Anda di halaman 1dari 6

5 Kunci Sukses Pengembangan Pendidikan Kejuruan di Republik Federal Jerman

OPINI | 14 September 2011 | 16:25 Dibaca: 211 Komentar: 0 Nihil

Pendahuluan Berbicara masalah Pendidikan Kejuruan adalah suatu Topik yang menarik untuk dibahas dalam suatu kerangka Sistem Pendidikan. Sejatinya sistem pendidikan merupakan suatu tolak ukur Pembangunan suatu bangsa. Sistem Pendidikan yang baik akan menghasilkan mutu Pendidikan yang baik pula. Mutu Pendidikan dapat dinilai dari kualitas produk pendidikan itu sendiri yaitu Sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia yang berkualitas inilah yang menjadi salah satu modal penting dari kemajuan pembangunan suatu Bangsa. Human Capital sering diistilahkan dalam konteks Pembangunan. Dan memang tidak dapat dipungkiri sekaya apapun suatu Negara dengan modal sumberdaya alamnya tanpa ada sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mengelola dan mengembangkannya mustahil Negara tersebut dapat maju. Apalagi pengelolaan dan pengembangan sumberdaya alam tersebut harus menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK sebagai salah satu modal Pembangunan hanya dapat digunakan jika sumberdaya manusianya mempunyai kualitas yang baik (Nachrowi, 2001). Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia , Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan yang dilaksanakan (Pasal 15 UUSPN No.20/Tahun 2003). Pendidikan kejuruan ini sebenarnya memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan mandiri. Pendidikan kejuruan selayaknya menitikberatkan pembelajaran berbasis kerja, sesuai dengan yang diharapkan oleh dunia usaha dan dunia industry. Akan tetapi kenyataannya bahwa Pendidikan Kejuruan yang selama ini dilaksanakan mempunyai disparitas yang sangat mencolok antara kemampuan yang diharapkan dunia kerja dengan lulusan yang dihasilkan dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan. Salah satu sisi pendidikan kejuruan Jerman Pada kesempatan yang diperoleh penulis mengikuti Program Pelatihan selama satu tahun di Jerman, ada beberapa hal menarik yang dapat dipelajari pada sistem pendidikan yang diterapkan disana, khususnya pendidikan kejuruan (Berufsbildung). Sistem Pendidikan kejuruan yang dilaksanakan di Republik Federal Jerman sangat baik. Diakui bahwa pendidikan merupakan

kewajiban bersama dari semua pihak, khususnya antara Pemerintah dan Dunia Usaha dan Industri. Siswa-siswa di Jerman sangat menikmati belajar dengan mengalami dua pengalaman yang saling mendukung yaitu belajar dan bekerja. Setiap siswa dari Pendidikan Kejuruan sudah mengerti dengan apa yang dia pelajari dan bagaimana penerapannya di dunia kerja. Apa yang dipelajari di sekolah merupakan kondisi aktual yang ada di Industri atau usaha. Penuhnya perhatian daripada Industri untuk meningkatkan kualitas daripada lulusan pendidikan kejuruan merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan mereka. Pendidikan bagi mereka adalah berorientasi pada kerja. Sehingga tanggungjawab pembentukan kualitas lulusan merupakan tanggungjawab bersama. Secara eksplisit tidak pernah ada Undang-Undang atau aturan yang mewajibkan Dunia Industri/usaha untuk memperhatikan pendidikan itu. Akan tetapi mereka merasa bertanggungjawab, karena memang mereka membutuhkan kualitas tenaga kerja yang baik yang dihasilkan oleh pendidikan untuk mendukung proses produksi dan pengembangan mereka. Suatu ketika dalam sebuah perkuliahan di Universitas Magdeburg pernah terlontar pertanyaan dalam suatu diskusi, Mengapa Dunia Industri/Dunia Usaha memberikan perhatian penuh pada Pendidikan Kejuruan mereka, sedangkan tidak ada satu aturanpun yang mewajibkan dunia Industri/usaha menopang atau ikut berperan serta di bidang pendidikan ? Satu jawaban yang sangat sederhana akan tetapi mempunyai makna sangat dalam, yaitu : mereka bangga mempunyai kualitas. Artinya ketika mereka berperan serta dalam pendidikan mereka bisa menjaga dan mengembangkan kualitas Produk/Jasa mereka. Dari situasi tersebut jelas terlihat sistem pendidikan mereka telah ditata dan dikembangkan sedemikian rupa. Terbukti untuk pendidikan kejuruan mereka memiliki suatu badan yang bertugas memikirkan dan mengembangkan terus pendidikan mereka. Badan ini disebut Bundesinstitut fr Berufsbildung (BiBB) atau Federal Institut for Vocational Education and Training. Tugas Pokok mereka adalah : 1) Forschen (Penelitian), dimaksudkan untuk mendapatkan hal-hal baru yang baru dan bermanfaat bagi pengembangan pendidikan 2) Beraten (Konsultasi), mereka bertugas memberikan saran dan ide bagi pengembangan pendidikan kejuruan. Tidak hanya bagi kebutuhan pendidikan Jerman, akan tetapi juga memberikan konsultasi bagi negara-negara yang mau dan membutuhkan bantuan pengembangan pendidikan kejuruan.

