Anda di halaman 1dari 11

Susu Menyebabkan Kanker?

Hot Topic Tue, 11 Jul 2006 10:05:00 WIB Isunya memang sudah lama muncul, namun tetap saja banyak yang percaya bahwa susu menyebabkan kanker dan osteoporosis. Inilah klarifikasinya. Adalah Robert Cohen, pengarang buku yang isinya menyerang habis Si Putih Susu. Judulnya membuat orang bergidik, Milk: The Deadly Poison. Disebutkannya, susu sama sekali tidak ada manfaatnya buat tubuh, bahkan menyebabkan kanker. Biang keladinya, kata Cohen, kandungan senyawa growth factor pada susu serupa insulin (IGF-I) yang membuat sel-sel tubuh manusia menggandakan dirinya. Sisi buruk senyawa ini adalah dapat mendorong pertumbuhan sel-sel cikal bakal kanker. Pihak lain yang menyerang susu adalah Harvard School of Publik Health. Para penelitinya menyimpulkan susu malah menyebabkan osteoporosis. Dalam penelitiannya beberapa tahun lalu, wanita yang minum susu dua gelas atau lebih per hari cenderung rentan terhadap patah tulang dibandingkan mereka yang hanya minum sekali seminggu atau bahkan tidak sama sekali. Daftar pihak-pihak yang anti-susu masih panjang. Salah satunya, The American Jorunal of Clinical Nutrition melaporkan bahwa pola makan yang kaya produk susu bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat. Penyebabnya, tingginya kalsium dalam susu akan menurunkan produksi hormon parathyroid yang pada akhirnya akan menekan kadar vitamin D. Vitamin inilah yang memegang kunci pertumbuhan tumor. Satu lagi, Daniel W Cramer, MD seorang epidemiolog dan ginekolog di Boston's Brigham and Women's Hospital berpendapat, sebagian wanita mewarisi gen yang membuat tubuh mereka lebih rentan terhadap galaktosa, bentuk gula dalam susu, yang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium. Jadi, mengonsumsi susu, baik yang tinggi maupun rendah lemak, akan memicu kanker itu. Semua terbantah Ada yang kontra, tentu ada yang pro. Semua penelitian tadi ternyata dapat dimentahkan segera. Jadi, Anda jangan dulu takut pada susu. Daniel W Cramer sendiri mengakui, teorinya tersebut masih merupakan teori mentah. Ditegaskannya, untuk mencegah terjadinya kanker ovarium ada faktor lain yang lebih penting daripada menghindari susu, yaitu minum kontrasepsi oral dan konsumsi antioksidan. Di pihak lain, kecurigaan IGF-I sebagai penyebab kanker juga dibantah oleh ahli epidemiologi Jing Ma dari Harvard Universty. Untuk upayanya itu, ia dan tim mengambil sampel darah dari 500 pria 40 tahun ke atas, beberapa diantaranya memiliki kanker usus lebih dari 13 tahun. Semua responden diminta untuk minum susu dan produk olahannya, seperti keu. Hasilnya, meski kadar IGF-I pada konsumen susu dan keju tinggi, mereka justru beresiko rendha terkena kanker colorectal. Kabar baiknya lagi, mereka tak akan mudah terkena kanker usus besar jika mengonsumsi susu dan produknya secara teratur. Yang melegakan lagi, hasil penelitian ini kemudian didukung oleh penelitian lain di tahun 1999 yang menemukan bahwa suplemen

