Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 13-20

STUDI KOMPARASI ANALISIS PUSHOVER PORTAL BETON BERTULANG DINDING PENGISI BATA MENGGUNAKAN MODEL FEMA 273 DAN SANEINEJAD-HOBBS
Ridwan1, Zulfikar Djauhari1 dan Redhi Delano2
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. H.R. Subrantas Km 12.5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
2 1

E-mail: ridwan@unri.ac.id

ABSTRAK
Dinding pengisi bata biasa digunakan sebagai partisi bagian dalam dan bagian luar struktur bangunan beton bertulang. Pemasangannya menunggu sampai struktur utama (portal beton bertulang) selesai dikerjakan, sehingga dalam perencanaan dianggap sebagai komponen non-struktur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku portal beton bertulang dengan dinding pengisi bata menggunakan software SAP2000. Kekakuan dan perilaku dinding pengisi bata diwakili oleh model FEMA 273 dan model Strut Diagonal Ekuivalen yang diusulkan oleh Saneinejad-Hobbs (1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih antara beban luluh pertama yang dihitung dengan FEMA 273 dibandingkan dengan eksperimen (Aryanto, 2008) adalah 49,5% sementara selisih antara beban luluh pertama yang dihitung menggunakan model Saneinejad-Hobbs dibandingkan dengan penelitian Aryanto (2008) adalah 46,4%. Berikutnya, selisih antara beban maksimum yang dihitung menggunakan model FEMA 273 dan Saneinejad-Hobbs dibandingkan dengan eksperimen Aryanto (2008) masing-masing adalah 83,8% dan 29,5%. Selanjutnya, model Saneinejad-Hobbs ini digunakan untuk menganalisis perilaku dinding bata pada Gedung Rektorat UIN. Analisis yang dilakukan menunjukkan adanya penurunan terhadap nilai daktilitas simpangan. Hasil perhitungan terhadap daktilitas simpangan portal beton bertulang dengan dinding pengisi bata adalah 1,76, terjadi penurunan sebesar 48,5% dibandingkan dengan nilai daktilitas simpangan pada saat perencanaan gedung.

Kata Kunci: daktilitas simpangan, dinding pengisi bata, pushover, sendi plastis, strut diagonal ekuivalen

ABSTRACT
Masonry infill panels can be frequently found as interior and exterior partition in reinforced concrete (R/C) structures. Since they are normally installed and considered as architectural element so their presence are often ignored by engineers. This paper presents an analytical research conducted to study the in-plane behavior of R/C frames infilled with clay brick materials using SAP2000 software. Analytically, the initial stiffness and overall behavior of clay brick infill were represented by FEMA 273 model and The Equivalent Diagonal Strut model proposed by SaneinejadHobbs (1995). The results showed that the difference of first yield load calculated using FEMA 273 compared to experiment (Aryanto, 2008) was 49.5% while the difference of first yield load using Saneinejad-Hobbs model compared to Aryanto (2008) was 46.4%. Furthermore, the difference of maximum load calculated using FEMA 273 and Saneinejad-Hobbs compared to Aryanto (2008) were 83.8% and 29.5% respectively. Therefore, the Saneinejad-Hobbs model then was used to analyze UIN rectorate building. Detailed analysis to UIN rectorate building showed a significant decrease in displacement ductility. Displacement ductility of R/C in-filled frame was 1.76, it decreased 48.5% compared to the design displacement ductility.

Keywords: displacement ductility, equivalent diagonal strut, in-filled frame, plastic hinge, pushover

13

Studi Komparasi Analisis Pushover Portal Beton Bertulang Dinding Pengisi Bata (Ridwan, et al)

