Anda di halaman 1dari 7

Salah satu alat proteksi yang sangat dibutuhkan untuk mengamankan peralatan listrik ialah rele

tegangan. Rele ini berfungsi untuk memantau tegangan dan akan memberikan sinyal melalui
kontak-kontak keluarannya, jika tegangan yang dipantau lebih besar dari nilai maksimum atau
lebih kecil dari nilai minimum yang diperkenankan. Rele ini umumnya bekerja secara elektronik
dan rangkaian yang digunakan sangatlah sederhana, sehingga mudah untuk dipahami. Tulisan ini
mencoba membahas suatu rangkaian rele tegangan yang sangat sederhana.

Salah satu hal yang harus dihindari pada pengoperasian peralatan listrik ialah kelebihan
tegangan (overvoltage) ataupun kekurangan tegangan (undervoltage). Kelebihan tegangan
hampir dapat dipastikan akan merusak setiap peralatan listrik. Hal ini umumnya akan
menyebabkan timbulnya panas yang belebihan sehingga dapat menyebabkan terbakarnya
peralatan listrik tersebut. Sebaliknya, kekurangan tegangan belum tentu merusak peralatan
listrik. Pada beberapa peralatan listrik seperti lampu pijar ataupun peralatan lain yang bersifat
resistip, kekurangan tegangan tidak akan membahayakan peralatan tersebut. Tetapi bagi
beberapa peralatan lain seperti motor induksi, kekurangan tegangan dapat menyebabkan faktor
daya (cos-ϕ) yang terlalu rendah. Hal ini akan menyebabkan arus peralatan tersebut terlalu besar,
sehingga menimbulkan panas yang berlebihan dan pada akhirnya akan merusak peralatan
tersebut. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ini maka suatu panel distribusi
tegangan rendah umumnya dilengkapi dengan rele tegangan yang berfungsi untuk memantau
tegangan busbar. Jika nilai tegangan ini keluar dari batas-batas aman maka rele ini akan
membuka pemutus CB utama sehingga catuan daya ke panel tersebut akan diputus. Selain rele
tegangan panel ini juga dilengkapi dengan beberapa peralatan proteksi lain, seperti rele arus lebih
(OCR), monitor fasa (RCP) dan lain sebagainya. Tulisan ini hanya membahas tentang rele
tegangan.

2. Prinsip Kerja Dasar

Rele tegangan elektronik umumnya mendeteksi besarnya tegangan melalui trafo tegangan atau
yang lebih dikenal sebagai PT (potensial transformer). PT berfungsi untuk menurunkan tegangan
yang masuk ke rele dan sekaligus mengisolasi rele dari tegangan rangkaian yang diukur.
Masukan PT umumnya adalah 10,5 KV sedangkan keluarannya adalah tegangan yang berkisar
antara 110 V, tergantung dari rangkaian yang digunakan. Tegangan keluaran PT ini selanjutnya
dibandingkan dengan dua tegangan acuan, sebut saja VA untuk tegangan acuan atas dan VB
untuk tegangan acuan bawah. Jika tegangan keluaran PT lebih besar dari VA maka rele keluaran
pertama akan diaktipkan. Sebaliknya jika tegangan keluaran PT lebih kecil dari VB maka rele
keluaran kedua yang akan diaktipkan
Untuk memudahkan proses perbandingan maka besaran yang dibandingkan adalah tegangan
searah. Untuk itu maka tegangan keluaran PT harus terlebih dahulu diubah menjadi tegangan
searah. Besarnya tegangan searah yang dihasilkan selanjutnya dibandingkan dengan tegangan
acuan yang dapat diatur.
Agar dapat mengabaikan kelebihan atau kekurangan tegangan yang berlangsung sesaat
(transient), maka rele tegangan biasanya dilengkapi dengan rangkaian tunda (delay) yang dapat
menunda kerja k ontak keluaran. Lamanya tundaan waktu dapat diatur, umumnya berkisar antara
0 hingga 10 detik.
3. Rangkaian Rele Tegangan

