Anda di halaman 1dari 12

L.H.

Wiryanto 1
BAB I
Sistem Persamaan Linear dan Matrik
Sistem persamaan linear (SPL)
Bentuk
a
11
x
1
+ a
12
x
2
+ + a
1n
x
n
= b
1
(1)
a
21
x
1
+ a
22
x
2
+ + a
2n
x
n
= b
2
.
.
.
.
.
.
a
m1
x
1
+ a
m2
x
2
+ + a
mn
x
n
= b
m
dengan a
11
, a
12
, , a
mn
, b
1
, b
2
, , b
m
konstan yang diketahui atau diberikan.
Sebagai catatan:
Terdapat m persamaan dengan n tak diketahui (unknowns) (x
1
, x
2
, , x
n
)
Tiap persamaan bersifat linear terhadap x
1
, x
2
, , x
n
Penyelesaian dari SPL:
1. Tidak ada, nilai x
1
, x
2
, , x
n
yang diperoleh tidak memenuhi m persamaan
yang ada. SPL dengan penyelesaian seperti ini disebut tidak konsisten
2. Banyak jawab, terdapat lebih dari satu nilai x
1
, x
2
, , x
n
yang memenui per-
samaan
3. Tunggal, selain nilai yang diperoleh tidak ada nilai lain yang memenuhi per-
samaan. SPL dengan ada (banyak dan tunggal) penyelesaian disebut konsisten.
SPL sederhana:
a
11
x
1
+ a
12
x
2
= b
1
a
21
x
1
+ a
22
x
2
= b
2
Secara geometri tiap persamaan menyatakan garis di bidang x
1
x
2
Nilai x
1
dan x
2
yang memenuhi merupakan perpotongan kedua garis
2 L.H. Wiryanto
Kemungkinan dua garis di bidang:
1. sejajar tidak ada jawab
2. berimpit banyak jawab
3. berpotongan jawab tunggal
Bagaimana dengan bidang di ruang?
Persamaan bidang: a
11
x
1
+ a
12
x
2
+ a
13
x
3
= b
1
di ruang x
1
x
2
x
3
Masalah dalam SPL:
Menentukan penyelesaian
Metoda:
1. Mengeliminasikan unknowns satu-persatu dari persamaan yang ada (cara prim-
itive)
2. Membentuk persamaan dalam matrik dan melakukan operasi baris
SPL (1) dituliskan dalam bentuk matrik
_
_
_
_
_
_
_
_
a
11
a
12
a
1n
a
21
a
22
a
2n
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a
m1
a
m2
a
mn
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
x
1
x
2
.
.
.
x
n
_
_
_
_
_
_
_
_
=
_
_
_
_
_
_
_
_
b
1
b
2
.
.
.
b
m
_
_
_
_
_
_
_
_
(2)
Dalam proses perhitungan, bentuk (2) ditulis lebih sederhana dengan meniadakan
matrik yang berisikan x
1
, x
2
, , x
n
, yang dikenal sebagai matrik perluasan
_
_
_
_
_
_
_
_
_
a
11
a
12
a
1n
.
.
. b
1
a
21
a
22
a
2n
.
.
. b
2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
a
m1
a
m2
a
mn
.
.
. b
m
_
_
_
_
_
_
_
_
_
(3)
Operasi Baris Elementer (OBE)
1. Mengalikan satu persamaan dengan konstanta tak nol
2. Menukar urutan dari dua persamaan
L.H. Wiryanto 3
3. Menjumlahkan suatu persamaan, yang sudah dikalikan dengan konstanta, den-
gan persamaan lain
Sebelum menerapkan OBE, perlu diperkenalkan matrik berikut:
Matrik eselon baris adalah matrik yang memenuhi sifat-sifat berikut
1. Bila dalam suatu baris memuat elemen tak nol, maka elemen tak nol pertama
dilihat dari kiri adalah 1, disebut leading 1.
2. Baris yang semua elemennya nol berada dibarisan bawah
3. Leading 1 dari baris lebih bawah harus lebih ke kanan
Matrik eselon tereduksi adalah matrik yang memenuhi 3 sifat di atas (eselon baris)
dan juga: Setiap kolom yang memuat leading 1, elemen lainnya harus nol.
Contoh matrik eselon tereduksi
_
_
_
_
_
_
_
0 1 2 0 1
0 0 0 1 3
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
_
_
_
_
_
_
_
Contoh matrik eselon baris
_
_
_
_
_
_
_
0 1 2 2 1
0 0 0 1 3
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
_
_
_
_
_
_
_
Bila diperhatikan kolom ke-4 dari kedua matrik, leading 1 dari matrik pertama adalah
satu-satunya elemen tak nol pada kolom tersebut. Tetapi pada matrik kedua, terda-
pat elemen tak nol lain selain leading 1 yang berada pada kolom tersebut. Sehingga
pengelompokan matriknya seperti disebutkan di atas.
Menyelesaikan SPL menggunakan OBE adalah membentuk matrik eselon atau eselon
tereduksi dari matrik perluasan. Berikut contohnya. Disini diberikan SPL (sebelah
kiri) dan penulisan dalam matrik perluasannya (kanan).
x + y + 2z = 9
2x + 4y 3z = 1
3x + 6y 5z = 0

