Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

PESAN GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM


Potensi Peluang Investasi Sektor Peternakan Pertama sekali kami mengucapkan syukur ke hadirat Allah S.W.T. yang telah menganugerahkan kita persetujuan damai di daerah ini sesudah masa konflik yang lama dan terima kasih banyak juga kita sampaikan kepada para donator yang telah membantu rakyat kita melalui upaya pemulihan dan rehabilitasi secara cepat dari bencana gempa bumi dan tsunami sehingga Pemerintah Aceh dapat merevitalisasi kembali perekonomiannya untuk kemakmuran rakyat di daerah ini. Sungguh suatu kegembiraan bagi kami untuk membagi informasi yang sangat berguna bagi para investor melalui publikasi buku yang berjudul Potensi dan Peluang Investasi di Sektor Peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Buku versi dua bahasa ini berisikan data base di sektor Peternakan, menyajikan informasi tentang potensi dan peluang bisnis yang komprehensif tentang sumber daya perikanan di seluruh Provinsi NAD. Karena letaknya yang strategis dan memiliki keunggulan kompetitif yang unik di sektor Perikanan, sungguh merupakan suatu harapan dan komitmen kami untuk secara proaktif mengundang para investor potensial untuk mengeksplorasi keunikan sumber daya di daerah kami tersebut demi kemakmuran rakyat, daerah maupun para investor itu sendiri. Untuk memuluskan pelayanan kepada para investor, Pemerintah Aceh telah membentuk sebuah institusi regional yang bernama Badan Investasi dan Promosi (Bainprom) dengan tugas untuk memperlancar proses lisensi kerja dan dukungan layanan bagi investor potensial dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan investasi mereka di Provinsi NAD. Lembaga ini juga membantu pengurusan semua persyaratan penting yang berkenaan dengan investasi dengan lembaga terkait lainnya untuk memperlancar proses lisensi yang menyangkut dengan sektor yang diminati. Semoga Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menjadi destinasi investasi di sektor Peternakan sekaligus menawarkan peluang bisnis yang menguntungkan dan bermanfaat bagi para investor dan rakyat daerah ini serta daerah sekitarnya. Selamat. Banda Aceh, November 2008 Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Irwandi Yusuf

PENGANTAR KEPALA BADAN INVESTASI DAN PROMOSI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Kami memahami salah satu kendala utama yang dihadapi calon investor di sector Peternakan adalah kurangnya data base dan informasi tentang sumber daya Peternakan dan lamanya proses pengurusan lisensi yang berkaitan dengan berbagai macam institusi terkait yang sesuai dengan jenis kebutuhan investasi yang diinginkan. Namun demikian, tantangan tantangan ini lambat laun telah dapat diatasi dengandimulainya implementasi otonomi khusus daerah di provinsi ini. Didirikan secara khusus sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Aceh untuk memfasilitasi dan mempromosikan investasi, Badan Investasi dan Promosi (Bainprom) berkomitmen untuk melayani berbagai investor termasuk investor di sector Peternakan dengan berbagai macam cara mulai dari penyajian informasi yang akurat tentang potensi ekonomi pada sektor-sektor yang diminati ,mengkoordinir izin investasi dengan institusi yang relevan, penerbitan lisensi yang dibutuhkan sampai dengan penyediaan infrastruktur investasi yang kondusif bagi investor. Kami mengharapkan penerbitan buku yang berjudul Potensi dan Peluang Investasi di Sektor Peternakan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dapat berfungsi sebagai salah satu referensi utama bagi calon investor dalam mengkaji potensi sumber daya sektor Peternakan dan melakukan proyeksi investasi di daerah ini. Kami menyambut hangat investasi anda dan siap melayani para investor berdasarkan kapasitas maksimal yang kami miliki. Banda Aceh, November 2008 Badan Investasi dan Promosi Nanggroe Aceh Darussalam Kepala

Ir. Anwar Muhammad, M.Si.

PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Potensi Peluang Investasi Sektor Peternakan 1. Gambaran Umum Provinsi Aceh 1.1 Geografis Nanggroe Aceh Darussalam adalah sebuah Daerah Istimewa setingkat provinsi yang di terletak di ujung Barat Pulau Sumatera, antara 26 L.U dan 9598 B.T, dengan ketinggian rata-rata 125 meter dari permukaan laut. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera di sebelah tenggara dan selatan. Secara garis besar topografi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah datar sampai bergelombang dengan kemiringan rata-rata antara 1540 % dengan letak ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) bervariasi antara 01.205 meter di atas permukaan laut dengan ketinggian 25500 m dpl, mendominasi sebagian besar wilayah yaitu seluas 2.059.959 Ha atau 35,91% dari total luas provinsi. Luas wilayah Aceh adalah 57.365,57 km 2 atau merangkum 12,26% pulau Sumatra, yang terdiri atas 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau. Area terluas yang mencapai 39.294,20 km 2 adalah lahan hutan, diikuti lahan perkebunan seluas 3.675,01 km 2 . Sedangkan lahan pertambangan mempunyai luas terkecil yaitu 4,43 km2. Sejak Januari 2004, NAD dibagi menjadi 18 kabupaten dan 5 kota yang terdiri atas 257 kecamatan, 693 mukim dan 6.107 desa serta 112 kelurahan. Daerah Aceh memiliki potensi besar di bidang pertanian dan perkebunan. Pertanian di daerah Aceh menghasilkan beras, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacang kedelai, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan di bidang perkebunan, daerah Aceh menghasilkan coklat, kemiri, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, cengkeh, pala, nilam, lada, pinang, tebu, tembakau, dan randu. 1.2 Pendapatan Regional Aceh Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang selalu dipakai sebagai acuan untuk mengukur pertumbuhan perekonomian di suatu daerah, termasuk PDRB Aceh, menunjukkan tren yang semakin meningkat selama priode 20032004, walaupun tidak terlalu significant , sampai datangnya bencana tsunami di penghujung tahun 2004. Namun pada tahun 2005 dan 2006, trennya menunjukkan penurunan dari 40.374,28 pada tahun 2004, menjadi 36.287,92 pada tahun 2005, karena banyaknya faktor-faktor produksi yang hancur akibat gelombang tsunami tersebut. Penurunan ini masih terus berlanjut di tahun 2006 dan 2007. Walaupun telah ada upaya pemerintah pusat melalui Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh - Nias dan Non Government Organization (NGO) dari seluruh dunia untuk melakukan rehabilitasi faktor-faktor produksi yang rusak akibat tsunami tersebut, namun hasilnya baru kelihatan paling tidak beberapa tahun kemudian.

