak sebagai sumber energi dapat dimaksimalkan untuk mengurangi biaya pakan, karena sumber energi karbohidrat lebih ekonomis, dan mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh ikan. Sumber karbohidrat seperti tapioka, sagu, terigu, alginat, agar, karagenan dan gum dapat juga digunakan sebagai perekat pakan untuk menjaga stabilitas kandungan air pada pakan ikan dan udang (Hemre et al., 2002).

BAB 4. METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium perikanan FPIK Universitas Haluoleo sedangkan analisa pakan, tubuh ikan dan kualitas air dilakukan di Laboratorium Dasar Unhalu. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai dari bulan juni september 2009 mulai dari persiapan penelitian hingga kegiatan analisa-analisa pakan dan kualitas air di laboratorium.

Gambar 1. Lokasi Penelitian 2. Pakan dan Pemberian Pakan Lima jenis pakan akan dibuat dan disiapkan dalam percobaan ini. Kelima jenis pakan ini akan dibuat dengan isonitrogenous dan isoenergetik yakni masing-masing mengandung tingkat protein (45% protein) dan energi (430 g/kg pakan) yang sama. Kadar air pakan akan berkisar antara 6-10% dan kadar abu pakan berkisar antara 6-8%. Kelima jenis pakan tersebut adalah merupakan nilai persentase penggantian tepung

9
ikan (TI) dengan sumber-sumber protein alternatif (PA) berupa produk buangan peternakan ayam dan tepung kedelai yang disusun dengan rincian sebagai berikut : Pakan A : 100% TI Pakan B : 75 % TI + 25 % PA Pakan C : 50% TI + 50 % PA Pakan D : 25% TI + 75 % PA Pakan E : 100 % PA

Gambar 2. Pakan Penelitian Semua bahan pakan dalam bentuk tepung dan dibuat dengan homogen berbentuk pellet kering. Pencampuran bahan pakan akan dimulai dari yang paling sedikit jumlah persentasenya sampai yang terbesar lalu diaduk dengan memakai mixer dan dibentuk menjadi pellet ukuran diameter 3 -5 mm. Pengeringan dilakukan dengan oven dan kemudian dimasukkan ke plastik dan disimpan pada pendingin 4oC untuk menghindari jamur dan detoksi panas matahari. 3. Pemeliharaan ikan lele Wadah pemeliharaan ikan lele adalah akuarium berukuran 40x50x60. Sebanyak 15 akuarium disiapkan dan diisi air tawar yang telah disterilkan sebanyak 60 liter. Sebanyak 300 ekor ikan lele dengan berat 50 g disebar secara acak di dalam 15 akuarium (20 ekor per akuarium). Pergantian air dilakukan secara manual setiap hari

10
sebanyak 30% volume air akuarium yang dilakukan pada pagi hari sesaat sebelum dilakukan pemberian pakan. Pengamatan dan pengukuran kualitas air meliputi pengamatan suhu air dengan termometer setiap hari. Sedangkan pengamatan oksigen terlarut, kadar amonia dan nilai pH dilakukan seminggu sekali. Lama pemeliharaan ikan lele adalah 40 hari dimana sampling berupa penimbangan berat dan pengukuran konsumsi pakan dilakukan setiap 10 hari sekali. Sampling pada tiap 10 hari dilakukan pada waktu pagi hari dan dilakukan pengukuran terhadap berat dan panjang ikan. Mortalitas ikan diamati tiap hari, ikan yang mati ditimbang beratnya.

4.