_
_
_
_
_
_
1 1 2
.
.
. 9
2 4 3
.
.
. 1
3 6 5
.
.
. 0
_
_
_
_
_
_
4 L.H. Wiryanto
Bentuk tersebut dilakukan 2 operasi baris sekaligus (yang tidak mengubah nilai
x, y, z-nya)
persamaan 2 diganti dengan hasil operasi persamaan 2 dikurangi 2 kali per-
samaan 1
persamaan 3 diganti dengan hasil operasi persamaan 3 dikurangi 3 kali per-
samaan 1
hasilnya
x + y + 2z = 9
0x + 2y 7z = 17
0x + 3y 11z = 27

_
_
_
_
_
_
1 1 2
.
.
. 9
0 2 7
.
.
. 17
0 3 11
.
.
. 27
_
_
_
_
_
_
Operasi:
Persamaan 2 diganti
1
2
persamaan 2. Hasilnya
x + y + 2z = 9
0x + y
7
2
z =
17
2
0x + 3y 11z = 27

_
_
_
_
_
_
1 1 2
.
.
. 9
0 1
7
2
.
.
.
17
2
0 3 11
.
.
. 27
_
_
_
_
_
_
Operasi:
Persamaan 3 diganti persamaan 3 dikurang 3 kali persamaan 2. Hasilnya
x + y + 2z = 9
0x + y
7
2
z =
17
2
0x + 0y
1
2
z =
3
2

_
_
_
_
_
_
1 1 2
.
.
. 9
0 1
7
2
.
.
.
17
2
0 0
1
2
.
.
.
3
2
_
_
_
_
_
_
Operasi:
Persamaan 3 diganti -2 kali persamaan 3. Hasilnya
x + y + 2z = 9
0x + y
7
2
z =
17
2
0x + 0y + z = 3

