Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

Latar Belakang Kebutuhan pasar terhadap jagung terus meningkat seiring dengan banyaknya pemanfaatannya untuk berbagai makanan. Namun produktivitas jagung dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan di luar negeri disebabkan teknik budidaya yang belum tepat( Rukmana, 2006 ). Peningkatan produksi jagung manis dapat dilakukan dengan berbagai teknik budidaya diantaranya penggunaan pupuk kalium. Kalium termasuk salah satu hara makro esensial yang mutlak diperlukan oleh tanaman, tidak terkecuali tanaman jagung manis. Dalam tanaman kalium berperan sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme karbohidrat dan protein serta membantu tekanan osmotik dan keseimbangan ion dalam tanah( Wijaya, 2008 ). Jagung pada dasarnya merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua sesudah beras bagi penduduk indonesia dan menjadi bahan baku industri makanan lainnya. Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telur serta daging terlihat juga terus meningkat. Hal ini mendoron meningkatnya kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak( Anonimus, 2008 ). Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau sweet corn mengandung lebih banyak gula pada endospermnya dari pada tipe jagung biasa. Jagung manis ini mengandung kadar gula yang relatif tinggi, karena itu biasanya dipanen sewaktu

muda dan dapat dimakan mentah atau direbus. Ciri khas jenis ini bila dimasak bijinya menjadi keriput (Sutresno, 1992). Hasil jagung yang tinggi akan diperoleh jika pertumbuhan tanaman optimal. Untuk itu diperlukan pengelolaan hara, air, dan tanaman dengan tepat. Pengelolaan hara dan tanaman yang mencakup pemupukan (waktu dan takaran), dan pengendalian gulma harus sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Terdapat beberapa metode penentuan fase pertumbuhan jagung( Rinsoma, 2000 ). Tujuan Penelitian Untuk melihat pengaruh metode selving terhadap produksi tanaman jagung. Kegunaan Penelitian a. Sebagai syarat mengikuti pratikum mata kuliah Pemuliaan Tanaman. b. Sebagai syarat untuk mengikuti pratikal test praktikum Pemuliaan Tanaman. Hipotesis Adanya pengaruh penerapan metode selving terhadap produksi tanaman jagung.

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika Tanaman Jagung Manis( Zea mays l.) Nama zea mays diberikan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1939. Kata zea diambil dari bahasa Yunani yang berarti padi-padian, sedangkan kata mays merupakan kosakata orang Indian yaitu mahiz yang merupakan sebutan untuk jagung bagi orang Indian( Tjitrosoepomo dan Gembong, 2005 ). Kedudukan tanaman jagung dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan menurut Rukmana (2006) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledoneae : Graminales : Gramineae : Zea : Zea mays L.

Botani Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) Akar Jagung memiliki sistem akar serabut (radix adventicia), yaitu akar lembaga yang dalam perkembangan selanjutnya mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang kurang lebih sama besarnya dan semuanya keluar dari pangkal batang,akar ini bukan berasal dari calon akar tetapi akar liar yang berbentuk serabut. Akar jagung dapat mencapai kedalaman 8 meter walaupun pada umumnya berada pada kisaran 2

meter. Pada jagung yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu untuk menyokong/menyangga tegaknya tanaman ( Koswara, 2001 ). Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar seminal akan berhenti pada fase V3( Syafrudin, 2002 ). Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku, semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mmengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Tanaman yang toleran aluminium, tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar( Rinsoma, 2000 ).

Batang Batang jagung tegak dan mudah terlihat, seperti pada sorgum dan tebu. Batangnya beruas-ruas terbungkus oleh pelepah daun yang berasal dari bukubukunya.Batang jagung termasuk batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga.Batang jagung bulat (teres),licin (leavis), arah tumbuhnya tegak lurus (erectus), dan cara percabangan monopodial.Jagung juga merupakan tumbuhan annual (anuus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek,umurnya kurang dari satu ahun sudah mati atau paling banyak dapat mencapai umur setahun. Terdapat juga mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga berbentuk roset. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin( Koswara, 2001 ). Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk ilindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas erdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas erkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga omponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Batang jagung berbentuk bulat, umumnya berdiameter 4 5 cm, dibatasi buku buku yang jumlahnya sekitar 8 -21 buah. Tinggi tanaman sangat bervariasi antara 150 300 cm dan tergantung pada varietasnya. Ketinggian ini ditentukan oleh panjang batang ( Suprapto, 2000 ). Daun Jagung memilikki daun yang sempurna/lengkap karena memilikki helaian daun (lamina), tangkai daun (petiolus),dan upih/pelepah daun (vagina).Bangun 5