Metode-metode Analisa Pakan dan kandungan tubuh ikan dianalisa untuk mendapatkan komposis proksimat dengan menggunakan metode-metode konvensional. Kadar air dan serat kasar pakan ditentukan dengan metode gravimetric mengikuti metode yang dijelaskan oleh Watanabe (1988). Total nitrogen ditentukan dengan elemen penganalisa nitrogen (LECO, FP-428; system 601-700-500, Perkin Elmer Coop., Norwalk, CT, USA), dan protein kasar dihitung sebagai Nx6.25. Kadar lemak kasar ditentukan dengan metode ekstraksi sample menggunakan kloroform dan methanol dengan perbandingan 2:1 dan ditentukan sesuai dengan metode yang dijelaskan oleh Folch dkk (1957). Kadar fosfor pakan diukur dengan cara dilarutkan dalam pelarut asam nitrit dan kemudian dimasukan pada mesin MLS-1200 Mega Microwave Digestion System, lalu didinginkan selama 30 menit, kemudian dilarutkan dengan aquades tanpa ion sesuai volumenya. konsentrasi fosfor diukur dengan menggunakan spektrofotometer. Pengukuran tingkat penyerapan makanan dilakukan dengan mengumpulkan feses ikan saat sebelumnya pakan yang diberikan penanda berupa Cr2O3. Seminggu sebelum akhir penelitian, pakan yang tidak termakan disipon dan juga feses ikan Feses dan pakan ini kemudian disimpan dalam lemari es dan dijaga dikumpulkan. Kadar

hingga saat analisa kimia berupa fosfor dan nitrogen dilakukan.

5. Rancangan Percobaan

11
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

mengaplikasikan 5 perlakuan dengan 3 ulangan.

Penempatan wadah penelitian

dilakukan secara acak. Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap satu Arah (One-way ANOVA) dengan menggunakan software SYSTAT 8.0 (SPSS Inc., 1998). semua perlakuan. 6. Variabel yang Diamati Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Mutlak Pertumbuhan mutlak berdasarkan bobot tubuh (Weatherley, 1972) : Wm = Wt Wo Ket : Wm = Pertumbuhan mutlak (g) Wt = Biomassa ikan pada waktu t (g) Wo = Bimassa ikan pada awal penelitian (g) 2. Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik berdasarkan bobot tubuh menggunakan rumus (Zonneveld et al, 1991) Perbedaan diantara perlakuan akan ditindaklanjuti dengan Uji Tuckeys. Selang kepercayaannya disusun pada P<0.05 untuk

SGR = LnWt - LnWo t

X 100 %

Ket : SGR = Laju pertumbuhan spesifik Wt = Bobot rata-rata individu pada waktu t (g) Wo = Bobot rata-rata individu pada awal penelitian (g)

12
3. Rasio Konversi Pakan Rasio Konversi Pakan (FCR) dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Stickney (1994) sbb :

F FCR = Wt - Wo
Ket : FCR = Rasio konversi pakan F = Jumlah pakan yang diberikan (gram) Wt = Bobot pada waktu t (gram) Wo = Bobot awal (gram) 4. Efisiensi Pemberian Pakan Efisiensi pemberian pakan (FCE) dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988) :

FCE = 1 FC R
Ket : FCE = Efisiensi Pemberian Pakan FCR = Rasio Konversi Pakan 5. Tingkat Kelangsungan Hidup

Nt SR = No X 100%

Ket : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)

13
Nt = Jumlah individu pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah individu pada awal penelitian (ekor) 7. Analisis Efisiensi secara Ekonomi Untuk mengukur efisiensi yaitu analisis rasio dan analisis regresi (Nugroho, 1995). Analisis rasio mengukur efisiensi dengan cara membandingkan antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan seperti persamaan berikut :

Nilai Output Efisiensi = Nilai Input Dalam persamaan ini, efisiensi akan semakin besar bila nilai output tetap tetapi nilai input semakin kecil. Atau sebaliknya, dengan nilai input yang tetap tetapi nilai output yang dihasilkan semakin besar. Begitu pula jika nilai input yang semakin kecil terjadi bersamaan dengan nilai output yang semakin besar. Sedangkan analisis regresi menyusun suatu model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu. persamaan berikut : Y = f (X1, X2, X3, , Xn) dimana : Y = Output; X1, X2, , Xn = Input ke-1, ke-2,, ke-n. Persamaan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat output yang dihasilkan oleh suatu unit pada tingkat input tertentu. Unit tersebut akan dinilai efisien bila mampu menghasilkan jumlah output yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah output hasil estimasi. (Silkman, 1986 dalam Nugroho, 1995). Seperti digambarkan dalam

14

RENCANA PENELITIAN SELAMA 3 TAHUN A.