PENDAHULUAN
Dinding pengisi bata biasa digunakan pada struktur bangunan beton bertulang ataupun struktur bangunan baja. Dinding dapat menutupi tembok bangunan secara keseluruhan dan ada juga yang memiliki bukaan untuk pintu dan jendela. Namun dalam perencanaan struktur bangunan, dinding pengisi hanya diperlakukan sebagai sekat atau partisi tanpa fungsi struktural. Padahal apabila terjadi gempa dinding pengisi dapat mempengaruhi kekakuan dan kekuatan struktur yang efeknya kadang tidak menguntungkan pada struktur tersebut sehingga dapat menimbulkan kerusakan (Dewobroto, 2005). Umumnya dinding pengisi yang dipasang pada bangunan gedung berfungsi sebagai penutup luar ataupun sebagai partisi. Hal ini berkenaan dengan kebutuhan arsitektural maupun kepentingan estetika bangunan. Sudah menjadi anggapan umum bahwa dinding bata adalah elemen nonstruktural bangunan dan tidak berpengaruh terhadap kekuatan dari konstruksi itu sendiri. Sehingga dalam proses konstruksi, dinding pengisi dikerjakan setelah struktur utama selesai dan pemasangannya terpisah dari struktur utama. Oleh karena itu, dinding pengisi ini seringkali diabaikan dalam pemodelan struktur dan hanya dianggap sebagai beban, bukan pemikul beban. Gambar 1 memperlihatkan keruntuhan soft-storey akibat gempa di Turki tahun 2003 dari sebuah bangunan beton bertulang dengan dinding pengisi. Bagian atas digunakan sebagai tempat tinggal dengan banyak dinding sebagai partisi, sedangkan bagian bawah karena digunakan sebagai tempat usaha (toko) relatif sedikit dinding

pengisinya. Kondisi tersebut menyebabkan bagian atas relatif sangat kaku dibandingkan bagian bawah, sehingga ketika terjadi gempa struktur bagian bawah hancur total dan bagian atas jatuh menimpa dalam keadaan utuh (Ellul dan DAyala, 2003). Ketidaksesuaian antara perpindahan yang terjadi pada struktur portal beton bertulang dengan perpindahan yang terjadi pada dinding pengisi juga menyebabkan keruntuhan soft-storey. Keruntuhan seperti ini dapat terlihat pada bangunan bertingkat di kota Padang (Gambar 2) akibat gempa berkekuatan 7,6 SR tanggal 30 September 2009 (Griffith, 2010). Sistem portal dengan dinding pengisi dapat dianggap memiliki kekakuan yang lebih besar bila dibandingkan dengan portal terbuka. Terkait dengan kejadian tersebut, apabila ditinjau dari tampilan fisik geometri terlihat secara jelas bahwa dinding pengisi yang menutup portal (rapat) akan berfungsi sebagai panel yang akan bekerja bersamaan dengan struktur, serta efeknya turut memberi kekakuan yang lebih besar (Dewobroto, 2005). Struktur rangka dengan dinding pengisi dapat dianggap lebih kaku dan lebih kuat. Meskipun hal ini telah dipahami cukup lama, tetapi biasanya pengaruh ini tetap diabaikan dalam perencanaan karena perilakunya yang non-linear sehingga sulit untuk diprediksi menggunakan metode linear biasa. Hingga saat ini, dinding pengisi pada suatu konstruksi masih sering dianggap terpisah dari struktur utama dan dianggap tidak memberikan pengaruh terhadap kekuatan dari struktur utama, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan adanya dinding pengisi memberikan pengaruh terhadap kekuatan bangunan serta keruntuhan soft -storey yang berbahaya terutama bila ada beban lateral yang terjadi.

Gambar 1. Keruntuhan akibat soft-storey effect pada kolom lantai 1 akibat Gempa Bingol, Turki 2003
14

Gambar 2. Keruntuhan akibat soft-storey effect pada Gedung Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang dan Permukiman pasca Gempa Padang 2009