daunnya adalah bangun pita (ligulatus), ujung daunya runcing (acutus),batang daunnya seperti memeluk batang, tepi daun rata (integer),permukaan daun ada yang licin (leavis) dan ada yang berambut.Berdasarkan susunan tulang daunnya jagung termasuk bertulang sejajar atau lurus (rectinervis).Stomata pada daun meilikki bentuk halter dan setiap stomata dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas, hal ini untuk menanggulangi defisit air pada sel-sel daun( Koswara, 2001 ). Jumlah daun pada tanaman jagung berkisar antara 12 18 helai hal ini tergantung jenis varietas dan umur tanaman dan panjang daun antara 15 30 cm. Pada setiap ruas terdapat 1 helai daun, dimana daun pada bukku batan terdiri atas kelopak daun, lidah daun dan helai daun, lebar daun dapat mencapai 15 cm dan tangkai daun normal antara 6 -33 cm( warisno, 1998 ). Bunga Bunga Jantan Bunga jantannya juga merupakan bunga majemuk tidak berbatas (inflorescentia racemosa) dan bunganya tidak melekat langsung pada ibu tangakainya.Bentuk bunganya berupa bulir majemuk dan berbentuk seperti karangan bunga

(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan berbau khas. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri) Tanaman jagung memilikki cara penyerbukkan anemofili, penyerbukkan dengan perantara angina.Hal ini sesuai dengan ( Suprapto, 1995 ). Serbuk sari (pollen) adalah trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari 6 bentuk bunga dari jagung itu sendiri

dua lapisan, exine dan intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidak sinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih( Sunarti, 2003 ). Bunga Betina Bunga pada tumbuhan biasanya digunakan untuk alat perkembangbiakkan pada tumbuhan, demikian juga dengan jagung , jagung memilikki bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Bunga betinanya merupakan bunga majemuk tidak terbatas (inflorescentia racemosa) dan bunganya melekat langsung pada ibu tangkainya. Bentuknya berupa tongkol (spadix), seperti bulir, tetapi ibu tangkainya besar,tebal dan sering kali berdaging.Biasanya tongkolnya terbungkus oleh semacam pelepah dengan rambut. Tongkol tumbuh dari buku,diantara batang dan pelepah daun.Rambut ini sebenarnya adalah putik bunga jagung yang memanjang menyerupai rambut. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik( Suprapto, 2002 ). Bunga betina, tongkol, muncul dari axillary apices tajuk Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga tidak berkembang dan menjadi bunga betina( Palliwal, 2000 ). Tongkol dan Biji Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada 7

bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10 - 16 baris biji yang jumlahnya selalu genap(Suprapto, 1995). Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil ( Hasyim, 2001 ). Syarat Tumbuh Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung cocok ditanam di Indonesia karena kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Disamping itu, tanaman jagung tidak banyak menuntut persyaratan tumbuh serta pemeliharaannya pun lebih mudah, maka wajar jika banyak petani yang selalu mengusahakan lahannya dengan jagung. Meskipun tanaman jagung berasal dari daerah tropis, namun jagung dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebu(Rukmana, 2006). Hal ini disebabkan variasi sifat pada sejumlah jenis jagung yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik, sehingga dalam jangka waktu relatif pendek jagung dapat tersebar luas diberbagai penjuru dunia, seperti Eropa pada waktu dibawa oleh Colombus, Afrika dan australia bahkan sampai asia( Anonimus, 2005 ).

Iklim Iklim yang dikehendaki oleh sebahagian besar tanaman jagung adalah daerah daerah beriklim sedang hingga daerah iklim sub tropis / tropis yang basah. Di daerah tropis juga banyak ditanam jagung. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 50 0 Lintang Utara hingga 400 Lintang Selatan( Anonimus, 2000 ). Adapun faktor iklim yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah : Temperatur Jagung dapat hidup baik di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang. Tumbuhan baik pada temperatur 230C sampai 270C. Suhu minimum yang menghambat pertumbuhan jagung adalah 30C, dan suhu maksimum 450C ( Suprapto, 2000 ). Temperatur disuatu daerah sangat hubungannya dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi suatu daerah, suhu udara akan semakin turun. Temperatur daerah merupakan salah satu syarat tumbuh tanaman jagung. Pada proses perkecambahan benih memerlukan temperatur yang cocok, sebab kehidupan embrio dan pertumbuhannya menjadi kecambah perlu suhu kira kira 300C( Anonimus, 2000 ). Ketinggian Tempat Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000 1800 meter dari permukaan laut. Di Kenya jagung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1200 m dan 1800 m dan di Asia jagung masih dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 2000 m.