Penggantian Protein Tepung Ikan dengan Sumber-Sumber Protein Alternatif terhadap Tepung Ikan (Tahun I) (Skala Laboratorium)

B.

Penggantian Minyak Ikan dengan Sumber-Sumber Lemak Alternatif (Tahun II). (Skala Laboratorium)

15 C.
Penerapan Pakan Ikan Lele yang Murah dan Ramah Lingkungan di Kolam (Tahun III). (Tahap III : Skala Lapangan).

Pada Tahun I (Bagian A) : Penggantian Protein Tepung Ikan dengan SumberSumber Protein Alternatif (Tahun I), untuk mewujudkannya telah dilakukan 5 sub judul penelitian yakni :

1. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini sudah dibuat oleh Sdri : Asrifa) 2. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO 3. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG USUS AYAM DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini sudah dibuat oleh Sdr : Dedi Hamsul) 4. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini diambil oleh Sdr.Abdul Majid) 5. PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO (Judul ini diambil oleh sdr. Amiruddin).

BAB 5. HASIL SELAMA PENELITIAN A. PENELITIAN SUB JUDUL 1 DAN 2 A.1 PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO 1.
Waktu dan Tempat Penelitian

16
Peneltian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Juli Agustus 2009 dan bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Univ. Haluoleo Kendari 2. Pakan dan Pemberian pakan Lima jenis pakan dibuat berupa upaya penggantian tepung ikan (TI) dengan tepung bekicot (TB) sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan lele. Kelima jenis pakan tersebut adalah sebagai berikut : Pakan A : 100% TI Pakan B : 75 % TI + 25 % TB Pakan C : 50% TI + 50 % TB Pakan D : 25% TI + 75 % TB Pakan E : 100 % TB Formulasi pakan ikan lele berupa penggantian tepung ikan dengan tepung bekicot sebagai alternatif sumber protein pakan disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Formulasi Pakan Ikan Lele Bahan Baku Perlakuan Tepung ikan Tepung bekicot A 600 0 Berat Bahan yang Digunakan (g) B C D 450 300 150 150 300 450 E 0 600

17 Tepung kedelai Tepung kanji Minyak ikan Top mix Total 5.1 Hasil Selama pemeliharaan telah dilakukan sampling sebanyak 5 kali dan dihasilkan laju pertumbuhan dan konsumsi pakan sebagai berikut : 100 200 50 50 1000 100 200 50 50 1000 100 200 50 50 1000 100 200 50 50 1000 100 200 50 50 1000

Tabel 3. Laju pertumbuhan dan tingkat konsumsi pakan ikan lele selama penelitian Pakan A B C D E Bobot Biomassa Bobot Bobot Awal (g) Akhir (g) 2.55 18.8 2.6 18.0 2.48 18.1 2.74 16.6 2.58 17.0 Pertumbuhan Mutlak (g) 16.3 15.4 15.6 13.9 14.5 Konsum si Pakan (g) 86.6 83.1 79.3 75.9 71.4 Kelangsunga n Hidup (%) 100 100 100 100 100

18

Pakan A

Pakan B Pakan E

Pakan C

20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0

Pakan D

Bobot Biomassa (g)

2
Waktu s am pling (10 hari)

Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan ikan lele selama penelitian


16.5 16

Pertumbuhan Mutlak (g)

15.5 15 14.5 14 13.5 13 12.5


A(100%TI) B (75%;25%TB C(50%TI;50%TB) D(25%TI;75%TB) E (100%TB)