Di lain pihak, ada juga 3 (tiga) sektor pemberi kontribusi terendah terhadap PDRB Aceh yaitu Listrik dan AirMinum, Pengangkutan dan Telekomunikasi serta Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, seperti ditunjukkan oleh grafik berikut:

Kontribusi sektor Pertambangan, di mana Minyak dan Gas termasuk di dalamnya selalu memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Aceh. Sisi positifnya, pendapatan provinsi Aceh selalu diuntungkan dengan tingginya penerimaan dari sektor pertambangan ini. Namun sisi negatifnya, ketergantungan yang tinggi terhadap sektor ini yang mencapai 25% dari total PDRB membawa konsekuensi yang kurang menguntungkan juga. Karena pendapatan dari sektor ini terus menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun, sehingga apabila tidak segera diantisipasi dengan mengenjot penerimaan dari sektor lain, dikhawatirkan PDRB Aceh secara total juga akan ikut turun. Walaupun PDRB Non Migas relatif meningkat dalam 4 tahun terakhir, tetapi peningkatannya sangat kecil bila dibandingkan dengan penurunan yang terjadi pada PDRB total seperti tergambar pada grafik berikut:

Penggunaan Lahan Penggunaan lahan secara keseluruhan di Provinsi NAD dapat dilihat pada tabel berikut ini:

PETERNAKAN
BAB II PETERNAKAN
Potensi Peluang Investasi Sektor Peternakan

1. Peternakan di Indonesia Perkembangan konsumsi daging, termasuk daging sapi ditandai oleh meningkatnya persediaan daging yang sebagian berasal dari impor, baik dalam bentuk impor daging dan jeroan ataupun melalui impor sapi bakalan(feeder cattle). Usaha agrobisnis bidang peternakan telah berkembang sejak tahun 1990-an. Hal ini ditandaidengan semakin bertambahnya perusahaan yang bergerak dalam bidang ini, baik berupa perusahaan-perusahaanimportir daging, perusahaan penggemukan (feedloters), tempat pemotongan, distributor dan bahkan pengecer. Agribisnis dalam hal ini terdiri atas empat sektor yang secaraekonomi saling terkait, yaitu : 1.Sektor input 2.Sektor produksi usaha tani 3.Sektor output yang mencakup prosesing dan distribusi 4.Eceran (retail). Agribisnis ternak sapi potong di Indonesia dicirikan oleh sektor produksi yang secara dominan merupakankegiatan petani peternak skala kecil (peternakan rakyat). Kecenderungan akan permintaan daging sapi yang meningkat khususnya di Asia Tenggara telah membuka peluang terutama bagi negara Australia yang merupakan produsen daging sapi yang mempunyai daya saing tinggi. Jadi, di satu sisi terdapat produsen domestik yang diliputi berbagai kelemahan sehingga kurang tanggap. terhadap peluang yang terbuka, sedangkan di sisi lain terdapat produsen kuat mancanegara dengan struktur agrobisnis yang sudah baik dari hulu hingga hilir dan sangat responsif terhadap peluang pasar. Industri sapi potong Australia merupakan yang terbesar keenam, sementara dalam ekspor merupakan yang terbesar di dunia. Basis populasi sapi potong di negara ini merupakan beef breeds ,terutama persilangan antara zebu dengan sapi inggris dan telah dikembangkan sejak lama sehingga mempunyai keunggulan-keunggulan dalam daya adaptasi, pertumbuhan dan kualitas daging yang dihasilkan. Selama ini kapasitas produksi dalam negeri perkembangannya lambat dan hal ini terkait dengan struktur produksi yang kurang kondusif bagi kegiatan investasi dan penerapan teknologi maju. Kapasitas produksi pada dasarnya meningkat melalui peningkatan populasi sapi dan peningkatan efisiensi atau produktivitasnya. Proses biologis yang terkait dalam hal ini yaitu perkembangbiakan (reproduksi) ataupun pemuliaan (breeding). Penggemukan sapi dengan bakalan asal impor pun kini telah menjadi jawaban logis terhadap permasalahandalam negeri yang kerap dihadapi dewasa ini, terlebih-lebih dikaitkan dengan kecenderungan ke arah perdagangan bebas. Berbagai pemikiran maupun langkah-langkah operasional untuk mentransformasikan sektor produksi peternakan rakyat ke arah sistem yang berdaya saing sebenarnya telah banyak dikemukakan. Dewasa ini strategi yang dianut oleh Direktorat Jenderal Peternakan mencakup antara lain yang disebut sebagai Konsolidasi Peternakan Rakyat dan Kemitraan. Strategi yang diperkenalkan dengan istilah Kemitraan atau Peternakan Inti Rakyat, dimaksudkan sebagai upaya pengembangan yang dilandasi kerjasama antara perusahaan peternakan dengan peternakan rakyat. Pengertian kerjasama ini tentunya harus mengandung makna bahwa kedua belah pihak memperoleh keuntungan. Investor atau perusahaan peternakan dapat menjalankan bisnisnya dengan baik dan dipercepatnya penerapan teknologi pada peternakan rakyat, permasalahan permodalan, pemasaran dan perkembangan terkait dapat diatasi.

