Anda di halaman 1dari 30

SIKLUS MENSTRUASI WANITA

HORMON-HORMON YANG MENGATUR TERJADINYA SIKLUS MENSTRUASI


MEMAHAMI SIKLUS MENSTRUASI ANDA MERUPAKAN AWAL YANG PENTING DALAM MEMAHAMI KESUBURAN ANDA

www.BioHealthWorld.com
MAKING YOUR LIFE BETTER EVERYDAY

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus 25 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200,000 hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan OVULASI. Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi. Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya menanamkan diri didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) yang dapat dideteksi dengan GEATEL . Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim. Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan meluruh dan terjadinya proses menstruasi berikutnya.

Cara Menghitung Siklus Menstruasi Dan Fase dalam menstruasi


Posted by Siklus Menstruasi Siklus menstruasi adalah Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya. Menstruasi pertama kali dialami pada usia 11 16 tahun, adapula dalam usia 8 tahun sudah mengalami menstruasi hal ini dikarenakan asupan gizi dalam tubuh berkembang baik sehingga membantu mempercepat proses datangnya menstruasi dan menandakan bahwa sel telur siap dibuahi untuk kehamilan ataua mengandung anak.

Siklus menstruasi pada setiap wanita berbeda dengan lainnya, ada yang memiliki siklus 25 -35 hari tetapi hanya 80 % dan 20 % wanita yang memiliki siklus menstruasi 28 hari. Setiap menstruasi hanya 1 sel telur yang dikeluarkan. Bagi remaja putri yang baru pertama kali menstruasi terkadang mengalami siklus haid yang tidak teratur, misalnya dalam 1 bulan terjadi 2 kali menstruasi (2 kali siklus ) itu adalah hal yang lumrah / wajar. Untuk membantu mengetahui panjangnya dan waktu suklus dapat membuat catatan pada kalender, karena dapat membantu anda memperkirakan siklus yang akan datang. Siklus menstruasi biasanya terjadi antara 3 7 hari. Posted in Fase dalam menstruasi, Siklus Menstruasi | Tagged Cara Menghitung Siklus Menstruasi, ciri ciri menstruasi, datang bulan, gambar siklus menstruasi, haid, haid wanita, Menghitung Siklus Menstruasi, menstruasi, menstruasi tidak teratur, proses menstruasi, siklus menstruasi, siklus menstruasi pada wanita | Leave a comment

Fase Menstruasi
Posted by Siklus Menstruasi Ada 3 fase yang dialami setiap wanita selama menstruasi, yaitu : 1. Fase Folikuler adalah dimana kdar FSH ( Folicle Stimulating Hormone ) sedikit meningkaat sehingga merangsang tumbuhnya 3 30 folikel ovarium ( kantung dinding telur ) yang masing masing mengandung 1 sel telur. 2. Fase Ovulatior adalah dimana kadar LH ( Luteinizing Hormone ) meningkat dan folikel yang matang akan menonjol ke permukaan ovarium ( dinding telur ) untuk melepaskan sel telur ( ovulasi ). Sel telur biasanya dikeluarkan dalam waktu 16 32 jam setelah terjai peningkatan kadar LH. Dalam fase ini biasanya wanita mengalami gangguan nyeri pada perut bagian bawah, rasa itu bisa berlangsung dalam beberapa menit bahkan sampai beberapa jam. 3. Fase Luteal adalah lepasnya sel telur dari indung telur selama 14 hari, dan folikel ovarium ( kantung induk telur ) akan menutup kembali dan membentuk kopus luteum yang menghasilkan hormon progesteron dalam jumlah besar. Tetapi perlu diketahui setelah 14 haari kropus luteum akan hancur dan selama dalam fase ini seorang wanita juga akan mengalami peningkatan suhu tubuh sampai siklus yang baru akan dimulai, keculai jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum akan menghasilkan HCG ( Human Chorionic gonadotropin ) hormon ini akan menjaga kropus luteum yang menghasilkan hormon progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendri. Fase Luteal biasanya ditandai sebagai fase bagi wanita yang ingin hamil. Posted in Siklus Menstruasi | Tagged arti menstruasi, Fase Folikuler, Fase Luteal, fase menstruasi, Fase Ovulatior, Folicle Stimulating Hormone, gejala menstruasi, Human Chorionic

gonadotropin, kalender menstruasi, Luteinizing Hormone, masa menstruasi, menstruasi terlambat, siklus menstruasi wanita, tanda menjelang menstruasi, tanda tanda mau menstruasi, tanda tanda menstruasi, tentang menstruasi, terlambat menstruasi | Leave a comment