Pakan

Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Lele pada pergantian tepung ikan (TI) dengan tepung bekicot (TB)

19

100 90 Tingkat Konsumsi pakan (g) 80 70 60 50 40 30 20 10 0


A (100 %TI) B (75%TI;25% TB) C(50%TI;50%TB) D(25%TI;75%) E (100%TB)

Pakan

Gambar 5. Grafik Tingkat Konsumsi Ikan Lele pada pergantian tepung ikan (TI) dengan tepung bekicot (TB) Sementara itu sub judul 2 tentang : PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG BEKICOT DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO Dapat kami laporkan bahwa penelitian ini SUDAH SELESAI DILAKSANAKAN namun ANALISA KUALITAS AIR DAN KADAR FOSFOR DAN NITROGEN MASIH SEMENTARA DIANALISA DI LAB.FMIPA UNIV.HALUOLEO.

20 B.
PENELITIAN SUB JUDUL 3

B.1 PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG USUS AYAM DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO (Judul ini sudah dibuat oleh Sdr : Dedi Hamsul)
1. Waktu dan Tempat Peneltian Peneltian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Juli Agustus 2009 dan bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Univ. Haluoleo Kendari 2. Pakan dan Pemberian pakan Lima jenis pakan dibuat berupa upaya penggantian tepung ikan (TI) dengan tepung usus ayam (TU) sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan lele. Kelima jenis pakan tersebut adalah sebagai berikut : Pakan A : 100% TI Pakan B : 75 % TI + 25 % TU Pakan C : 50% TI + 50 % TU Pakan D : 25% TI + 75 % TU Pakan E : 100 % TU Formulasi pakan ikan lele berupa penggantian tepung ikan dengan tepung bekicot sebagai alternatif sumber protein pakan disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut :

21

Tabel 3. Formulasi pakan Ikan Lele pada penggantian tepung ikan dengan tepung usus Ayam Bahan Pakan A (TI) Tepung ikan Tepung usus ayam Tepung sagu Tepung terigu Minyak ikan Topmix Dedak halus Total 5.1 Hasil 50 0 15 10 5 6 14 100 Pakan (%) B (25PA) C(50PA) D(75PA) E (100PA) 12.5 25 37.5 50 37.5 25 12.5 0 15 15 15 15 10 10 10 10 5 5 5 5 6 6 6 6 14 14 14 14 100 100 100 100

Selama pemeliharaan telah dilakukan sampling sebanyak 5 kali dan dihasilkan laju pertumbuhan dan konsumsi pakan sebagai berikut :

Tabel 3. Laju pertumbuhan dan tingkat konsumsi pakan ikan lele selama penelitian Pakan A B C D E Bobot Biomassa Bobot Bobot Awal (g) Akhir (g) 1.85 3.44 1.87 2.47 1.80 2.40 1.94 3.56 2.23 2.97 Pertumbuha n Mutlak (g) 1.59 0.6 0.6 1.62 0.74 Kelangsun gan Hidup (%) 100 100 100 100 100

22

Pakan A

Pakan B Pakan E

Pakan C

4 Bobot rata-rata biomassa (g) 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0

Pakan D

Waktu sampling (10 hari)


Gambar 6. Laju pertumbuhan ikan lele selama penelitian
1.8 1.6

Pertumbuhan Mutlak (g)

1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0


A (100%TI) B (75%TI;25%TU ) C (50%TI;50%TU ) D(25%TI;75%TU ) E (100%TU )

Pakan

Gambar 7. Pertumbuhan mutlak ikan lele

C.