kalsium dapat mencegah kambuhnya tumor usus besar. Dari tanah air, Dr. Murjiah Dinarto MS, ahli gizi medik RSCM memebenarkan bahwa susu dari hewan mengandung lemak jenuh dalam persentase yang cukup tinggi sehingga antara lain bisa menimbulkan risiko terjadinya kanker payudara pada wanita. Namun, ini bukan berarti susulah penyebab kanker itu. Sebab, penyebab kanker itu sangat beragam dan harus dilihat kasus per kasus. Faktor asupan makanan justru ada pada urutan terakhir setelah faktor genetik, umur, dan gaya hidup. "Bila faktor-faktor lain sudah ada di diri seseorang, apa pun yang is konsumsi, kanker itu tetap saja akan muncul," tandas dokter Murjiah. Mengenai tuduhan susu sebagai penyebab osteoporosis, Murjiah berkomentar, "Penyerapan kalsium ke dalam tulang tidak sesederhana itu. Salah satu cara memang dengan minum susu yang kadar kalsiumnya memenuhi, tapi apakah nantinya akan terserap ke dalam tulang dan memberi hasil yang diharapkan, ada faktor-faktor lain yang menentukan. Misalnya usia, jenis kelamin, bentuk kalsium yang harus larut-air, adanya vitamin D3, enzim, hormon, dan aktivitas fisik". Seringkali, para peminum susu menganggap susu sudah cukup sebagai pengganti gerak fisik atau olahraga. Padahal, yang terakhir inilah yang paling berperan memperkuat tulang hingga terjadinya patah tulang juga bisa dicegah. Sumber kegemukan? Satu lagi, anggapan bahwa susu menyebabkan kegemukan juga dibantah oleh dokter Murjiah. Inilah penjelasannya: Dalam susu ada hitungan kalori, dan selama itu dikonsumsi dalam batas kebutuhan kalori harian, maka susu tak akan menggemukkan. Misalnya, dalam satu hari Anda butuh 2500 kalori. Bila Anda minum susu sebanyak 250 kalori, maka kalori dari makanan harus dikurangi sebanyak itu. Bila memang perlu, susu skim atau susu rendah lemak bisa dipilih, namun ini tak ada manfaatnya bila makanan Anda (di luar susu) masih berlemak dan berkalori tinggi. Pada remaja dan orang yang sangat aktif, kalori dalam susu ini tidak terlalu berpengaruh bagi tubuh. Susu bisa menggemukkan kalau dikonsumsi oleh orang yang kurang aktif atau usia lebih dari 40 tahun yang kebutuhan kalorinya sudah tercukupi dari makanan ini lantaran tak ada kandungan serat di dalam susu sehingga susu langsung diserap tubuh. Artinya, mencari pengganti kalori dari makanan dengan susu boleh-boleh saja, cuma, harus diperhatikan, bahwa ada satu faktor yang kurang, yaitu serat. Akhirnya, dokter Murjiah menyarankan agar kita tidak perlu antipati terhadap susu. Susu tetap dibutuhkan sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan kalsium harian, dan juga sebagai sumber protein dan beragam nutrisi penting. Ia bukanlah racun mematikan tapi juga bukan obat mujarab penyembuh beragam penyakit. Maka, agar kita mendapatkan manfaat dari susu, kuncinya adalah jangan berlebihan dalam mengonsumsi. Proporsional. I HL Masih ingat semboyan '4 Sehat 5 Sempurna'? Jargon yang diperkenalkan oleh Prof. DR. Dr. Poerwo Soedarmo sejak tahun 1950 untuk menggerakkan kesadaran gizi masyarakat ini