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 13-20

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dinding pengisi bata terhadap kekuatan struktur rangka portal beton bertulang. Langkah awal adalah menentukan karakteristik dinding pengisi dengan melakukan analisis keruntuhan dengan memberi gaya pushover sampai batas yang telah ditentukan. Analisis pushover dilakukan untuk menentukan parameter strut diagonal ekuivalen (Equivalent Diagonal Strut) yang akan digunakan sebagai pengganti dinding pengisi pada bangunan yang akan ditinjau. Software yang digunakan dalam analisis adalah SAP2000 V.12 dan konfigurasi strut ditentukan berdasarkan model FEMA (Federation Emergency Management Agency) 273 dan model Saneinejad-Hobbs (1995) serta membandingkannya terhadap hasil eksperimen yang dilakukan oleh Aryanto (2008). Parameter strut sebagai pengganti dinding pengisi yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya, kemudian dipergunakan untuk memodelkan struktur portal beton bertulang dengan dinding pengisi pada gedung yang ditinjau. Gedung yang menjadi tinjauan adalah Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri Suska Pekanbaru. Fungsi dari gedung ini adalah sebagai perkantoran, terdiri dari 5 lantai dengan tinggi bangunan 24 meter. Lokasi gedung berada di bagian barat Kota Pekanbaru, berdekatan dengan batas Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar serta berdasarkan peta zona gempa tahun 2002 berada di wilayah gempa zona 3. Lantai bawah gedung berfungsi sebagai lobi, sementara bagian atas digunakan sebagai ruang kerja, dan terlihat bahwa bagian bawah memiliki dinding pengisi yang lebih sedikit dibandingkan dengan tingkat di atasnya. Parameter Strut Diagonal berdasarkan FEMA 273 FEMA 273 menjelaskan Ekuivalen

struktur disyaratkan untuk mampu menahan deformasi struktur dengan meningkatkan kapasitas deformasi atau kapasitas daktilitas komponen struktur berbasis kinerja (performance -based seismic design). Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja (performance-based seismic design) merupakan proses yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan baru maupun perkuatan (upgrade) bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta benda. Lebar efektif diagonal compression strut yang digunakan untuk menganalisis kekuatan dan kekakuan dinding pengisi bata berdasarkan model FEMA 273 dapat dilihat pada Gambar 3. Formulasi kekuatan dinding bata dihitung dengan rumus : 0 , 4 (1) a = 0 ,175 .(1 .hcol ) .rinf

1 =

E inf .t inf . sin (2 ) 4 .E fr . I col .hinf

(2)

dengan: hcol : tinggi kolom di antara as-balok

bahwa komponen

Gambar 3. Parameter strut berdasarkan FEMA 273


15

Gambar 4. a) Portal dengan dinding pengisi; b) Penopang diagonal bolak-balik

Studi Komparasi Analisis Pushover Portal Beton Bertulang Dinding Pengisi Bata (Ridwan, et al)
2,2 m 1,5 m 3m
LEVEL LANTAI LEVEL ATAP LEVEL ATAP LEVEL LANTAI

4m
LEVEL LANTAI

4m
LEVEL LANTAI

4m
LEVEL LANTAI

4,74 m

Gambar 5. Keseimbangan gaya pada portaldinding pengisi

LEVEL LANTAI

5m

5m

4m

10 m

4m

5m

5m

hinf : tinggi dinding pengisi Einf : modulus elastisitas material dinding pengisi Efr : modulus elastisitas material portal Icol : inersia penampang kolom rinf : panjang diagonal dinding pengisi tinf : tebal dinding pengisi : sudut yang dibentuk antara tinggi strut dan panjang bentang portal Parameter Strut Diagonal Ekuivalen berdasarkan Saneinejad-Hobbs (1995) Strut Diagonal Ekuivalen adalah metode untuk analisis inelastis portal-isi yang diajukan Saneinejad-Hobbs (1995), dengan asumsi dasar berikut. a) Deformasi lateral sebanding dengan besarnya beban lateral yang ada sampai suatu batas sehingga dinding pengisi secara bertahap hancur dan kekuatannya turun akibat daktilitas dinding yang terbatas. Ada tiga pola keruntuhan yang teridentifikasi secara
Tabel 1. Dimensi dan konfigurasi tulangan balok dan kolom terpasang pada portal
Dimensi (mm) Jenis Panjang B1 B1a 5000 5000 5000 4000 10000 4000 10000 4000 b 250 300 250 250 400 300 350 400 h 500 2200 500 500 800 500 800 400 Tumpuan 7D22 6D25+ 10D13 7D22 9D22 13D22 7D22 9D22 Lapangan 7D22 6D25+ 10D13 7D22 7D22 13D22 8D22 11D22 Posisi tulangan