Jagung yang ditanam didataran rendah dibawah 800 m dari permukaan laut jagung dapat memberikan hasil yang baik( Anonimus, 2000 ). Intensitas Cahaya Sinar matahari merupakan sumber energi dan sangat membantu dalam proses asimilasi di daun. Pada proses asimilasi tersebut sinar matahari berperan langsung pada pemasakan makanan yang kemudian diedarkan keseluruh bagian tubuh tanaman. Hasil dari asimilasi yang disalurkan ke bagian calon buah, menjadikan calon buah semakin cepat berkembang dengan pengisian buah pun semakin bertambah baik, tongkol berisi sehingga hasil tanaman yang diharapkan dapat terwujud. Disamping itu matahari juga berperan dalam pembentukan batang, batang menjadi lebih kokoh( Anonimus, 2000 ). Tanaman jagung menghendaki penyinaran matahari yang penuh. Di tempat tempat yang teduh, pertumbuhan jagung akan merana dan tidak mampu untuk membentuk tongkol(Suprapto, 1995). Curah Hujan Jagung tumbuh dengan baik pada curah hujan 250 500 mm selama pertumbuhannya. Pada masa pertumbuhannya kebutuhan airnya tidak begitu tinggi dibandingkan dengan waktu berbunga yang membutuhkan air yang terbanyak. Pada masa berbunga ini waktu hujan yang pendek diselingi dengan matahari jauh lebih baik dari pada hujan terus menerus. Berdasarkan hasil penelitian pada temperatur 230C, jumlah air yang diuapkan tiap satu tanaman perhari mencapai 1,8 liter. Makin tinggi temperatur daerah, maka air yang diuapkan juga semakin banyak. Pada temperatur 270C dapat menguap air 3,1 liter( Suprapto, 2002 ). 10

Tanah Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 5,36,6. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah( Bachtiar, E.H, 2006 ). Penerapan Metode Selfing Untuk tujuan perkembangan hibridisasi lini silang dalam dinilai sebagai komponen tetua potensial dari keturunan yang berasal dari kelompok heterosis campuran (Syafrudin, 2002). Inbrida sebagai tetua hibrida memiliki tingkat homozigositas yang tinggi. Inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) atau melalui persilangan antarsaudara. Inbrida dapat dibentuk menggunakan bahan dasar varietas bersari bebas atau hibrida dan inbrida lain. Pembentukan inbrida dari varietas bersari bebas atau hibrida pada dasarnya melalui seleksi tanaman dan tongkol selama silang diri (Suprapto, 200).

11

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Kotamadya Medan dengan ketinggian 25 m di atas permukaan laut. Bahan dan Alat Bahan : Alat : Cangkul Parang Patok Benang Nilon Meteran Timbangan Plastik Gula 1 kg Karet Gelang Benih Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Pupuk ZA SP 36 KCl

12

Metode Penelitian 1. Faktor perlakuan tanaman jagung dengan selfing 2. Faktor varietas tanaman jagung dengan mengunakan varietas jagung manis (Zeamays saccharata Sturt) Jumlah Ulangan Jumlah Tanaman Sampel Jarak Tanam Ukuran Plot Jarak antar Plot Jarak antar Ulangan = 2 Ulangan = 3 Tanaman = 75 cm x 25 cm = 2 m x 1,5 m = 50 cm = 100 cm