menyebutkan susu sebagai penyempurna asupan nutrisi kita. Dia ada di urutan kelima, "paling bontot" setelah nasi sebagai sumber karbohidrat, lauk pauk sebagai sumber protein, dan sayurbuah sebagai sum- ber mineral dan vitamin. Jadi, apakah artinya asupan gizi kita tak sempurna tanpa susu? Bagi makhluk menyusui, termasuk manusia, susu merupakan makanan pertama dan utama dalam periode awal kehidupan. Susu adalah cairan biologic yang kom- pleks; karakteristik fisik dan komposisinya bervariasi antarspesies, yang mencermin- kan kebutuhan nutrisi dari makhluk menyusui tersebut. Namun demikian, apa yang kits dapat dari susu bisa juga kita dapat dari makan- an lain. Karena itu kita tidak bisa begitu saja menganggap bahwa gizi kita kurang sempurna tanpa susu. Jadi, 4 Sehat 5 Sempurna bukanlah harga mati. Menurut Konsultan Gizi Puan Jakarta Boutique Clinic, Dr. Murjiah Dinarto, MS, susu bisa menjadi gizi utama atau penyempur- na tergantung pada siapa dan bagaimana kondisi yang meminumnya. la menjelaskan, susu menjadi makanan utama untuk bayi di bawah 4 bulan. Selain memberikan daya tahan dan kekebalan bagi tubuh bayi, komposisi nutrisi dalam ASI memenuhi semua kebutuhan gizi bayi. Melewati usia 4 bulan, susu bergeser menjadi makanan tambahan, karena anak harus mulai diajarkan mengenal makanan lain. Sampai seorang anak menginjak usia 12 tahun, ia masih membutuhkan 1-2 gelas susu per hari. Semakin bertambah umur seseorang, posisi susu sebagai makanan utama semakin bergeser. Di atas usia 12, kebutuhan susu tergantung pada si anak. Bila gizinya sudah baik, susu tidak diperlukan setiap hari, kecuali bila aktivitasnya sangat tinggi atau saat stres. Bahkan pada masa remaja hingga usia dewasa muda, susu bisa dihilangkan dari menu karena gizi yang ada di dalam susu bisa didapat dari makanan lain, seperti es krim, makaroni panggang, dan lain-lain. Pada wanita hamil dan menyusui, kebutuhan gizi meningkat, clan ini bisa didapat dari susu (terutama susu khusus untuk ibu hamil dan menyusui). Di usia tua, susu bisa masuk lagi ke dalam menu, terutama pada orangtua yang gizinya tidak terpenuhi dari makanan biasa. Macam-macam susu Susu mengandung protein bermutu tinggi dengan kadar lemak 3,0 hingga 3,8%. Si cair-putihpekat ini merupakan sumber kalsium dan fosfor yang baik, k dengan vitamin A, thiamin, niacin, riboflavin, namun miskin mineral terutama zat besi. Kadar air di dalam susu seban 87, 5%. Meski kandungan gulanya cuF tinggi, 5%, rasanya tidak manis kadar gula susu (laktosa) daya kemanisan lebih rendah dari gula pasir (sukrosa). Menurut cara mengolahnya, inil jenis susu: Susu pasteurisasi Susu ini dipanaskan dengan suhu tingi sehingga bakteri berbahaya yang ada dalamnya mati. Dalam proses pasteurisa~ susu dialirkan melalui suatu pipa yar ditutup dengan pemanas bertemperat 72C selama 15 menit hingga semua tit terpanaskan. Setelah itu susu didinginkz segera hingga mencapai suhu 10C untr mencegah pertumbuhan dan perker bangbiakan bakteri yang masih tinggal.

Pasteurisasi tidak menggunakan zat pengawet, namun hasilnya susu aman untuk diminum dan memperlama daya simpannya. Susu pasteurisasi harus disimpan di dalam lemari pendingin, dan kualitasnya bisa bertahan hingga seminggu. Susu UHT Disebut juga sterilisasi, yaitu susu yang dipasteurisasi dengan menggunakan ultra-high temperature (UHT), 143C dalam 5 detik. Susu UHT dapat bertahan selama 2 tahun tanpa disimpan dalam lemari pendingin. Namun, begitu kemasannya telah dibuka, harus disimpan di lemari pendingin dan jangan lebih dari 5 hari. Bila dibiarkan dalam suhu ruang, susu akan menjadi asam (rusak) dalam sehari. Susu homogenisasi Susu merupakan emulsi, campuran antara minyak (lemak susu) dan air. Maka, susu perlu dihomogenkan agar partikel lemak susu tersebar dan bercampur dengan air, tidak hanya mengambang di permukaan. Homogenisasi merupakan proses mekanik untuk mengubah ukuran alami glohula lemak. Di pabrik, selain diaduk, susu juga disemprotkan melalui lubang yang sangat kecil hingga globula-globula lemak 'pecah' menjadi ukuran kecil hingga lemak menyebar. Inilah yang membuat susu bertekstur lembut dan kental. Homogenisasi tidak mengubah nilai gizi susu. Susu evaporated Susu kental yang dihasilkan dari pemanasan; sebanyak 60% kandungan airnya diuapkan secara vakum dari susu utuh (wholemilk), kemudian dihomogenisasi, dikemas dalam kaleng, dan distrerilkan. Masa simpannya lama, selama kaleng belum dibuka. Sekali dibuka, harus disimpan dalam lemari pendingin agar tak tercemar mikroba dari udara. Susu kental manis Susu yang telah diawetkan dengan pemanasan, mengurangi separuh jumlah air-nya, serta ditambah gula sebanyak 44% sebagai pengawetnya. Karena kadar gulanya yang tinggi, daya simpannya cukup lama. Susu bubuk Susu yang diawetkan dengan cara menguapkan airnya. Dalam keadaan kering, tidak ada bakteri yang dapat hidup hingga susu dapat bertahan lama. Mulamula susu dikentalkan dalam keadaan tekanan rendah, kemudian diembuskan melalui semprotan halus hingga menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Terbagi menjadi tiga jenis: susu bubuk skim, susu bubuk whole, dan susu bubuk buttermilk. Susu skim Susu yang kadar lemaknya telah dikurangi hingga berada di bawah batas minimal yang telah ditetapkan. Susu nonfat Susu yang praktis telah bebas sama sekali dari kandungan lemak. Sumber: Healthy Life

