Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat dan pembangunan di berbagai bidang yang semakin meningkat diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sudah tentu akan mempengaruhi atau merubah kondisi lingkungan sekitarnya. Perubahan kondisi lingkungan bisa diakibatkan oleh limbah atau buangan dari berbagai kegiatan yang dilakukan manusia diantaranya sampah. Semakin besar jumlah penduduk volume sampah pun semakin besar. Adanya penambahan volume sampah yang semakin besar tentu akan memengaruhi kualitas lingkungan baik air, udara maupun tanah. Dalam hal kualitas udara, sampah sangat memberikan pengaruh karena bau yang ditimbulkannya teruatama di tempat pembuangan atau penimbunan sampah juga bak pengangutannya. Bau sampah timbul dari pembusukan sampah oleh mikroorganisme yang akan menghasilkan gas. Gas yang dihasilkan oleh pembusukan diantaranya berupa H2S. Gas ini tidak berwarna, sangat beracun, mudah terbakar, dan memiliki karakteristik bau telur busuk. Gas ini dengan mudah terserap oleh paru paru, pada konsentrasi rendah dapat menyebabkan iritasi mata, hidung atau kerongkongan bahkan pada penderita asma dapat mengalami kesulitan bernafas. Konsentrasi diatas 500 ppm dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran dan kematian, edema phulmonri, asphyxian. Paparan H2S dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan efek permanen seperti gangguan saluran pernapasan, sakit kepala, dan batuk kronis. Petugas kebersihan memiliki jasa yang besar dengan tugasnya sebagai penjaga kebersihan dan kesehatan pernapasan lingkungan dengan mengumpulkan sampah yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah sehingga kesehatan pernapasannya harus tetap terjaga untuk melaksanakan tugasnya. Tetapi karena interaksinya dengan sampah yang
1

sangat banyak yaitu rata-rata 48 jam/minggu tanpa menggunakan alat pelindung diri (terutama pelindung pernapasan) maka berpotensi mengalami perubahan kondisi kesehatan pernapasan atau gangguan kesehatan pernapasan karena paparan udara yang mengandung H2S. B. Identifikasi Masalah Terdapat berbagai hal yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pernapasan petugas kebersihan akibat paparan H2S. Diantaranya adalah waktu paparan, jumlah atau konsentrasi H2S di lingkungan kerja, penggunaan alat pelindung diri (APD), kebiasaan atau gaya hidup, intake gizi, dan penyakit pernapasan baawaan yang diderita sebelum menjadi petugas kebersihan. Kondisi kesehatan pernapasan petugas kebersihan akan memburuk karena waktu paparan H2S yang semakin lama dengan konsentrasi yang semakin besar, kebiasaan atau gaya hidup yang buruk, dan penyakit pernapasan awal yang diderita akan semakin memburuk. Namun, penggunakaan APD (masker) dan intake gizi yang baik akan mengurangi jumlah paparan H2S. C. Batasan Masalah Dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah dalam penelitian ini maka berikut ini adalah beberapa variabel yang akan menjadi fokus penelitian, yaitu sebagai berikut.
1. 2.

Dosis dan waktu paparan H2S. Penggunaan alat pelindung diri (makser) sebagai upaya untuk Kebiasaan atau gaya hidup (kebiasaan merokok). Riwayat penyakit pernapasan yang diderita sebelum dan sesudah

mengurangi paparan H2S.


3. 4.

menjadi petugas kebersihan.

D. Rumusan Masalah

Paparan gas H2S dengan dosis kecil namun dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan gangguan kesehatan pernapasan, diperkirakan dalam jangka waktu tertentu para petugas kebersihan akan mengalami gangguan kesehatan pernapasan akibat paparan H2S. Menurut data Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya diperkirakan jumlah sampah per hari sebanyak 600 ton namun yang terangkut oleh armada pengangkut sampah dengan jumlah petugas yang dimilikinya dalam satu hari sebanyak 250 ton, dengan demikian terdapat potensi paparan H2S terhadap petugas kebersihan. Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah : Perlu diteliti pengaruh paparan udara yang mengandung H2S di lingkungan kerja (sekitar truk penganggut sampah, tempat pembuangan sampah dan tempat pembuangan akhir/TPA sampah) terhadap kondisi kesehatan pernapasan petugas kebersihan di Dinas Ciptakarya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan paparan H2S dengan kondisi kesehatan pernapasan petugas kebersihan kota Tasikmalaya, dan pengaruh yang ditimbulkannya. 2. Tujuan khusus
- Mengukur kadar H2S di udara di sekitar truk pengangkut sampah,

tempat pembuangan sampah, dan TPA sampah.


