Anda di halaman 1dari 5

PROSES PENCERNAAN DAN PROSES PERNAFASAN Oleh: Ardian Khanifu Rizqi (D1E011220)

Proses pencernaan dimulai dengan proses mekanik terhadap makanan yang masuk ke dalam mulut. Mekanisme mengunyah makanan bertujuan untuk mengecilkan struktur molekul yang makro menjadi mikro. Proses mekanik ini merombak struktur makanan yang tidak dapat dicernakan langsung sehingga zat zat liur dapat memasuki serat seratnya. Pencernaan karbohidrat dimulai semenjak berada di mulut. Enzim ptyalin (amilase) yang dihasilkan bersama dengan liur akan memecah polisakarida menjadi disakarida. Enzim ini bekerja di mulut sampai fundus dan korpus lambung selama satu jam sebelum makanan dicampur dengan sekret lambung. Enzim amilase juga dihasilkan oleh sel eksokrin pankreas, di mana ia akan dikirim dan bekerja di lumen usus halus sekitar 15-30 menit setelah makanan masuk ke usus halus. Amilase dapat mengurai amilum dan menghasilkan maltosa dan beberapa oligosakarida. Setelah polisakarida dipecah oleh amilase menjadi disakarida, maka selanjutnya ia kembali dihidrolisis oleh enzim-enzim di usus halus. Berbagai disakaridase (maltase, laktase, sukrase, -dekstrinase) yang dihasilkan oleh sel-sel epitel usus halus akan memecah disakarida di brush border usus halus. Hasil pemecahan berupa gula yang dapat diserap yaitu monosakarida. Sekitar 80% karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, sisanya galaktosa dan fruktosa. Pencernaan lemak dilakukan oleh lipase yang dihasilkan oleh sel eksokrin pankreas. Lipase yang dihasilkan pankreas ini akan dikirim ke lumen usus halus. Enzim lipase dapat mengkatalisis ikatan ester yang diuraikan menjadi trigliserida secara hidrolisis. Setelah itu trigliserida diurai menjadi asam lemak, 1,2digliserida, dan 2-monogliserida. Untuk memudahkan pencernaan dan penyerapan lemak, maka proses tersebut dibantu oleh garam empedu yang dihasilkan oleh kelenjar hepar (hati). Garam empedu memiliki efek deterjen, yaitu memecah globulus-globulus lemak besar menjadi emulsi lemak yang lebih kecil (proses emulsifikasi). Pada emulsi tersebut, lemak akan terperangkap di dalam molekul

hidrofobik garam empedu, sedangkan molekul hidrofilik garam empedu berada di luar. Dengan demikian lemak menjadi lebih larut dalam air sehingga lebih mudah dicerna dan meningkatkan luas permukaan lemak untuk terpajan dengan enzim lipase. Setelah lemak (trigliserida) dicerna oleh lipase, maka monogliserida dan asam lemak yang dihasilkan akan diangkut ke permukaan sel dengan bantuan misel (micelle). Misel terdiri dari garam empedu, kolesterol dan lesitin dengan bagian hidrofobik di dalam dan hidrofilik di luar (permukaan). Monogliserida dan asam lemak akan terperangkap di dalam misel dan dibawa menuju membran luminal sel-sel epitel. Setelah itu, monogliserida dan asam lemak akan berdifusi secara pasif ke dalam sel dan disintesis kembali membentuk trigliserida. Trigliserida yang dihasilkan akan dibungkus oleh lipoprotein menjadi butiran kilomikron yang larut dalam air. Kilomikron akan dikeluarkan secara eksositosis ke cairan interstisium di dalam vilus dan masuk ke lakteal pusat (pembuluh limfe) untuk selanjutnya dibawa ke duktus torasikus dan memasuki sistem sirkulasi. Pencernaan protein (pemutusan ikatan peptida) dilakukan terutama di antrum lambung dan usus halus (duodenum dan jejunum). Sel utama (chiefcell) lambung menghasilkan pepsin yang menghidrolisis protein menjadi fragmenfragmen peptida. Pepsin akan bekerja pada suasana asam (pH 2.0-3.0) dan sangat baik untuk mencerna kolagen (protein yang terdapat pada daging-dagingan). Selanjutnya, sel eksokrin pankreas akan menghasilkan berbagai enzim, yaitu tripsin, kimotripsin, karboksipeptidase, dan elastase yang akan bekerja di lumen usus halus. Tiap-tiap enzim akan menyerang ikatan peptida yang berbeda dan menghasilkan campuran asam amino dan rantai peptida pendek. Hasil dari pencernaan oleh protease pankreas kebanyakan masih berupa fragmen peptida (dipeptida dan tripeptida), hanya sedikit berupa asam amino. Setelah itu sel epitel usus halus akan menghasilkan enzim aminopeptidase yang akan menghidrolisis fragmen peptida menjadi asam-asam amino dibrush border usus halus. Hasil dari pencernaan ini adalah asam amino dan beberapa peptida kecil. Setelah dicerna, asam amino yang terbentuk akan diserap melalui transpor aktif sekunder (seperti glukosa dan galaktosa). Sedangkan peptida-