PENELITIAN SUB JUDUL 4 DAN 5

23
C.1 PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN LELE DUMBO

1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Agustus September 2009 dan bertempat di Laboratorium Jurusan Perikanan Univ. Haluoleo Kendari. Sementara ini dapat kami laporkan bahwa pelaksanaan penelitian ini sementara berlangsung dan telah memasuki waktu pengukuran ke-3 dan masih tersisa satu kali sampling akhir. 2. Pakan dan Pemberian pakan Lima jenis pakan dibuat berupa upaya penggantian tepung ikan (TI) dengan tepung perut ikan (TP) sebagai sumber protein alternatif dalam pakan ikan lele. Kelima jenis pakan tersebut adalah sebagai berikut : Pakan A : 100% TI Pakan B : 75 % TI + 25 % TP Pakan C : 50% TI + 50 % TP Pakan D : 25% TI + 75 % TP Pakan E : 100 % TP Formulasi pakan ikan lele berupa penggantian tepung ikan dengan tepung bekicot sebagai alternatif sumber protein pakan disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut :

Tabel 4. Formulasi pakan penelitian ikan lele

24 Bahan Pakan Tepung ikan Tepung buangan ikan Tepung kedelai Tepung sagu Tepung terigu Minyak ikan Topmix Dedak halus Total A (TI) 55 0 0 10 15 5 6 9 100 B (25TPI) 41.25 9.25 4.50 10 15 5 6 9 100 Pakan (%) C(50TPI) 27.5 23.0 4.50 10 15 5 6 9 100 D(75TPI) 13.75 36.75 4.50 10 15 5 6 9 100 E (100TPI) 0 50.5 4.50 10 15 5 6 9 100

5.2 Hasil

A (100% TI) C (50% TI;50%TP ) D(100TP )

B(75% TI; 25% TP ) D (25%TI;75%TP )

4 3.5 Bobot rata-rata ikan (g) 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 1 2 3

Waktu sampling (7 hari)

Gambar 6. Laju pertumbuhan rata-rata ikan lele selama 3 kali pengamatan. Sementara itu sub judul 5 tentang : PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG PERUT IKAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KUALITAS AIR DAN KADAR NITROGEN DAN PHOSPHOR TUBUH IKAN LELE DUMBO

25

Dapat kami laporkan bahwa penelitian ini SUDAH SELESAI DILAKSANAKAN namun ANALISA KUALITAS AIR DAN KADAR FOSFOR DAN NITROGEN MASIH SEMENTARA DIANALISA DI LAB. PERIKANAN UNIV.HALUOLEO.

DAFTAR PUSTAKA Adi, C. H., 2007. Teknik Budidaya Lele Sangkuriang. Balai Besar Pengembangan

Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Sukabumi. Beveridge, C.M., Ross, L.G. and Kelly, L.A., 1994. Aquaculture Ambio., 23: 497-502. Bergheim, A. Hustveit, H., Kittelsen, A., Selmer-Olsen, A.R., 1984. Estimated pollution loadings from Norweigian fish farms. II. Investigations 1980-1981. Aquaculture, 36:157-168. Bergheim, D. J., Abel, J.P. and Seymour, E.A., 1991. Past and present approaches to aquaculture waste management in Norwegian net pen culture operations. In: Cowey, C.B. and Cho, C.Y. (eds.), Nutritional Strategies and Aquaculture Waste. University of Guelph, Ontario, pp. 117136. Braaten, B., Ervik, A. and Bofe, E., 1983. Pollution problems on Norwegian fish farms. Aquaculture Ireland, 16: 6-10. Brown, P.B., Robinson, E.H., Clark, A.E., Lawrence, A.L., 1989. Apparent digestible energy coefficients and associative effects in practical diets for red swamp crayfish. J. World Aquac. Soc. 20, 122126. Cho, C.Y., Hynes, J.D., Wood, K.R. and Yoshida, H.K., 1991. Quantitation of fish culture wastes by biological (nutritional) and chemical (limnological) methods; the development of high nutrient dense (HND) diets. In: Cowey, C.B. and Cho, C.Y. (eds.), Nutritional Strategies and Aquaculture Waste, Proceedings of the First International Symposium on Nutritional Strategies in Management of Aquaculture Waste, University of Guelph, Ontario, Canada, pp. 3750. Davies, S.J., Nengas, I., Alexis, M., 1991. Partial substitution of fish meal with different meat meals products in diets for sea bream (Sparus aurata). In: Kaushik, S.J., Luquet (Eds.), Fish Nutrition in Practice. Coll. Les Colloques, vol. 61. INRA, Paris, pp. 907911. and bio-diversity.