Gambar 6. Konfigurasi dinding pengisi bata pada portal yang dianalisis

jelas pada portal-dinding pengisi akibat pembebanan lateral, yaitu (i) corner crushing (ii) diagonal compression, dan (iii) shear. b) Panjang blok tegangan yang diusulkan tidak lebih dari 0,4 tinggi panel pengisi: (3) c h 0, 4 h ' dan b l 0, 4l ' dengan adalah presentase panjang bidang kontak dari tinggi atau lebar panel, sub-skrip c = kolom dan b = balok. Notasi h atau l adalah jarak as-ke-as portal; sedangkan h dan l adalah jarak bersih panel, seperti terlihat pada Gambar 3. c) Interaksi dinding pengisi dengan portal ditunjukkan dengan besarnya gaya geser yang diperoleh dari rumus berikut :
Fc = r 2C c dan Fb = C b

(4)

dengan : = koefisien gesek panel-portal C = gaya normal pada bidang kontak F = gaya geser (lihat Gambar 5) subskrip c = kolom dan b = balok r = h/l < 1,0 d) Terjadinya sendi plastis pada bagian sudut yang dibebani umumnya terjadi pada beban puncak (peak load) dan dapat dituliskan sebagai berikut :

M A = M c = M pj

(5)

b a l o k

B2 B3 B4 B5 B6 K1 K2

k o l o m

16D16 D10-150 16D19 D10-150 + D10-450 16

4000

550

550

dengan : MA dan MC = momen lentur pada sudut yang dibebani (titik A dan C pada Gambar 5), Nm Mpj = tahanan momen plastis paling kecil dari balok, kolom atau sambungan, disebut joint plastic resisting moment, Nm e) Karena dinding pengisi mempunyai daktilitas yang terbatas, maka deformasi portal pada

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 13-20

beban puncak juga terbatas kecuali pada bagian sudut yang dibebani, dengan demikian portal masih dalam kondisi elastis.

MB =MD =M j <M

pj

(Nm)

(6) (7)

didasarkan pada dimensi balok dan kolom, tulangan terpasang, daya dukung horizontal portal isi, gaya horizontal penyebab retak dinding pengisi, dan deformasi serta kekakuan sekan portal isi (Saneinejad dan Hobbs, 1995).

M c = c M pc ; M b = b M pb (Nm)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik Dinding Pengisi Bata Karakterisitik dinding bata yang akan digunakan dalam analisis ini didasarkan pada karakteristik dinding bata hasil pengujian laboratorium yang dilakukan oleh Aryanto (2008) seperti yang terlihat pada Gambar 8. Berdasarkan eksperimen diperoleh data sebagai berikut. 1. Parameter individu bata dan mortar : kuat tekan unit bata 4,57 MPa dan kuat tekan tatarata mortar umur 28 hari 10,45 MPa. 2. Parameter dinding pengisi (pasangan bata) : kuat tekan rata-rata dinding pengisi umur 28 hari (fm) 3,71 MPa, modulus elastisitas dinding pengisi (Em = 700fm) 2597 MPa, dan regangan pada tegangan maksimum, c = 0,002. 3. Mutu Beton untuk struktur portal : kuat tekan rata-rata beton silinder umur 28 hari 27,1 MPa, modulus elastisitas beton
E c = 4700 ( 27 ,1) = 24467,1 MPa, regangan pada tegangan maksimum cu = 0,0018, dan kuat tarik beton umur 28 hari, fct = 1,87 MPa. Mutu baja tulangan untuk struktur beton bertulang adalah : a. D16 mm fy = 311,8 MPa fu = 469,87 MPa b. D13 mm fy = 488,42 MPa fu = 625,61 MPa c. P6 mm fy = 279,36 MPa fu = 387,28 Mpa