http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=cybermed|0|0|5|23

Jangan Minum Susu Sapi...!!!!


Susu sapi telah lama dikenal sebagai minuman sehat yang didukung oleh berbagai iklan komersial. Kebanyakan orang beranggapan bahwa susu sapi sangat bermanfaat bagi tubuh karena kaya akan zat gizi dasar seperti kalsium, vitamin D dan vitamin B, dan protein.Namun tahukah anda bahwa susu sapi juga dapat memberikan pengaruh buruk pada kesehatan? Berikut beberapa bahaya susu sapi: . - Kandungan lemak jenuh yang tinggi Susu sapi mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi. Lemak jenuh telah dikenal sebagai penyebab utama dalam meningkatkan tingkat kolesterol dan resiko terkena penyakit jantung koroner. - Dapat menyebabkan osteoporosis Meskipun memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi, susu sapi dapat meningkatkan tingkat keasaman dalam darah, yang pada gilirannya, tubuh harus menetralisirnya dengan menyerap kalsium yang tersimpan dalam tulang. Akhirnya, kalsium yang digunakan tadi dikeluarkan melalui urin.Saat sebagian besar kandungan kalsium dalam tulang terbuang, resiko terkena osteoporosis akan ikut melonjak. - Dapat menyebabkan kanker Sebuah penelitian menyebutkan bahwa wanita yang mengkonsumsi lemak lebih dari 90 gram per hari dari susu sapi memiliki resiko yang tinggi untuk terserang kanker payudara. Ini mungkin disebabkan karena sapi yang sedang mengalami masa kehamilan, memproduksi oestrogen yang pada akhirnya masuk ke susu sapi. Kelebihan oestrogen telah diprediksi dapat menyebabkan kanker payudara. Ini dapat menjelaskan kenapa Jepang memiliki tingkat kanker payudara yang rendah, mereka lebih memilih susu kedelai ketimbang susu sapi . Alternatif sbgai pngganti susu sapi: -Susu Almond : memiliki sifat alkali yang berfungsi untuk menetralisir asam dalam tubuh. - Susu kedelai Bebas kolesterol dan mengandung lemak jenuh 9x lebih sedikit daripada susu sapi. Sumber : www.celestialhealing.net/milkpage.htm

Hormon Estrogen, Progesterone, Testosterone, Corticosteroids, Oxytocin, Growth Hormone dan 53 hormon bio-activelainnya. Growth hormone yang paling kuat dalam susu adalah IGF-1 (Insulin-like Growth Hormones) yang adalah PEMICU KANKER paling potensial seperti: kanker prostate, kanker payudara, kanker paru2, diabetes dan diabetes kanakkanak yang kini banyak didapati pada anak anak di Amerika Serikat (USA).

http://www.obatherbalsehat.com/artikel-kesehatan/cara-rahasia-sembuhkan-kanker/

Produk Susu Menjadi Penyebab Kanker Payudara?


