Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu Negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga Negara) atas Negara untuk dijalankan oleh pemerintah Negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik Negara (eksekutif, yudikatif, dan legislative) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan berasa dalm peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejahteraan dan indepedensi ketiga jenis lembaga Negara ini diperlukan agar ketiga lembaga Negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Berawal dari kemenangan Negara-negara sekutu (Eropa Barat dan Amerika Serikat) terhadap Negara-negara Axis( Jerman, Italia dan Jepang) pada Perang Dunia II (1945), dan disusul kemudian dengan keruntuhan Uni Soviet yang berlandasakan paham Komunisme di akhir Abad XX, maka paham Demokrasi yang dianut oleh Negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara menjadi paham yang mendominasi tata kehisupan umat manusia di dunia dewasa ini.

Suatu bangsa atau masyarakat di Abad XXI ini baru mendapat pengakuan sebagai landasan pengaturan tatanan kehidupan kenegaraannya. Sementara bangasa atau masyarakat yang menolak demokrasi dinilai sebagai bangsa atau masyarakat yang belum beradab (uncivilized).

Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk di Asia Tenggara Indonesia adalah Negara yang paling terbaik menjalankan demokrasinya. Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri dari bebrapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan yang lainnya.

Pembahasan tentang peranan Negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alsan. Pertama, hampir semua Negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagau asanya yang fundamental sebagai telah ditunjukkan oleh hasil data UNESCO pada awal 1950-an yang mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur, sementara di Negara-negara demokrasi itu pemberian peranan kepada Negara dan masyarakat hidup dalam porsi yang berbeda-beda (kendati sama-sama Negara demokrasi). Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya tetapi ternyata demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais, 1995: 1)

1.2 Tujuan Penulisan Untuk mempelajari lebih dalam tentang sistem demokrasi di Indonesia serta mengetahui hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewarganegaraan serta untuk menambah wawasan dan ilmu kami tentang Perkembangan demokrasi di Indonesia.

1.3 Metodologi Penulisan Penyusunan makalah ini didasarkan pada materi yang telah diberikan oleh dosen dan ditambah dengan literatur-literatur yang dapat dipertanggung jawabkan (buku dan browsing internet).

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Demokrasi Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos berarti rakyat dan kratos/kratein berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti rakyat berkuasa (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Namun demikian penerapan demokrasi diberbagai Negara di dunia, memiliki cirri khas dan spesifikasi masing-masing, yang lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas sebagai rakyat dalam suatu Negara.

Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalanannya organisasi Negara dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi rakyat kendati secara operasional implikasinya di berbagai Negara tidak selalu sama. Sekedar untuk menunjukkan betapa rakyat diletakkan pada posisi penting dalam asas demokrasi ini berikut akan dikutip beberapa pengertian demokrasi.

Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara member pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan Negara, karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat(Noer, 1983: 207). Jadi, Negara demokrasi adalah adalah Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian Negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.

Bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaran wakilnya atau pemerintahan rakyat. Juga disefinisikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi warganegara. Demokrasi masyarakat yang menghargai h a k - h a k
3

juga asasi

diartikan manusia

sebagai secara

bentuk sama,

menghargai

kebebasan

dan

mendukung

toleransi, khususnya terhadap

pandangan-pandangan kelompok minoritas.

Sidney Hook dalam Encyclopedia Americana menyebutkan democracy is a form government in which the major decisions of government or the indirection of policy behind these decisions rest directly or indirectly on the freely given consent of majority of the adults governed (Demokrasi adalah sebuah bentuk pemerintahan dimana keputusan mayoritas pemerintah atau kebijakan tidak langsung di samping keputusan itu diletakkan secara langsung atau tidak langsung mengenai kesepakatan mayoritas yang diberikan dengan bebas dari pemerintah yang berkuasa).

Dari beberapa definisi tersebut mengimplikasikan bahwa didalam demokrasi terdapat unsur-unsur kekuasaan mayoritas, keterwakilan rakyat dalam pemerintahan, suara rakyat, persamaan hak, musyawarah, pemilihan yang bebas dan bertanggung jawab.

2.2 Prinsip Demokrasi Prinsip-Prinsip Demokrasi yang Berlaku Universal Inu Kencana Syafiie merinci prinsip-prinsip demokrasi sebagai berikut, yaitu ; adanya pembagian kekuasaan, pemilihan umum yang bebas, manajemen yang terbuka, kebebasan individu, peradilan yang bebas, pengakuan hak minoritas, pemerintahan yang berdasarkan hukum, pers yang bebas, beberapa partai politik, konsensus, persetujuan, pemerintahan yang konstitusional, ketentuan tentang pendemokrasian, pengawasan terhadap administrasi negara, perlindungan hak asasi, pemerintah yang mayoritas, persaingan keahlian, adanya mekanisme politik, kebebasan kebijaksanaan negara, dan adanya pemerintah yang mengutamakan musyawarah. Prinsip-prinsip negara demokrasi yang telah disebutkan di atas kemudian dituangkan ke dalam konsep yang lebih praktis sehingga dapat diukur dan dicirikan. Ciri-ciri ini yang kemudian dijadikan parameter untuk mengukur tingkat pelaksanaan demokrasi yang berjalan di suatu negara. Parameter tersebut meliputi empat aspek.Pertama, masalah pembentukan negara. Proses pembentukan kekuasaan akan sangat menentukan bagaimana kualitas, watak,
4

dan pola hubungan yang akan terbangun. Pemilihan umum dipercaya sebagai salah satu instrumen penting yang dapat mendukung proses pembentukan pemerintahan yang baik. Kedua, dasar kekuasaan negara. Masalah ini menyangkut konsep legitimasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat. Ketiga, susunan kekuasaan negara. Kekuasaan negara hendaknya dijalankan secara distributif. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemusatan kekuasaan dalam satu tangan. Keempat, masalah kontrol rakyat. Kontrol masyarakat dilakukan agar kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau negara sesuai dengan keinginan rakyat. Budaya Prinsip Demokrasi Pada hakikatnya demokrasi adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah kekuasaan tertinggi yang berada di tangan rakyat. Hikmah kebijaksanaan adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Permusyawaratan adalah tata cara khas kepribadian Indonesia dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga mencapai mufakat. Isi pokok-pokok demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut : a. Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat. b. Demokrasi harus menghargai hak asasi manusia serta menjamin hak-hak minoritas. c. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan berdasarkan atas kelembagaan. d. Demokrasi harus bersendikan pada hukum seperti dalam UUD 1945. Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat).