Dengan iklim persaingan yang semakin meningkat, peningkatan kapasitas produksi peternakan sapi tidak boleh hanya menyandarkan pada peningkatan populasi, tetapi sekaligus memerlukan juga peningkatan produktivitas. Dalam peningkatan produktivitas, faktor-faktor manajemen, mutu genetik dan nutrisi ternak perlu dikombinasikan secara baik. Dapat juga dikatakan bahwa peningkatan produktivitas untuk meningkatkan daya saing memerlukan kombinasi manajemen dan teknologi. Dalam hal usaha perbibitan atau program pemuliaan pada prinsipnya memerlukan dua pendekatan yaitu seleksi dan persilangan yang didasarkan pada keunggulan genetik individu sapi. Sementara dalam hal penggemukan pemilihan bakalan yang baik dan mempunyai prospek untuk digemukkan merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lain seperti manejemen pakan dan kesehatan. 2. Peternakan di Aceh Pembangunan bidang peternakan di Provinsi NAD menunjukkan adanya peningkatan jumlah produksi dan populasi hewan ternak dari tahun ke tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan dalam pengelolaan usaha peternakan, di mana sebelum tahun 1999 usaha perternakan masih bersifat usaha sampingan, namun pada tahun 2000 sampai saat sekarang usaha peternakan sudah mampu dikelola secara intensif terutama usaha penggemukan sapi potong dan pemeliharaan ayam ras pedaging dan petelur. 2.1 Tujuan Pembangunan Peternakan di Provinsi Aceh: a. Percepatan pengembangan populasi dan produksi ternak unggulan daerah (sapi potong) dan jenis ternak lainnya. b. Ketersediaan komoditi daging dan program kecukupan daging nasional 2010. c. Antisipasi peningkatan demand terhadap komoditi peternakan (daging) dan stabilisai harga daging. d. Pengembangan kawasan peternakan yang berkesinambungan. e. Mendorong masyarakat Aceh untuk menyediakan lumbung ternak di wilayahnya masingmasing. f. Membuat sektor peternakan mampu menjadi gantungan hidup masyarakat, termasuk pada masa krisisekonomi dan moneter. Faktor penunjang berkembangnya usaha peternakan ini adalah karena lokasi usaha yang diperlukan tidak memerlukan lahan yang sangat luas, modal relatif kecil dan perputaran modal yang cepat ditunjang oleh pemasaran yang cukup memadai. Faktor pendorongnya adalah terdapat bantuan modal dari pemerintah berupa bantuan kredit modal serta adanya peran pihak swasta seperti untuk usaha ternak ayam potong dan pedaging. Untuk peningkatan skala usaha ternak, dilakukan melalui pemberian pinjaman kepada peternak berupa Kredit Investasi Kecil (KIK) dan kredit modal kerja pemberdayaan ekonomi rakyat dengan berbagai sumber dana pemerintah. Untuk peningkatan populasi dan mutu ternak, dilakukan melalui Inseminasi Buatan (IB) yang sejalan dilakukan dengan vaksinasi untuk menghindari penyakit menular. Dampak positif dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan usaha bidang peternakan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi di sektor peternakan. Bidang peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan menjadi salah satu sektor unggulan dalam menunjang perekonomian masyarakat. Untuk itu pemerintah, dalam hal ini dinas peternakan telah berupaya memberi akses terhadap permodalan serta mendorong pemasaran beserta sarana pendukungnya. Telah terjadi peningkatan pada produksi peternakan secara kumulatif dari tahun 2001 s.d 2006 masing-masing bergerak antara angka 2,32 persen dan 4,44 persen untuk sapi. Sedangkan untuk ayam buras mengalami pertumbuhan rata-rata 6,21 persen per tahun dan domba juga tumbuh rata-rata sebesar 0,59 persen per tahun.