Posted by Nesyia Hanifa on 23 Februari 2012

2 0 Kasih Jempolnya donk Sorry RePost, soalnya artikel yang saya ambil dari http://misteri.web.id/misteri-kenapa-wanita-di-cina-tidak-terkenakanker-payudara/ sangat menarik untuk dibaca. Kalau merasa bermanfaat silahkan share. Misteri Kenapa Wanita di Cina Tidak Terkena Kanker Payudara Oleh: Prof. Jane Plant, PhD, CBE Prof. Jane Plant, PhD, CBE

Prof. Jane Plant, PhD, CBE

Saya tidak mempunyai pilihan lain kecuali mati atau menemukan obat untuk menyembuhkan diri saya sendiri yang saat ini menderita kanker payudara. Saya seorang ilmuwan, yang butuh penjelasan dan masuk akal tentang penyakit yang mematikan dan menyerang satu dari 12 wanita di Inggris ini.

Kanker Payudara

Kanker Payudara Saya telah telah menderita karena kehilangan satu payudara dan telah menjalani radioterapi. Sekarang saya menjalani kemoterapi yang menyakitkan dan saya juga telah diperiksa oleh beberapa spesialis yang paling terkemuka di negeri ini. Saya merasa maut akan menjemput saya. Tapi, saya ingin hidup karena saya mempunyai suami yang mencintai saya, rumah indah dan dua anak kecil yang memerlukan bimbingan saya. Dan, keinginan hidup ini mendorong saya untuk menggali fakta-fakta, yang baru sedikit diketahui oleh sejumlah kecil ilmuwan pada waktu itu. Setiap orang yang berhubungan dengan kanker payudara akan tahu bahwa beberapa faktor penyebab atau resiko dari penyakit ini antara laini usia tua, mens terlalu dini, menopause terlambat dan sejarah keluarga dengan kanker payudara, sungguh-sungguh tidak dapat kita cegah. Tetapi ada banyak faktor resiko lainnya yang dapat kita kontrol dengan baik. Faktor-faktor resiko yang terkontrol ini dengan mudah terwujud dalam perubahan-perubahan sederhana yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari kita untuk mencegah atau mengobati kanker payudara.

Petunjuk pertama dalam memahami penyebab berkembangnya kanker payudara saya datang pada saat suami saya Peter, yang juga ilmuwan, pulang ke tanah air setelah bekerja di Cina, ketika saya sedang menjalani pengobatan kemoterapi. Ia membawa kartu-kartu dan surat-surat, serta beberapa ramuan dari tumbuh-tumbuhan, yang diberikan oleh teman-teman dan ilmuwan-ilmuwan mitra saya di Cina. Ramuan-ramuan itu dikirimkan kepada saya untuk menyembuhkan kanker payudara ini. Meskipun kami menghadapi keadaan yang menyedihkan pada saat itu, kami dapat tertawa lepas, dan saya ingat telah mencetuskan perkataan bahwa ramuan ini merupakan pengobatan bagi kanker payudara di Cina, dan tidak mengherankan bahwa wanitawanita di Cina berusaha terhindar dari penyakit ini. Kata-kata itu selalu teringat di benak saya. Mengapa wanitawanita di Cina tidak terkena kanker payudara? Saya pernah bekerja sama dengan mitra-mitra Cina dalam penelitian tentang hubungan antara kimia tanah dan penyakit, dan mengingat beberapa statistik yang telah dibuat. Faktor Gaya Hidup Penyakit ini boleh dikatakan tidak terdapat di seluruh negeri Cina.Hanya 10.000 wanita di Cina wafat karena penyakit ini, dibandingkan dengan persentase menakutkan bahwa satu di antara 12 wanita di Inggris meninggal dunia karena penyakit ini. Bahkan angka ini lebih mengerikan lagi dan menjadi rata-rata satu di antara 10 wanita di sebagian besar negara-negara Barat. Hal ini bukanlah karena Cina merupakan negeri yang lebih bersifat pedesaan, dan tidak banyak terkena polusi perkotaan. Di daerah Hong Kong yang padat, persentase meningkat menjadi 34 di antara 10.000 wanita, namun toh masih jauh lebih sedikit daripada di Barat. Kota-kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang juga memiliki persentase yang hampir sama dengan Cina. Padahal kedua kota ini telah diserang dengan senjata nuklir, sehingga selain kanker yang berhubungan dengan polusi, kita dapat memperkirakan adanya kasus-kasus kanker yang terkait dengan radiasi. Kesimpulan yang dapat kita peroleh dari statistik ini sungguh mengejutkan. Apabila seorang wanita Barat pindah ke kota industri Hiroshima yang terkena radiasi, resiko terkena kanker payudara ini dapat menjadi satu berbanding dua. Tentu saja hal ini tidak masuk akal. Saya merasa yakin bahwa ada sebuah faktor gaya hidup yang bukan terkait dengan polusi, urbanisasi atau lingkungan hidup yang nyata-nyata telah meningkatkan kemungkinan wanita Barat terkena kanker payudara. Saya kemudian menemukan bahwa penyebab perbedaan besar dalam persentase kanker payudara antara negaranegara Timur dan Barat bukanlah karena faktor genetika. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa apabila orang Cina atau Jepang pindah ke Barat, dalam satu atau dua generasi persentase kanker payudara mereka mendekati persentase dari penduduk negara di mana mereka tinggal. Hal yang sama terjadi apabila orang-orang Timur sepenuhnya meniru gaya hidup Barat di Hong Kong . Sesungguhnya, nama populer yang disebutkan orang di Cina bagi kanker payudara adalah Penyakit Wanita Kaya. Ini disebabkan bahwa di Cina, hanya orang-orang kaya yang dapat menikmati apa yang disebut sebagai Makanan Hong Kong. Orang-orang Cina menggambarkan semua makanan Barat, termasuk semua kudapan dari es krim dan coklat sampai spaghetti dan keju, sebagai Makanan Hong Kong karena hanya terdapat di bekas koloni Inggris dan dulu jarang ada di daratan Cina. Jadi sungguh masuk akal bagi saya bahwa apa yang menyebabkan kanker payudara saya ini dan banyaknya penderita penyakit tersebut di negara saya hampir dipastikan berasal dari sesuatu yang berhubungan dengan gaya hidup Barat kita, dari kalangan menengah yang lebih baik. Angka ini juga besar bagi para pria di sini. Saya telah