13

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal Pengolahan tanah diawali dengan membersihkan areal pertanaman jagung dari semua tumbuhan dan kotoran lainnya. Pengolahan tanah pertama semua tumbuhan pengganggu. Pengolahan pertama dilakukan dengan mencanngkul tanah sedalam 20 30 cm kemudian biarkan selama satu minggu. Pengolahan tanah yang kedua dilakukan denga cara menghancurkan atau memecahkan tanah agar didapat tanah yang gembur. Pada pengolahan ini sekaligus pembersihan areal dari semua akar tanaman kemudian dilakukan pembuatan plot 2 x 1,5 meter serta jarak antar plot 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. Penanaman Sebelum benih ditanam, harus direndam dengan larutan Fungisida Dithane M 45 untuk mencegah tanaman terhindar dari serangan jamur. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan kedalaman 3 cm, setiap lubang tanam diisi dengan 2 biji jagung dan kemudian ditutupi dengan tanah gembur sebelumnya telah dibuat jarak tanam 75 cm x 25 cm. Sebaiknya buat benih sisipan untuk persiapan penanaman kembali jika tanaman ada yang mati. Pemupukan Pemberian pupuk dasar ZA, KCl dan SP 36 diberikan pada saat tanam sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pemberian dosis pupuk ZA, dosis pupuk SP 36, dosis pupuk KCl itu disesuaikan.

14

Pemeliharaan Penyiraman Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan agar tanaman tidak stres dan meningkatkan turgoditas sel tanaman sehingga asimilasi dapat berjalan dengan lancar. Pada saat turun hujan cukup lebat atau keadaan tanah plot plot percobaan basah atau terlalu lembab maka penyiraman tidak dilakukan. Penyisipan Pada percobaan ini tidak dilakukan penyisipan karena benih yang ditanam semua tumbuh dengan baik. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada mulai tanaman berumur 1 minggu setelah tanam yaitu terhadap gulma yang tumbuh dilapangan. Penyiangan selanjutnya sesuai dengan kondisi gulma. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan pada tanaman berumur 1 bulan setelah tanam dengan tinggi pembumbunan kira kira 5 cm. Pembumbunan dilakukan agar tanaman jagung tegak dan kokoh sehingga mengurangi kerebahan yang mungkin disebabkan oleh angin. Pembumbunan dilakukan secara hati hati karena dikhawatirkan akan merusak akar tanaman jagung, maka pembumbunan tidak menggunakan cangkul akan tetapi dengan menggunakan tangan saja.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Ulangan Plot Berat rataan tongkol jagung / plot Karakteristik fenotif tongkol jagung Pembentukan tongkol kurang sempurna dan pembentukan biji juga kurang sempurna Pertumbuhan tongkol kurang sempurna dan tanaman sample tidak sesuai dengan jumlah batang Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan tongkol banyak yang hampa Pertumbuhan tongkol tumbuh kurang sempurna dan tongkol banyak yang hampa Sample tidak tumbuh dengan baik dan pada ulangan ini merupakan berat paling banyak Sample tidak tumbuh dengan baik dan pertumbuhan biji tidak sempurna Pada ujung tongkol tidak ada biji sebagian pada pangkal biji tumbuh penuh dan pertumbuhan tanaman jagung juga tidak sempurna

1 130

200

I 3 166,6

180

226,9

169,2

161,1

16

Ulangan Plot 1

Berat rataan tongkol jagung / plot

Karakteristik fenotif tongkol jagung Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan pada tongkol tidak sempurna Semua sample tumbuh dengn baik dan pembentukan tongkol kurang sempurna Pertumbuhan tongkol tidak sempurna pada pangkal jagung biji penuh sedangkan ujungnya tidak ada Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan tanaman sample tidak sesuai dengan jumlah batang Tanaman sample yang tumbuh tidak sesuai dan pada ulangan ini termasuk yang paling rentan Berat rata- ratanya paling rendah pada ulangan ini dan pertumbuhan biji tidak sempurna Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan pada ujung tongkol biji tidak tumbuh

200

175

3 II

198,1

142,8

250

190

185,7

17

Pembahasan Dari tabel hasil diatas maka Karakteristik fenotif tongkol yang muncul dalam perlakuan metode selving pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) yang muncul meliputi, pembentukan tongkol kurang sempurna, pembentukan biji juga kurang sempurna, tanaman sample tidak sesuai dengan jumlah batang, tongkol banyak yang hampa, kisaran rata rata berat yang tidak merata pada keseluruhan plot.

18

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan: 1. Metode selfing dapat berpengaruh pada produksi tanaman jagung yang menurun. 2. Metode selfing dapat berdampak pada biji jagung yang menjarang dan kosong di sebahagian sisinya. 3. Pembungkusan pelastik sebagai perlakuan untuk menyatukan tasel dengan buah jagung dapat menyebabkan buah jagung melambat perkembangannya 4. Dosis pemupukan kalium yang tepat merupakan hal yang penting karena kelebihan serta kekurangan kalium dapat menyebabkan pengaruh yang tidak baik bagi tanaman. 5. Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung kedaan yang mempengaruhi proses penyerbukan .