3) Zukunft gestalten (pembentukan/penyiapan masa depan), artinya melalui usaha mereka telah memikirkan yang terbaik bagi masa depan pendidikan kejuruan mereka, dan berhubungan dengan sistem, lulusan, kerjasama, dan yang lainnya demi satu tujuan yaitu kemajuan teknologi yang berdampak pada keberhasilan pembangunan dengan cerminan perekenomian yang kuat. Lima kunci keberhasilan pendidikan kejuruan Jerman Dalam melaksanakan pengembangan pendidikan kejuruan mereka mempunyai lima kunci sukses, The succes of German vocational education and training is based on five characteristics wich also represent added value for development of VET system in others countries yaitu : 1. Cooperation of government and industry Bersama-sama antara Pemerintah dan Industri menyusun dan mendesain kerangka pendidikan kejuruan dan demikian juga pelatihan. Kerjasama dapat mencakup pembiayaan dan pengembangan kurikulum dan implementasinya, serta bersama-sama melaksanakan assessment proses dan lulusan pendidikan kejuruan itu. Demikian juga dilakukan sebuah kesepakatan tentang sertifikasi kompetensi yang mencerminkan harapan kualitas lulusan dengan tuntutan kompetensi sesuai standar yang berlaku di Industri 2. Learning within the work process, Tujuan dari pendidikan kejuruan Negara Republik Federal Jerman adalah menciptakan kemampuan kerja para lulusannya yang adaptif dengan dunia industri yang mereka miliki. Oleh karenanya pendidikan berorientasi kerja mengharuskan para siswa/peserta (Teilnehmer) suatu kegiatan pendidikan atau pelatihan kejuruan belajar di dua tempat pembelajaran yaitu di sekolah dan di industry. Kombinasi pembelajaran tersebut sudah didesain sedemikian rupa sehingga sinergitas antara pembelajaran di sekolah dengan pembelajaran di industry sangat baik. 3. Acceptante of national standards Penerapan standar nasional, merupakan salah satu kunci system pendidikan kejuruan. Kualitas daripada pendidikan itu sendiri dijamin dengan diterapkannya standar-standar

pendidikan dan dipatuhi sebagai acuan proses. Untuk memenuhi kualifikasi standar lulusan yang akan memasuki pasar kerja, mereka juga menerapkan standar assessment yang benar-benar ketat. Sehingga kualifikasi tersebut para lulusan dapatmemenuhi tuntutan persyaratan penerimaan tenaga kerja dengan mobilitas yang tinggi dan penerimaan masyarakat yang baik. Rekruitmen tenaga kerja menjadi sangat mudah dengan tersedianya tenaga kerja dengan kualifikasi yang baik. Dan kemudahan dalam melanjutkan adaptasi dengan pengembangan pendidikan berikutnya untuk memperbaiki kompetensi atau kualifikasi yang lebih tinggi lagi. 4. Qualified vocational education and training staff Kualifikasi tenaga pendidikan kejuruan adalah salah satu pondasi untuk kualitas. Para tenaga pendidik kejuruan harus menguasai dan memahami konsep Pedagogik Kejuruan (Berufspdagogik). Dengan memahami dari konsep Pedagogik Kejuruan para Guru (tenaga kependidikan kejuruan) mampu mendesain strategi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Menarik bahwa Pedagogik (Berufspdagogik) bukan hanya suatu konsep yang dimiliki oleh dunia pendidikan, akan tetapi tetapi dunia industry juga senantiasa menggunakan dan mengembangkan konsep Pedagogik. Sehingga para peserta diklat atau siswa yang mengadakan magang dan atau praktikum di suatu industry tetap dikendalikan dengan konsep Pedagogik yang benar sesuai dengan semangat dan jiwa dari suatu jenis pekerjaan. Itu menandakan bahwa industry atau dunia usaha tidak hanya sekedar mengejar keuntungan ekonomi (profit) akan tetapi juga terus menanamkan modal untuk pengembangan pendidikan kejuruan. Dalam pandangan mereka pendidikan atau pelatihan yang mereka sediakan adalah modal yang penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang mereka hasilkan. 5. Institutionalized research and career guidance Kunci yang berikutnya adalah tersedianya instistusi Penelitian Pendidikan Kejuruan (Berufsbildung) dan Konsultasi Karir. Mereka berfungsi untuk terus melakukan penelitian yang berguna bagi pengembangan pendidikan kejuruan dan pasar kerja. Penelitian melibatkan Pemerintah, pelaku Ekonomi (dalam hal ini dunia usaha dan Industri) dan elemen sosial lainnya. Hasilnya mendorong pendidikan kejuruan tersebut untuk mengetahui apa yang sedang berkembang di dunia industri, dan bagaimana kebutuhan dunia industri atau dunia usaha terhadap kompetensi lulusan pendidikan

