Anda di halaman 1dari 12

Nama NIM Kelas/Semester Mata Kuliah

: Dian Ukhtiani : SR092030253 : IIIA/Semster VI : Sistem Pencernaan

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal, adalah sistem organ dalam makhluk multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses metabolisme. Sistem pencernaan dari mulut sampai anus berfungsi untuk : 1. Menerima makanan 2. Memecah makanan menjadi zat zat gizi 3. Menyerap zat zat gizi ke dalam aliran darah 4. Membuang bagian makanan yang tidak dapat di cerna oleh tubuh. Fungsi utama system ini adalah untuk menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari nutrient yang dicerna sehingga siap diabsorpsi. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses proses berikut : 1. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut. 2. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. 3. Peristaltik adalah gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan. 4. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung. 5. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik. 6. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat zat sisa yang tidak tercerna System pencernaan di bagi men jadi 2 bagian, yaitu atas dan bawah. A. System Pencernaan Atas 1. Mulut (Cavum Oris) Mulut : adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu: a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi. b. Bagian rongga mult/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang mksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.

Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis-lapis, di bawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat banyak ujung akhir saraf sensoris. Bibir : Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikulanis oris menutupi bibir. Levator anguli oris mngangkat dan depresor anguli oris menekan ujung mulut. Palatum, terdiri atas 2 bagian yaitu ; a. Palatum Durum (palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dan sebelah depan tulang maksilaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang palatum. b. Palatum mole (palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir.Gerakannya dikendalikan oleh ototnya sendiri, di sebelah kanan dan kiri dan tiang fauses terdapat saluran lendir menembus ke tonsil. Pipi. Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator. Di dalam rongga mulut terdapat: a. Geligi, ada 2 (dua) macam; Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 67 bulan. Lengkap pada umur 2 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham (molare). Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 618 tahun jumlahnya 32 buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi geraham (Molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare). Fungsi gigi terdiri dari: Gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring gunanya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat, dan gigi geraham guna nya untuk mengunyah makanan yang sudah dipotong-potong. b. Lidah. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah. Lidah dibagi atas 3 bagian : a. Radiks lingua = pangkal lidah. b. Dorsum lingua = puaggung lidah. c. Apeks lingua = ujung lidah. Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas. Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecap atau ujung saraf pengecap. Frenulum lingua : Merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah jika lidah digerakkan ke atas nampak selaput lendir.

Flika sublingual : Terdapat disebelah kiri dan kanan frenulum lingua di sini terdapat pula lipatan selaput lendir. Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dan glaudula parotis, sub maksilaris dan glandula sub lingualis. Fungsi lidah yaitu: mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan makanan. Kelenjar ludah merupakan; Kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada 2 yakni: a. Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang terdapat di bawah tulang rahang atas pada bagian tengah. b. Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang tendapat di sebeiah depan di bawah lidah. Di bawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah lidah di antara lipatan bawah lidah bagian bawah dari lidah disebut korunkula sub lingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar ludah (saliva). Kelenjar ludah (saliva) dihasilkan di dalam rongga mulut. Di sekitar rongga mulut terdapat 3 buali kelenjar ludah yaitu: a. Kelenjar parotis. Letaknya di bawah depan dari telinga di antara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator). b. Kelenjar sub maksilaris. Terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya bernama duktus wantoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua. c. Kelenjar sub lingualis. Letaknya di bawah selaput lendir dasar rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di sarafi oleh saraf-saraf tak sadar. Otot lidah. Otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah (M. Mandibularis, os Hioid dan prosesus steloid) menyebar ke dalam lidah membentuk anyaman bengabung dengan otot intrinsik yang terdapat pada lidah. M. Genioglossus merupakan otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai ke radiks lingua. 2. Faring Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (osofagus) di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana.

Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sama tinggi dengan hidung, Bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior bagian yang sama tinggi dengan faring. a. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. b. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. c. Bagian superior disebut faring, yaitu pangkal lidah yang menghubungkan tekak dengan tcnggorokkan (trakea). Menelan (Deglutisio). Jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan nafas dan di depan dari ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglotis lateral melalui ressus piriformis masuk ke osofagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah kontraksi secara bersamaan. 3. Esophagus (Kerongkongan) Esophagus berupa saluran panjang (sekitar 25cm) yang terdapat di dalam leher. Esofagus memiliki lapisan dinding dari dalam ke luar : a. Lapisan selaput lendir(mukosa) b. lapisan sub mukosa c. Lapisan otot melingkar sirkuler d. Lapisan otot memanjang longitudinal. Osofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. Esofagus berfungsi untuk memasukkan makanan dari mulut menuju lambung. Di dalam kerongkongan terjadi gerakan peristaltik untuk mendorong makanan menuju lambung. 4. Lambung (Gaster) Lambung terdapat di dalam rongga perut di sebelah bawah difragma, berupa kantong penyimpanan makanan. Lambung terdiri dari tiga bagian : kardiak (bagian atas), fundus (bagian tengah) dan pilorus (bagian akhir). Bagian lambung terdiri dari: a. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum kardium dan biasanyanya penuh berisi gas. b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardiun, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor. c. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk spinter pilorus. Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus. Kurvatura mayor, lebih panjang

dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa. d. Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik. Susunan lapisan dari dalam keluar, terdin dari: a. Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini dikosongkan, lapisan ini akan berlipat-lipat yang disebut rugae. b. Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis). c. Lapisan otot miring (muskulus oblinqus). d. Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal). e. Lapisan jaringan ikat/serosa (peritonium). Hubungan antara pilorus terdapat spinter pilorus. Fungsi lambung. terdiri dari: a. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung. b. Getah cerna lambung yang dihasilkan : Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton). Asam garam (HCl) fungsinya; Mengasamkan makanan, sebagai anti septic dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin. Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu). Lapisan lambung. Jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung. Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. bila melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi lambung karena kerja saraf sehingga menimbulkan rangsangan kimiawi yang nienyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Getah lambung dihalangi oleh sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan emosi seperti marah dan rasa takut. 5. Hepar (Hati) Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

Lobus hati terbentuk dari sel parenkimal dan sel non-parenkimal. Sel parenkimal pada hati disebut hepatosit, menempati sekitar 80% volume hati dan melakukan berbagai fungsi utama hati. 40% sel hati terdapat pada lobus sinusoidal. Hepatosit merupakan sel endodermal yang terstimulasi oleh jaringan mesenkimal secara terus-menerus pada saat embrio hingga berkembang menjadi sel parenkimal. Selama masa tersebut, terjadi peningkatan transkripsi mRNA albumin sebagai stimulan proliferasi dan diferensiasi sel endodermal menjadi hepatosit. Fungsi hepar Sebagai kelenjar, hati menghasilkan: a. Empedu yang mencapai liter setiap hari. Empedu merupakan cairan kehijauan dan terasa pahit, berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua, yang kemudian disimpan di dalam kantong empedu atau diekskresi ke duodenum. Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Apabila saluran empedu di hati tersumbat, empedu masuk ke peredaran darah sehingga kulit penderita menjadi kekuningan. Orang yang demikian dikatakan menderita penyakit kuning. b. Sebagian besar asam amino c. Faktor koagulasi I, II, V, VII, IX, X, XI d. Protein C, protein S dan anti-trombin e. Kalsidiol f. Trigliserida melalui lintasan lipogenesis g. Kolesterol h. Insulin-like growth factor 1 (IGF-1), sebuah protein polipeptida yang berperan penting dalam pertumbuhan tubuh dalam masa kanak-kanak dan tetap memiliki efek anabolik pada orang dewasa. i. Enzim arginase yang mengubah arginina menjadi ornitina dan urea. Ornitina yang terbentuk dapat mengikat NH dan CO yang bersifat racun. j. Trombopoietin, sebuah hormon glikoprotein yang mengendalikan produksi keping darah oleh sumsum tulang belakang. k. Pada triwulan awal pertumbuhan janin, hati merupakan organ utama sintesis sel darah merah, hingga mencapai sekitar sumsum tulang belakang mampu mengambil alih tugas ini. l. Albumin, komponen osmolar utama pada plasma darah. m. Angiotensinogen, sebuah hormon yang berperan untuk meningkatkan tekanan darah ketika diaktivasi oleh renin, sebuah enzim yang disekresi oleh ginjal saat ditengarai kurangnya tekanan darah oleh juxtaglomerular apparatus. n. Enzim glutamat-oksaloasetat transferase, glutamat-piruvat transferase dan laktat dehidrogenase Selain melakukan proses glikolisis dan siklus asam sitrat seperti sel pada umumnya, hati juga berperan dalam metabolisme karbohidrat yang lain:

a. Glukoneogenesis, sintesis glukosa dari beberapa substrat asam amino, asam laktat, asam lemak non ester dan gliserol. Pada manusia dan beberapa jenis mamalia, proses ini tidak dapat mengkonversi gliserol menjadi glukosa. Lintasan dipercepat oleh hormon insulin seiring dengan hormon tri-iodotironina melalui pertambahan laju siklus Cori.[17] b. Glikogenolisis, lintasan katabolisme glikogen menjadi glukosa untuk kemudian dilepaskan ke darah sebagai respon meningkatnya kebutuhan energi oleh tubuh. Hormon glukagon merupakan stimulator utama kedua lintasan glikogenolisis dan glukoneogenesis menghindarikan tubuh dari simtoma hipoglisemia. Pada model tikus, defisiensi glukagon akan menghambat kedua lintasan ini, namun meningkatkan toleransi glukosa.[18] Lintasan ini, bersama dengan lintasan glukoneogenesis pada saluran pencernaan dikendalikan oleh kelenjar hipotalamus.[19] c. Glikogenesis, lintasan anabolisme glikogen dari glukosa. dan pada lintasan katabolisme: a. Degradasi sel darah merah. Hemoglobin yang terkandung di dalamnya dipecah menjadi zat besi, globin, dan heme. Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak menjadi metabolit untuk diekskresi bersama empedu sebagai bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau kebiruan. Di dalam usus, zat empedu ini mengalami oksidasi menjadi urobilin sehingga warna feses dan urin kekuningan. b. Degradasi insulin dan beberapa hormon lain. c. Degradasi amonia menjadi urea d. Degradasi zat toksin dengan lintasan detoksifikasi, seperti metilasi. B. System Pencernaan Bawah 1. Empedu Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Pada beberapa spesies, empedu disimpan di dalam kantung empedu dan dilepaskan ke usus dua belas jari untuk membantu proses pencernaan makanan. Fungsi Empedu yang dihasilkan oleh Hati : a. Mencerna lemak b. Mengaktifkan lipase c. Mengubah lzat yang tak larut dalam air diubah menjadi zat yang larut dalam air d. Membantu daya absorbsi lemak pd dinding usus e. Menetralisir racun. Kantung Empedu Adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya,

melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Saluran Empedu Adalah struktur-struktur berbentuk tabung panjang yang membawa empedu. Empedu diperlukan untuk pencernaan makanan dan disekresikan oleh hati melalui duktus hepatikus (hepatic duct). Saluran ini akan bergabung dengan duktus sistikus (cystic duct membawa empedu keluar masuk kantung empedu) untuk membentuk suatu saluran empedu besar menuju usus. 2. Usus Halus ( Intestinum Minor) Intestinum minor adalah bagian dari Sistem Pencernaan Makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya sekitar 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari: a. Lapisan usus halus; mukosa (sebelah dalam). b. Lapisan melingkar ( M. sirkuler) c. Lapisan otot memanjang (M. longitudinal) d. Lapisan serosa (sebelah luar) Duodenum : Disebut juga usus 12 jari, panjangnya sekitar 25cm berbentuk sepatu kuda melengkung kekiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit disebut Papila vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pankreas (duktus wirsungi / duktus pankreatikus). Usus dua belas jari bertanggung jawab untuk menyalurkan makanan ke usus halus. Secara histologis, terdapat kelenjar Brunner yang menghasilkan lendir. Dinding usus dua belas jari tersusun atas lapisan-lapisan sel yang sangat tipis yang membentuk mukosa otot. Empedu : dibuat di hati, untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase. Pankreas juga menghasilkan amylase, yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida, dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptika. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar, yang disebut kelenjar-kelenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah intestinum. Jajenum dan Ileum : mempunyai panjang sekitar 6 m. Dua per lima bagian atas adalah yayenum dengan panjang sekitar 2-3 m, dan ileum dengan panjang sekitar 4-5m. Lekukan yayenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara yayenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.

Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoselkalis. Orifisium ini diperkuat oleh spinter ileoselkalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini, berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolom assendens tidak masuk kembali kedalam ileum. Mukosa usus halus : Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorpsi, lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.. Absorpsi : Absorpsi makanan yang sudah dicernakan seluruhnya berlangsung di dalam usus halus melalui 2 (dua) saluran yaitu pembuluh kapiler dalam darah dan saluran limfe di sebelah dalam permukaan vili usus. Sebuh vilus berisi lakteal, pembuluh darah epitelium dan jaringan otot yang di ikat bersama oleh jaringan limfoid seluruhnya diliputi membran dasar dan ditutupi oleh epitelium. Karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan cair dan lemak yang diabsorbsi ke dalam lakteal kemudian berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler darah di vili dan oleh vena porta dibawa ke hati untuk mengalami beberapa perubahan. Ringkasan Absorbsi Sumber makanan Hasil akhir cernaan Organ absorbsi Protein Asam amino Dari epitalium masuk ke pembuluh darah dan aliran darah. Lemak Gliserin dan asam lemak Dari epithelium vili masuk ke lacteal dan aliran limfe. Hidrat karbon Monosakharida: Dari epithelium vili dan Glukosa dinding pembuluh darah Leavulosa masuk aliran darah Galaktosa Fungsi usus halus, terdiri dari : a. Menerima zat-zat rnakanan yang sudab dicerna untuk diserap melalu I kapilerkapiler darah dan saluran-saluran limfe. b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino. c. Karbohidrat diserap dalam bentuk emulsi, lemak. Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan : a. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik. b. Eripsin, menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.