- Menganalisis hubungan paparan H2S pada tubuh, riwayat sakit, dan

riwayat merokok.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi instansi terkait


3

Memberikan masukan pemikiran dan pengetahuan tentang dampak paparan H2S terhadap petugas kebersihan, sehingga kesehatan pernapasan pekerja lebih diperhatikan. Sebagai evaluasi pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran di lingkungan kerja petugas kebersihan pada sekitar bak pengangkut sampah, tempat sampah, dan TPA. 2. Bagi Petugas kebersihan Memberikan masukan pemikiran dan pengetahuan tentang dampak paparan H2S sehingga petugas dapat melakukan upaya pencegahan keterpaparan semakin besar, misalkan dengan penggunaan masker atau alat pelindung diri lainnya sehingga mereka merasa aman dan nyaman saat bekerja serta kesehatan pernapasannya tidak terganggu. 3. Bagi peneliti lain Sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih adalam maupun penelitian lain dengan masalah yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hidrogen Sulfida (H2S)

Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003). Penguraian sampah disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob. Pembusukan sampah organik oleh mikroorganisme aerob dan anaerob ini akan menghasilkan bau tak sedap karena terbentuknya gas hidrogen sulfida (H2S) yang bersifat racun bagi tubuh makhluk hidup. Hidrogen sulfida merupakan gas tidak berwarna, sedikit larut dalam air, berbau telur busuk (tercium pada konsentrasi 0,5 ppb sampai 0,3 ppm) dengan berat molekul 34,1 ; titik didik -77F pada tekanan 760 mmHg ; rapat gas 1,2 beracun dan berbahaya bagi kesehatan. Dapat bertahan di udara rata-rata 18 jam sampai 3 hari dan daapt terbakar menghasilkan gas SO2. B. Efek Hidrogen Sulfida terhadap Kesehatan H2S lebih banyak dan lebih cepat diabsorpsi melalui inhalasi karena ukuran partikel H2S yang kecil dapat mencapai saluran nafas bawah di mana H2S dapat diabsorpsi ke dalam darah. Bila konsentrasi gas ini tinggi menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan penciuman sehingga digolongkan asphyxian karena efek utamanya adalah melumpuhkan pusat pernafasan, tetapi bersifat iritan terhadap paru-paru. Hidrogen sulfida dapat terabsorpsi dalam darah sehingga menghambat enzim cytochrome oxidase sebagai penghasil oksegen sel. Metabolisme anaerob menyebabkan akumulasi asam laktat yang menyebabkan gangguan jaringan saraf yang berhubungan dengan jantung sehingga dapat menyebabkan kematian akibat terhentinya pernafasan. Dalam kadar rendah tidak berbau dan bila kadar bertambah menyebabkan bau yang tidak enak gejalanya cepat menghebat menimbulkan pusing, batuk
5

dan mabuk.Uap. Akibat buruk lingkungan yang mengandung H2S terjadi pada manusia yangbekerja di sekitarnya atau bertempat tinggal di sekitar tempat pembuangan sampah. Kerusakan kesehatan akibat H2S tergantung pada lamanya kontak dan konsentrasinya. Tabel 1. Tingkat Konsentrasi H2S dan efek fisiknya. Tingkat H2S (ppm) 0.13 4.6 10 27 100 200-300 500-700 Lebih dari 700 Efek pada manusia Bau minimal yang masih terasa Mudah dideteksi, bau yang sedang Permulaan iritasi mata dan mulai berair Bau yang tidak enak dan tidak dapat ditoleransi lagi Batuk-batuk, iritasi mata, dan indera penciuman sudah tidak berfungsi Pembengkakan mata dan rasa kekeringan di tenggorokan Kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam wakti 30 menit hingga 1 jam Kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut kematian

Secara umum efek H2S terhadap kesehatan di bagi menjadi :


1. Efek akut : pada konsentrasi 500 ppm H2S dapat menimbulkan,

kematian, edema pulmonary, dan asphyxian. 2. Efek kronis : pada konsentrasi rendah minimal 24 jam dapat terjadi batuk, infeksi saluran pernapasan, sakit kepala.