Seperti telah disebutkan sebelumnya, rele tegangan lebih ini mendeteksi tegangan melalui
suatu PT. Agar sesuai dengan alat-alat ukur lain yang terpasang pada panel generator maka
tegangan masukan nominal dari rele tegangan umumnya adalah 110V atau 220V. Karena rele ini
hanya membutuhkan daya yang kecil maka PT yang digunakan adalah PT yang berdaya sangat
rendah, umumnya berkisar antara 2 sampai 5VA. Untuk menghemat biaya pembuatan maka
seringkali PT yang sama digunakan juga sebagai sumber daya bagi rangkaian elektronik yang
digunakan. Untuk itu digunakan PT dengan dua buah belitan sekunder yang terpisah. Rancangan
yang dibahas menggunakan dua buah trafo yang terpisah. Dengan demikian diharapkan agar
tegangan yang dipantau tidak dipengaruhi oleh pembebanan dari catudaya rangkaian elektronik.

3.1. Rangkaian masukan

Tegangan masukan diturunkan sekaligus diisolasi oleh trafo T1 dan disearahkan oleh dioda
D1 dan D2.
Selanjutnya tegangan ini ditapis oleh kapasitor C1 untuk menghilangkan kerut (ripple).
Besarnya tegangan jepit dari C1 adalah :

VC1 ≅ Vm – IDC / 4fC

dan Vm ≅ akar 2 x VSEK


dimana :
VSEK : tegangan sekunder trafo
IDC : arus beban
f : frekuensi jalajala
C : kapasitansi C1

adalah tegangan sekunder dari trafo T1.


Sebelum diteruskan ke rangkaian pembanding, tegangan ini disesuaikan oleh tahanan R1 dan R2
yang membentuk rangkaian pembagi tegangan reisitip. Besarnya tegangan yang diterima
pembanding adalah :
VS = R2/R1+R2 . VC1

3.2. Rangkaian Pembanding Tegangan

Sebagai pembanding tegangan digunakan opamp yang mempunyai faktor penguatan tegangan
loop terbuka (AV) yang mendekati tak terhingga. Oleh karena itu jika tegangan pada masukan
tak-membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada masukan membaliknya maka keluaran
pembanding akan jenuh tinggi dan bernilai mendekati nilai VCC (tegangan catuan). Sebaliknya
jika tegangan pada masukan membalik sedikit lebih tinggi dari tegangan pada masukan tak-
membaliknya maka keluaran pembanding akan jenuh rendah sehingga tega-ngannya mendekati
nol.
Penguat A1 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya
(non-inverting input) dengan tegangan acuan VA yang dihubungkan ke masukan membaliknya
(inverting input). Tegangan acuan VA adalah ambang tegangan maksimum yang diperkenankan.
Tegangan ini diperoleh dari kontak geser (wiper) potensiometer VR1. Jika VS > VA maka
keluaran A1 akan jenuh positip sehingga tegangan keluaran A1 akan mendekati tegangan catu,
yaitu 12VDC. Sebaliknya jika VS < VA maka keluaran A1 akan jenuh negatip sehingga
tegangan keluarannya akan mendekati nol.
Penguat A2 membandingkan tegangan VS yang dihubungkan ke masukan membaliknya
dengan tegangan acuan VB yang dihubungkan ke masukan tak membaliknya. Tegangan acuan
VB adalah ambang tegangan minimum yang diperkenankan. Tegangan ini diperoleh dari kontak
geser potensiometer VR2. Jika VS < VB maka keluaran A1 akan jenuh positip sehingga
tegangan keluaran A2 akan mendekati tegangan catu. Sebaliknya jika VS > VB maka keluaran
A2 akan jenuh negatip sehingga tegangan keluarannya akan mendekati nol. Oleh karena itu agar
tegangan keluaran dari penguat A1 dan A2 mendekati nol maka besarnya tegangan VS haruslah :
VB < VS < VA
Nilai tahanan R3, R4, VR1 dan VR2 ditentukan sedemikian rupa agar kisar pengaturan VA
memungkinkan kisar tegangan masukan dari 220V hingga 240V dan kisar pengaturan VA
memungkinkan kisar tegangan masukan dari 200V hingga 220V.

3.3. Rangkaian Tunda

Agar dapat mengabaikan kenaikan atau penurunan tegangan yang berlaku sesaat (transien),
maka rele tegangan ini dilengkapi dengan rangkaian tunda. Untuk itu maka keluaran dari
rangkaian pembanding selain diteruskan ke rangkaian penggerak rele keluaran, juga dilewatkan
melalui suatu rangkaian tunda.