26
EVS, 2000. Environmental Consultants. In: Impacts of Fresh water and Marine Aquaculture on the Environment: Knowledge and gaps (Preliminary report). Prepared for Canadian Department of Fisheries and Oceans, June 2000. 12 p. FAO (Food and Agriculture Organization), 1997. The state of world fisheries and aquaculture, 1996, FAO fisheries, FAO, Rome, Italy Hargreaves, J. A., 1998. Nitrogen biochemistry of Aquaculture ponds. Aquaculture, 166:181-212. Hemre, G.-I., Mommsen, T.P. dan Krogdahl, A . (2002) Carbohydrates in fish nutrition: effects on growth, glucose metabolism and hepatic enzymes. Aquacult. Nutr., 8, 175194. Hertrampf, J.W., Piedad-Pascual, F., 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds. Kluwer Academic Publications, Netherlands. Jauhari, A., 2007. Teknik Pembenihan dan Pembesaran Lele. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Sukabumi. Johnsen, F. and Wandsvik, A., 1991. The impact of high energy diets on pollution control in the fish farming industry. In: Cowey, C.B. and Cho, C.Y. (eds.), Nutritional Strategies and Aquaculture Waste. Proceedings of the First International Symposium on Nutritional Strategies in Management of Aquaculture Waste (Cowey, C.B. and Cho, C.Y. eds), pp. 3750. University of Guelph, Ontario.pp. 5164 Nugroho, Sahid Susilo, 1995. Analisis DEA dan Pengukuran Efisiensi Merk, Jurnal Kelola / 8 / IV , 43 52, Yogyakarta Portz, L., Cyrino, J.E.P., 2004. Digestibility of nutrients and amino acids of different protein sources in practical diets by largemouth bass Micropterus salmoides (Lacepede, 1802). Aquac. Res. 35, 312320. Subhadra, B., Lochmann, R.T., Rawles, S.D., Chen, R., 2006. Effect of dietary lipid source on the growth, tissue composition and hematological parameters of largemouth bass (Micropterus salmoides). Aquaculture 255, 210222. Sunarma, A., 2004. Mengenal Ikan Lele Sangkuriang. Balai Budidaya Air Tawar (BBAT). Sukabumi. Tacon, A.G.J., 1993. Feed ingredients for warm water fish. Fish meal and other processed feed stuffs. FAO Fish. Circ., vol. 856. FAO, Rome, Italy. 64 pp. Tidwell, J.H., Coyle, S.D., Bright, L.A., Yasharian, D., 2005a. Evaluation of plant and animal source proteins for replacement of fish meal in practical diets for the largemouth bass Micropterus salmoides. J. World Aquac. Soc. 36, 454463.

27
Walker, K.F. and Hillmann, T.J., 1982. Phosphorus and nitrogen loads in waters associated with the river Murrey near Albury-Wodonga and their effects on phytoplamkton populations. Aust. J. Mar. Freshwater Res., 23: 223-243. Watanabe, T., Lee, M. J., Mizutani, J.,Yamada, T., Satoh, S., Takeuchi, T., Yoshida, N., Kitada, T. and Arakawa, T., 1991a. Effective components in cuttlefish meal and raw krill for improvement of quality of red sea bream Pagrus major eggs. Nippon Suisan Gakkaishi, 57: 681694. Watanabe, T., 1988. Intensive marine farming in Japan, In: Shepherd, J. and Bromage, N., (eds), Intensive Fish Farming, BSP Professional Books, Oxford, 239.

Anda mungkin juga menyukai