Maltosa mengubah maitosa menjadi monosakarida. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida. 3. Usus Besar Panjangnya . l m,lebarnya 5 - 6cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar : a. Selaput lendir. b. Lapisan otot melingkar. c. Laplsan otot memanjang. d. Jaringan ikat. Fungsi usus besar, terdiri dari : a. Menyerap air dan makanan. b. Tempat tinggal baktert koli. c. Tempat feses 4. Rectum Sebelum fases dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik. C. Peredaran Darah Gastrointestinal Pembuluh darah system gastrointestinal disebut sirkulasi splanknik. Sirkulasi ini meliputi aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas dan hepar. Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, darah disaring di hepar dari berbagai macam bakteri dan bahan partikel lain (agen-agen berbahaya) dari traktus gastrointestinal. Selain itu, sebagian besar (sekitar tiga perempat dari total yang terserap) berupa zat nutrisi nonlemak dan larut air diserap dan disimpan oleh sel-sel hati. Sedangkan zat nutrisi berdasar lemak tak larut air diabsorbsi ke saluran limfatik usus yang kemudian dialirkan ke dalam darah melalui duktus torasikus. 1. Anatomi sirkulasi darah gastrointestinal a. Dinding usus halus dan suus besar oleh arteri msentrika superior dan interior b. Lambung disuplai oleh arteri illiaka. 2. Pengontrolan saraf pada sirkulasi darah Rangsangan saraf parasimpatis terhadap lambung dan kolon bagian bawah akan meningkatkan aliran darah setempat pada saat bersamaan dengan peningkatan sekresi kelenjar. Peningkatan aliran darah kemungkinan karena peningkatan aktifitas kelenjar. Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokontriksi yang kuat pada arteriol sehingga dengan penurunan darah yang besar pada hampir seluruh tfraktus gastrointestinal, berfungis untuk menutup aliran darah gastrointestinal dan aliran darah splanknik lain agar dapat memenuhi kebutuhan organ vital saat kerja fisik yang hebat, serta mempertahankan semua jaringan vital dari bahaya kematian seluler akibat kekurangan perfusi terutama otak dan jantung. Dapat berlangsung sekitar 1 jam. Setelah itu aliran sering kembali hampir normal melalui mekanisme autoregulasi

escape dengan tujuan menengembalikan aliran darah yang membawa nutrisi ke kelenjar dan otot gastrointestinal. D. System Saraf Gastrointestinal dan Gerakan Peristaltik Traktus gastrointestinalis diregulasi oleh satu set saraf intrinsik yang dikenal sebagai sistem saraf enterik, dan oleh satu set saraf ekstrinsik yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom. 1. Sistem Saraf (Intrinsik) Enterik Sistem saraf enterik adalah the brain of the gut (otaknya usus) yang tersusun dari 100 juta neuron yang memanjang dari esofagus sampai anus. Neuron-neuron sistem saraf enterik ini tertata menjadi dua pleksus: pleksus myenterikus dan pleksus submukosa (lihat gambar 2). Pleksus myenterikus (myo- = otot), atau pleksus Auerbach berlokasi di antara lapisan-lapisan muskularis otot polos longitudinal dan sirkuler. Pleksus submukosa atau pleksus Meissner ditemukan di dalam submukosa. Pleksus-pleksus sistem saraf enterik ini tersusun dari neuron motorik, interneuron, dan neuron sensorik (gambar 24.3 hal 899). Karena neuron-neuron motorik pleksus myenterikus mensuplai lapisan muskularis otot polos longitudinal dan sirkuler, maka pleksus ini mayoritasnya mengendalikan motilitas (pergerakan) traktus gastrointestinalis, khususnya frekuensi dan kekuatan kontraksi muskularis tersebut. Neuron-neuron motorik pleksus submukosa mensuplai sel-sel sekretoris epitel mukosa, mengendalikan sekresi organ-organ traktus gastrointestinalis. Interneuron sistem saraf enterik melakukan interkoneksi neuron pleksus myenterikus dan pleksus submukosa. Neuron sensorik sistem saraf enterik mensuplai epitel mukosa. Beberapa dari neuron sensorik ini berfungsi sebagai kemoreseptor, yaitu reseptor yang teraktivasi oleh adanya bahan-bahan kimiawi tertentu dalam makanan yang terletak pada lumen suatu organ gastrointestinalis. Neuron sensorik lainnya berfungsi sebagai strech receptors (reseptor regangan), yaitu reseptor yang teraktivasi ketika makanan membuat distensi (meregangkan) dinding dari suatu organ gastrointestinalis. 2. System Saraf Ekstrinsik Persarafan ekstrinsik dari gastrointestinal dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Secara singkat bagan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: Bagian parasimpatis dipersarafi oleh nervus vagus yang hampir mempersarafi traktus GI secara keseluruhan kecuali setengah bagian akhir dari usus besar yang dipersarafi oleh serat saraf dari medula spinalis yaitu nervus pelvis. Kontrol persarafan ekstrinsik ini baik simpatik maupun parasimpatik membentuk hubungan dengan sistem saraf enterik dengan persambungan ke pleksus myenterikus dan pleksus submukosa tempat sistem saraf intrinsik (enterik) terususun rapi. Saraf otonom dapat mempengaruhi motilitas dan sekresi saluran pencernaan melalui modifikasi aktivitas yang sedang berjalan di pleksus-pleksus sistem saraf intrinsik. Sistem saraf simpatis dan parasimpatis yang mempersarafi jaringan tertentu menimbulkan efek yang bertentangan di pencernaan. Sistem saraf simpatis bekerja menghambat/memperlambat kontraksi dan sekresi saluran pencernaan. Sistem saraf

parasimpatis bekerja sebaliknya yaitu meningkatkan kerja dengan cara menaikkan motilitas dan sekresi enzim serta hormon pencernaan meningkat. Refleks. Ada 2 jenis refleks: short refleks dan long refleks. Perangsang agar terjadi reflek: distensi lumen saluran GI, osmoloritas kimus, keasaman kimus dan hasil digestif (KH, lemak, P). Reseptor yang terletak di GI merupakan: mekanoreseptor (untuk mengetahui distensi saluran GI), osmoreseptor (untuk menegtahui proses osmosis), kemoreseptor (untuk melihat pH dan kandungan-kandungannya). Jenis refleksnya dibagi menjadi dua, yaitu : a. Refleks panjang Pemberian nama sesuai panjang jalur yang dilewatinya. Refleks panjang jalurnya melewati pusat. Contoh : saat mencium bau makanan, maka akan memicu keluarnya kelenjar saliva. Contoh lain seperti saat kita baru melihat, atau memikirkan makanan, saliva akan menetes dan tubuh menjadi merasa lapar. Neuron pathway-nya untuk stimuli dari makanan yang kita lihat: sensoriknya berada di mata akan terkirim ke saraf ekstrinsik ke otak lalu ke saraf simpatik / parasimpatik ke interneuron/efferen neuron (ada yang tanpa interneuron langsung ke GI) lalu ke GI. b. Refleks pendek, maka refleks itu berjalan dengan sensorik di GI dan motoriknya di GI. Seperti pada refleks gastrokolik. Resptor di lambung mengirim sinyal ke saraf di kolon. Efektornya otot polos kolon, sehingga akan terjadi kontraksi di kolon. Refleks ini biasa terjadi setelah makan. Hasilnya orang yang bersangkutan setelah makan akan langsung ke belakang. Yang dikeluarkan di feses adalah sisa makanan yang kemarin bukan yg baru masuk. Refleks ini bertugas untuk mendorong sisa-sisa makanan yang ada di GI sehingga makanan baru bisa masuk. Ada juga refleks Refleks duodenocolika. Refleknya hampir sama dengan gastrokolik, bedanya, makanan yang menstimulus ada di duodenum, efektornya sama yaitu kolon. Menurut kuliah refleks ini paling penting. Karena refleks ini tidak melibatkan otak dalam pengorganisasian rangsang yang diterima, maka prof Greshon menyebut bahwa di GI itu ada otak kita yang kedua atau disebut juga otak kecil atau otak enterik. 3. Gerakan Peristaltic Adalah gerakan yang terjadi pada otot-otot pada saluran pencernaan yang menimbulkan gerakan semacam gelombang sehingga menimbulkan efek menyedot/menelan makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Hal ini menjelaskan mengapa air yang kita minum tidak tumpah keluar kembali walaupun kita minum sambil menjungkirbalikan tubuh sekalipun.

Anda mungkin juga menyukai