mengamati dalam penelitian saya bahwa banyak data tentang kanker prostat juga sampai pada kesimpulan yang sama. Tidak Mengkonsumsi Produk Susu

Produk-produk dari susu Produk-produk dari susu Menurut angka dari WHO, jumlah pria yang terkena kanker prostat di Cina pedesaan hampir tidak ada, hanya 0,5 pria di antara 100.000. Namun demikian di Inggris, Skotlandia dan Wales , angka ini 70 kali lebih tinggi. Seperti kanker payudara, penyakit ini merupakan penyakit kalangan menengah dan terutama menyerang kelompokkelompok sosial yang lebih kaya dan mempunyai kehidupan sosial-ekonomi yang lebih tinggi, yaitu mereka yang dapat menikmati makanan yang bergizi tinggi. Saya teringat berkata kepada suami saya, Ayo Peter, kamu baru saja pulang dari Cina. Apa sih gaya hidup Cina yang sangat berbeda dengan kita? Mengapa mereka tidak terkena kanker payudara? Kami memutuskan untuk menggunakan latar belakang ilmu kami bersama-sama dan melakukan pendekatan dengan logika. Kami memeriksa data ilmiah yang mengarahkan kami pada kandungan lemak dalam makanan. Para peneliti pada tahun 1980-an telah menemukan bahwa hanya 14% kalori di hidangan Cina terdiri atas lemak, dibandingkan dengan hampir 36% di Barat. Tetapi makanan yang telah saya makan selama bertahun-tahun sebelum terkena kanker payudara ini sangat rendah lemak dan berserat tinggi. Selain itu, sebagai ilmuwan saya tahu bahwa asupan lemak pada orang dewasa tidak menunjukkan peningkatan resiko kanker payudara dalam sebagian besar investigasi yang telah dilakukan pada kelompok-kelompok besar wanita selama dua belas tahun. Lalu pada suatu hari sesuatu yang agak istimewa terjadi. Peter dan saya telah bekerja sama begitu erat selama bertahun-tahun lamanya sehingga saya tidak yakin siapa di antara kami berdua yang berkata terlebih dahulu: Orang-orang Cina tidak makan produk dari susu!