Jumlah pemotongan ternak, terutama sapi, terus meningkat dan mencapai 61.810 ekor pada tahun 2006. Sedang pemotongan ternak yang lain seperti kerbau, kambing dan domba, berfluktuasi, naik dan turun. 2.2. Produksi Ternak Produksi Ternak sepanjang tahun 2007, dapat dilihat pada tabel berikut:

Dari tabel tadi terlihat kabupaten penghasil sapi terbesar adalah Aceh Utara dan Aceh Besar. Baru kemudian disusul oleh Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang dan Aceh Tenggara. Untuk ternak kerbau, terbanyak dihasilkan oleh Kabupaten Pidie dan Aceh Timur. Baru setelah itu disusul oleh Aceh Besar, Aceh Barat dan Aceh Tengah. Sedangkan ternak kambing didominasi oleh Aceh Utara, Pidie, Aceh Barat Daya dan Aceh Tamiang. Masih ada kabupaten Bireuen, yang juga penghasil ternak kambing yang cukup potensial. Untuk jenis ternak Ayam Buras, kembali Pidie penyumbang ternak terbanyak dengan jumlah diatas 4 juta ekor per tahun. Baru kemudian disusul oleh Aceh Utara yang menghasilkan 2,5 juta ekor dan kemudian dibelakangnya berturut-turut Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan dengan jumlah masing-masing mendekati angka 1,5 juta ekor. Sedangkan jenis ayam ras pedaging didominasi oleh Kabupaten Aceh Utara dengan produksi 450 ribu ekor serta Aceh Timur dan Banda Aceh dengan tingkat produksi di atas 100 ribu ekor per tahun. 2.3. Produksi Daging dan Telur Gambaran produksi daging menurut jenis ternak yang dibagi per kabupaten/kotamadya di wilayah Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel berikut:

Produksi daging sapi terbanyak di Aceh masih dihasilkan oleh Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara dengan tingkat produksi yang mencapai 1,3 Juta kilogram per tahun. Di bawahnya disusul oleh Kabupaten Pidie dengan jumlah produksi 1,2 juta kilogram. Untuk daging kerbau, giliran Kabupaten Pidie yang mengungguli Aceh Timur dengan tingkat produksi mencapai hamper 1 juta kilogram. Sedangkan Aceh Timur ada diposisi kedua dengan tingkat produksi 660 ribu kilogram, dan Aceh Utara dengan jumlah produksinya yang mencapai 307 ribu kilogram. Untuk daging kambing produksi terbanyak dihasilkan oleh Pidie. Kemudian berturut-turut disusul oleh Aceh Besra dan Aceh Timur.

Untuk penghasil daging Ayam Buras, Aceh Utara dan Aceh Barat yang terbanyak. Aceh Utara menghasilkan hampir 3 juta kg daging ayam buras, sedangkan Aceh Barat menghasilkan lebih dari satu juta kg. Untuk ayam pedaging, terbanyak dihasilkan oleh Aceh Utara. Kemudian disusul oleh Aceh Timur dan Bireun. Produksi daging itik didominasi oleh Pidie dan Aceh Besar yang menghasilkan daging itik masing-masing lebih dari 400 ribu kg per tahun nya.

Dengan tingkat konsumsi daging per kapita penduduk Indonesia sebesar 7,2 kg per tahun, dan jumlah penduduk Aceh yang mencapai 4,2 juta, maka kebutuhan konsumsi daging di Aceh pertahun mencapai 30.240.000 kg. Dengan tingkat produksi yang ada sekarang sebesar 26.359.000 Kg, maka masih terjadi kekurangan supply (supply sort) sebesar hampir 4.000.000 kg setiap tahunnya. Belum lagi kalau dihitung lonjakan permintaandaging yang bisa mencapai 4 kali lipat dalam bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Ini salah satu yang membuat harga daging di Aceh relatif lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Kurangnya persediaan ini mengindikasikan masih terbukanya peluang investasi untuk usaha peternakan, khususnya untuk mengisi pasar lokal. Sehingga investasi di bidang peternakan penggemukan sapi atau ayam ras menjadi pilihan investasi yang cukup atraktif untuk dipelajari lebih jauh. Tabel berikut menampilkan perkembangan produksi telur ayam dan itik tahun 2006 dan 2007 .

Mengutip data dari Dinas Peternakan Propinsi Banten, perkiraan kebutuhan akan telur per kapita penduduk Indonesia adalah 5,66 kg per tahun. Maka dengan jumlah penduduk Aceh yang mencapai 4,2 juta jiwa, maka setiap tahunnya kebutuhan konsumsi telur masyarakat Aceh mencapai 23.772.000 butir. Berbeda dengan kebutuhan akan permintaan daging yang belum mampu dijawab oleh persediaan yang ada, produksi telur, bila hanya untuk mengisi pasar lokal di Aceh telah memadai.