Rangkaian tunda ini terdiri dari VR3, C2 dan N1. Jika bernilai tinggi, keluaran penguat A1 dan
A2 masing-masing akan meng-enable gerbang N2 dan N3. Selain itu, kedua keluaran ini juga
akan mengisi kapasitor C2 melalui dioda D3 dan D4 dan VR3.
Kapasitor C2 ini berfungsi untuk menunda pengaktipan (enable) gerbang-gerbang N2 dan N3
melalui gerbang N1. Ketiga gerbang ini adalah gerbang AND dari keluarga CMOS
(Complementary Metal Oxide Semiconductor). Tujuan penggunaan CMOS adalah untuk
mendapatkan nilai hambatan masukan yang mendekati tak terhingga agar tidak membebani
kapasitor C2. Lamanya tundaan waktu adalah sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi kapasitor C2 agar tegangan jepitnya mencapai tegangan ambang (treshold) logika tinggi
dari gerbang N1. Lamanya tundaan waktu dapat dinyatakan sebagai :
tD ≅ 0,7.VR3.C2 detik
Dengan mengatur nilai VR3 maka tundaan waktu ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

3.4. Rangkaian Penggerak Rele Keluaran


Rele tegangan yang dibahas mempunyai dua buah rele keluaran. Satu untuk menyatakan
tegangan lebih dan satu untuk menyatakan tegangan kurang. Masing-masing rele ini digerakkan
oleh suatu transistor bipolar.

Jika keluaran A1 bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu ini maka keluaran gerbang N2 akan
tinggi sehingga memberikan arus basis pada transistor Q1. Besarnya arus basis ini adalah :
IB = VOH-VBE / R6 – VBE / R7
dimana VOH : Tegangan keluaran logika tinggi N2
VBE : Tegangan basis-emiter Q1

Hal ini akan menyebabkan Q1 menghantar sehingga pada kolektornya akan mengalir arus
sebesar :
IC = Hfe . IB
dimana hFE adalah faktor penguatan arus searah dari transistor yang digunakan. Arus kolektor
ini akan menyebabkan rele RL1 bekerja.
Sebaliknya jika keluaran A2 yang bernilai tinggi pada akhir tundaan waktu ini maka
keluaran gerbang N3 yang akan tinggi sehingga memberikan arus basis pada transistor Q2. Hal
ini akan menyebabkan Q2 menghantar sehingga rele RL2 yang akan bekerja.
Dengan demikian maka akan tersedia satu kontak untuk tegangan lebih dan satu kontak
untuk tegangan kurang. Untuk mendapatkan sinyal yang menyatakan keduanya maka untuk rele-
rele RL1 dan RL2 dapat digunakan rele dengan dua kontak, dimana kedua kontak tersebut
dihubungkan paralel atau seri, tergantung pada kebutuhan.

3.5. Rangkaian Catu Daya

Opamp umumnya membutuhkan catudaya ganda yang berkisar antara ±6VDC hingga
±18VDC atau catudaya tunggal yang berkisar antara +12VDC hingga +36VDC. Gerbang CMOS
membutuhkan catudaya tunggal yang berkisar antara +3VDC hingga +15VDC. Rele arus searah
tersedia untuk tegangan-tegangan 6, 12, 24, 110, dan 220VDC. Agar dapat mencatu seluruh
komponen yang digunakan pada rangkaian maka catuan yang dipilih adalah +12VDC. Untuk itu
maka rele keluaran yang digunakan adalah rele dengan kumparan 12VDC. Tegangan catuan
sebesar +12VDC dapat diperoleh dari catudaya yang diperlihatkan pada gambar-7. Pada
catudaya ini, tegangan jala-jala diturunkan oleh trafo tegangan T2 ke nilai yang sesuai. Trafo ini
sekaligus berfungsi untuk mengisolasi rangkaian dari tegangan jala-jala. Selanjutnya tegangan
sekunder dari T2 disearahkan oleh pasangan dioda D7 dan D8 yang membentuk penyearah
gelombang penuh, untuk selanjutnya ditapis oleh kapasitor C3 untuk menghilangkan kerut.
Tegangan yang dihasilkan masih dipengaruhi oleh pembebanan. Oleh karena itu untuk
menstabilkan tegangan ini digunakan regulator seri berupa suatu rangkaian terpadu atau IC
(integrated circuit) tipe LM7812.