C. Kerangka Pemikiran

Paparan udara yang mengandung H2S

Kondisi kesehatan pernapasan petugas kebersihan/pengangkut sampah


6

Sampah padat merupakan bentuk limbah yang terdapat di lingkungan yang berasal dari pemukiman penduduk, tempat umum, tempat perdagangan, sarana layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan dan pertanian (Chandra, 2007). Sampah padat berdasarkan zat kimia yang dikandungnya ada sampah organik dan anorganik sedangkan berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk terdiri dari sampah mudah membusuk dan tidak mudah membusuk. Dekomposisi zat organik sampah dapat berlangsung aerob dan anaerob tergantung jumlah oksigen yang ada. Jika penguraian terjadi aerob dengan oksigen yang cukup maka akan terbentuk gas H2S, CO2, NH3, PO4 dan SO4. Jika yang terjadi penguraian anaerob karena kekurangan oksigen maka terbentuk gas NH3, CH4 dan H2S yang berbau tidak enak (Suriawiria, 1985). Maka tempat pembuangan/penimbunan samapah sementara dan TPA sampah banyak ditemukan dengan kadar yang cukup tinggi. H2S adalah gas yang berbau telur busuk, yang bersifat iritan terhadap paruparu tetapi digolongkan terhadap asphyxian karena efeknya utamanya yang dapat melumpuhkan pusat pernapasan akibat paparan inhalasi, sehingga kematian disebabkan oleh terhentinya pernapasan karena metabolisme dalam tubuh terjadi secara anaerob yang menyebab penimbunan asam laktat dan mendorong terjadinya ketidakseimbangan asam-basa yang akan mengganggu sistem saraf yang berhubungan dengan jantung (Mukono, 2005).

D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditetapkan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut.
1.

Terdapat hubungan antara paparan udara yang mengandung H2S di kerja dengan kondisi kesehatan pernapasan petugas

lingkungan kebersihan.

2.

Semakin besar kadar H2S di udara sekitar lingkungan kerja (truk

pengangkut sampah maupun TPA sampah), semakin besar pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan pernapasan petugas kebersihan.
3.

Adanya pengaruh perbedaan jangka waktu paparan, terhadap kondisi Adanya pengaruh kebiasaa merokok terhadap kondisi kesehatan

kesehatan pernapasan petugas kebersihan.


4.

pernapasan petugas kebersihan.

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Dari latar belakang penelitian ini maka berikut ini adalah beberapa variabel yang akan menjadi fokus penelitian, yaitu sebagai berikut.
1.

Variabel Bebas : Dosis dan waktu paparan H2S. Variabel Terikat : Kondisi kesehatan pernapasan patugas kebersihan. Variabel Kontrol : Penggunaan alat pelindung diri (makser),

2.
3.

kebiasaan atau gaya hidup (kebiasaan merokok), dan riwayat penyakit pernapasan yang diderita sebelum dan sesudah menjadi petugas kebersihan. B. Definisi Operasional Variabel-Variabel Penelitian Berikut ini merupakan definisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
1.

Dosis dan waktu paparan H2S

Dosis paparan adalah sejumlah H2S yang terserap atau terhisap oleh seseorang. Waktu paparan H2S adalah ukuran seberapa lama H2S terhisap oleh seseorang. 2. Kondisi kesehatan pernapasan apakah bersih/sehat atau terdapat suatu penyakit Kondisi kesehatan pernapasan adalah suatu keadaan saluran pernapasan seseorang 3. pernapasan/gangguan/pengotor di dalamnya. Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri adalh peralatan/sarana yang digunakan dalam rangka membantu mengurangi potensi bahaya yang diterima oleh tenaga kerja akibat lingkungan kerja, proses kerja atau bahan yang digunakan dalam proses produksi. 4. Kebiasaan atau Gaya hidup Kebiasaan atau gaya hidup adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang pada waktu yang lama dan berulang-ulang.
9

5.

