Anda di halaman 1dari 2

KEADILAN, KESETARAAN DAN KEKUASAAN

(Anotasi dari Buku Friedrich tentang Filsafat Hukum)1


Oleh: Dalinama Telaumbanua, S.H2

Hukum terkait dengan keadilan, oleh karena keadilan hanya bias dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaab yand hendak diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkan ini merupakan proses dinamis yang memakan waktu. Upaya ini didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam kerangka umum untuk mengaktualisasikannya. Sehingga keadilan dapat dianggap sebagai sebuah gagasan, menyebutnya sebagai realitas absolute, sebaimana dilakukan oleh Plato dan Hegel, dan mengasumsikan bahwa pengetahuan dan pemahaman tentangnya hanya bisa didapatkan secara parsial dan melalui upaya filosofis yang sangat sulit. Bila demikian, politik pada tampak sebagai tugas filsuf spekulatif, metafisik yang secara intelektual menyusun tatanan social dan politik ideal. Semua politik praktis tampak sebagai rupa buruk dari politik pengetahuan dan visi intelektual. Serta keadilan dapat dianggap sebagai hasil dari pandangan umum agama atau filsafat tentang dunia secara umum. Sehingga argumen tentang keadilan sangat menentukan wajah perpolitikan. Sebaliknya politik memberikan problema dasar bagi semua filsafat keadilan. Yang merupakan sumber dari keterkaitan pembahasan doktrin Aristoteles tentang kaitan keadilan dengan kesetaraan, dan pembedaan antara keadilan distributif dan korektif. Pembedaan tersebut tentunya sangat mendasar bagi semua pemikiran tentang problema keadilan dan hukum. Dan karena keadilan distributiflah yang memutuskan siapa dan dengan siapa dia setara. Kita boleh berpadangan bahwa dari sudut pandang filsafat, tidak ada sesuatu yang bisa didentukan tentang kesetaraan. Oleh karena kesetaraan tidak dapat dibuktikan secara filsafati. Namun apa yang
1 2

Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum: Perspektif Historis, Penerbit Nusa Media, Bandung, Cetakan III, 2010. Advokat / Pengacara Magang dan Konsultan Hukum 2012

bisa dibuktikan mengenenai manusia jika bukti yang dimaksudkan ialah dalam bentuk pembuktian logis yang koheren?. Jika tuntutan akan pembuktian semacam itu dikesampingkan dan probabilitas yang manusiawi dianggap cukup untuk tujuan solusi rasional atas persoalan, maka banyak yang bisa dikatakan dan ditunjukkan mengenai kesetaraan. Salah satunya Kant, yang mengecam keras segala ketidaksetaraan berdasarkan keturunan sebagai ketidakadilan. Kekuasaan sangat penting bagi setiap tatanan hukum dan masyarakat. Sebuah tatanan tidak dapat difungsikan tanpa adanya kekuasaan. Sebuah tatanan tidak dapat dibangun berdasarkan kekuasaan semata. Aspek rasional dan problema kekuasaan seringkali diabaikan, khususnya dikalangan positivis, dan karenanya positivism menganut pandangan bahwa tidaklah mustahil untuk melandaskan hukum pada sebuah tindakan kehendak semata. Hasil atau konsekuensi pandangan ini terbukti sangat membahayakan. Trend pemikiran semacam ini sebagian kembali kepada Hobbes dan sebagian lagi kepada Rousseau, yang keduaduanya memandang keputusan itu yakni tindakan kehendak penguasa, sebagai tindakan hukum esensial dan mendasar. Oleh karena, kekuasaan telah dicampuradukkan dengan legitimasi oleh para penulis ini dan para pengikut mereka. Kekuasaan aktul yang ada memberi peluang yang lebih besar baig yang memegangnya untuk mengemukakan apa yang menurutnya benar secara lebih meyakinkan serta memiliki akses lebih besar ke sarana komunikasi yang memungkinkan dirinya membujuk dengan penjelasan masuk akal. Sebaliknya, otoritas sebuah penyampaian dan otoritas orang yang menyampaikannya meningkatkan peluangnya untuk bisa dijalankan atau diberlakukan. Namun trasformasi kekuasaan menjadi otoritas dan otoritas menjadi kekuasaan jangan sampai membingungkan karena pada dasarnya keduanya berbeda satu sama lain khususnya pada landasan yag saling bertentangan.

Anda mungkin juga menyukai