Saran : 1. Sebaiknya jagung tidak dilakukan metode selfing produksi dari tanaman itu sendiri. 2. Pemupukan N sebaiknya jangan berlebihan karena dapat berdampak pada batang jagung yang mudah rebah pada saat musim penghujan yang disertai angin kencang serta daun juga akan lebih banyak terserang penyakit pada tanaman jagung. karena akan mengurangi

19

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Serial Online http://www.anekaplanta wordpress. com. .2005. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Serial Online http://www.anekaplanta wordpress. com. .2008. Petunjuk Penggunaan http://www.anekaplanta wordpress. com. Pupuk. Serial Online

Bactiar, E. H. 2006. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasi. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Palungkun, R dan A. Budiarti, 2001. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya, Jakarta. Pulliwal. 2000. Ilmu pertanian. com. Kesuburuan Tanah. Serial Online http://www.tanah

Rinsoma. 2000. Pengaruh Jarak Tanam dan Pupuk Daun Mamigro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Akademia. Vol 7 No 1. http://www.anekaplanta wordpress. com. Rukmana, R. 2006. Budidaya Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. Sunarti. 2003. Sifat dan Ciri Tanah. Serial Online http://www.tanah pertanian. com. Suprapto. 1995. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. . 2000. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. . 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. Sutresno. 1992. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. Syafrudin. 2002. Pupuk dan Pemupukan. Serial Online http://www.perawatan tanaman. com. Tjitrosoepomo dan Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada. University Press, Yogyakarta. Warisno. 1998. Pengaruh Jarak Tanam dan Pupuk Daun Mamigro terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung. Akademia. Vol 7 No 1. http://www.anekaplanta wordpress. com. 20

Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman, Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami Tanaman. Perestasi Pustaka, Publisher, Jakarta, 121 Hal.

21

LAMPIRAN Lampiran 1 Bagan Plot Keseluruhan

U1P1 d

U2P1

U U1P2 U2P2

U1P3

U2P3 S

U1P4

U2P4

U1P5

U2P5

U1P6

U2P6

22

Keterangan : a b c d. = Panjang Plot ( 200 cm ) = Lebar Plot ( 150 cm ) = Jarak antar ulangan ( 100 cm ) = Jarak antar baris ( 50 cm )

23

Lampiran 2 Bagan Plot Tanaman Sampel

U 2
1

1 1

5 S

Keterangan : X = Tanaman Jagung Manis ( Zea mays saccharata Sturt ) = Tanaman Sampel

24

Lampiran 3 Hasil Ulangan Plot Berat rataan tongkol jagung / plot Karakteristik fenotif tongkol jagung Pembentukan tongkol kurang sempurna dan pembentukan biji juga kurang sempurna Pertumbuhan tongkol kurang sempurna dan tanaman sample tidak sesuai dengan jumlah batang Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan tongkol banyak yang hampa Pertumbuhan tongkol tumbuh kurang sempurna dan tongkol banyak yang hampa Sample tidak tumbuh dengan baik dan pada ulangan ini merupakan berat paling banyak Sample tidak tumbuh dengan baik dan pertumbuhan biji tidak sempurna Pada ujung tongkol tidak ada biji sebagian pada pangkal biji tumbuh penuh dan pertumbuhan tanaman jagung juga tidak sempurna

1 130

200

I 3 166,6

180

226,9

169,2

161,1

25

Ulangan Plot 1

Berat rataan tongkol jagung / plot

Karakteristik fenotif tongkol jagung Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan pada tongkol tidak sempurna Semua sample tumbuh dengn baik dan pembentukan tongkol kurang sempurna Pertumbuhan tongkol tidak sempurna pada pangkal jagung biji penuh sedangkan ujungnya tidak ada Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan tanaman sample tidak sesuai dengan jumlah batang Tanaman sample yang tumbuh tidak sesuai dan pada ulangan ini termasuk yang paling rentan Berat rata- ratanya paling rendah pada ulangan ini dan pertumbuhan biji tidak sempurna Pertumbuhan tongkol tidak sempurna dan pada ujung tongkol biji tidak tumbuh

200

175

3 II

198,1

142,8

250

190

185,7

26

Anda mungkin juga menyukai