IC regulator ini akan mempertahankan tegangan keluarannya sebesar +12 VDC untuk tegangan
masukan yang berkisar dari +14 VDC hingga +35 VDC.
Daya yang hilang atau disipasi daya pada regulator adalah :
PD ≅ (VIN – 12V).IL Watt
dimana PD : disipasi daya
VIN : tegangan masukan regulator
IL : arus beban

Disipasi daya ini akan diubah menjadi panas. Agar regulator tidak menjadi terlalu panas
maka panas ini harus dibuang dengan menggunakan pendingin atau heatsink. Agar daya yang
hilang tidak terlalu banyak maka VIN harus dibuat serendah mungkin, namun dapat
mengantisipasi turun naiknya VIN disebabkan oleh perubahan arus beban dan turun naiknya
tegangan jala-jala.
Keluaran dari regulator ini ditapis lebih lanjut oleh kapasitor C6 untuk menghiangkan kerut
sehingga pada keluaran regulator akan diperoleh tegangan searah sebesar +12VDC yang benar-
benar stabil dan bebas kerut.
Kapasitor C4 dan C5 berfungsi untuk menjamin agar IC regulator tidak berosilasi, sesuai
dengan yang dianjurkan oleh pabrik pembuatnya.

Dari pembahasan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain ialah:

1.Rele arus lebih dapat dibuat dengan menggunakan rangkaian elektronik yang sederhana.
2.Besarnya arus nominal dapat diatur dengan menggunakan CT dengan perbandingan yang
sesuai.

Beberapa aplikasi pada industri dan kontrol proses memerlukan relay sebagai elemen kontrol
penting. Relay merupakan saklar elektromagnetik yang berfungsi untuk memutuskan, membuat
atau mengubah satu atau lebih kontak elektrik. Ada beberapa macam relay yang terdapat di
pasaran. Pada pokoknya relay digunakan sebagai alat penghubung pada rangkaian. Relay dapat
berupa IC, transistor dan relay mekanis. Dalam perancangan alat, penulis menggunakan relay
mekanis karena lebih awet dan mudah dalam pemakaiannya.
Relay pengendali elektromagnetis (an electromechanical relay = EMR) adalah saklar
magnetis. Relay ini menghubungkan rangkaian beban on/off dengan pemberian energi
elektromagnetis, yang membuka atau menutup kontak pada rangkaian. EMR mempunyai variasi
aplikasi yang luas baik pada rangkaian listrik maupun elektronis. Misalnya EMR dapat
digunakan pada kontrol dari kran-daya cairan dan di berbagai macam kontrol urutan mesin,
misalnya operasi pengeboran (tanah), pengeboran (plat), penggilingan dan pengerindaan.
Relay biasanya hanya mempunyai satu kumparan, tetapi relay dapat mempunyai beberapa
kontak. Relay elektromekanis berisi kontak diam dan kontak bergerak. Kontak yang bergerak
dipasang pada plunger. Kontak ditunjuk sebagai normally open (NO) dan normally close (NC).
Apabila kumparan diberi tenaga, terjadi medan elektromagnetis. Aksi dari medan pada
gilirannya menyebabkan plunger bergerak pada kumparan kontak NO dan membuka kontak NC.
Jarak gerak plunger biasanya pendek yaitu sekitar 0,25 inchi atau kurang.
Kontak NO akan membuka ketika tidak ada arus mengalir pada kumparan, tetapi tertutup
secepatnya setelah kumparan menghantarkan arus atau diberi tenaga. Kontak NC akan tertutup
apabila kumparan tidak diberi daya dan membuka ketika kumparan diberi daya. Masing-masing
kontak biasanya digambarkan sebagai kontak yang tampak dengan kumparan tidak diberi daya.
Sebagian besar relay kontrol mesin mempunyai beberapa ketentuan untuk pengubahan kontak
NO menjadi NC, atau sebaliknya. Itu berkisar dari kontak sederhana (flip-over) untuk
melepaskan kontak dan menempatkan kembali dengan perubahan lokasi pegas.
Banyak EMR yang mempunyai beberapa perangkat kontak yang dioperasikan dengan
kumparan tunggal. Misalnya relay yang digunakan untuk mengontrol beberapa operasi
penghubungan dengan arus tunggal terpisah. Dengan saklar membuka, kumparan ICR
dihilangkan tenaganya. Rangkaian pada lampu pilot hijau terhubung melalui kontak NC ICR 2,
sehingga lampu tersebut akan menyala. Pada saat yang sama rangkaian pada lampu pilot merah
terbuka melalui kontak NO ICR 1, sehingga lampu tersebut akan padam. Kalau saklar tertutup,
maka kumparan diberi tenaga. Kontak NO ICR 1 menutup pada saklar lampu pilot merah
menyala. Pada waktu yang sama, kontak NC ICR 2 membuka untuk menghidupkan lampu pilot
hijau.

