Anda di halaman 1dari 15

ABSTRAK

Rektor merupakan tempat atau wadah berlangsungnya reaksi kimia.


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi pada
reaktor CSTR. Percobaan I dilakukan dengan setting pengadukan 4 dengan
memvariasikan laju alir 25, 30, 35, dan 40 mL/menit sampai didapat keadaan
steady selama 30 menit, sedangkan percobaan II dilakukan dengan laju alir
25 mL/menit dengan memvariasikan setting pengadukan 5, 6, dan 7. Pada
percobaan I, dimana pada laju alir 25, 30, 35, dan 40 mL/menit secara
berurut-urut didapatkan konstanta kecepatan reaksi pada saat steady state
sebesar 66,24, 12,892 , 5,506 dan 5,204Pada percobaan II, dimana pada
setting pengadukan 4, 5, 6,dan 7 secara berturut-turut didapatkan konstanta
kecepatan reaksi pasa saat steady state sebesar 66,24, 89,90, 141,86. dan
71,21 Semakin tinggi kecepatan pengadukan akan mempercepat proses
pencampuran yang juga akan mempercepat tercapainya kondisi steady dan
konstanta kecepatan reaksi juga semakin besar.





















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Percobaan
Kalibrasi Pompa
Tabel 1. Data hasil pengamatan pada pompa 1
Speed
Setting
Volume (ml) Waktu (s) Laju alir
(ml/menit)
Kecepatan
pompa
4 20 32,36 37,08 2,9216
5 20 27,01 44,42 3,4321
6 20 22,29 53,83 3,9426
8 20 15,89 75,51 4,4531


Tabel 2. Data hasil pengamatan pada pompa 2
Speed
Setting
Volume (ml) Waktu (s) Laju alir
(ml/menit)
Kecepatan
pompa
4 20 39,92 30,06012 3,5271
5 20 28,06 42,7655 3,9666
6 20 22,92 52,35602 4,4061
8 20 15,79 75,99747 4,8456


Dari Tabel 1 dan tabel 2 dapat dilihat bahwa semakin besar speed setting
yang digunakan, baik pada pompa 1 maupun pompa 2, maka laju alir yang
diperoleh akan semakin besar pula. Hal ini disebabkan oleh volume air yang
ditampung pada gelas ukur semakin banyak dalam jangka waktu yang sama,
yaitu 1 menit. Dengan bertambahnya volume air dalam jangka waktu yang
sama berarti laju alirnya semakin cepat. Untuk mendapatkan laju alir pada
speed setting tertentu (pada reaksi NaOH dengan etil asetat), kita dapat
menggunakan persamaan yang ada di dalam kurva kalibrasi.

3.2 Menentukan kondisi steady-state
Tabel 3. Konduktivitas Reaksi pada saat steady state dengan Variasi Laju
Alir terhadap Setting Pengadukan 4
No. Waktu
(menit)
Konduktivitas
mS
25 ml/menit
Konduktivitas
mS
30 ml/menit
Konduktivitas
mS
35 ml/menit
Konduktivitas
mS
40 ml/menit
1 0 2,91 3,29 3,73
3,88
2 2 2,89 3,27 3,70
3,83
3 4 2,87 3,25 3,67
3,79
4 6 2,86 3,23 3,66
3,77
5 8 2,86 3,22 3,64
3,75
6 10 2,85 3,22 3,64
3,74
7 12 2,85 3,21 3,64
3,74
8 14 2,85 3,21 3,64
3,73
9 16 2,85 3,21 3,64
3,73
10 18 2,85 3,20 3,64
3,73
11 20 2,86 3,20 3,64
3,73
12 22 2,86 3,20 3,64
3,73
13 24 2,86 3,20 3,64
3,73
14 26 2,86 3,20 3,64
3,73
15 28 2,86 3,20 3,64
3,73
16 30 2,86 3,20 3,64
3,73




Tabel 4. Konduktivitas Reaksi pada saat steady state dengan Variasi Setting
Pengadukan terhadap Laju Alir 25 mL/menit
No. Waktu
(menit)
Konduktivitas
mS
4
Konduktivitas
mS
5
Konduktivitas
mS
6
Konduktivitas
mS
7
1 0 2,91 2,89
2,85 2,95
2 2 2,89 2,87
2,84 2,94
3 4 2,87 2,86
2,82 2,93
4 6 2,86 2,85
2,81 2,92
5 8 2,86 2,84
2,8 2,9
6 10 2,85 2,83
2,8 2,89
7 12 2,85 2,83
2,8 2,89
8 14 2,85 2,83
2,79 2,88
9 16 2,85 2,82
2,79 2,87
10 18 2,85 2,82
2,79 2,87
11 20 2,86 2,82
2,78 2,87
12 22 2,86 2,82
2,78 2,86
13 24 2,86 2,82
2,78 2,86
14 26 2,86 2,82
2,77 2,85
15 28 2,86 2,82
2,77 2,85
16 30 2,86 2,82
2,77 2,85
Dari data yang diperoleh pada hasil percobaan, hubungan antara
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi steady state yang dilihat dari
nilai konduktivitas NaOH dengan konstanta laju reaksi ditunjukkan pada
gambar berikut :