dengan MB dan MD = momen lentur pada sudut yang tidak dibebani (titik B dan D pada Gambar 5); Mj = merujuk pada salah satu nilai tersebut; Mc dan Mb = momen elastis terbesar yang ada pada kolom (c) dan balok (b); dan Mpc dan Mpb = tahanan momen plastis dari kolom dan balok. SaneinejadHobb, (1995) menetapkan: c 0 = 0,2 dan b 0 = 0,2 (8) dengan 0 = nominal atau batas atas (upperbound), nilai dari faktor reduksi . Aplikasi Model Strut Saneinejad-Hobbs (1995) pada Struktur Gedung Tinjauan Gedung yang ditinjau adalah Gedung Rektorat Universitas Islam Negeri Suska Pekanbaru yang memiliki perbedaan konfigurasi dinding pengisi untuk setiap lantainya. Dinding pengisi dianalisis menggunakan metode Strut Diagonal Ekuivalen dan diasumsikan bahwa portal berdinding pengisi penuh untuk mencari deformasi akibat beban lateral. Dimensi balok dan kolom serta konfigurasi tulangan terpasang pada struktur struktur yang ditinjau dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar 6 dan Gambar 7 memperlihatkan konfigurasi dinding pengisi bata dan penempatan model strut sebagai pengganti dinding pengisi bata pada portal yang dianalisis. Luas penampang ekuivalen untuk model strut diagonal ekuivalen yang digunakan pada portal yang ditinjau
B1a B1a
ut Str

4.

Tabel

dan

Gambar

memperlihatkan

Stru t9

B1a K2
ut Str

B1a

K1

K2

B4
Stru t8

2,2 m 1,5 m K1 3m

B5

B6

B5

LEVEL ATAP LEVEL ATAP LEVEL LANTAI

K1

t6 ru St

t6 ru St

t6 ru St

t6 ru St

K1

K1

K1

B1
St ru t3

B2
St ru t3

B3
St ru t4

K1

K1

K1

K2

K2

3 K1

B1
St ru t3

B2
St ru t3

B3
St ru t4

B4
Stru t5

B3
St ru K1 t4

B2
St ru t 3 K1

B1 4m
St ru t

4m

B4
Stru t5

B3
St ru K1 t4

B2
St ru t 3 K1

B1
St ru t

LEVEL LANTAI

Detail kolom
LEVEL LANTAI

K1

K1

K1

K2

K2

3 K1

B1
St ru t3

B2
St ru t3

B3
St ru t4

B4

B3
St ru K1 t4

B2
St ru t 3 K1

B1 4m
St ru t

LEVEL LANTAI

K1

K1

K1

K2 B4

K2

3 K1

B1
St ru t

B2
St ru t1

B3
t2 ru St

B3
t ru St

B2
St ru

B1 4,74 m
St ru t1

LEVEL LANTAI

K1

K1

K1

K2

K2

K1

t1

K1

K1

Detail balok
LEVEL LANTAI

5m

5m

4m

10 m

4m

5m

5m

Gambar 7. Konfigurasi penempatan model strut sebagai pengganti dinding bata


17

Gambar 8. Benda uji portal dengan dinding pengisi bata (Aryanto, 2008)

Studi Komparasi Analisis Pushover Portal Beton Bertulang Dinding Pengisi Bata (Ridwan, et al)
200

Tabel 2.

150

100

Perbandingan beban leleh pertama dan beban maksimum antara hasil eksperimen Aryanto (2008) dengan model FEMA 273 dan model Saneinejad-Hobbs (1995)
Beban leleh pertama (kN) Selisih (%) Beban Maksimum (kN) Selisih (%)

50 Beban (kN)

0 -20 -15 -10 -5 -50


Eksperimen Aryanto (2008) FEMA 273 Saneinejad & Hoobs Beban puncak tiap siklus

Model
0 5 10 15 20 25

-25

Eksperimen FEMA 273 Saneinejad-Hobbs

59,62 89,13 31,95

49,5 46,4

89,90 165,27 63,41

83,8 29,5

-100

-150

-200 Defleksi (mm)