1.2. Daya Dukung Lahan dan Padang Rumput Peternak sapi di Malang krisis rumput pakan Bisnis Indonesia Rabu, 02 Juli 2008 BATU: Peternak sapi perah di Kota Batu menuntut adanya perluasan tanam rumput pakan ternak terkait upaya peningkatan populasi ternak dan produksi susu segar dengan menanam pada kawasan sabuk gunung, khususnya di sekitar lereng Gunung Panderman. Ngateman, seorang tokoh peternak sapi asal Desa Gunungsari Kec. Bumiaji, mengatakan pihaknya telah mengajukan usulan perluasan lahan penanaman rumput tersebut ke Walikota Batu, DPRD dan pejabat terkait di Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Batu, dalam acara temu wicara peternak se-Kota Batu akhir pekan lalu. Pacu Populasi & Susu Menurut dia perluasan areal penanaman rumput pakan ternak tersebut sangat diperlukan untuk mendukung program peningkatan populasi ternak dan produksi susu. Saat ini populasi ternak kian besar, namun luas lahan area tanaman rumput menyempit. Kami berharap ada penambahan lahan untuk ditanami rumput jenis kolonjono di sabuk gunung seperti lereng Gunung Panderman dan Gunung Banyak, kata Ngateman kepada Bisnis di Batu, akhir pekan lalu. Dia menyatakan, selama ini kepedulian peternak untuk ikut melestarikan lingkungan di area Perhutani cukup tinggi. Contohnya, peternak di Gunungsari, terlibat aktif dalam penghijauan dan pelestarian hutan di area Coban Kethak Kec. Bumiaji. Selain berfungsi untuk pakan ternak, penambahan areal tanam di sabuk gunung juga berfungsi menahan erosi dan longsor. Riaji Bondet , Ketua Kelompok Peternak Pagergunung, Batu menambahkan perluasan lahan rumput sangat membantu peternak ditengah mahalnya harga pakan dan konsentrat. Saat ini harga konsentrat sudah menembus Rp1.450 per kg dari sebelumnya Rp1.300 per kg. Dengan adanya penambahan lahan, beban peternak akan berkurang. Mengingat kebutuhan konsentrat per harinya mencapai 10 kg. Belum termasuk bahan lain seperti katul. Menyimak artikel yang ditulis Koran Bisnis Indonesia edis Juli 2008 di atas, terlihat bahwa melakukan usaha peternakan di Aceh jauh lebih mudah dibandingkan daerah lain, karena besarnya faktor pendukung yang membuat tingkat keberhasilan usaha peternakan ini bisa semakin tinggi, seperti tersedianya lahan dan padang rumput yang luas. Tabel berikut menyajikan luas padang rumput yang dirinci menurut kabupaten tahun 2006, yang mencapai lebih dari 2 (Dua) juta ha.

ANALISA USAHA BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG


BAB III ANALISA USAHA BUDIDAYA TERNAK SAPI POTONG
1. Pendahuluan Usaha penggemukan sapi menjadi salah satu jenis investasi yang menarik untuk ditekuni karena besarnya permintaan pasar akan daging yang belum dapat dipenuhi oleh usaha peternakan yang ada sekarang ini. Berikut disajikan analisa ekonomi usaha budidaya penggemukan sapi yang dapat dijadikan informasi awal bagi siapa saja yang tertarik untuk terjun dan berusaha dibidang peternakan sapi ini. 2. Penggemukan Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesarandaging dalam waktu relatif singkat (35 bulan). 3. Jenis-jenis Sapi Potong Sapi aceh, adalah salah satu sapi potong yang sudah dikenal lama, karena telah menjadi salah satu komoditi ekspor utama Aceh di era tahun 1960-an dan 1970-an. Adapun keunggulan sapi aceh dibandingkan dengan jenis sapi yang lain adalah: a. Dagingnya lebih gurih rasanya b. Dapat merumput dengan baik c. Lebih resisten terhadap gangguan dan serangan parasit (Ekto dan Endo) d. Terdapat kesesuaian yang tinggi dengan kondisi dan iklim di Aceh e. Walaupun pakan jelek, namun sapi aceh masih mampu beranak dan menghidupi anaknya dengan baik. f. Dengan pemberian pakan yang baik, sapi aceh jantan dewasa yang berumur 3-4 tahun, berat badannya dapat mencapai 200300 kg. g. Pada sistem pengemukan intensif, dengan pemberian pakan yang baik, berat badannya bahkan mampu mencapai 450 kg h. Secara umum persentase penyembelihan berkisar antara 3040%. Namun sapi jantan aceh, dengan system penggemukan yang baik, peresentase peyembelihannya dapat mencapai 60%.. i. Jantan dewasa pada umur 20 bulan telah dapat mengawini betinanya. Jantan muda ini dapat melayani betinasebanyak 10 ekor selama musim kawin. Sedangkan jantan yang lebih tua, dapat mengawini betina antara 20-25 ekor selama musim kawin di padangan.. j. Betina dewasa pada umur 25 bulan sudah dapat dikawinkan. Tetapi sebaiknya menunggu sampai umur 30 bulan. Beranak pertama pada umur 40 bulan sehingga induk muda ini mampu untuk mengurus dan memelihara anaknya. k. Induk dalam kondisi yang baik mempunyai interval kelahiran antara 15-18 bulan. l. Produksi sperma sapi jantan dewasa dapat mencapai 1,66 x 109

Diluar jenis sapi aceh, ada beberapa jenis sapi lain yang diternakkan untuk menjadi sapi potong yaitu : A. Sapi Bali Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru. B. Sapi Ongole Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah. C. Sapi Brahman Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong diIndonesia. D. Sapi Madura Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah. E. Sapi Limousin Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik. 4. Manfaat Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur. Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain: 1. Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket. 2. Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan 3. Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapibagi kepentingan manusia. 5. Persyaratan Lokasi Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang. 6. Pedoman Teknis Budidaya 6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol,dan bahan bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 22,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 2540 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m). Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang. 1) Konstruksi dan Letak Kandang Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luarlantai kandang tetap kering.Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar. Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang. 2) Ukuran Kandang Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5x1 m. 3) Perlengkapan Kandang Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi. 6.2. Pembibitan Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah: 1. Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya. 2. Matanya tampak cerah dan bersih. 3. Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir. 4. Kukunya tidak terasa panas bila diraba. 5. Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.

6. 7. 8.

Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur. Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu. Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumurkurang lebih dua hari.

Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut: 1. tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola. 2. kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan. 3. laju pertumbuhannya relatif cepat. 4. efisiensi bahannya tinggi. 6.3. Pemeliharaan Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah: a. Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari. b. Mempermudah perawatan dan pemantauan. c. Menjaga keamanan dan kesehatan sapi. Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging. 1. Sanitasi danTindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. 2. Pemberian Pakan Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara: yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening) dan kombinasi cara pertama dan kedua. Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam- macam jenis rumput. Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 12% dari berat badan. Ransum tambahan berupadedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum. Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (Legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (King grass), daun turi, daun lamtoro.

3. Pemeliharaan Kandang Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+12 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara di dalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak- injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi. 7. Panen 7.1. Hasil Utama Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya 7.2. Hasil Tambahan Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidayasapi potong. 8. Pasca Panen 8.1. Stoving Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu: 1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan 2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging. 3. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakansekecil mungkin dan darah harus keluar secara tuntas. 4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemarseminimal mungkin. 8.2. Pengulitan Pengulitan pada sapi yang telah disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau kotoran yang menempel. Jikas udah bersih, dengan alat perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat. 8.3. Pengeluaran Jeroan Setelah sapi dikuliti, isi perut (visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan caramenyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi. 8.4. Pemotongan Karkas Akhir dari suatu peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading)terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong. Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah

bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomortujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%,dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagianbagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut: Persentase recahan karkas = Jumlah Berat Recahan x 100 % Berat Karkas

Produk Tambahan : Pupuk Dalam peternakan sapi, seperti sudah disinggung pada bagian terdahulu, selain daging sebagai main product, dapat juga dihasilkan pupuk sebagai produk sampingan (by-product) nya, yang dapat berupa pupuk cair dan pupuk padat. Kedua jenis pupuk ini dapat digolingkan kepada jenis pupuk organik. Berbagai kelebihan diperoleh dari pupuk organik antara lain : 1. Karena bentuknya cair, aplikasinya lebih mudah, karena bisa dilakukan dengan penyemprotan, dan pada tanaman pohon tidak harus membuat lubang pada tanah. 2. Bahan baku pupuk organik bisa bertambah tidak hanya dari kotoran (faeces) tapi juga dari kencing ternak. 3. Volume penggunaanya lebih hemat dibandingkan pupuk kompos. Untuk tanaman padi, jika pupuk kompos (padat) perhektar memerlukan 2,5 - 5 ton, maka dengan pupuk cair hanya memerlukan 1,2 ton permusim. Satu ekor sapi memproduksi rata-rata 5 liter urin setiap hari, sehingga instalasi bio urin yang berisi 10 ekor sapi menghasilkan pupuk organik cair sebanyak 500 liter per sekali proses (satu kali proses butuh waktu 10 hari). Dampak aplikasi pupuk organik ini cukup menggembirakan pada tanaman bawang merah. Pada proses produksi pupuk organik cair ini, menggunakan fermentor RB dan Azba produksi BPTP Bali. Demikian halnya dengan kotoran sapi. Untuk menjadi pupuk organik siap pakai secara alami membutuhkan waktu sekitar 2 bulan. Untuk mempercepat proses pengomposan diperlukan fermentor dan tempat fermentasi seperti untuk menghindarkan kompos yang dihasilkan terkena air hujan dan terkena sinar matahari langsung. Berikut disajikan analisa penggemukan sapi dewasa yang digemukkan dalam waktu 6 (enam) bulan. Sapi diberikan pakan dasar hijauan segar dan kering secara ad libitum dengan tambahan pakan penguat berupa dedak padi sebanyak 2 kg/ekor; di tambah feed aditif berupa probiotik Bio-Cas 5 ml per ekor per hari.Probiotik Bio-Cas merupakan cairan berwarna coklat hasil pengembangan BPTP Bali. Mikroorganisme ini mampu menguraikan bahan organik kompleks dalam pakan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap oleh saluran pencernaan. Sapi yang digemukkan berumur antara 1,5 sampai 2 tahun dengan bobot awal rata-rata 254,7 kg. Bobot akhir sapi penggemukan selama 6 bulan pemeliharaan mencapai rata-rata 364,5 kg dengan kenaikan bobot per hari mencapai 0,61 kg. Keberhasilan peningkatan bobot badan tersebut disertai pula dengan peningkatan biaya diperlukan dalam proses produksi, sehingga lebih lanjut analisis usaha tani penggemukan sapi bali dengan kandang koloni bersama dengan pemanfaatan limbahnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Biaya-biaya yang diperhitungkan dari analisis ini antara lain : 1. Biaya pembuatan kandang yang disertai dengan sarana pendukung pembuatan pupuk organik padat dan cair. 2. Biaya dalam proses produksi meliputi penggemukan sapi, pembuatan pupuk padat serta pembuatan pupuk cair termasuk tenaga kerja yang dibutuhkan. Dari tabel 2 terlihat penggemukan untuk 10 ekor sapi diperoleh pendapatan bersih Rp. 7.831.675,-. Dengan produksi urin sebanyak 5 liter per ekor per hari dan pupuk padat sebanyak 5 kg per ekor per hari diperoleh pendapatan bersih pupuk organik cair (bio urine) sebanyak Rp. 2.334.138,- serta hasil pupuk padat sebesar Rp. 1.180.313,-. Jadi dalam periode 6 bulan usaha tani penggemukan sapi bali dan pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik padat maupun cair, memberikan pendapatan bersih sebesar Rp. 11.346.125,- dengan R/C sebesar 1,2 yang berindikasi bahwa usaha tersebut cukup menguntungkan dilakukan. IV. Peluang Investasi/Bidang Usaha Peternakan Salah satu bidang peternakan yang paling disarankan dan mempunyai kontribusi relatif besar untuk mendukung perekonomian rakyat adalah peternakan sapi potong. Wilayah Aceh sangat cocok untuk dijadikan base bagi usaha peternakan jenis ini. Hal ini didukung dengan tersedianya lahan, limbah hasil pertanian sebagai bahan baku pakan ternak serta adanya dukungan yang akan diberikan pemerintah daerah dalam bentuk : Penyediaan/pencadangan lahan untuk perusahaan inti, mempercepat proses perijinan, pembinaan kelompok tani/ternak atau koperasi, pemeriksaan dan diagnose penyakit dan fasilitas pemakaian RPH sesuai dengan kapasitas. Bentuk keunggulan Aceh lainnya adalah tersedianya sumberdaya pakan yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku pakan