Gambar 3.3 Grafik hubungan waktu dengan konduktivitas pada berbagai
variasi kecepatan pengadukan
Pada perubahan kecepatan pengadukan yaitu 4; 5; 6; 7 dan 8, kondisi steady
state lebih cepat tercapai pada kecepatan pengadukan yang lebih tinggi yaitu
8. Hal ini dapat dilihat pada data hasil percobaan dimana pada kecepatan
pengadukan setting 4 pada rentang waktu 28 menit baru mencapai kondisi
steady state sedangkan pada pengadukan setting 8 hanya membutuhkan waktu
8 menit untuk mencapai kondisi steady state. Hal ini disebabkan oleh fungsi
pengadukan itu sendiri yaitu membantu mempercepat proses pencampuran
dari masing masing reaktan, dimana semakin tinggi kecepatan pengadukan
maka pencampuran akan lebih cepat terjadi dan akan mencapai kondisi steady
state saat pencamuran telah sempurna
2.76
2.78
2.8
2.82
2.84
2.86
2.88
2.9
2.92
2.94
2.96
0 5 10 15 20 25 30 35
setting 4
setting 5
setting 6
setting 7

Gambar 3.4 Grafik hubungan waktu dengan konduktivitas pada berbagai
variasi laju alir
Pada perubahan kecepatan laju alir yaitu 25; 30; 35; dan 40, kondisi steady
state lebih cepat tercapai pada kecepatan pengadukan yang lebih tinggi yaitu
8. Hal ini dapat dilihat pada data hasil percobaan dimana pada kecepatan
pengadukan setting 4 pada rentang waktu 28 menit baru mencapai kondisi
steady state sedangkan pada pengadukan setting 8 hanya membutuhkan waktu
8 menit untuk mencapai kondisi steady state. Hal ini disebabkan oleh fungsi
pengadukan itu sendiri yaitu membantu mempercepat proses pencampuran
dari masing masing reaktan, dimana semakin tinggi kecepatan pengadukan
maka pencampuran akan lebih cepat terjadi dan akan mencapai kondisi steady
state saat pencamuran telah sempurna.







0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
0 10 20 30 40
laju alir 25 ml/menit
laju alir 30 ml/menit
laju alir 35 ml/menit
laju alir 40 ml/menit
Gambar 3.4 menunjukan hubungan konduktivitas terhadap waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai kondisi staedy state dengan laju alir yang
bervariasi menggambarkan bahwa kondisi steady yang lebih cepat dicapai
pada laju alir yang lebih besar ( dimana kondisi steady dianggap apabila
konduktivitas campuran relatif konstan). Berdasarkan percobaan dengan laju
alir masing-masing 25, 30, 35, dan 40 dengan waktu tercepat tercapai pada 8
menit dengan laju alir 35 ml/menit. Sedang untuk laju alir yang lain sampai
rentang waktu lebih dari 8 menit masih belum tercapai kondisi steady. Tetapi
pada laju alir 40 ml/menit kondisi steady tercapai melebihi laju alir 35
ml/menit. Hal ini di karenakan kesalahan dalam pembuatan larutan. Namun,
dapat dijelaskan bahwa dengan laju alir yang lebih besar maka tumbukan
partikel kedua reaktan akan semakin cepat dan semakin besar, sehingga
pencampuran kedua reaktan semakin cepat pula dan kondisi steady tercapai.
Gambar 3.4 juga menggambarkan laju alir yang semakin besar
mempengaruhi konduktivitas, dimana nilainya semakin kecil. Laju alir
berbanding terbalik terhadap konstanta laju reaksi. Hal ini sesuai dengan
rumus berikut :