_
_
_
_
_
_
1 1 2
.
.
. 9
0 1
7
2
.
.
.
17
2
0 0 1
.
.
. 3
_
_
_
_
_
_
Target dari OBE disini adalah membentuk matrik eselon, dan penyelesaian diperoleh
z = 3, y = 2, x = 1.
L.H. Wiryanto 5
Contoh lain:
Tentukan k agar SPL
x y = 3
2x + 3ky = k
tidak mempunyai jawab
banyak jawab
tepat satu jawab
Jawab:
Dari matrik perluasan
_
_
_
1 1
.
.
. 3
2 3k
.
.
. k
_
_
_
OBE dilakukan, dan diperoleh
_
_
_
1 1
.
.
. 3
0 3k + 2
.
.
. k 6
_
_
_
Jika 3k +2 = 0 atau k = 2/3, baris kedua ekivalen dengan 0x + 0y = 20/3,
tidak ada nilai x dan y yang memenuhi. Jadi tidak ada jawab.
k = 2/3 selalu diperoleh jawab tunggal, yaitu y =
k6
3k+2
dan x = 3 + y.
Tidak ada nilai k yang menyebabkan banyak jawab.
Sistem Persamaan Linear Homogen (SPLH)
Bentuk
a
11
x
1
+ a
12
x
2
+ + a
1n
x
n
= 0 (4)
a
21
x
1
+ a
22
x
2
+ + a
2n
x
n
= 0
.
.
.
.
.
.
a
m1
x
1
+ a
m2
x
2
+ + a
mn
x
n
= 0
(5)
Dua macam penyelesaian:
x
1
= x
2
= = x
n
= 0 jawab trivial (selalu ada pada SPLH)
6 L.H. Wiryanto
Jawab tak trivial berupa banyak jawab, menarik untuk ditentukan.
Contoh SPLH:
Tentukan jawab dari
2x
1
+ 2x
2
x
3
+ x
5
= 0
x
1
x
2
+ 2x
3
3x
4
+ x
5
= 0
x
1
+ x
2
2x
3
x
5
= 0
x
3
+ x
4
+ x
5
= 0
Jawab:
Dalam bentuk matrik, tidak perlu matrik perluasan tetapi matrik koesien saja
karena semua ruas kanan dari SPL-nya bernilai nol, OBE dilakukan untuk mem-
bentuk matrik eselon
_
_
_
_
_
_
_
2 2 1 0 1
1 1 2 3 1
1 1 2 0 1
0 0 1 1 1
_
_
_
_
_
_
_

_
_
_
_
_
_
_
1 1 0 0 1
0 0 1 0 1
0 0 0 1 0
0 0 0 0 0
_
_
_
_
_
_
_
Sebagai latihan tentukan beberapa operasi yang digunakan untuk mendapatkan ma-
trik eselon di atas. Selanjutnya jawab SPLH diperoleh dengan mengembalikan matrik
eselon ke persamaan berikut
x
1
= x
2
x
5
x
3
= x
5
x
4
= 0
dengan x
2
dan x
5
dipilih sembarang yang tidak nol secara bersamaan, dan diperoleh
banyak jawab.
Matrik
Bentuk:
A =
_
_
_
_
_
_
_
a
11
a
12
a
1n
a
21
a
22
a
2n