Tips Menjaga Kelangsungan Siklus Menstruasi


Posted by Siklus Menstruasi Ada sedikit tips menarik untuk menjaga kelangsungan siklus menstruasi yang tepat dan bersih, diantaranya : 1. Buatlah catatan pada kalender anda setiap menstruasi, sebagai panduan anda untuk mengetahui siklus menstruasi selanjutnya. 2. Memperhatikan kebersihan selama menstruasi, karena dinding rahim dan vagina sangat mudah terkena infeksi atau virus. 3. Pinggang terasa sakit seperti nyeri, pegal pegal karena ketariknya otot rahim. Untuk menguragi rasa sakit atau nyeri dapat mengonsumsi obat penghilang sakit haid dengan dosis yang tepat atau minum ramuan tradisisonal ( jamu ). 4. Pemilihan pembalut yang lembut, aman, nyaman tanpa menimbulkan iritasi, tidak mengandung gel, serta underwear yang berbahan cotton ( lembut ) Karena darah menstruasi adalah media yang sangat mudah bagi tumbuhnya kuman penyakit yang membahayakan organ vital anda. 5. Mengganti pembalut dan underwear paling lama 4 jam sekali baik ketika mandi atau buang air besar, bila perlu 2 3 kali mengganti pembalut tergantung pada banyak tidaknya darah yang keluar pada saat menstruasi. 6. Membasuh alat vital anda baik ketika anda mengganti pembalut atau saat setelah buang air besar dengan air bersih, yang lebih baik lagi dengan air hangat dan sabun dengan PH yang lembut dan ringan agar tidak terjadi alergi, infeksi dan jamur pada alat vital anda. Perhatikanlah selalu siklus menstruasi anda dengan baik dan benar. Agar menstruasi lancar dan menentu, serta jagalah selalu kebersihan organ intim anda agar tidak mudah terindentifikasi penyakit virus atau penyakit lainnya.
Siklus Menstruasi

Menstruasi disebut juga haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima pelekatan embrio. Jika tidak terjadi pelekatan embrio, maka lapisan ini akan luruh, kemudian darah keluar melalui serviks dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal dengan satu siklus menstruasi.

Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase, yaitu: 1. Fase menstruasi Fase menstruasi ini terjadi jika ovum tidak dibuahi sperma, sehingga korpus luteum menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron. Turunnya kadar esterogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari endometrium yang disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi pendarahan. Fase menstruasi ini berlangsung kurang lebih 5 hari. Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50-150 mili liter. 2. Fase pra-ovulasi Fase pra-ovulasi disebut juga dengan fase poliferasi. Hormon pembebas gonadotropin yang dikeluarkan hipotalamus akan memacu hipofise untuk mengeluarkan FSH. FSH singkatan dari folikel stimulating hormon. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang folikel untuk mengeluarkan hormon esterogen. Adanya esterogen menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium. Peningkatan kadar esterogen juga menyebabkan serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung kehidupan sperma. 3. Fase ovulasi Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar esterogen menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH. LH singkatan dari luternizing hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi. 4. Fase pasca ovulasi Fase ini berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun panjang siklus menstruasi berbedabeda, fase pasca-ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit sekunder akan berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengeluarkan hormon progesteron dan masih mengeluarkan hormon esterogen namun tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja esterogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluhpembuluh darah pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima pelekatan embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang hanya sedikit mengeluarkan hormon, sehingga kadar progesteron dan esterogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi demikian seterusnya.

Keputihan atau Fluor Albus


Ditulis oleh Nenk Pada tanggal 5 October 2009

inShare Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil. gejala keputihan - Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu. - Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar. * Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormon yang dihasilkan oleh plasenta atau uri. * Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya. penyebab keputihan Dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat diketahui penyebab keputihan. * Infeksi kencing nanah, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna kuning kehijauan. * Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer berwarna kuning kelabu. * Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker. * Kelelahan yang sangat berat. Infeksi akibat kuman (bakteri), misalnya akibat; * Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama. * Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa. * Gardenerella, menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin bau amis, berwarna keabu-abuan. * Treponema pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan. * Infeksi akibat jamur biasanya disebabkan spesies candida. Cairannya kental, putih susu (sering

berbentuk kepala susu), dan gatal. Vagina menjadi kemerahan akibat radang. Predisposisinya adalah kehamilan, Diabetes melitus, akseptor pil KB. Parasit penyebab keputihan terbanyak adalah Trichomonas vaginalis. Cairannya banyak, berbuih seperti air sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri bila ditekan atau perih saat buang air kecil. Sementara keputihan akibat virus disebabkan Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simpleks. Penanggulangan Keputihan Pemeriksaan dokter baiknya segera dilakukan bila keputihan mulai menyerang Anda. Tujuannya: Menentukan letak dari bagian yang sakit, dalam hal ini mencari darimana keputihan itu berasal. * Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat kelamin yang lebih baik, seperti melakukan pemeriksaan kolposkopi yang berupa alat optik untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama dan bibir kemaluan. * Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan. Lalu, bagaimana pengobatan yang rasional untuk mengatasi keputihan? Beberapa cara dapat dilakukan, yaitu sebagai penawar saja, obat pemusnah atau pemungkas, dan melakukan penghancuran lokal pada kutil leher rahim, liang senggama, bibir kemaluan, atau melakukan pembedahan. Obat-obat penawar misalnya Betadine vaginal kit, Intima, Dettol, yang sekadar membersihkan cairan keputihan dari liang senggama, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif atau penyuntikan sitostatika. Sedangkan obat pemunah misalnya vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, eritromisin, dsb. Sementara penghancuran lokal dan pembedahan berupa pengangkatan sebagian jaringan leher rahim, dengan menggunakan kawat berlubang yang dialiri listrik atau dipancung berbentuk kerucut ke bawah menggunakan pisau bedah yang disebut konisasi. Atau bisa dilakukan pengangkatan seluruh badan kandungan yang disebut histerektomia (jika ada prakanker leher rahim, atau kanker leher rahim). Nah, banyak juga keputihan yang membandel. Karena itu, lebih baik mencegah ketimbang mengobati. Dalam kasus keputihan, pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat pelindung (kondom), pemakaian obat atau cara profilaksis (pemakaian obat antibiotika disertai dengan pengobatan terhadap jasad renik penyebab penyakit), dan melakukan pemeriksaan dini.

