Anda di halaman 1dari 3

Menghentikan Kebangkitan Semu

Oleh : Muhammad Aly Said *

Ibarat seorang anak yang masih belajar untuk mencari jati dirinya, sehingga pola kehidupannya masih labil. Itulah Negara Republik Indonesia, negara tercinta ini. Lihat saja di berbagai bidang negara kita pernah maju dan kemudian jatuh begitu saja. Dalam sejarah kita masih teringat bahwa Indonesia di bidang pangan pernah swasembada pada tahun 1984/1985. Tapi, itu dulu dan lain dengan sekarang. Kini kita harus mengimpor beras dari Thailand, impor ikan dari Jepang, impor kedelai dari Thailand, kunyit dan jahe dari India. Seakan akan prestasi swasembada pangan Indonesia hanya sekejap mata lalu hilang begitu saja tanpa bekas. Selain bidang pangan yakni bidang akademis, pada tahun 1970 Indonesia pernah mengekspor tenaga pengajar ke Malaysia. Lagi-lagi itu dulu dan lain sekarang. Kni neeri jiran tersebut merasa lebih maju ketimbang negeri kita. Bahkan sekolah sekolah mereka lebih ternama dibanding sekolah kita. Yang lebih menyakitkan kini justru Indonesia mengekspor tenaga kerja ke Malaysia. Begitu labilnya Indonesia. Ketika sudah mendapatkan prestasi yang tinggi tiba-tiba dengan cepatnya roda berputar dan menuju titik terendah. Tiik terendah yakni ketika bangsa Indonesia tidak lagi memiliki jati diri lagi, tidak lagi mengenali bangsanya sendiri. Sehingga kini gambaran kebangkitan Indonesia hanyalah tinggal gambaran yang semu belaka. Seakan akan tidak akan ada implementasi dari retorika retorika yang selalu didengungkan di berbagai tempat dalam acara peringatan hari kebangkitan nasional. Dan harapan untuk mewujudkan Indonesia bangkit kini hanya sebatas retorika semata. Retorika yang diucapkan oleh politisi, pejabat dan kalangan akademis dengan segala ungkapan teoritisnya mengenai Indenesia bangkit. Masa lalu biarlah tetap menjadi masa lalu, karena yang akan dihadapi Indonesia adalah masa depan. Tapi gambaran akan masa lalu tetaplah dijadikan sebagai suatu gambaran dan referensi dalam kita menghadapi dan memilih langkah untuk menghadapi masa depan. Biarlah kita pernah mengalami suatu kejayaan sesaat di masa lalu. Kita pernah mendapatkan tempat yang terpandang di mata dunia. Kita pernah mengalami prestasi prestasi yang membanggakan dan bergengsi. Tapi semua itu kini hanya tinggal cerita dan sejarah. Semua itu kini hilang tanpa bekas begitu saja. Dan keadaan sudah menjadi terbalik begitu saja. Meskipun hanya sesaat, kejayaan tetaplah kejayaan. Sehingga dapat kita jadikan sebuah gambaran dalam meniti kebangkitan Indonesia yang nyata. Sebuah harapan sejak 104 tahun yang lalu hingga sekarang. Egoisme Prestasi Upaya menghargai prestasi dari setiap warga negara adalah salah satu upaya untuk menuju kebangkitan. Penghargaan terhadap prestasi bukan hanya sekedar penghargaan simbolis dan hadiah semata. Tapi juga penghayatan dan penerapan prestasi tersebut dalam kehidupan bernegara. Contoh sederhana, Indonesia banyak sekali menjuarai lomba lomba penelitian ilmiah dan menciptakan penemuan baru. Sayangnya penghargaan yang diberikan oleh pemerintah hanya simbol belaka. Dan penemuan penemuan itu hanya akan menjadi laporan penelitian semata dan tidak akan terimplementasikan. Seharusnya para penyumbang

prestasi itu diberikan kesempatan terus untuk mengembangkan prestasinya. Sehingga prestasi prestasi anak negeri akan memberikan sumbangan inovasi yang nyata bagi negerinya. Jangan Takut Perubahan Ada sebuah tulisan dari seorang member kaskus yang mengeluh bahwa konsep konsep baru yang berusaha diterapkan hanya akan menimbulkan caci maki. Konsep yang seharusnyya membawa perubahan justru dihina. Sehingga menyebabkan banyak mahasiswa yang bekerja di luar negeri lebih memilih menetao di luar negeri ketimbang kembali ke tanah air. Disini sebenarnya hanya masalah saling ketidak siapan. Mahasiswa yang memiliki konsep pembaruan dengan masyarakat Indonesia. Perubahan memang sangat diperlukan agar Indonesia bisa benar - benar bangkit dari titik nadir ini. Akan tetapi merubah suatu negara tidak semudah membalikkan tangan bukan?. Perubahan untuk 200 (dua ratus) juta orang bukanlah hal yang mudah. Sehingga diperlukan yang bertahap yang diteruskan dari generasi ke generasi. Agar tercipta kondisi masyarakat yang lebih mapan dengan keadaan. Ingat kita tinggal di negara Indonesia, negara yang mempunyai budaya dan tradisi untuk bangkit sendiri. Ini bukan timur tengah yang penuh gejolak. Tentu kita memiliki cara tersendiri untuk menuju kebangkitan. Kita punya cara tersendiri untuk terlepas dari titik nadir keterpurukan bangsa ini. Kita tidak bisa meniru bangsa lain untuk menuju kebangkitan. Sejarah telah mengatakan kediktatoran bukan jalan untuk menuju kebangkitan. Rezim orde baru akhirnya runtuh pada tahun 1998. Kerusuhan 1998 yang diharapkan bisa membawa perubahan menuju kebangkita lagi Indonesia ternyata tidak sesuai yang diharapkan. Malah dengan adanya reformasi sistem di Indonesia semakin liberal bebas sulit dikontrol. Begitu juga dengan sistem yang berbau sosialis ala orde lama juga belum bisa membawa Indonesia yang bangkit dari keterpurukan saat itu. Hingga akhirya rakyat Indonesia berada dalam keterombang-ambingan untuk menuju kebangkitan. Dan kebangkitan itu kini hanya tinggal harapan. Saatnya menghentikan ratapan-ratapan itu dan mari kita mulai membenahi diri. Menghilangkan ego dan bersama sama untuk menuju Indonesia yang masih terbuai dalam mimpi menuju kebangkitan. Jangan pernah terbuai oleh ungkapan bahwa Indonesia sudah bangkit. Ingat Indonesia masih tertidur pulas dan masih memimpikan kebangkitan.Selama tidak ada kebersamaan diantara warga negara untuk menghentikan keterbuaian dalam mimpi kebangkitan. Untuk mengimplementasikan bangunlah jiwanya bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya.

Biodata
Nama TTL Alamat No HP Email Sekolah : Muhammad Aly Said : Sleman, 9 Juni 1994 : Petet, Potorono, Banguntapan bantul : 081215481452 : alysaid@rocketmail.com : SMA N 1 Sewon

Anda mungkin juga menyukai