Anda di halaman 1dari 8

1

Manajemen Perkotaan

Latar Belakang Profil Kampung Baru, Surakarta

Kampung Baru merupakan sebuah kelurahan yang terletak tak jauh dari pusat kota. Batasan Wilayah : Utara dan Barat berbatasan dengan kelurahan Keprabon, Selatan berdampingan dengan Jalan Slamet Riyadi, Timur bersebelahan dengan jalan Sudirman. Kampung Baru merupakan sebuah kelurahan di pusat kota yang padat penduduknya dan dengan batasan lahan / tanah yang tidak teratur. Ketidakteraturan area baik segi infrastuktur, permukiman, ataupun pengadaan RTH sangat tidak baik bagi tata ruang kota khususnya Solo sendiri yang mulai menerapkan eco cultural city. Ketidakteraturan area tersebut membuat ketersediaan infrastruktur akses jalan dan RTH menjadi sulit diciptakan. Ketidakteraturan tersebut bisa juga membuat lahan yang berupa pemukiman legal menjadi tergusur oleh kemajuan jaman. Berbagai Isu mengenai tata ruang di Kampung Baru : 1. Tidak ada RTH di Kampung Baru yang cukup. 2. Permukiman dan perumahan terlalu padat. 3. Bentuk tanah dan bangunan yang tak teratur 4. Tidak adanya akses jalan masuk berupa jalan lingkungan yang layak, yang ada hanyalah jalan kampung yang sangat sempit. 5. Area penambahan RTh di kampung baru kali ini difokuskan pada RT 04/1, dikarenakan kondisi perumahan disana cukup padat dan tidak memiliki keteraturan bentuk area. 6. Semua rumah memiliki sertifikat tanah yang syah, sehingga tidak ada hunian liar. Meskipun memiliki sertifkat tanah yang syah, aksses masuk untuk menuju rumah sendiri ada yang sangat susah bahkan jalan jalan kecil tak bisa dilewati mobil.

Manajemen Perkotaan 7. Terlebih lagi tidak adanya RTh yang mendukung area tersebut menjadi bagian dari Solo yang mencanangkan ekokulturalcity. Meskipun telah ada Prasarana disana, berupa Masjid, MCk umum, dan sumur permukaan sistem timba. Rumusan masalah : Bagaimana menerapkan konsolidasi lahan untuk penambahan akses jalan masuk yang ideal di Kampung Baru dan peletakan RTH yang sesuai dengan konsep Eco cultural city ? Tujuan perencanaan : Merencanakan adanya akses jalan masuk yang sesuai untuk wilyah kampung baru Rt 04/ 01 Merencanakan adanya Ruang Terbuka Hijau di Kampung Baru Rt 04 / 01 Sasaran perencanaan : Mengusahakan akses jalan masuk dan RTH dengan metode Konsolidasi Lahan.

Manajemen Perkotaan Teori Konsolidasi Lahan Permasalahan dalam tata ruang bukan merupakan hal yang asing bagi bangsa Indonesia, hampir semua daerah mengalami permasalahan yang sama. Dampak negatif dari hal tersebut bisa merambat ke dalam aspek-aspek kehidupan, mulai dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Dampak terhadap aspek sosial diantaranya adalah timbulnya ketidaknyamanan terhadap lingkungan (adanya daerah kumuh). Apabila permasalahan tata ruang tersebut tidak diselesaikan, maka keseimbangan lingkungan akan terganggu dan akan menimbulkan bencana alam. Konsolidasi lahan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tata ruang di wilayah darat dengan cara menata kembali suatu wilayah sehingga menjadi teratur yang dilengkapi dengan prasarana dan kemudahan yang diperlukan agar tercapai penggunaan tanah secara optimum, dan pada prinsipnya dilaksanakan dengan swadaya masyarakat. Konsolidasi lahan sendiri ialah Suatu kegiatan terpadu, menata kembali suatu wilayah sehingga menjadi teratur, dilengkapi dengan prasarana dan kemudahan yang diperlukan agar tercapai penggunaan lahan secara optimum, yang pada prinsipnya dilaksanakan dengan swadaya masyarakat (Konsolidasi lahan Perkotaan 1984 : 1). Atau bisa dikatakan Suatu model pembangunan yang mengatur semua bentuk lahan yang semula terpecah pecah dengan bentuk yang tidak teratur menjadi lahan-lahan yang bentuknya dan tata letaknya teratur, melalui cara pergeseran, penataan, penukaran, penggabungan, pemecahan, penghapusan dan pengubahan letak persil lahan yang disempurnakan dengan adanya pembangunan fasilitas umum seperti jalan, jalur hijau dan sebagainya, sehingga menghasilkan pemanfaatan lahan yang lebih baik (ekonomis) dan memenuhi berbagai persyaratan (Konsolidasi Lahan Perkotaan 1985: 1)