Rabu, 26 November 2008


Mengenal Keputihan-LEUKORRHEA LEUKORRHEA-KEPUTIHAN

I. PENDAHULUAN Leukorrhea (atau yang lebih dikenal dengan keputihan) dan keluhan gatal yang menyertainya merupakan keluhan yang sering menjadi alasan seorang wanita untuk berobat ke bagian ginekologi. Hal ini dikarenakan banyak diantara mereka yang mengkhawatirkan dirinya mengidap penyakit menular seksual ataupun keganasan. Leukorrhea dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita dewasa atau menopause. Leukorrhea menyebabkan seorang wanita acapkali mengganti pakaian dalamnya atau menggunakan pembalut. Leukorrhea biasanya disertai dengan keluhan lain seperti perasaan gatal, rasa panas pada alat kelamin maupun nyeri sewaktu bersenggama. Keluhan dapat bervariasi dari ringan hingga berat, namun banyak penderita yang tidak menghiraukannya. II. DEFINISI Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.

III. PATOFISIOLOGI A. Sumber Cairan 1) Vulva Cairan yang berasal dari vulva tidak termasuk sekret vagina akan tetapi penderita mengeluh keputihan karena tidak mengetahui asal cairan tersebut. Cairan ini dapat berasal dari kelenjar Bartholin yang mempunyai peranan penting dalam pelumasan introitus dan mukosa vulva berupa lendir yang meningkat pada aktifitas seksual. Lendir juga berasal dari daerah periurethral tempat bermuaranya saluran Skene. 2) Vagina Walau vagina tidak mempunyai kelenjar akan tetapi cairan dapat keluar dari permukaan secara transudasi. Cairan bersifat asam karena adanya asam laktat yang diproduksi oleh mikroorganisme terutama bakteri Doderlein. 3) Serviks Kelenjar mukosa serviks adalah penghasil lendir utama. Lendir jernih, basah, jumlah dan kekentalannya bervariasi bergantung dari fase siklus menstruasi. Jumlah terbanyak ialah saat ovulasi, selain karena pengaruh hormon, juga disebabkan oleh hiperemia. 4) Uterus Kelenjar endometrium yang sebelumnya tidak aktif, baru aktif pada fase postovulasi dan sedikit dari cairan ini dapat turun ke vagina, jumlahnya kecil sekali kecuali bila terjadi kelainan dalam hal vaskularisasi, kelainan faktor endokrin, adanya neoplasma atau infeksi.

5) Tuba Walau jarang tetapi mungkin terjadi dalam keadaan tertentu misal salpingitis yang kemudian cairannya masuk uterus dan selanjutnya turun ke vagina. B. Komponen Sekret Vagina yang Normal Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak, protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil. C. Pengaruh Hormon Seks Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon seks. Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan glikogen sel-sel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang mengkolonisasi epitel. Sehingga wanita premenarche dan pasca menopause lebih banyak mempunyai bakteri anaerob daripada wanita menstruasi. Wanita dalam masa reproduksi mempunyai lebih banyak bakteri fakultatif yang sebanding termasuk laktobasilus daripada wanita dengan kadar estrogen rendah. D. Pengaruh pH dan Glukosa atas Flora Vagina Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam flora vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga menggunakan glikogen sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya laktobasilus mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian organismeorganisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi. E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan bakteri tertentu untuk

menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri. Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina dan merupakan mikro-ekosistem epitel vagina akan menghambat pertumbuhan organisme patologik yang berlebihan dengan paling sedikit dua mekanisme. Pertama flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan glikogen. Kedua dengan menghasilkan produk metabolik yang menghambat penempelan dan proliferasi organisme yang berpotensi patogen. Analog dengan mikro flora oral, vagina mungkin mengandung banyak ekosistem mikroba tersendiri, yang bervariasi dalam jarak beberapa milimeter di dalam epitel vagina. F. Mikroorganisme yang Terdapat dalam Sekret Vagina yang Normal Organisme yang ditemukan pada sekret vagina dalam konsentrasi setinggi 10 satuan pembentukkoloni/mm3 cairan. Konsentrasi organisme anaerob biasanya kira-kira 5 kali konsentrasi organisme aerob. Rata-rata 5-10 organisme ditemukan dari vagina, meskipun pengambilan bahan contoh ulangan dapat menemukan lebih banyak bakteri. Organisme fakultatif yang paling menonjol adalah spesies laktobasilus, korinebakteria, streptokokus, stafilokokus epidermis dan Gardnerella vaginalis. Sebenarnya semua wanita paling sedikit mempunyai satu organisme fakultatif dan salah satu organisme fakultatif ini dapat ditemukan pada 40-80% wanita. E. coli, merupakan organisme koliformis virulen yang tersering ditemukan, dapat ditemukan dari hanya kira-kira 20% wanita dan pada wanita inipun hanya terdapat secara sepintas. Organisme anaerob yang paling menonjol adalah peptostreptokokus, peptokokus, laktobasilus anaerob, eubakteria; Bacteroides sp., yang ditemukan secara keseluruhan atau sendirisendiri pada 20-60% wanita. Candida albicans, organisme jamur tersering ditemukan, terdapat 5-10% wanita. Mycoplasma hominis terdapat pada 20-50% dan Ureaplasma urealyticum terdapat pada 50-70% wanita asimtomatik yang aktif berhubungan seksual. Jadi sulit sekali menentukan kapan keadaan disebut patologis bila hanya berdasarkan ditemukannya suatu jenis kuman tertentu. G. Mekanisme Infeksi Vagina Jika keseimbangan kompleks mikroorganisme berubah, maka organisme yang berpotensi patogen, yang merupakan bagian flora normal misalnya C. albicans pada kasus monilia serta G. vaginalis dan bakteri anaerob pada kasus vaginitis nonspesifik, berproloferasi sampai suatu konsentrasi yang berhubungan dengan gejala. Pada mekanisme infeksi lainnya, organisme yang ditularkan melalui hubungan seksual dan bukan merupakan bagian flora normal seperti Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae dapat menimbulkan gejala. Gejala yang timbul bila hospes meningkatkan respon peradangan terhadap organisme yang menginfeksi dengan menarik leukosit serta melepas prostaglandin dan komponen respon peradangan lainnya. Gejala ketidaknyamanan dan pruritus vagina berasal dari respon peradangan vagina lokal terhadap infeksi T. vaginalis dan C. albicans. Organisme tertentu yang menarik leukosit termasuk T. vaginalis, menghasilkan sekret purulen. Di antara wanita dengan vaginitis nonspesifik, baunya disebabkan oleh terdapatnya amina yang dibentuk sebagai hasil metabolisme bakteri anaerob. Amina tertentu, khususnya putresin dan kadaverin, sangat berbau busuk. Lainnya seperti histamin dapat menimbulkan ketidaknyamanan oleh karena efek vasodilatasi lokal. Produk metabolisme lain yang dihasilkan pada wanita dengan non spesifik vaginitis seperti propionat dan butirat dapat merusak sel-sel epitel dengan cara yang sama seperti infeksi ginggiva. Eksudat serviks purulenta tersering disebabkan oleh N. Gonorrhoeae, C. Trachomatis atau Herpesvirus hominis, karena

organisme penginfeksi ini menarik leukosit. Adanya AKDR dapat menimbulkan endometritis ringan dan atau servisitis, tempat leukosit dikeluarkan ke dalam vagina melalui serviks.

III. ETIOLOGI Tujuan pertama adalah membedakan sekret vagina fisiologis atau patologis, dengan kriteria klinis, laboratorium dan mikrobiologi. Setiap penyakit atau kelainan dari organ seperti vagina, serviks, uterus, tuba dapat menimbulkan gejala lekore. A. Lekore Fisiologis Basanya jernih atau putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi, tidak gatal, tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau. Secara mikroskopik terdiri dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh lactobacillus dan metabolisme glikogen pada sel epitel vagina. Lekore fisiologis berasal dari transudat vagian, lendir serviks dan lendir kelenjar bartholin dan skene dan biasa ditemukan pada keadaan antara lain: 1. Bayi baru lahir terutama sampai usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen di plasenta terhadap uterus dan vagina bayi 2. Premenarche 3. Saat sebelum dan sesudah haid 4. Saat atau sekitar ovulasi 5. Kehamilan 6. Faktor psikis 7. Rangsangan seksual pada wanita dewasa 8. Gangguan kondisi tubuh seperti keadaan anemia, kekurangan gizi, kelelahan, kegemukan, usia tua > 45 tahun. B. Lekore Patologis Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika membasahai pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun perubahan warna. Lekore patologis dapat disebabkan oleh: 1) Infeksi Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi vagina (vaginitis) dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah hubungan seksual. Lekorea karena PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan disuria, nyeri perut atau pinggang. Sebab lain masuknya kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam, pertolongan persalinan atau abortus, pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena pencucian vagina yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada anak-anak sering karena higienis yang kurang baik. Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:

a. Infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae : Gonorrhoe Chlamydia trachomatis : infeksi Chlamydial Gardnerella vaginalis : vaginosis Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum : Mycoplasmosis b. Infeksi virus Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella) Poxvirus : Moluscum contagiosum Papovavirus : Condyloma c. Infeksi jamur Candida albicans : Kandidiasis d. Infeksi protozoa Trichomonas vaginalis : Trikomoniasis Entamoeba histolytica : Amoebiasis vaginae e. Infeksi cacing Enterobius vermicularis Lebih jelas lagi mengenai beberapa infeksi yang sering adalah sebagai berikut: INFEKSI PADA VAGINA Pada pemeriksaan sekret vagina pada pasien normal, dapat ditemukan batang gram positif, yaitu Lactobacillus acidophillus. Bakteri ini dapat mempertahankan ekosistem vagina dengan 3 cara: a. Memproduksi asam laktat yang mempertahankan pH vagina normal, yaitu 4 (rata-rata 3,8-4,2) , sehingga dapat menghambat patogen b. Memproduksi Hidrogen Peroksida yang toksis terhadap mikroflora anaerob c. Memiliki mikrovili yang menempel pada reseptor di sel-sel epitel vagina, sehingga menghalangi penempelan patogen.

Gambar 1. Pewarnaan gram pada sekret vagina normal Infeksi Jamur Kandidiosis vulvovaginal (KV) Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida spp terutama Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami kandidiosis vulvovaginitis paling sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen. Keadaankeadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi, pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.

Gambar 2. Gambaran Mikroskopis Candida albicans Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV) adalah : - Duh tubuh vagina disertai gatal pada vula - Disuria eksternal dan dipareunia superfisial - Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet

Gambar 3. Vagina dengan Fluor albus - Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi, konsistensi dapat cair atau seperti susu pecah

Gambar 4. Pemeriksaan vagina dengan spekulum - Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada penderita. Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan putih seperti keju. - Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5 Infeksi Protozoa Trichomoniasis Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T. vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.

Gambar 5. Gambaran mikroskopis Trichomoniasis Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung (kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi (handuk). Gejala klinis : - Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis - Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia. - Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan vagina. Vulva tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri, dan dinding vagina tampak eritem - Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu berwarna kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak

- Pemeriksaan pH vagina >4,5

Gambar 6. Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis Infeksi Bakteri Vaginosis Bakterial (VB) Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri lain, seperti Gardnerella vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita yang masih aktif secara seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan seksual. Gejala klinis : - Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis - Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama setelah melakukan hubungan seksual - Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih, keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina

Gambar 7. Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial - Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi - Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium bau amis (whiff test) - Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel epitel vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells) INFEKSI PADA SERVIKS Servisitis Gonore Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae pada traktus genitalis dan organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring, rektum, kulit, persendian, serta organ dalam. Ditularkan melalui hubungan seksual. Pada wanita, N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai kanalis servikalis. Selain itu dapat mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjar bartholini. Masa inkubasi bervariasi, umumnya 10 hari. Gejala klinis : - Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore - Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau perdarahan intermenstrual - Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat pengambilan bahan pemeriksaan

Servisitis yang disebabkan Chlamidia trachomatis Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan gonore. Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis adalah endoserviks. Pada 60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually transmitted disease).

Gambar 8. Gambaran Mikroskopis Chlamidia trachomatis Gejala klinis : - Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan keluhan servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina - Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh servks yang mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks Gambar 9. Gambaran pemeriksaan spekulum pada infeksi Chlamidia trachomatis 2) Benda asing Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin pesariumpada wanita yang menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi seperti IUD dapat merangsang pengeluaran sekret secara berlebihan. 3) Hormonal Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar misalnya karena obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam pengobatan hormonal. 4) Kanker Pada kanker sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah terjadi kerusakan sel, Pada carcinoma cervix terjadi pengeluaran cairan yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan dari sel yang rusak dan seringkali diseertai darah yang tidak segar akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut. 5) Vaginitis atrofi Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang menyebabkan kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan menyebabkan pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka dan terinfeksi

IV. DIAGNOSIS Diagnosis penyebab leukorea dapat dicari dengan memperoleh : Anamnesis Dengan anamnesis harus terungkap apakah lekore ini termasuk fisiolgis atau patologis. Selain disebabkan karena infeksi harus difikirkan juga kemungkinan ada benda asing atau neoplasma Pemeriksaan klinis Pada pemeriksaan speculum harus diperhatikan sifat cairannya seperti kekentalan, warn, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan dalam dilakukan setelah pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium Dibuat sediaan basah NaCl 0,9% fisiologis untuk trikomoniasis, KOH 10% untuk kandidias, pengecatan gram untuk bakteri penyebab gonore. Pemeriksaan tambahan dilakukan bila ada kecurigaan keganasan. Kultur dilakukan pada keadaan klinis ke arah gonore tetapi hasil pemeriksaan gram negatif. Pemeriksaan serologis dilakukan bila kecurigaan ke arah klamidia. Diagnosis penyebab infeksi: 1) Trikomoniasis Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa duh tubuh vagina yang banyakmdan baerbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan intermestrual Jumlah lekore banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy). Terdapat eritem dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas. Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+) 2) Kandidosis vulvovaginal Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan bisa banyak, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada dnding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta

3) Vaginosis bacterial Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi. Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+) Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi 4) Servisitis Gonore Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan. Laboratorium: kultur Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler 5) Klamidiasis Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil (microfollicles) Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA Mikroskopik: dengann pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan retikulat