Pada umumnya relay kontrol digunakan sebagai alat pembantu untuk kontrol
penghubung rangkaian dan beban. Misalnya, motor kecil, solenoida dan lampu. EMR dapat
digunakan untuk mengontrol rangkaian beban tegangan tinggi dengan rangkaian kontrol
tegangan rendah. Ini memungkinkan sebab kumparan dan kontak dari relay secara listrik
terosilasi satu sama lain. Dari segi keamanan, rangkaian tersebut mempunyai perlindungan ekstra
bagi operator. Misalnya, menggunakan relay untuk mengontrol rangkaian lampu 220 Volt
dengan rangkaian kontrol pada relay 12 Volt. Lampu akan dirangkai seri dengan kontak relay
pada sumber 220 Volt.Saklar dirangkai seri terhadap kumparan relay pada sumber 12 Volt.
Pengoperasian saklar adalah dengan memberi energi atau menghilangkan energi kumparan. Hal
ini pada gilirannya akan menutup atau membuka kontak pada saklar on/off lampu.
Aplikasi pokok relay yang lain adalah untuk mengontrol rangkaian beban arus tinggi dengan
rangkaian kontrol arus rendah. Hal ini memungkinkan karena arus yang dapat ditangani oleh
kontak dapat jauh lebih besar dibandingkan dengan yang diperlukan untuk mengoperasikan
kumparan. Kumparan relay mampu dikontrol dengan sinyal arus rendah dari rangkaian terpadu
dan transistor.Pada rangkaian tersebut, sinyal kontrol elektronis menghidupkan atau mematikan
transistor yang pada gilirannya menyebabkan kumparan relay diberi energi atau dihilangkan
energinya. Arus pada rangkaian kontrol yang terdiri dari transistor dan kumparan relay sangat
kecil. Arus pada rangkaian daya, yang terdiri dari kontak-kontak dan motor kecil, jauh lebih
besar dalam perbandingan.
Tingkat tegangan pada kumparan relay yang diberi energi, menyebabkan penghubungan
kontak yang disebut tegangan pick-up (tegangan tarik). Setelah relay diberi energi, tingkat
tegangan pada kumparan relay di mana kontak kembali pada kondisi tidak dioperasikan disebut
tegangan drop out (tegangan lepas). Kumparan relay dirancang untuk tidak lepas sampai
penurunan tegangan pada penurunan tegangan minimum sekitar 85% dari tegangan kerja.
Kumparan relay juga tidak akan menarik (memberi energi) sampai tegangan meningkat pada
85% tegangan kerja. Pada umumnya kumparan akan beroperasi terus-menerus pada 110% dari
tegangan kerja, tanpa merusakkan kumparan. Kumparan relay sekarang dibuat dari konstruksi
cetakan. Hal ini mambantu mengurangi penyerapan kelembaban dan meningkatkan kekuatan
mekanis.
Ada juga perbedaan arus pada kumparan relay pada waktu kumparan pertama kali diberi
energi dengan ketika kontak dioperasikan secara penuh. Ketika kumparan diberi energi, plunger
ke luar dari posisinya. Karena celah yang terbuka pada rangkaian (lintasan magnet), arus pertama
kali pada kumparan adalah besat. Tingkat arus pada waktu itu disebut arus in rush (arus kejut).
Pada saat plunger bergerak ke kumparan, menutup celah, tingkat arus turun pada harga yang
lebih rendah. Harga yang lebih rendah itu disebut arus segel (sealed). Arus kejut hampir 6
sampai 8 kali arus segel.
Relay elektromekanis dibuat dalam berbagai jenis untuk berbagai aplikasi. Kumparan
relay dan kontak mempunyai ukuran kerja yang terpisah. Kumparan relay biasanya dirancang