peptida kecil masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh peptidase intrasel di sitosol enterosit. Setelah diserap, asam-asam amino akan dibawa masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus. Sistem respirasi terbuat dari organ pertukaran gas (paru-paru) dan sebuah pompa udara yang menukar udara di paru-paru. Pompa terdiri dari dinding dada; otot-otot respiratori; wilayah saraf yang mengontrol otot-otot; dan saluran dan kegelisahan yang menghubungkan syaraf ke otot-otot. Saat istirahat, orang normal bernafas 12-15 kali per menit. Sekitar 500 mL dari udara nafas, atau 6-8 L/menit, ialah inspirasi dan ekspirasi. Udara ini tercampur dengan gas di alveolus, dan, dengan difusi sederhana, O2 memasuk ke darah di kapiler paru-paru saat CO2 masuk alveolus. Dalam hal ini, 250 mL dari O2 masuk kedalam tubuh tiap menit dan 200 mL dari CO2 di ekskresikan. Protein tubuh berperan sebagai molekul karier karena berikatan dengan molekul lain. Pada vertebrata, karier dalam sistem darah adalah hemoglobin, protein utama pada sel darah merah. Protein yang sejenis dengan hemoglobin, mioglobin berfungsi dalam sel otot untuk menyimpan O2 yang diabsorbsi dari darah dan melepaskannya bila diperlukan untuk oksidasi intraselular dalam mitokondria. Hemoglobin mengambil oksigen dalam kapiler paru-paru dengan tekanan parsial oksigen (PO2) 100 mmHg, dan melepaskannya dalam kapiler jaringan perifer dengan PO2 20 mmHg. Mioglobin bekerja pada selisih PO2 yang lebih curam. Mioglobin mempunyai 2 komponen, keduanya penting untuk peranannya sebagai karier oksigen: (1) globin, suatu polipeptide; dan (2) hem, suatu senyawa cincin planar yang mempunyai besi ferro (Fe2+) pada pusatnya.Hem merupakan anggota kelompok senyawa berwarna yang dinamakan porfirin. Porfirin merupakan senyawa siklik yang strukturnya terdiri atas 4 cincin pirol dan suatu sistem ikatan rangkap terkonyugasi. Hem berperan dalam mengikat O2. Globin berperan dalam membuat pengikatan O2 bersifat reversibel. Hem juga berfungsi sebagai gugus prostetik, yaitu bagian nonpolipeptida protein yang berperanan secara langsung pada fungsi protein.

Suatu molekul hem yang terisolasi dapat berikatan dengan oksigen, tetapi bila ia tidak melakukannya, atom besi secara reversibel dioksidasi dari Fe2+ menjadi Fe3+. Perantara pada proses ini adalah oksigen dimana O2 disisipkan diantara 2 hem. Salah satu fungsi rantai polipeptida globin adalah mencegah unit hem agar tidak saling mendekati untuk membentuk perantara ini. Agar hem berfungsi sebagai karier oksigen yang reversibel, interaksi antara besi hem dan O2 harus dibuat lebih lemah. Moiglobin memperlemah tarik menarik Fe2+ dengan O2. Karbon monoksida (CO) bersaing dengan oksigen untuk berikatan dengan besi hem sehingga CO adalah toksik karena membatasi transpor dan penyimpanan oksigen. Hem sendiri mengikat CO 25.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan O2. Hemoglobin merupakan protein numerik yang mengandung 4 rantai polipeptida yang terdiri atas 2 tipe, masing-masing 2 rantai. CO2 dan H+ merupakan produk samping metabolisme, oleh karena itu terdapat dalam konsentrasi yang relatif tinggi pada jaringan perifer yang aktif, seperti oto yang sedang berkontraksi. Hemoglobin mempermudah pembuangan mereka dengan mengikatnya dalam jaringan perifer dan melepaskannya dalam paru-paru. Bila hemoglobin teroksigenasi menghadapi pH rendah, lingkungan tinggi CO2, ia cenderung melepas oksigen yang diikatnya. Hal ini menimbulkan peningkatan pengiriman O2 ke jaringan yang secara metabolik aktif. Penurunan afinitas hemoglobin terhadap oksigen akibat penurunan pH dinamakan efek Bohr. Bifosfogliserat (DPG; dahulu difosfogliserat), suatu karbohidrat terfosfolirasi yang dibuat dalam sel darah merah, merupakan bagian mekanisme fisiologis untuk mengadaptasi perubahan persediaan oksigen. Bila pengiriman oksigen terganggu, misalnya pada tempat yang tinggi (pegunungan) atau penyakit jantung, sel darah merah meningkatkan pembentukan DPG. Peningkatan kandungan DPG pada sel darah merah menyebabkan hemoglobin mengirimkan lebih banyak oksigen yang terikat padanya ke jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

Colby, Diane S. 1996. Ringkasan Biokimia Harper. Jakarta: EGC. p. 29-32. Ganong, William F. 2003. Review of Medical Physiology, 21.Ed. New York: McGraw-Hill Companies. Kusnawidjaja, Kurnia.1993. Biokimia. Bandung: Alumni. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW.2006. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC. p. 496-503.

Anda mungkin juga menyukai