a
m1
a
m2
a
mn
_
_
_
_
_
_
_
Catatan:
Nama matrik menggunakan huruf besar. Matrik di atas merupakan matrik A.
L.H. Wiryanto 7
Elemen matrik digunakan notasi huruf kecil dengan subscript ij yang meny-
atakan posisi, baris ke-i kolom ke-j, yaitu a
ij
.
Matrik A berukuran mxn, m menyatakan banyaknya baris dan n menyatakan
banyaknya kolom.
Operasi:
1. Penjumlahan A + B dideniskan sebagai
A + B = (a
ij
+ b
ij
)
penjumlahan elemen perelemen pada posisi yang sama. Oleh karena itu dua
matrik dapat dijumlahkan kalau keduanya mempunyai ukuran yang sama.
2. Perkalian AB dengan syarat A
mxr
, B
rxn
dan menghasilkan matrik ukuran mxn.
Elemen matrik AB merupakan perkalian titik antara vektor baris dari A dan
vektor kolom dari B.
Matrik bujursangkar (nxn)
Matrik identitas:
I =
_
_
_
_
_
_
_
_
1 0 0
0 1 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0 1
_
_
_
_
_
_
_
_
Matrik bujur sangkar yang memenuhi AB = BA = I, A dan B disebut saling
invers (B sebagai invers dari A, dinotasikan B = A
1
).
Menentukan invers dari suatu matrik:
1. Melalui matrik elementer (tidak dibahas)
2. Melalui SPL
3. Melalui kofaktor
Untuk menjelaskan cara kedua (menentukan invers melalui SPL)
8 L.H. Wiryanto
1. Kita cukup meninjau matrik 3x3
A =
_
_
_
_
a
11
a
12
a
13
a
21
a
22
a
23
a
31
a
32
a
33
_
_
_
_
yang diberikan dan inversnya
B =
_
_
_
_
b
11
b
12
b
13
b
21
b
22
b
23
b
31
b
32
b
33
_
_
_
_
ditentukan.
2. Hubungan AB = I dapat dijabarkan menjadi 3 SPL
A
_
_
_
_
b
11
b
21
b
31
_
_
_
_
=
_
_
_
_
1
0
0
_
_
_
_
, A
_
_
_
_
b
12
b
22
b
32
_
_
_
_
=
_
_
_
_
0
1
0
_
_
_
_
, A
_
_
_
_
b
13
b
23
b
33
_
_
_
_
=
_
_
_
_
0
0
1
_
_
_
_
Masing-masing dapat diselesaikan menggunakan OBE. Tetapi pekerjaan ini
tidak praktis, karena hanya pengulangan saja. Kita bisa lakukan OBE sekaligus
menggunakan matrik perluasan.
3. Bentuk matrik perluasan, tanpa menuliskan B, dan melakukan OBE untuk
mengubah A menjadi I, yang merupakan matrik eselon tereduksi
_
A
.
.
.I
_

_
I
.
.
.C
_
Hasil operasi ini bila dikembalikan dalam perkalian matrik IB = C, tidak men-
gubah unknown dalam hal ini B. Sedangkan IB = B. Oleh karena itu invers
dari A adalah B = C.
Contoh:
Tentukan invers dari
A =
_
_
_
_
1 2 3
2 5 3
1 0 8
_
_
_
_
Jawab:
L.H. Wiryanto 9
Bentuk matrik perluasan dan lakukan OBE
_
_
_
_
_
_
1 2 3
.
.
. 1 0 0
2 5 3
.
.
. 0 1 0
1 0 8
.
.
. 0 0 1
_
_
_
_
_
_

_
_
_
_
_
_
1 0 0
.
.
. 40 16 9
0 1 0
.
.
. 13 5 3
0 0 1
.
.
. 5 2 1
_
_
_
_
_
_
Sehingga diperoleh invers
A
1
=
_
_
_
_
40 16 9
13 5 3
5 2 1
_
_
_
_
Determinan
det
_
_
a
11
a
12
a
21
a
22
_
_
= a
11
a
22
a
12
a
21
det
_

_
a
11
a
12
a
13
a
21
a
22
a
23
a
31
a
32
a
33
_

_
= a
11

a
22
a
23
a
32
a
33

a
12

a
21
a
23
a
31
a
33

+ a
13

a
21
a
21
a
31
a
32

Untuk ukuran lebih besar determinan matrik dihitung melalui sifat-sifat berikut
1. Jika A
nxn
memuat satu baris nol maka det(A) = 0
2. Jika A
nxn
matrik segitiga dengan elemen diagonalnya a
11
, a
22
, , a
nn
maka
det(A) = a
11
a
22
a
nn
3. A
nxn
dan A

merupakan matrik hasil operasi baris dari A


(a) operasi mengalikan k pada satu baris maka det(A

) = k det(A)
(b) A

hasil operasi penukaran dua baris dari A maka det(A

) = det(A)
(c) A

hasil operasi: baris ke-i baris ke-i + k baris ke-j maka det(A

) =
det(A)
Uji kebenaran hubungan di atas dengan menghitung det(A
3x3
) dan det(A