V. TERAPI 1. Trikomoniasis Pilihan utama : metronidazole 3x250 mg/hari, per oral selama 7 hari. Jangan diberikan pada wanita hamil, terutama trimester I Pilihan lain : Klotrimazol 100 mg/hari intravagina selama 7 hari. Dapat diberikan pada wanita hamil. Partner seksual atau sumber kontak dilakukan pemeriksaan rutin traktus genitourinarius dan pengobatan dengan metronidazole 2 gr peroral dosis tunggal 2. Kandidiasis

Pilihan utama: o Klotrimazol 100mg/hari selama 7 hari o Nistatin 100.000-200.000 unit/hari intra vagina selama 14 hari Pilihan lain : o Tiokonazol 300mg per oral, dosis tunggal atau 100 mg/hari selama 3 hari o Mikonazol 100mg/hari intravagina selama 7 hari 3. Vaginosis bakteri Pilihan utama: Metronidazol 3x 250mg/hari, oral selama 7 hari Pilihan lain : Ampisilin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari 4. Gonore Pilihan utama : Doksisiklin 2x100mg/hari per oral selama 7 hari Pilihan lain : o Tetrasiklin 4x500 mg/hari per oral selama 7 hari o Penisilin prokain 4,8 juta U i.m. + Probenesid 1 gr per oral o Ampisilin 3,5 gr + Probenesid 1 gr per oral o Amoksisilin 3 gr + Probenesid 1 gr per oral 5. Klamidiasis Pilihan utama : Doksisiklin 2x 100 mg/hari oral selama 7 hari Pilihan lain : o Tetrasiklin 4x500mg/hari oral selama 7 hari o Eritromisin 4x500mg/hari per oral selama 7 hari atau 4x250 mg/hari per os selama 14 hari

DAFTAR PUSTAKA 1. Berek, Jonathan S., et all. 1996. Novaks Gynaecology. Twelfth Edition. Baltimore: Williams & Wilkins 2. Daili, Sjaiful Fahmi, Wresti Indriatmi B. 2003. Penyakit Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. De Charney Alan H,M.D. 2003. Current Obstetric dan Gynaecology Diagnosis and Treatment. New York: McGraw-Hill 4. Freedberg, Irwin M., et all. 2003. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Sixth Edition. New York: McGraw Hill 5. Ginekologi. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 6. Natakusumah, Rustama. 1992. Penatalaksanaan Umum Keputihan (Lekore). Dalam Kumpulan Makalah Simposium Pengelolaan Keputihan dan Masalah Terkait dalam Rangka Lustrum VII FKUP & HUT

RSHS ke-69. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin 7. Plourd, David M. 1997. Normal Vaginal Ecosystem Physiology. in Medscape General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005 8. Plourd, David M. 1997. Practice Guide to Diagnosing and Treating Vaginitis . in Medscape General Medicine in. www.medscape.com, Diakses 10 Desember 2005 9. Shaw, Robert W., W. Patrick Soutter, Stuart L. Stanton. 2003. Gynaecology. Third Edition. London: Churchill Livingstone 10. Wijayanegara, Hidayat, Achmad Suardi, Wiryawan Permadi, Tina Dewi Judistiani. 1997. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Edisi ke II. Bandung: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin Mioma Uteri Posting Oleh: Adnan Agnesa Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook A. Pengertian Mioma Uteri Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid (Wiknjosastro, 2005). Leiomyoma atau mioma uteri adalah tumor jinak uterus yang berbatas tegas, disebut juga fobroid, mioma, fibroma, dan fibromioma (Pierce, 2005). Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta otot rahimnya dominan ( Manuaba, 2007). Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroit (Mansjoer, 2002). Mioma uteri adalah suatu tumor jinak uterus yang berbatas tegas, memiliki kapsul, terbentuk dari otot polos dan elemen jaringan penyambung fibrosa (Taber, 1994). Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang dilipat oleh pseudo kapsul, yang berasal dari sel otot polos yang imatur. Dengan nama lain leiomioma, fibroid dan fibromioma (Thomas, 1992). Menurut Saifuddin (1999), mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. Pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35-45tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. B. Etiologi Menurut Manuaba (2007), faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2 teori

yang menjelaskan faktor penyebab mioma uteri, yaitu: 1. Teori Stimulasi Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi dengan alasan : a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil b. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche c. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause d. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama dengan mioma uteri 2. Teori Cellnest atau Genitoblas Terjadinya mioma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen. Selain teori tersebut, menurut Muzakir (2008) faktor risiko yang menyebabkan mioma uteri adalah: 1. Usia penderita Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10%. 2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal) Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita menopause pada level yang rendah/sedikit (Parker, 2007). Otubu et al menemukan bahwa konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dibandingkan jaringan miometrium normal terutama pada fase proliferasi dari siklus menstruasi (Djuwantono, 2004). 3. Riwayat Keluarga Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma mempunyai 2 (dua) kali lipat kekuatan ekspresi dari VEGF- (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker, 2007). 4. Indeks Massa Tubuh (IMT) Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi esterogen oleh enzim aromatease di jaringan lemak (Djuwantono, 2004). Hasilnya terjadi peningkatan jumlah esterogen tubuh yang mampu meningkatkan pprevalensi mioma uteri (Parker, 2007). 5. Makanan Beberapa penelitian menerangkan hubungan antara makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker, 2007). 6. Kehamilan Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus kemungkinan dapat mempercepat terjadinya pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2007).