Gambar 9. Kurva hubungan beban-defleksi hasil eksperimen Aryanto (2008), FEMA 273, dan Saneinejad-Hobbs (1995)

akan mengalami tekan secara diagonal. Dari distribusi gaya yang ada, maka beban lateral yang diterima oleh portal akan diteruskan ke dinding pengisi dalam bentuk daya tekan. Sendi plastis yang terjadi menggambarkan pola keruntuhan dari struktur bangunan itu sendiri. Sendi plastis yang terjadi pada strut menunjukkan bahwa kolom merupakan elemen yang paling berbahaya dari struktur tersebut karena kolom merupakan penyangga dari suatu bangunan. Keruntuhan soft-storey terjadi akibat hancurnya kolom pada satu lantai yang menyebabkan kegagalan struktur. Dari sendi plastis yang terbentuk, dapat dilihat bahwa dinding yang seharusnya hancur tidak mengalami keruntuhan sama sekali. Beban lateral mula-mula ditahan oleh balok dan strut yang kemudian ditransfer ke kolom. Pada kasus ini dapat dilihat bahwa strut yang dimodelkan masih terlalu kuat, akibatnya gaya yang diterima strut belum melampaui kuat tekan nominalnya. Daktilitas Simpangan Nilai daktilitas di dalam perencanaan struktur bangunan gedung dapat dipilih menurut kebutuhan, tetapi harganya tidak boleh diambil lebih besar dari nilai faktor daktilitas maksimum ( m) yang dapat dikerahkan oleh masing-masing sistem atau subsistem struktur gedung. Nilai daktilitas yang diamati dalam penelitian ini adalah daktilitas simpangan, di mana daktilitas simpangan adalah rasio dari simpangan maksimum (m) dengan simpangan leleh (y). Gedung Rektorat UIN Suska ini direncanakan sebagai Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM). Sistem struktur ini pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap, yakni beban lateral dipikul oleh rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur. Berdasarkan SNI-031726-2002, untuk sistem rangka pemikul momen
18

perbandingan hasil analisis pushover menggunakan model FEMA 273 dan model Saneinejad-Hobbs (1995) dengan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Aryanto (2008). Selisih perbandingan beban leleh pertama model FEMA 273 dengan hasil eksperimen adalah 49,5%, sementara selisih perbandingan beban leleh pertama model Saneinejad-Hobbs dengan hasil ekesperimen adalah 46,4%. Sedangkan selisih perbandingan beban maksimum antara FEMA 273 dan Saneinejad-Hobbs dengan hasil eksperimen masing-masing adalah 83,8% dan 29,5%. Model Saneinejad-Hobbs memberikan prediksi numerik yang nilainya berada di antara model FEMA 273 dan hasil eksperimen Aryanto (2008) serta hasilnya masih dalam batas-batas yang mencukupi atau lower bound (hasilnya cukup konservatif). Kurva hubungan bebandefleksi metode Saneinejad-Hoobs (1995) menghasilkan kurva yang hampir mendekati dengan kurva hasil eksperimen. Oleh karena itu metode Saneinejad-Hobbs (1995) kemudian digunakan untuk memodelkan dinding pengisi ke dalam bentuk strut diagonal ekuivalen pada struktur bangunan yang ditinjau yaitu Gedung Rektorat UIN Pekanbaru. Studi Kasus: Gedung Rektorat UIN Suska Pekanbaru Sendi Plastis Gambar 10 memperlihatkan lokasi sendi plastis pada model portal menggunakan strut diagonal ekuivalen. Pemasangan strut mengakibatkan sebagian gaya yang masuk ke balok akan diterima juga oleh strut. Pada kasus ini dapat dilihat bahwa saat portal mendapat beban lateral maka dinding