).
10 L.H. Wiryanto
Contoh:
Hitung determinan dari
A =
_
_
_
_
3 1 2
6 2 3
1 7 3
_
_
_
_
Jawab:
Bentuk matrik segitiga (atas) dari A menggunakan OBE
A
i
=
_
_
_
_
1 7 3
6 2 3
3 1 2
_
_
_
_
A
ii
=
_
_
_
_
1 7 3
0 44 15
0 22 7
_
_
_
_
A
iii
=
_
_
_
_
1 7 3
0 22 7
0 44 15
_
_
_
_
A
iv
=
_
_
_
_
1 7 3
0 22 7
0 0 1
_
_
_
_
Hasil:
det(A) = det(A
i
)
det(A
i
) = det(A
ii
)
det(A
ii
) = det(A
iii
)
det(A
iii
) = det(A
iv
)
_

_
det(A) = det(A
iv
)
= 1(22)(1) = 22
Perluasan:
Dari A
nxn
A

= A det(A

) =
n
det(A)
AA
1
= I det(A
1
) =
1
det(A)
Beberapa istilah:
1. A = (a
ij
)
nxn
matrik bujursangkar. Minor dari elemen a
ij
(notasi M
ij
) diden-
isikan sebagi determinan dari matrik ukuran (n 1)x(n 1) yang diperoleh
dengan menghilangkan baris ke-i dan kolom ke-j dari A.
A =
_
_
_
_
1 6 3
2 7 1
3 1 4
_
_
_
_
M
23
=

1 6
3 1

= 19
L.H. Wiryanto 11
2. Kofaktor dari a
ij
(notasi C
ij
)
C
ij
= (1)
i+j
M
ij
Dengan menggunakan pengertian kofaktor, determinan dapat dirumuskan sebagai
det(A) = a
i1
C
i1
+ a
i2
C
i2
+ + a
in
C
in
, untuk suatu i (baris)
atau
det(A) = a
1j
C
1j
+ a
2j
C
2j
+ + a
nj
C
nj
, untuk suatu j (kolom)
Menghitung determinan dengan gabungan OBE dan kofaktor dapat juga dilakukan,
seperti contoh berikut
A =
_
_
_
_
_
_
_
4 0 4 4
1 0 1 1
1 3 0 3
6 3 14 2
_
_
_
_
_
_
_
OBE

A
i
=
_
_
_
_
_
_
_
4 0 4 4
1 0 1 1
7 0 14 5
6 3 14 2
_
_
_
_
_
_
_
Cara kofaktor digunakan pada langkah berikut ini
det(A) = det(A
i
) = 3

4 4 4
1 1 1
7 14 5

= 3(72) = 216
Menentukan invers dengan kofaktor (sebagai alternative)
1. A = (a
ij
)
nxn
2. Bentuk matrik kofaktor, yaitu matrik yang elemennya merupakan kofaktor yang
bersesuaian posisinya
C = (c
ij
) , c
ij
kofaktor dari a
ij
3. Bentuk matrik adjoint (notasi adjA) merupakan transpose (penukaran baris
dan kolom) dari matrik kofaktor
adjA = C
T
12 L.H. Wiryanto
4. Invers matrik
A
1
=
1
det A
adjA
Contoh:
Tentukan invers dari
A =
_
_
_
_
3 2 1
1 6 3
2 4 0
_
_
_
_
Jawab:
Lakukan OBE pada A untuk menghitung determinannya
A

=
_
_
_
_
1 6 3
3 2 1
2 4 0
_
_
_
_

_
_
_
_
1 6 3
0 16 10
0 16 6
_
_
_
_

_
_
_
_
1 6 3
0 16 10
0 0 4
_
_
_
_
sehingga det A = 64
Bentuk matrik kofaktor
C =
_
_
_
_
12 6 16
4 2 16
12 10 16
_
_
_
_
Bentuk matrik adjoint
adjA =
_
_
_
_
12 4 12
6 2 10
16 16 16
_
_
_
_
Invers
A
1
=
1
64
_
_
_
_
12 4 12
6 2 10
16 16 16
_
_
_
_

Anda mungkin juga menyukai