lengkap antara lain limbah kelapa sawit, limbah tebu dan industry gula, perkebunan nenas, limbah pertanian (padi, jagung, kacang kacangan, singkong), limbah perkebunan seperti kulit kopi dan kulit coklat. Pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan untuk pakan ternak, dan mengembangkan usaha peternakan yang terintegrasi , yaitu sapi-tebu, sapi-sawit, sapi-nenas, sapi-pisang, kambingsingkong, kambing-coklat, kambing-kopi, dan itik yang terintegrasi dengan usaha tambak udang. Pemanfaatan secara optimal kotoran ternak sebagai pupuk organic, yang diintegrasikan dengan pengembangan pengembangan komoditi pertanian/perkebunan organic. Misalnya kopi organik, lada organik dan lain lain. Adapun bidang usaha yang disarankan kepada investor untuk dikembangkan di Aceh adalah: Potensi peningkatan pengembangan usaha : Pembibitan dan penggemukan sapi. Karena potensi lahan yang tersedia, sebaiknya dilakukan juga pengembangan deversifikasi usaha : Tumpang ari tanaman hortikultura dengan rumput unggul. Untuk mendukung kualitas peternakan yang dijalankan, sebaiknya dibarengi dengan program peningkatan produktivitas dan perbaikan mutu. Dinas Peternakan provinsi Aceh siap mendukung dengan meningkatkan pelayanan inseminasi buatan, termasuk yang diarahkan pada lokasi kawasan peternakan terpadu seperti di Blang Obo-obo Aceh Besar dan Ketapang, Aceh Tengah. Lebih jauh produkstifitas hasil peternakan sapi potong ini juga harus digenjot dengan program Peningkatan usaha yang disebut dengan Program Insapp (Intensifikasi Sapi Potong) untuk meningkatkan kelahiran ternak sekaligus menekan angka kematian ternak. Rincian Jenis Informasi Peluang Usaha Untuk Usaha Peternakan Informasi Peluang Usaha (IPU) merupakan penjelasan yang memuat ketentuan/persyaratan khusus bagi bidang- bidang usaha tertentu yang terbuka bagi penanaman modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia. Adapun penjelasan khusus IPU (Informasi Peluang Khusus) sub sektor peternakan adalah sebagai berikut : a. Usaha peternakan adalah kegiatan usaha di bidang peternakan yang meliputi sarana produksi (bibit, makanan, ternak), usaha budidaya, usaha pasca panen (pemotongan, pengolahan) dan pemasaran. b. Perusahaan peternakan adalah bentuk badan usaha yang menjalankan kegiatan peternakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan untuk menghasilkan ternak (bibit/ commercial stock) dan hasil ternak (telur, susu, daging, hasil ikutan dan hasil sampingan) termasuk mengumpulkan, mengedarkan dan memasarkannya. c. Perusahaan peternakan dapat dilakukan oleh Perorangan Warga Republik Indonesia dan Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi. d. Usaha budidaya adalah kegiatan untuk memproduksi ternak, hasil ternak, hasil ikutan dan hasil sampingan untuk bahan baku atau konsumsi. Usaha budidaya dapat dilakukan oleh Peternakan Rakyat, Perusahaan dan atau kerjasama Perusahaan dengan Peternakan Rakyat. e. Usaha kerjasama peternakan adalah kegiatan kerjasama di bidang budidaya peternakan yang dilakukan antara perusahaan peternakan dengan usaha peternakan rakyat. Dalam kerjasama budidaya perusahaan wajib membantu : Kelangsungan budidaya yang dilakukan oleh peternakan rakyat. Kelancaran pengadaan, penyaluran sarana produksi dan pemasaran hasil usaha peternakan rakyat. Usaha kerjasama dilaksanakan khususnya untuk budidaya ayam ras, kambing/domba, sapi perah dan sapi potong harus dalam bentuk Perusahaan Inti Rakyat (PIR). a. Kerjasama dalam bidang peternakan ayam ras petelur/pedaging dengan: Menjamin penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi peternakan rakyat sesuai dengan perjanjian kerja sama. Membantu modal kerja dan investasi untuk usaha kerjasama. Skala ekonomi usaha kerjasama budidaya minimal 250.000 ekor induk ayam petelur dan