Sulit untuk menjelaskan kepada orang yang bukan ilmuwan terjadinya dentingan pikiran dan perasaan yang mendadak ketika menyadari bahwa pikiran kita terbuka pada sesuatu hal yang penting. Rasanya seperti ada banyak potongan gambar di dalam otak kita dan tiba-tiba, dalam beberapa detik, semua teka-teki ini terangkai dengan baik sehingga membentuk gambar yang jelas. Tiba-tiba saya teringat kembali betapa banyak orang Cina yang tidak dapat mencernakan susu dengan baik, betapa orang-orang Cina yang bekerja dengan saya selalu berkata bahwa susu hanya untuk bayi, dan bagaimana salah seorang sahabat karib saya, yang keturunan Cina, dengan sopan selalu menolak keju pada saat jamuan malam. Saya tahu bahwa tak ada orang Cina yang hidup secara tradisional, yang menggunakan susu sapi atau produk dari susu untuk memberi makan kepada bayinya. Dalam adat istiadat mereka, mereka menggunakan inang untuk menyusui tetapi tidak pernah produk dari susu. Dan, secara budaya, orang-orang Cina menganggap gaya Barat kita yang sangat menyukai susu dan produk dari susu sebagai sesuatu yang sangat aneh. Saya teringat ketika menjamu sebuah delegasi besar ilmuwan Cina tidak lama setelah berakhirnya Revolusi Budaya di Cina pada tahun 1980-an. Atas nasihat Biro Luar Negeri, kami telah meminta kepada perusahaan jasa boga untuk menyediakan puding yang mengandung banyak es krim. Setelah menanyakan dari apa puding itu dibuat, semua ilmuwan Cina itu, termasuk interpreter, dengan sopan namun tegas menolak untuk memakannya, dan mereka tidak dapat dibujuk untuk mengubah pikiran mereka. Pada waktu itu kami semua senang dan menikmati porsi tambahan! Saya menemukan bahwa susu adalah salah satu penyebab umum alergi makanan. Sekitar 70% penduduk dunia tidak dapat mencernakan gula susu, Laktosa, sehingga para ahli gizi berpendapat bahwa kondisi ini normal bagi orang dewasa, dan bukan merupakan sebuah Deficiency (kekurangan) . Mungkin alam berusaha mengatakan kepada kita bahwa kita telah mengkonsumsi makanan yang salah. Menghentikan Produk Susu Sebelum saya terkena kanker payudara untuk pertama kali, saya telah makan banyak produk dari susu, seperti susu tanpa lemak, keju rendah lemak dan yoghurt. Saya menggunakannya sebagai sumber protein saya yang utama. Saya juga makan daging cincang sapi yang tidak berlemak, yang sekarang baru saya sadari mungkin sering berasal dari sapi perah. Agar dapat mengatasi kemoterapi untuk tonjolan kanker saya yang kelima ini, saya telah makan yoghurt organik agar alat-alat pencernaan saya dapat pulih kembali dan mengembalikan bakteri-bakteri yang baik ke dalam usus saya. Baru-baru ini, saya menemukan bahwa pada tahun 1989 yang lalu, yoghurt telah terlibat dalam kanker ovarium (indung telur). Dr. Daniel Cramer dari University of Harvard telah meneliti ratusan wanita penderita kanker indung telur dan telah mencatat dengan rinci apa yang biasa mereka makan. Coba saya tahu tentang hal ini ketika ia pertama kali menemukannya. Mengikuti nasihat Peter dan pendapat saya tentang makanan Cina, saya memutuskan untuk tidak saja menghentikan yoghurt tetapi semua produk dari susu, saat ini juga. Keju, mentega dan yoghurt serta semua makanan yang mengandung susu saya buang ke sampah. Betapa mengherankan bahwa begitu banyak produk termasuk sup buatan, biskuit dan kue mengandung susu. Bahkan banyak merk margarin yang dijual dengan bahan dari minyak kedelai, minyak bunga matahari atau minyak zaitun dapat mengandung produk susu. Oleh karena itu saya kemudian membaca semua kandungan yang tercetak di label-label makanan.