7. Paritas Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali. 8. Kebiasaan merokok Merokok dapat mengurangi insiden mioma uteri. Diterangkan dengan penurunan bioaviabilitas esterogen dan penurunan konversi androgen menjadi estrogen dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin (Parker, 2007). C. Manifestasi Klinis Faktor-faktor yang menimbulkan gejala klinis ada 3, yaitu : 1. Besarnya mioma uteri, 2. Lokalisasi mioma uteri, 3. Perubahan pada mioma uteri. Gejala-gejala yang timbul tergantung dari lokasi mioma uteri (cervikal, intramural, submucous), digolongkan sebagai berikut : 1. Perdarahan abnormal Perdarahan abnormal yaitu menoragia, menometroragia dan metroragia. Perdarahan sering bersifat hipermenore dan mekanisme perdarahan tidak diketahui benar. Faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu telah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam kontraktibilitas miometrium (Manuaba, 1998). 2. Rasa nyeri pada pinggang dan perut bagian bawah, dapat terjadi jika : a. Mioma menyempitkan kanalis servikalis b. Mioma submukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim c. Adanya penyakit adneks, seperti adneksitis, salpingitis, ooforitis d. Terjadi degenerasi merah 3. Tanda-tanda penekanan/pendesakan Terdapat tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi mioma uteri. Tekanan bisa terjadi pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluh-pembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kencing ialah distorsi dengan gangguan miksi dan terhadap uretes bisa menyebabkan hidro uretre. 4. Infertilitas Infertilitas bisa terajadi jika mioma intramural menutup atau menekan pors interstisialis tubae. 5. Abortus Abortus menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim melalui plasenta. 6. Gejala sekunder Gejala sekunder yang muncul ialah anemia karena perdarahan, uremia, desakan ureter sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal. D. Patofisiologi Mioma memiliki reseptor estrogen yang lebih banyak disbanding miometrium normal. Teori cell nest atau teori genitoblat membuktikan dengan pemberian estrogen ternyata menimbulkan tumor fibromatosa yang berasal dari sel imatur. Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan yang tersusun

seperti konde diliputi pseudokapsul. Mioma uteri lebih sering ditemukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Perubahan sekunder pada mioma uteri sebagian besar bersifaf degeneratif karena berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Menurut letaknya, mioma terdiri dari mioma submukosum, intramular dan subserosum (Manuaba, 2007). E. Komplikasi Manuaba (2007) berpendapat bahwa mioma uteri dapat berdampak pada kehamilan dan persalinan, yaitu: 1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri submukosum. 2. Kemungkinan abortus bertambah. 3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserus. 4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks. 5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma. 6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan intramural. Menurut manuaba (2007), kehamilan dan persalinan juga dapat berdampak pada mioma uteri, yaitu: 1. Tumor bertumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema, terutama dalam bulanbulan pertama, mungkin kaena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi. 2. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis, terutama ditengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasio karnosa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritonium dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama (sterile). Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir. 3. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik perut mendadak (acute abdomen). F. Penatalaksanaan Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi atas : a. Penanganan konservatif, yaitu dengan cara : 1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan, 2) Monitor keadaan Hb, 3) Pemberian zat besi, 4) Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi ovarium menghilang dan diciptakan keadaan menopause yang reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan manfaatnya pada pasien perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan pertumbuhan mioma sampai menopause yang sesungguhnya

mengambil alih. Tidak terdapat resiko penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan. b. Penanganan operatif Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah: 1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia, 2) Nyeri pelvis yang hebat, 3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa), 4) Gangguan buang air kecil (retensi urin), 5) Pertumbuhan mioma setelah menopause, 6) Infertilitas, 7) Meningkatnya pertumbuhan mioma. Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa : 1. Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus. Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih ingin bereproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan. 2. Histerektomi Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri. Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) dalam Chelmow (2005) untuk histerektomi adalah sebagai berikut : 1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan dikeluhkan oleh pasien. 2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis. 3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik (Taber, 1994). G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus mioma uteri adalah : 1. Pemeriksaan Darah Lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit turun. 2. USG : terlihat massa pada daerah uterus. 3. Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya. 4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut. 5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi. 6. ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan operasi. 7. Ultrasonografi Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang hipoekoik. 8. Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat. 9. MRI (Magnetic Resonance Imaging) MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.

MYOMA UTERI -Kenali GejalanyaSunday, 24 April 2011


Share

Mioma uteri adalah tumor jinak yang berada pada uterus atau organ rahim. Masyarakat umumnya menyebut mioma sebagai miom atau tumor otot rahim. Umumnya mioma uteri terletak pada dinding rahim dan dapat berkembang ke arah dalam atau ke arah luar. Statistik penderita mioma tidak diketahui secara pasti karena masih jarang karena umumnya mioma uteri ditemukan secara tidak sengaja dan umumnya jarang menimbulkan keluhan atau gejala. Umumnya sekitar 30% terjadi pada wanita yang berumur di atas 35 tahun. Mioma uteri dapat muncul lebih dari satu buah dan memiliki berat yang bervariasi mulai dari beberapa gram saja hingga mencapai 5 kg. Penyebab mioma uteri

Penyebab secara pasti mioma uteri masih belum diketahui. Umumnya penyebab dari mioma uteri adalah adanya reseptor estrogen yang lebih banyak dan tinggi pada sebagian jaringan otot rahim. Otot rahim yang memiliki reseptor estrogen berlebih akan pertumbuhan yang tidak normal dan lebih sensitif terhadap hormon estrogen sehingga muncullah tumor yang disebut sebagai tumor uteri. Pada saat terjadi kehamilan dan masa reproduksi, tumor uteri akan lebih lebih cepat tumbuh dibandingan otot rahim yang normal dan akan mengecil pada saat terjadi menopause. Jenis mioma uteri Berdasarkan letaknya mioma uteri terbagi atas 3 yaitu :

Pertumbuhan tetap di dinding rahim Pertumbuhan ke dalam uterus (organ rahim)

Pertumbuhan ke permukaan dinding uterus


Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35-45 tahun (kurang lebih 25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju. Setelah menopause mioma akan mengecil. Kehamilan menimbulkan perubahan pada mioma uteri : membesar karena pengaruh estrogen, degenerasi merah dan torsi (puntiran) jika miomanya bertangkai. Keluhan pasien dengan mioma biasanya adanya rasa berat dan benjolan pada perut bagian bahwa. Hasil pemeriksaan mengungkapkan tumor padat uterus. Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang dimasukkan ke dalam liang servik dan terasanya benjolan pada permukaan rongga rahim. Gejala dan ciri ciri mioma uteri

1. Gejala dan ciri ciri mioma uteri tergantung besar dan kecilnya tumor serta arah pertumbuhannya. Gejala mioma uteri juga sangat dipengaruhi oleh siklus haid karena mioma uteri sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Umumnya mioma uteri tidak menimbulkan gejala jika besarnya tumor masih kecil. Gejala akan muncul jika telah terjadi desakan tumor mioma uteri ke organ sekitarnya. Umumnya gejala mioma uteri adalah : 2. Hipermenore ( darah haid yang berlebihan). 3. Dismenore (nyeri haid). 4. Nyeri pada bagian bawah abdomen (perut) akibat penekanan dan terputarnya tangkal mioma uteri. 5. Perdarahan vagina di luar masa haid dan tidak beraturan. 6. Anemia. 7. Gangguan BAB dan BAK jika mioma uteri telah menekan kandung kemih, ureter (saluran kencing), rektum (usus besar) dan organ rongga panggul lainnya.

8. Kesulitan memiliki anak karena mioma uteri menyumbat saluran tuba dan kesulitan terjadi implantasi karena adanya mioma uteri pada dinding rahim. 9. Adanya gangguan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan kontraksi rahim, perdarahan disertai nyeri dan resiko keguguran pada masa kehamilan. 10. Perdarahan yang banyak dan gangguan pelepasan plasenta pasca melahirkan.
Diagnosa mioma uteri Diagnosa mioma uteri memerlukan pemeriksaan USG, CT Scan atau MRI. Umumnya dengan USG saja sudah cukup untuk mendiagnosa mioma uteri. Jika anda mengalami keluhan atau gejala mioma uteri maka segerakan periksa ke dokter anda. Penanganan dan obat mioma uteri Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. GnRH (seperti Tapros) juga dapat dipakai untuk mengobati mioma. Pengobatan mioma uteri terdiri atas terapi hormon, pengobatan herbal dan operasi. Pengobatan hormon tidak menyembuhkan mioma uteri. Umumnya pengobatan hormon hanya menghilangkan gejala gejala dari mioma uteri dan cenderung menimbulkan efek samping dari penggunaan obat hormone. Operasi merupakan pilihan terakhir jika pengobatan hormone tidak berhasil. Pengobatan herbal dapat menjadi pilihan jika pengobatan hormon tidak berhasil dan sang penderita tidak mau menjalani operasi. Obat herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan mioma uteri adalah buah mengkudu, keladi tikus, temu putih dan mahkota dewa. Operasi mioma uteri Miomektomi (operasi pengangkatan mioma) dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum yang keluar lewat linag vagina dengan cara memuntirnya, 25-35 % masih memerlukan histerektomi (operasi angkat rahim). Kadang dibutuhkan radioterapi (penyinaran sinar X) agar ovarium tidak berfungsi lagi umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operasi.

Dan yang terpenting apabila Anda menderita Myoma Uteri adalah: HINDARI STRES karena STRES Justru Akan memperburuk keadaan dan memicu pembesaran Myoma beberapa klien sembuh dari Myoma uteri dengan Hypnotherapy Salam Hangat Bidan Kita

Anda mungkin juga menyukai