( )
2
1
1
a
a a
X
V
Fb Fa
k
o
+
=

Gambar 3.3 menunjukan bahwa dari variasi set kecepatan pengadukan 4,
5, 6, dan 7 kondisi steady yang paling cepat dicapai dengan pengadukan 5
yaitu 10 menit. Hal ini dijelaskan dengan kecepatan pengadukan yang
semakin besar maka tumbukan antara partikel akan semakin banyak dan
transfer massa juga semakin cepat terjadi steady dapat dicapai lebih cepat.
Gambar 3.3 memperlihatkan hubungan antara konstanta laju reaksi (k)
steady state terhadap set pengadukan dimana, semakin besar set pengadukan
maka harga k yang diperoleh semakin besar. Tetapi pada pengadukan 7 harga
k yang diperoleh menurun, hal ini terjadi dikarenakan kesalahan dalam
membuat konsentrasi larutan yang digunakan untuk percobaan ini sehingga
mempengaruhi konduktivitas yang didapat.
Gambar 3.3 juga menjelaskan bahwa dengan kecepatan pengadukan yang
semakin besar, maka kontanta laju reaksi semakin besar. Dapat dijelaskan
melalui persamaan Arrhenius, dimana:


RT
Ea
Ae k

=
k = Konstanta laju reaksi
A = Faktor frekuensi
Ea = energi aktuvasi
R = Konstanta gas
T = suhu

Tabel 5. Titrasi larutan NaOH umpan dengan HCl 0,015 M pada Variasi
Laju Alir
Flow rate
(ml/menit)
Volume NaOH
(mL) Titrasi I (ml) Titrasi II (ml)
25 10 4,5 4,2
30 10 4,3 4,2
35 10 4,5 4
40 10 5,5 5

Tabel 6. Titrasi larutan NaOH umpan dengan HCl 0,015 M pada Variasi
Setting Pengadukan
Kecepatan
Pengadukan
Volume NaOH
(mL) Titrasi I (ml) Titrasi II (ml)
5 10 2,9 2,5
6 10 3 2,8
7 10 4 3,8

Untuk mendapatkan konsentrasi NaOH sebelum masuk reaktor, dapat
dilakukan dengan perhitungan rumus pengenceran (Lihat di lampiran).
.



Gambar 3.5 Grafik hubungan waktu dengan konstanta laju spesifik pada
berbagai variasi laju alir


Gambar 3.5 Grafik hubungan waktu dengan kosntanta laju spesifik pada
berbagai variasi kecepatan pengadukan

Dari gambar 3.4 dan 3.5 dapat dilihat bahwa metode titrasi juga menujukan
teori yang sama dengan cara diatas.



0
20
40
60
80
100
120
25 30 35 40
k
,

L
/
m
o
l
.
m
e
n
i
t

Laju alir , ml/menit
0
5
10
15
20
25
30
35
40
4 5 6 7
k
,

L
/
m
o
l
.
m
e
n
i
t

Kecepatan pengadukan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. semakin besar laju alir reaktan maka waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kondisi steady semakin cepat.
2. Konstanta kecepatan reaksi tertinggi metode konduktivitas pada reaksi
saponifikasi NaOH dan etil asetat terjadi laju alir 25 ml/menit dengan
pengadukan 4, yaitu dengan mencapai 70 ml/mol menit
2. Semakin tinggi kecepatan pengadukan akan mempercepat proses
pencampuran yang juga akan mempercepat tercapainya kondisi steady
dan konstanta kecepatan reaksi juga semakin besar.
6 .Konstanta kecepatan reaksi tertinggi metode konduktivitas pada reaksi
saponifikasi NaOH dan etil asetat terjadi pada setting pengadukan 6
dengan kecepatan 25 ml/menit, yaitu dengan mencapai 140 ml/mol
menit
7. Konstanta kecepatan reaksi akan menuju konstant hingga reaksi
menjadi steady state


4.2 Saran
1. Supaya data percobaan akurat sebaiknya dalam kalibrasi harus teliti,
karena hasil dari kalibrasi alat menentukan hasil percobaan yang kita
lakukan.
2. Sebaiknya dalam percobaan harus diperhatikan pipa masuknya umpan
kereaktor jangan sampai pipa tersebut mengandung udara, dimana
udara dapat menyebabkan aliran laju umpan tidak akurat.




LAMPIRAN

A. Pembuatan Larutan Umpan
1. NaOH 0,065 M sebanyak 5 Liter.
) liter ( V
1
x
BM
massa
M=

=
massa 1
0.065 M x
40 5

Massa = 13 gram

Jadi, NaOH yang dibutuhkan untuk membuat 5 liter larutan adalah 13
gram NaOH.

2. Etil Acetat 0,06 M sebanyak 5 Liter.
M =



0,065 M =


V
acetat
= 31,8 ml

Jadi, volume etil asetat sebanyak 31,8 ml diencerkan ke dalam 5 Liter
air deion.