Manajemen Perkotaan Data Gambaran Umum Area Kampung Baru Area penambahan Ruang Terbuka hijau di Kampung Baru kali ini difokuskan pada RT 04/1, dikarenakan kondisi perumahan disana cukup padat dan tidak memiliki keteraturan bentuk area. Semua rumah memiliki sertifikat tanah yang syah, sehingga tidak ada hunian liar. Meskipun memiliki sertifkat tanah yang syah, aksses masuk untuk menuju rumah sendiri ada yang sangat susah bahkan jalan jalan kecil tak bisa dilewati mobil. Terlebih lagi tidak adanya RTh yang mendukung area tersebut menjadi bagian dari Solo yang mencanangkan ekokulturalcity. Prasarana yang telah tersedia disana, berupa Masjid, MCk umum, dan sumur permukaan sistem timba. Diadakan penambahan RTH sangat tidak mungkin diletakkan pada lahan baru karena keterbatasan tempat. Sehingga perlu dilakukan konsolidasi lahan agar menambah lahan baru sekaligus bisa meneraturkan perumahan dan permukiman disana.

Kondisi akses jalan masuk yang sangat terbatas

Kondisi sarana yang telah ada

Manajemen Perkotaan Pihak pihak yang terkait penyelenggaraan Konsolidasi Lahan 1. Pemerintah Pemerintah daerah sebagai pihak pemrakarsa, pendamping atau penasehat teknis, atau penentu kebijakan terkait dengan proses awal hingga evaluasi tahapan konsolidasi lahan Kampung Baru. 2. Swasta Pihak swasta sebagai mitra atau investor (penyandang dana) yang diharapkan mendapat keuntungan dengan bekerja sama dalam konsolidasi lahan, baik berupa kontrak sewa lahan atau investor peduli lingkungan. 3. BPN Badan Pertanahan Nasional sebagai institusi yang berwenang dalam proses legitimasi lahan, karena lahan yang akan dikerjakan adalah lahan legal, yang selanjutnya setelah proses ini selesai juga mendapatkan kelegalan berupa sertifikat yang syah. 4. Masyarakat Masyarakat yang dimaksud ialah masyarakat kampung baru itu sendiri selaku pemilik lahan dan pemegang keputusan awal

Manajemen Perkotaan Tahapan Analisa Masalah

Tahap Persiapan diawali dengan perumusan latar belakang diadakannya konsolidasi tanah. Kemudian Penetapan tujuan dan sasaran secara terinci dan pembentukan kelompok pelaksanaan dan pembagian kerjanya. lalu Mempelajari perijinan dan peraturan kota yang berlaku dan Pengumpulan data dan informasi. Tahap Perencanaan meliputi tahap penetuan lokasi, perencanaan siteplan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan, Penentuan reduksi lahan, Penyepakatan relokasi lahan, dan Penentuan tanah biaya pengganti pembangunan (Cost Equivalent Land) Tahap Pembangunan. Tahapan ini merupakan tahap terakhir dalam proses pelaksanaan konsolidasi lahan perkotaan. yang meliputi, pembangunan fisik yang telah ditetapkan dalam rencana, penyelesaian sertifikat lahan tiap pemilik, dan pendistribusian lahan kepada para pemilik lahan. Setelah tahap pembangunan selesai, dan semua tanah telah terkonsolidasi, ada 3 jenis persil hasil dari proses tersebut : 1. Tanah pengganti biaya pembangunan (Cost Equivalent Land) 2. Tanah untuk sarana dan prasarana umum 3. Tanah untuk didistribusikan kembali pada pemilik lahan Poin nomor 2 merupakan persil yang nantinya akan dijadikan sebagai lahan pembuatan akses jalan dan RTH.

Manajemen Perkotaan Rencana Anggaran Biaya 1. Biaya dikelola swadaya masyarakat. Sebagian lahan dipakai sebagai rumah kost/kontrakan hasil nya sebagai ganti biaya. Atau lahan yang tersisa disewakan oleh pihak lain yang mempunyai kepentingan terkait bisnis, perkantoran, dan lain lain. 2. Semua biaya ditanggung oleh pemerintah sebagai SKPD terkait mengingat hasil tersebut sebagai kepentingan kota 3. Semua biaya ditanggung bersama. Masyarakat butuh, pemerintah butuh

Manajemen Perkotaan Design Kawasan Konsolidasi Lahan Area Kampung baru (sebelum)

Area Kampung baru (sesudah)

Garis merah Lingkaran Hijau

: jalan sekunder : penempatan RTH

Garis biru Garis hijau

: batas lahan baru : jalan buntu

Anda mungkin juga menyukai