1.000.000 ekor untuk ayam pedaging dan hanya untuk kerjasama PIR berbentuk kawasan di lokasi yang telah ditetapkan oleh Dati II setempat. b. Model PIR sapi potong terdiri dari : PIR Penggemukan yaitu kerjasama dalam budidaya penggemukan. sapi bakalan. PIR Pakan adalah kerjasama untuk menghasilkan pakan ternak. PIR Bakalan adalah kerjasama untuk menghasilkan sapi bakalan. PIR Saham adalah kerjasama budidaya penggemukan dan PIR Pakan bentuk custom feeding. c. Model PIR domba / kambing terdiri dari : PIR Penggemukan adalah kerjasam budidaya penggemukan domba/kambing bakalan. PIR Bakalan adalah kerjasama untuk menghasilkan domba/kambing bakalan. Usaha Pasca Panen adalah suatu tahapan kegiatan yang dimulai sejak penungutan hasil usaha peternakan sampai siap untuk dipasarkan baik melalui maupun tidak melalui proses pengolahan, antara lain usaha pemotongan ternak. Lokasi usaha diutamakan di dalam Kawasan Industri Peternakan (Kinak) atau Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) yang ditentukan oleh Pemda setempat. Selain itu, peternakan sapi potong termasuk bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau skala besar dengan syarat kemitraan dengan pengusaha kecil dan koperasi. Standarisasi Mutu Standarisasi mutu sapi potong nasional telah dituangkan dalam peraturan SNI 01 - 3523 - 1994 sebagaiberikut : Spesifikasi Ruang Lingkup Persyaratan ini meliputi jenis kelamin sapi, bobot hidup, umur, kenampakan dari luar, kesehatan, pengamatandan pemberian cap. Diskripsi Sapi potong adalah sapi jantan dan atau kebirian dari berbagai bangsa sapi yang ada di Indonesia untuk keperluan ekspor dan antar pulau. Jenis Sapi Potong Sapi potong meliputi bangsa sapi bali, ongole/peranakan ongole, madura, aceh dan bangsa sapi potonglainnya. Persyaratan Persyaratan Ekspor Jenis Kelamin Sapi Sapi yang dapat diekspor sebagai sapi potong adalah sapi jantan yang dikebiri, khusus untuk bangsa sapi bali harus sudah terjadi perubahan warna dari hitam menjadi merah. Bobot Hidup Bobot hidup minimal 350 kg untuk sapi ongole atau Peranakan Ongole (PO) dan 325 kg untuk bangsa sapilain. Umur Minimal sudah berumur 4 tahun atau kedelapan gigi serinya sudah tumbuh. Kenampakan dari Luar Gemuk, tidak menunjukan cacat fisik yang tidak diinginkan dan bebas dari ekto parasit. Keterangan : Yang dimaksud dengan gemuk, ditentukan dengan perletakan lemak yang sudah terjadi pada daerah lipatan paha, pangkal ekor dan dipermukaan tulang rusuk.

Yang termasuk cacat fisik yang tidak diinginkan adalah patah kaki, patah punggung, luka dan membahayakan keselamatan sapi yang bersangkutan atau sapi lain selama transportasi, serta cacat fisik lainnya. Termasuk ekto parasit adalah lalat, caplak dan kutu.

Kesehatan Setelah dilakukan pengamatan dalam karantina selama minimum 12 hari sapi-sapi harus menunjukkan bebas dari segala gejala penyakit menular yang dibuktikan dengan dikeluarkannya Surat Kesehatan Ternak ( Veterinary Certificate of Health) Infrastruktur Pedesaan Infrastruktur pertanian ditingkat pedesaan diyakini sebagai salah satu pendorong perkembangan peternakan, terutama peternakan rakyat. Pemerintah Aceh, baik melalui dana APBD ataupun dukungan BRR telah melakukan upaya-upaya yang perlu untuk membuat dan menyediakan sarana pendukung ini yang menyanggut infrastruktur yang mendukung pengembangan peternakan dan kesehatan hewan. Idealnya infrastruktur yang dibangun itu haruslah: 1. Pos Kesehatan Hewan, dilengkapi dengan tenaga dokter hewan, paramedis dan perlengkapan serta obat obatan yang memadai. Pada daerah yang telah mapan dapat dilaksanakan secara kerjasama dengan perusahaan swasta. 2. Pos Inseminasi Buatan, dilengkapi petugas inseminator dan peralatan yang lengkap (container deppo, container lapangan, sepeda motor dan gun inseinasi). 3. Pos pengawasan lalu lintas hewan di perbatasan, dilengkapi dengan petugas medis/paramedic PPNS. 4. Kelompok peternak dan koperasi peternakan. 5. Kawasan peternakan yang disesuaikan dengan kesesuaian agroklimat. 6. Kawasan perbibitan ternak pedesaan yang disesuaikan dengan potensi sumberdaya, agroklimat dan potensi pasar. 7. Pabrik pakan mini yang dikelola oleh kelompok peternak. 8. Lembaga keuangan mikro pedesaan (bekerjasama dengan Bank) yang mampu melayani kebutuhan modal peternak. 9. Penyediaan sumber air minum bagi ternak, khususnya pada saat musim kemarau

BADAN INVESTASI DAN PROMOSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Jl. Jend. Ahmad Yani No. 39 Phone (62-651) 23170 Fax. (62-651) 23171 e-mail: acehinvest@gmail.com Banda Aceh - Indonesia

Anda mungkin juga menyukai