kejuruan dapat secara dini diidentifikasi. Sehingga pendidikan kejuruan yang melibatkan sekolah dan industri juga dapat menerapkan strategi nyata dalam proses pembelajaran (Lernprozess). Hasilnya juga digunakan untuk mengembangkan konsepkonsep pembelajaran baru (Lernkonzepte). Konsultasi karir dimaksudkan sebagai bagian dukungan layanan konsultasi informasi pasar kerja , hal ini juga dimaksudkan sebagai bagian pengembangan pendidikan kejuruan. Refleksi Berdasarkan lima kunci sukses pendidikan kejuruan di Jerman ada beberapa hal dari sekian banyak pengalaman mengenai pendidikan kejuruan disana, yaitu : 1. Keperdulian industri untuk ikut mengembangkan kualitas pendidikan kejuruan merupakan hal yang sangat patut dicontoh. Sekalipun tanpa aturan wajib dari pemerintah, akan tetapi industri merasa bertanggungjawab akan kualitas pendidikan mereka. Alasan yang sangat sederhana akan tetapi sangat penting yang mereka lontarkan adalah : mereka bangga mempunyai kualitas. Demikiankah sudah sikap dari para kalangan Dunia Industri/Usaha yang ada di Indonesia untuk ikut berperan meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan kejuruan? Sepertinya jawaban untuk pertanyaan ini masih sangat jauh dari kenyataan. Menurut hemat penulis masih sedikit Dunia Industri yang perduli dengan pendidikan. Orientasi bisnis dengan pendekatan ekonomi membentuk dikotomi antara Dunia Usaha/Industri dengan Dunia Pendidikan. Kecenderungan pemikiran bahwa dunia pendidikan yang dilibatkan dalam Dunia Industri seperti magang atau praktikum hanya membebani saja. Sekalipun terjadi kerjasama antara dunia usaha/industri belum mempunyai konsep yang jelas. Anggapan bahwa peserta praktikum atau magang di industri hanya sebagai tenaga kerja tanpa konsep pembimbingan pembelajaran berbasis kerja belum ada. Sehingga begitu pentingnya dunia usaha dan industri mengerti konsep Pedagogik khususnya kejuruan (Berufspdagogik). Sehingga para siswa kejuruan yang mengadakan magang atau praktikum dapat terarah melaksanakan pembelajaran di Industri/Usaha. Sesungguhnya bahwa daya saing industri itu sendiri adalah terletak pada sumberdaya manusia yang menguasai pengetahuan dan teknologi (Hartarto,2004) inilah salah satu alasan industri Jerman sangat peduli dengan pendidikan. Dalam artian mereka sendiri telah mempersiapkan tenaga-tenaga terampil untuk bekerja di Perusahaan mereka.

2. Perlunya suatu Institusi yang dapat melaksanakan dan bertanggungjawab melakukan penelitian dan pengembangan pendidikan kejuruan tersebut seperti Bundesinstitut fr Berufsbildung (BiBB) atau Federal Institut for Vocational Education and Training. 3. Sekali lagi bahwa Industri dan dunia usaha mempunyai peran penting dalam pengembangan pendidikan kejuruan di Indonesia. Tinggal sekarang bagaimanakah merubah pola pikir mereka. Dan bagaimana upaya pemerintah untuk mewujudkannya. Secara kebijakan sebenarnya pemerintah punya kekuatan, akan tetapi sepertinya belum dilakukan usaha intensif. Sehingga gaung sekolah kejuruan sebagai salah satu penopang pembangunan belum terlampau diminati oleh peserta didik.

Literatur
Hartarto, Airlangga.,2004. Strategi Clustering dalam Industrialisasi Indonesia.Penerbit Andi. Yogyakarta. Nachrowi, D. Nachrowi., 2001. Analisis Sumber Daya Manusia, Otonomi Daerah dan Pengembangan Wilayah dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah.Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT.Jakarta. ________., 2009. Modernising Vocational Education and Training. Federal Institute for Vocational Education and Training. Bonn, Germany.

Sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/14/5-kunci-sukses-pengembangan-pendidikankejuruan-di-republik-federal-jerman/ diakses pada tanggal 04 juni 2012 pukul 22:36 wib

Anda mungkin juga menyukai