Riwayat Penyakit Pernapasan

Riwayat penyakit pernapasan adalah catatan penyakit pernapasan yang diderita oleh seseorang yang dirunut dari mulai waktu awal penyakit itu terdeteksi hingga waktu terakhir pemeriksaan.
C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah petugas armada kebersihan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Kebersihan Kota Tasikmalaya. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah mempunyai masa kerja yang berbeda-beda. Maka dari itu, sampel diambil secara acak dari populasi yang telah diklasifikasikan berdasarkan masa kerja (stratified random sampling). D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan dua metode yaitu observasi dan kuisioner. Pertama peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi pekerjaan, apakah petugas dalam kegiatannya menggunakan alat pelindung diri, dan pengujian kualitas udara. Kedua, peneliti membuat kuisioner yang didalamnya terdapat lembar identitas yang harus diisi oleh petugas kebersihan. Dalam lembar identitas terdapat antara lain masa kerja dan pendidikan terakhir yang merupakan karakteristik subjek penelitian. Selain lembar identitas, dalam kuisioner tersebut terdapat berbagai pertanyaan yang mencakup berbagai hal tentang riwayat penyakit pernapasan, kebiasaan atau gaya hidup, dan penggunaan APD. E. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan data

10

Kadar H2S di udara diukur dengan metode Merkuri Tiosianat Spektrofotometer menggun akan alat Spektrofotometer. Waktu paparan diperoleh dari kuisioner tentang masa kerja dan diuji dengan teknik equivalent. Penggunaan APD, kebiasaan atau gaya hidup dan riwayat penyakit diperoleh dari kuisioner yang memuat tentang ada tidaknya dan jenis APD yang digunakan, frekuensi penggunaan APD, merokok atau tidak, jumlah rokok yang dihabiskan per hari, ada tidaknya penyakit pernapasan sebelum dan sesudah menjadi petugas kebersihan, tingkat keparahan penyakit pernapasan yang diderita yang selanjutnya diuji dengan teknik test re test. F. Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan adalah studi pustaka yang digabungkan dengan observasi lapangan dan kuisioner. Maka dari itu, langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.
1.

Mencari dan mengumpulakan data melalui studi pustaka berupa

dokumen dan semua media yang menjelaskan pengaruh paparan H2S dari penguraian sampah terhadap kesehatan pernapasan manusia.
2.

Hubungan antara dosis dan lama waktu paparan udara yang

mengandung H2S di lingkungan kerja dengan kondisi kesehatan pernapasan petugas kebersihan diperoleh interval data yang akan dianalilsis den uji-t (t-test).
3.

Pengaruh kebiasaan merokok terhadap kondisi kesehatan pernapasan

petugas kebersihan dianalisis dengan uji beda nyata.

11

12

BAB IV JADWAL PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai bulan Juni 2011 dengan perincian sebagai berikut.
1. Persiapan

................................................................................................1

bulan a. b. bulan
a.

Mengurus perijinan, Menentukan responden. ............................................................................................2

2. Pelaksanaan

Pengumpulan data, Klasifikasi dan tabulasi data, Penarikan kesimpulan. ...........................................................................................2

b.
c.

3. Penyelesaian

bulan a. b. c. Penyusunan laporan penelitian, Konsultasi, Cetak/perbanyak/penggandaan laporan

Jumlah waktu yang diperlukan .....................................................................5 bulan

13

DAFTAR PUSTAKA

Sianipar, Reinhard. 2009. Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada masyarakat Sekitar TPA Sampah Terjun Kecamatan Medan Merelan. Tesis. Medan : Sekolah Pascasarjana USU. _____________________. Pengetahuan Umum Tentang Gas H2S. ELNUSA. Nugraini, N. R. 2008. Kajian Risiko Kesehatan Lingkungan Akibat Pencemaran Udara. Tesisi. Jakarta : Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana UI.

14

Anda mungkin juga menyukai