bekerja pada pengoperasian dengan arus DC atau AC, tegangan atau arus, tahanan dan daya
pengoperasian normal. Kumparan relay yang sangat peka dirancang untuk bekerja pada rentang
miliampere rendah, sering dioperasikan dari transistor atau rangkaian terpadu.
Apabila relay digunakan pada suatu aplikasi, maka langkah pertama adalah harus menentukan
tegangan kontrol (kumparan) pada relay yang akan bekerja. Terdapat kumparan yang mencakup
sebagian besar tegangan standard.
Relay berbeda dalam jumlah dan susunan kontak. Meskipun ada beberapa kontak dengan
single break (satu titik kontak) yang digunakan pada relay industri, sebagian relay yang
digunakan pada kontrol peralatan mesin mempunyai kontak dengan double break. Semua kontak
memantul pada saat penutupan, dan pada relay pengoperasian cepat, hal ini dapat menjadi
sumber masalah. Penggunaan kontak double break (dua titik kontak) mengurangi masalah ini.
Spesifikasi kontak relay yang paling penting adalah ukuran kerja arus. Ini menunjukkan
besarnya arus maksimum yang dapat ditangani kontak. Tiga ukuran kerja arus umumnya yaitu,
kapasitas menghubungkan kontak “in-rush”, kapasitas normal (kapasitas mengalirkan terus-
menerus) dan kapasitas membuka (kapasitas memutuskan.
Kontak juga dirancang untuk kemampuan kerja tingkat tegangan AC atau DC yang dapat
beroperasi. Oleh karena itu, sebagian besar relay yang digunakan pada rangkaian kontrol yang
ukuran kerja kontaknya lebih rendah (0 sampai 15 ampere dan maksimum pada tegangan 600
Volt), menunjukkan tingkat arus yang dikecilkan pada tempat relay bekerja. Meskipun relay
kontrol dari berbagai pabrik berbeda dalam penampilan dan konstruksi, relay tersebut dapat
dimanfaatkan pada sistem pengawatan kontrol jika spesifikasinya cocok dengan permintaan
tegangan sistem.
Sebagian besar kontak dibuat dari campuran perak dibandingkan dari tembaga. Bahan ini
digunakan karena konduktivitas perak yang bagus. Oksida perak yang membentuk pada kontak
adalah penghantar listrik yang bagus. Meskipun kontak kelihatan jelek dan bernoda, namun
kontak-kontak tersebut masih dapat beroperasi dengan normal.
Relay adalah saklar elektromagnetik. Dengan kata lain itu diaktifkan ketika arus diterapkan
untuk itu. Biasanya relay yang digunakan dalam rangkaian sebagai jenis switch (karena anda
akan lihat di bawah). Ada berbagai jenis relay dan mereka beroperasi pada tegangan yang
berbeda.

Bagian utama dari relay adalah kumparan di pusat. Sebuah kecil arus yang mengalir
melalui kumparan di relay menciptakan sebuah medan magnet yang menarik satu kontak saklar
melawan atau jauh dari yang lain. Puting itu sederhana, ketika arus diterapkan ke kontak pada
satu sisi kumparan relay memungkinkan kontak di sisi lain untuk bekerja.

Biasanya relay digunakan untuk mengaktifkan sirkuit kedua. Rangkaian pertama


mengaktifkan relay yang kemudian 'menyalakan' sirkuit kedua.

Ada lagi jenis relay yang disebut solenoid yang pada dasarnya bekerja pada prinsip yang
sama. solenoid elektromagnet terdiri dari kawat membungkus sebuah tabung berisi silinder besi
disebut "plunger". Ketika listrik dipasok ke kumparan kawat, "plunger" bergerak melalui tabung
dan mengaktifkan saklar.

Anda mungkin juga menyukai