Jurnal Sains dan Teknologi 10 (1), Maret 2011: 13-20

menengah dari beton bertulang, faktor daktilitas maksimum ( m) ditentukan sebesar 3,3. Gambar 11 memperlihatkan kurva hubungan gaya geser dasar-defleksi dari hasil analisis pushover Gedung Rektorat UIN. Hasil analisis memberikan nilai simpangan maksimum (m) adalah sebesar 103,680 mm, simpangan pada saat leleh pertama (y) sebesar 58,942 mm, dan nilai daktilitas simpangan sebesar 1,76. Nilai faktor daktilitas simpangan struktur dengan dinding pengisi bata ( m=1,76) berkurang nilainya sebesar 48,5% dari nilai daktilitas simpangan struktur tanpa dinding pengisi bata pada saat struktur direncanakan ( m=3,3). Akibat adanya dinding pengisi bata daktilitas simpangan struktur berkurang, perilaku struktur cenderung elastis linear dan dapat menyebabkan keruntuhan struktur akan terjadi secara tiba-tiba (non-daktail).
Gaya Geser Dasar (kN)

14000

12000

y = 168,57x

10000

8000

6000

m = 103,680 mm y = 58,942 mm

4000

2000

0 0 20 40 60
Defleksi (mm)

80

100

120

Gambar 11. Kurva gaya geser dasar-defleksi analisis pushover model portal dengan dinding pengisi

KESIMPULAN Studi kasus terhadap pengaruh dinding pengisi pada Gedung Rektorat UIN Suska Pekanbaru menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Selisih perbandingan beban leleh pertama model FEMA 273 dengan hasil eksperimen adalah 49,5%, sementara selisih perbandingan beban leleh pertama model Saneinejad-Hobbs dengan hasil eksperimen adalah 46,4%. Sedangkan selisih perbandingan beban maksimum antara FEMA 273 dan SaneinejadHobbs dengan hasil eksperimen masingmasing adalah 83,8% dan 29,5%. 2. Model Saneinejad-Hobbs (1995) memberikan prediksi numerik yang nilainya berada di antara FEMA 273 dan hasil eksperimen Aryanto (2008) serta hasilnya masih dalam batas-batas yang mencukupi atau lower bound (hasilnya cukup konservatif). 3. Akibat adanya dinding yang dimodelkan sebagai strut, perilaku struktur cenderung elastis linear. Ini dapat menyebabkan keruntuhan struktur akan terjadi secara tibatiba (non-daktail). 4. Nilai faktor daktilitas simpangan struktur dengan dinding pengisi bata ( m=1,76) berkurang nilainya sebesar 48,5% dari nilai daktilitas simpangan struktur tanpa dinding pengisi bata ( m=3,3)

DAFTAR PUSTAKA
Aryanto, A., 2008. Kinerja Portal Beton Bertulang dengan Dinding Pengisi Bata Ringan Terhadap Beban Gempa. [Tesis S2]. Bandung: ITB. Computer and Structure Inc., 2005. CSI Analysis Reference Manual for SAP 2000 ETABS and SAFE. University Ave, Berkeley:
19

Gambar 10. Lokasi sendi plastis model portal dengan dinding pengisi

Studi Komparasi Analisis Pushover Portal Beton Bertulang Dinding Pengisi Bata (Ridwan, et al)

California. Dewobroto, W.. 2005. Analisa Inelastis PortalDinding Pengisi dengan Equivalent Diagonal Strut. Jurnal Teknik Sipil ITB, Vol. 12/4. Ellul, F., DAyala, D., 2003. The Bingol, Turkey Earthquake of the 1st of May 2003-Field Report. Architecture & Civil Engineering Department University of Bath. FEMA, 1997. FEMA 273 NEHRP Guidelines for the Seismic Rehabilitation of Buildings. Federal Emergency Management Agency:Washington DC. Federal Emergency Management Agency, 1999. Evaluation of Earthquake Damaged Concrete and Masonry Wall Buildings, basic procedures manual, ATC-43, FEMA 273 & 306. Applied Technology Council: California.

Griffith, M.C., Ingham, J.M., Weller, R., 2010. Earthquake Reconnaissance : Forensic Engineering on an Urban Scale. Australian Journal of Structural Engineering, Vol. 11 No. 1, pp.63-74. Saneinejad, A., Hobbs, B., 1995. Inelastic Design of Infilled Frames. Journal of Structural Engineering, ASCE. 121(4), pp.634-650. Standar Nasional Indonesia, 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 0317262002. Badan Standarisasi Nasional: Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai