URTIKARIA
Biduran, Kaligata, Hives - Rx vaskuler dikulit edema setempat yg cepat timbul & menghilang perlahan, pucat & kemerahan, meninggi dipermukaan kulit dapat dikelilingi halo.
- Angioedema urtika yg mengenai lapisan kulit yang lebih dalam submukosa, subkutis, saluran napas, saluran cerna dan organ kardiovaskuler
E/ : Hampir 80% tidak diketahui, diduga o/ : Obat, makanan,gigitan/sengatan serangga, bhn fotosensitizer, inhalan kontaktan, trauma fisik, infeksi/infestasi,psikis, genetik dan penyakit sistemik
Tipe Urtikaria Urtikaria Akut : Onset akut dan kekambuhan < 30 hari. Urtikaria Kronik : Kekambuhan > 30 hari
Patogenesis Akibat terlepasnya mediator2X dari sel mas basofil terjadi vasodilatasi disertai permeabilitas meningkat, terjadi transudasi cairan yg mengakibatkan pengumpulan cairan setempat tampak edema setempat disertai kemerahan Didermis Terjadi infiltrasi sel radang (Li,netro, eos) disekitar p. darah. Mekanisme ini dapat terjadi melalui mekanisme imunologik dan nonimunologik
Gejala Klinis Subjektif : Gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Objektif : Eritema dan edema setempat berbatas tegas, bag tengah tampak lebih pucat. Dermografisme
Pem Penunjang
1. Pem. DARAH,URIN, FESES Pd U dingin pem cryoglobulin & cold nemolysin 2. Pem gigi, THT, vagina 3. Kadar Ig E, eosinofil & C 4. Tes kulit : - tes alergen inhalasi tes gores - tes alergen makanan tes tusuk - tes alergen dermatofit tes intradermal 5. 6. 7. 8. 9. Tes eliminasi makanan Histopatologik Tes foto temple Tes dgn es Tes dgn air hangat
Penatalaksanaan Yg terbaik mengetahui penyebab sulit. Antihistamin gol AH1 (Sedatif /Non sedatif) Kombinasi antihistamin gol AH1 dan AH2 lebih efektif
E/ : Bahan kimia BM rendah < 1000 dalton dis hapten, lipofilik, sangat reaktif & dapat menembus str korneum. Faktor-faktor yang berpengaruh : potensi sensitisasi alergan, dosis per unit per luas, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu, kelembaban, vehikulum & pH
Patogenesis Melalui reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensitifitas tipe lambat. Reaksi ini terjadi dalam 2 fase yaitu fase sensitifitas dan fase elisitasi
Fase sensitisasi/ primer/ induksi Penetrasi hapten ke kulit, berik dgn karier protein di epidermis dipresentasikan o/ sel langerhans pd sel T kel limfe regional, akn merangsang limfosit T utk memperbyk & berdiferensiasi menjd sel T efektor & sel memori
Fase Elisitasi/ sekunder/ eksitasi Pajanan hapten pada individu yang telah tersensitisasi, shg Ag dipresentasikan o/ sel langerhans ke sel T memori. Kemudian terjadi reaksi imun yang mmenghasilkan limfokin inflamasi
Gejala klinis Fase akut : Merah, edema, papula, vesikula, berair, krusta, gatal. Fase Kronik : Kulit likenifikasi, kulit pecah-pecah, skuama, kulit kering dan hiperpigmentasi
Kronik DKA likenifikasi, hiperpigmentasi, skuama Erupsi akut 24-48 jam stlh terpajan/bisa lbh lambat smp 4 hari
Penatalaksanaan Hindari faktor penyebab. Oral Antihistamin, Kortikosteroid. Topikal bl lesi basah dikompres bl lesi kering topikal steroid
3. DERMATITIS ATOPIK
Dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopik pada dirinya sendiri ataupun keluarganya. DA merupakan bentuk ekzema paling sering dijumpai
Pendahuluan
Dermatitis atopi (DA) Penyakit kulit yang kronik dan rekuren bayi dan anak-anak. Berhubungan dgn IgE , Riw keluarga DA, rinitis alergi & asma.
Atopi : respon hiperaktivitas yg cenderung familier thd paparan alergen yg terdpt dlm lingkungan sekitar, dmn alergen tsb menimbulkan reaksi pd orang N.
Stigmata atopik : Rhinitis alergik, asma bronchiale. Alergi alergen protein. Perubahan suhu. Infeksi virus, bakteri dll
Gejala klinis :
B. infantil (2 bln 2 thn) Eksema susu : eritema, papul atau vesikel milier, skuama, krusta basah & fisura B. Anak (3 10 thn) Papul-papul, plak likenifikasi,erosi, krusta terutama pd antecubital & popliteal fossae B. dewasa Distribusi sama dgn gbran utama likenifikasi & ekskoriasi
Diagnosis : Kriteria Hanifin dan Rajka (1980) > 3 kriteria mayor dan ditambahkan 3 kriteria minor. Kriteria William (1996)
Penatalaksanaan : Hindari semua faktor luar yg mungkin menimbulkan manifestasi klinis. Menjauhi alergen pencetus. Oral : Antihistamin Kortikosteroid bl berat. Antibiotik bl infeksi sekunder. Topikal : Bayi steroid ringan Anak dan Dewasa steroid kuat
Dermatitis Statis
Sinonim : ekzem statis, dermatitis hipostatik Definisi : Dermatitis sekunder akibat hipertensi vena extremitas bawah Etiologi : semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah kurangnya O2 pada daerah tertentu pada tungkai
Gambaran Klinis : Keluhan subyektif pruritus Dimulai dengan varises tungkai bawah. Jk terjadi trauma kecil pecah ulkus varikosus + dermatitis varikosus Ulkus susuh sembuh karena oksigenasi jelek dan dapat terjadi infeksi sekunder.
Pengobatan : Perlu diatasi timbulnya varises, misalnya dengan posisi elevasi kaki waktu tidur
Faktor Penderita Umur dan sex Faktor genetik Riw alergi obat sblmnya Penyakit mendasari Sistim imun & regulasi respon imun thd obat
Patogenesis :
Rx kulit terhadap obat
Non-immunologik
immunologik hapten + protein Kompleks antigen
Reaksi tipe I ( Anafilaktik) Reaksi tipe II ( Sitotoksik) Reaksi tipe III ( kompleks imun) Reaksi tipe IV ( reaksi alergi selular tipe lambat )
Pengobatan :
1. Sistemik : -Kortikosteroid, mis: Prednison dosis tergantung berat ringannya penyakit (dewasa : 3 x 10 mg) - Antihistamin
2. Topikal :
- Tergantung keadaan kulit - Lesi kering : Bedak, krim steroid - Lesi basah : Kompres
Toxic epidermal necrolysis : eritema, vesikel, bula menyeluruh dapat disertai purpura. Khas epidermolisis, nikolsky sign +
dgn
gambaran
bermacam-macam
iris.
ETIOLOGI
Belum diketahui pasti. Faktor penyebab :
fisik
sinar
GAMBARAN KLINIS
2 tipe dasar :
a.Makula eritema :
Mendadak, simetrik.
Predileksi
punggung
tangan,
lingkaran merah.
b.Tipe vesikobulosa :
Mula-mula
berupa
makula,
ditengahnya.
PENGOBATAN
Simtomatik.
Dicari penyebabnya. Kortikosteroid oral prednison 3 x 10 mg.
Sindroma Steven Johnson : Kulit eritema, vesikel, bula, erosi , purpura Mata konjungtivitis Selaput lendir orifisium reaksi tipe III, IV
ETIOLOGI
Etiologi yg pasti belum diketahui.
Streptomisin.
Sulfonamide.
Tetrasiklin. Antipiretik / analgetik.
Klorpromasin, karbanazepin.
Kinin antipirin. Tegretol & jamur.
Dapat
juga
disebabkan
oleh
PATOGENESIS
GAMBARAN KLINIS
Mulai dengan gejala akut disertai demam, malaise, nyeri kepala.
Kelainan
selaput
lendir
di
orifisium.
Tersering mulut (100%), alat genital (50%), jarang hidung & anus.
konjungtivitis kataralis.
KOMPLIKASI
Bronkopneumoni. Kehilangan cairan / darah.
Gangguan
elektrolit.
keseimbangan
Syok.
Kebutaan.
DIAGNOSIS BANDING
Nekrolisis (NET). epidermal toksik
PENGOBATAN
Mengatur keseimbangan cairan /
elektrolit.
Kortikosteroid sistemik 4 6 x 5 mg
Antibiotik :
Eritroderma akibat alergi obat : eritema universal (>90% pmk kulit) Std Penyembuhan skuama Keluhan gatal
Eksantema fiksum : obat penyebab aktivasi dan pembesaran lesi yg lama ditempat yg sama, dpt dgn/tnp timbulnya lesi baru.
Makula eritematosa, bts jls, bulat/oval, soliter, wrn bs cpt berubah jd coklat keunguan, edema/bula diatasnya
Terapi
Sekali menD/ drug eruptions semua obat yang diduga harus distop. Terapi sesuai dengan gambaran klinis.
PEMFIGUS Terdiri dari : a. Pemfigus vulgaris ( PV ) b. Pemfigus eritematosus c. Pemfigus foliaseus d. Pemfigus vegetans
PEMFIGUS VULGARIS : Btk yg tersering ( 80% ) Frekuensi kedua jenis kelamin sama t.u dekade ke-40 dan ke-50 E/ : yg pasti belum diketahui, diduga berhubungan fk autoimunitas Patogenesis : semua bentuk pemfigus terjadi : 1. Akantolisis 2. Adanya IgG thd antibodi determinan
Gejala klinis :
keadaan umum buruk SD berupa bula dinding kendur, mudah pecah dan kulit terkelupas Nikolsky test positif PA : - bula intraepidermal Pengobatan : - Kortikosteroid Dosis : tergantung berat ringan peny. (60 150 mg / hari)
PEMFIGOID BULOSA Pyk kronik yg ditandai oleh bula berdinding tegang, eritem Etiologi belum jelas
Gejala klinis : Ku baik Semua umur Vesikel / bula berdinding tegang, Eritema, bila pecah menjadi erosif luas ( kira2 20% kena mulut ) Histopatologi :bula di subepidermal, ditemukan eosinofil
Pengobatan : Kortikosteroid ( Prednison 40 80 mg sehari ) Obat obat Sitostatik DDS 200 300 mg sehari
DERMATITIS HERPETIFORMIS (Morbus Duhring) Pyk Menahun & residif, ruam polimorfik, vesikel berkelompok, simetris, gatal etiologi belum jelas
Gejala klinis : Anak & dewasa Pria : wanita = 3 : 2 T.u umur dekade 3 Berlangsung seumur hidup, remisi spontan ( 10 15 % ) KU baik, sangat gatal Ruam : papulo vesikel, vesikel / bula Berkelompok & simetris, ddg tegang
Punggung, bokong, ekstensor lengan atas, siku, lutut Gangguan intestinal ( 90% ) Histopatologi : Neutrofil dipapil dermal, Celah subepidermal, vesikel multilokuler & subepidermal
Laboratorium : hipereosinofilia ( > 40% ) Pengobatan : DDS ( diaminodifenilsulfon ) 200 300 mg / hari Sulfapiridin ( jarang ) Diet bebas gluten
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
REVERSAL REACTION ERYTHEMA NODUSUM LEPROSUM ERYTHRODERMA ERYTHEMA MULTIFORME STEVENS JOHNSON SYNDROME TOXIC EPIDERMAL NECROLYSIS ANGIOEDEMA