Sampai saat itu, saya setia mengukur perkembangan tonjolan kanker saya yang kelima ini dengan alat pengukur dan mencatat hasilnya. Meskipun para dokter dan suster banyak memberi semangat dan berkata positif kepada saya, pengamatan saya sendiri mengungkapkan kenyataan yang pahit. Seri kemoterapi saya yang pertama untuk tonjolan kelima ini tidak berhasil tonjolan itu tetap sama. Kemudian saya menghapuskan produk-produk dari susu. Beberapa hari kemudian tonjolan itu mulai mengecil. Sekitar dua minggu setelah seri kemoterapi saya yang kedua dan seminggu setelah tidak mengkonsumsi produk dari susu, tonjolan di leher saya mulai terasa gatal. Kemudian tonjolan itu melunak dan mengecil. Garis di alat pengukur, yang tadinya tidak menunjukkan perubahan, sekarang menunjuk ke bawah setelah tumor itu menjadi kecil dan mengecil lagi. Dan secara signifikan, saya mencatat bahwa daripada menurun secara perlahan-lahan (membentuk curve yang halus) seperti biasanya terjadi pada kanker, tumor yang mengecil ini digambarkan seperti garis lurus yang menuju ke bagian bawah alat pengukur, yang menggambarkan penyembuhan, bukan pembasmian (atau pengurangan) tumor. Tonjolan Menghilang Pada hari Sabtu siang sekitar enam minggu setelah tidak mengkonsumsi produk-produk susu ini, saya melakukan meditasi selama sejam kemudian meraba apa yang yang masih tersisa dari tonjolan saya. Saya tidak menemukannya lagi. Padahal saya sangat berpengalaman dalam mendeteksi tonjolan kanker, karena saya menemukan kelima tonjolan kanker saja itu sendiri. Saya turun ke tingkat bawah rumah dan meminta suami saya meraba leher saya. Ia pun tidak menemukan tonjolan apapun juga. Hari Kamis berikutnya saya harus memeriksakan diri saya pada dokter spesialis kanker saya di Cross Hospital London . Ia memeriksa saya dengan teliti, terutama leher saya di mana sebelumnya ada tumor. Tadinya ia tercengang dan kemudian gembira ketika berkata, Saya tidak menemukannya,. Ternyata tidak seorangpun dari dokter-dokter saya yang memperkirakan bahwa seseorang dengan jenis dan stadium kanker saya (yang jelas-jelas sudah menyebar ke sistem getah bening) dapat bertahan hidup, apalagi begitu sehat dan gembira. Dokter spesialis saya merasa sangat bahagia seperti saya. Tadinya ketika saya membicarakan gagasan saya dengannya, ia dapat memahami tetapi bersikap skeptis. Tetapi saya tahu bahwa sekarang ia menggunakan peta yang menunjukkan persentase kanker di Cina di dalam kuliah-kuliah yang diberikannya, dan menganjurkan makanan tanpa produk susu bagi pasien-pasien penderita kanker. Saya sekarang meyakini adanya kesamaan dalam pertalian antara produk dari susu dan kanker payudara dengan merokok dan kanker paru-paru. Saya percaya bahwa dengan mengidentifikasi pertalian antara kanker payudara dan produk susu dan kemudian mengembangkan makanan yang khusus ditujukan untuk mempertahankan kesehatan dari payudara dan sistem hormon saya, telah menyembuhkan saya. Sangat sulit bagi saya, dan mungkin juga bagi anda, untuk menerima bahwa sebuah zat yang begitu alami seperti susu dapat berdampak begitu mencelakakan bagi kesehatan. Tetapi saya merupakan bukti hidup bahwa hal itu benar-benar terjadi dan mulai besok saya akan mengungkapkan rahasia kegiatan saya yang mengubah semuanya ini. Begitu ceritanyamungkin dari pembaca ada opini lain, pengalaman, atau penelitian lain, silahkan komen di sini. Dikutip dari buku Your Life in Your Hands karangan Professor Jane Plant, Ph.D, CBE. (RS/FGD)

Anda mungkin juga menyukai