3. HCL 0,015 M sebanyak 1000 ml
V
1
. N
1
= V
2
. N
2
V
HCl
= 1000 x 0,015
10
V
HCL
= 1,5 ml

Jadi, HCl sebanyak 1,5 ml diencerkan kedalam 1000 ml air deion.




B.1 Menghitung Kalibrasi Pompa
Pada Gambar 3.1, diperoleh persamaan liniear :
y = 0,1021x + 0,3691
Menghitung setting pompa 1 pada laju alir 25 mL/menit :
y = 0,1021x + 0,3691
y = 0,1021 x 25 + 0,3691
y = 2,9216
Pada Gambar 3.2, diperoleh persamaan linear :
y = 0,0879x + 1,3296
Menghitung setting pompa 2 pada laju alir 25 mL/menit :
y = 0,0879 x 25 + 1,3296
y = 3,527

B.2 Perhitungan Konstanta Laju Spesifik
Larutan NaOH (a) = 0,065 M
Etil Asetat (b) = 0,065 M
Laju alir (Fa=Fb) = 25 ml/menit
Setting pengadukan = 4
Suhu (T) = 30
o
C = 303 K
Konstanta laju reaksi yang dihitung pada waktu 8 menit.
Dari data t=10 menit, A1= 2,85 mS = 0.00285 Siemen

1. Konsentrasi NaOH dalam campuran (a
o
)

25
0.065 0.03
25 25
o
Fa
a a M
Fa Fb

( (
= = =
( (
+ +


2. Konsentrasi CH
3
COOC
2
H
5
dalam umpan campuran

25
0.065 0.03
25 25
o
Fa
b b M
Fa Fb

( (
= = =
( (
+ +


3. Konsentrasi CH3COONa pada t (c)
nilai bo > ao, maka nilai c = ao
c =
0.03 M

4. Konduktivitas CH
3
COONa pada t (Ac)
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) siemen
c T
c
c
00263676 . 0 03 . 0 294 303 0284 . 0 1 070 . 0
294 0284 . 0 1 070 . 0
= + = .
+ = .



5. Konduktivitas NaOH dalam umpan campuran (Aao)
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) siemen
T a T
ao
o ao
00681876 . 0 03 . 0 294 303 0184 . 0 1 195 . 0
. 294 ; 294 0184 . 0 1 195 . 0
= + = .
> + = .

6. Konduktivitas awal larutan (Ao)
Nilai Ao = Aao
Aao = 0.00681876 siemen
7. Konsentrasi NaOH dalam reactor setelah waktu t (a)
jika nilai a
0
>b
0
maka a =(a
0
-b
0
)=0
8. Konduktivitas NaOH setelah waktu t (Aa)
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) 0 0 294 303 0184 . 0 1 195 . 0
a 294 303 0184 . 0 1 195 . 0
a
a
= + = .
+ = .


9. Konduktivitas larutan setelah waktu t (A)
siemen
a c
00263676 . 0 0 00263676 . 0 = + = .
. + . = .




10. Konsentrasi NaOH dalam reaktor pada waktu t (a
1
)

( )
( )
0.00681876 0.00285
0 0.03 0.03
0.00681876 0.00263676
0.00899
o l
i o o
o
l
l
a a a a
a
a M

( . .
= +
(
. .

(
= +
(


=

11. Konsentrasi CH
3
COONa pada waktu t (c
1
)
M c
c c
o
o
02101 . 0
00263676 . 0 00681876 . 0
00389 . 0 00681876 . 0
03 . 0
1
1
1
=
(


=
A A
A A
=


12. Konversi NaOH (Xa)
7 . 0
03 . 0
00899 . 0 03 . 0
=
|
.
|

\
|
=
|
|
.
|

\
|
=
o
l o
a
a
a a
X
13. Konversi CH3COONa (Xc)
7 . 0
03 . 0
02101 . 0
1
= = =

c
c
Xc

14. Konstanta laju spesifik (k)
( )
( )
molmenit ml k
a
a a
V
F F
k
o b a
/ 998 , 12
00899 . 0
00899 . 0 03 . 0
1000
25 25
2
2
1
1
=
+
=

=






Gambar 3.1 Hubungan antara Speed Setting dengan Laju Alir Pompa I

y = 0.1021x + 0.3691
R = 0.9934
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 20 40 60 80
Linear
(Series1)


Gambar 3.2 Hubungan antara Speed Setting dengan Laju Alir Pompa II

y = 0.0879x + 1.3296
R = 0.9985
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 20 40 60 80
Linear (Series1)

Anda mungkin juga menyukai