Demokrasi Pancasila juga mengajarkan prinsip-prinsip, antara lain sebagai berikut: Persamaan Keseimbangan hak dan kewajiban
5

Kebebasan yang bertanggung jawab Musyawarah untuk mufakat. Mewujudkan rasa keadilan sosial. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Ada 11 prinsip yang diyakini sebagai kunci untuk memahami perkembangan demokrasi, antara lain sebagai berikut : a. Pemerintahan berdasarkan konstitusi b. Pemilu yang demokratis c. Pemerintahan lokal (desentralisasi kekuasaan) d. Pembuatan UU e. Sistem peradilan yang independen f. Kekuasaan lembaga kepresidenan g. Media yang bebas h. Kelompok-kelompok kepentingan i. Hak masyarakat untuk tahu j. Melindungi hak-hak minoritas k. Kontrol sipil atas militer

2.3 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Sejak Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi Prinsip Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat yang dijiwai oleh dan diintegrasikan dengan keseluruhan sila-sila dalam Pancasila. Ciri khas demokrasi Pancasila adalah musyawarah mufakat. Corak khas demokrasi Pancasila dapat dikenali dari sisi formal dan material. Dari sisi formal, demokrasi Pancasila mengandung makna bahwa setiap pengambilan keputusan sedapat mungkin didasarkan pada prinsip musyawarah untuk mufakat. Dari sisi material, demokrasi Pancasila menampakkan sifat kegotongroyongan.

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia a. Masa Orde Lama Masa Orde Lama berlangsung mulai tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan 1 Maret 1966. Berikut ini pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama. Demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi terpimpin. Ciri umum demokrasi terpimpin, antara lain a) Adanya rasa gotong royong. b) Tidak mencari kemenangan atas golongan lain. c) Selalu mencari sintesa untuk melaksanakan amanat rakyat.

Selama pelaksanaan demokrasi terpimpin kecenderungan semua keputusan hanya ada pada Pemimpin Besar Revolusi Ir. Sukarno. Hal ini mengakibatkan rusaknya tatanan kekuasaan negara, misalnya DPR dapat dibubarkan, Ketua MA, MPRS menjadi Menko pemimpin partai banyak yang ditangkapi.

b. Masa Orde Baru Masa Orde Baru berlangsung mulai dari 11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998. Berikut ini pelaksanaan demokrasi masa Orde Baru. 1. Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi Pancasila sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat. 2. Ciri umum demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut: a) Mengutamakan musyawarah untuk mufakat. b) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. c) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain d) Selalu diliputi semangat kekeluargaan. e) Adanya rasa tanggung jawab dalam menghasilkan musyawarah. f) Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. g) Hasil keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. 3. Pelaksanaan demokrasi Pancasila antara lain sebagai berikut: a. Masih belum sesuai dengan jiwa dan semangat ciri-ciri umum. Kekuasaan presiden begitu dominan baik dalam suprastruktur politik.

b. Banyak terjadi manipulasi politik dan KKN yang telah membudaya. Ini mengakibatkan negara Indonesia terjerumus dalam berbagai krisis yang berkepanjangan.

c. Masa Reformasi Berlangsung mulai dari Mei 1998 sampai dengan sekarang. Ciri-ciri umum demokrasi Pancasila masa Reformasi, seperti yang tercantum pada demokrasi Pancasila. Selain itu juga lebih ditekankan pada : Penegakkan kedaulatan rakyat dengan memberdayakan pengawasan sebagai lembaga negara, lembaga politik, dan kemasyarakatan. Pembagian secara tegas wewenang antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Penghormatan kepada keberadaan asas, ciri aspirasi, dan program parpol yang multipartai.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia selama kurun waktu 60 tahun terakhir telah banyak mengalami perubahan yang mencakup berbagai hal, yaitu sebagai berikut : 1) Periode 1945-1949 dengan UUD 1945 seharusnya berlaku demokrasi Pancasila namun dalam penerapan berlaku demokrasi liberal 2) Periode 1949-1950 dengan konstitusi RIS berlaku demokrasi liberal. 3) Periode 1950-1959 dengan UUDS 1950 berlaku demokrasi liberal dengan multipartai. 4) Periode 1959-1965 dengan UUD 1945 seharus berlaku demokrasi Pancasila, namun yang diterapkan demokrasi terpimpin (cebderung otoriter). 5) Periode 1966-1998 dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung otoriter). 6) Periode 1998 sampai sekarang dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung ada perubahan menuju demokratisasi).

Pelaksanaan Pemilu pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi. Sejak Indonesia merdeka telah melaksanakan pemilu sebanyak sembilan kali.

A. Tujuan Pemilu 1. Melaksanakan kedaulatan rakyat. 2. Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat. 3. Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR. 4. Melaksanakan pergantian personil pemerintahan secara damai, aman, dan tertib (secara konstitusional). 5. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.

B. Asas Pemilu Indonesia Sesuai dengan Pasal 22 E Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

C. Pelaksanaan Pemilu di Indonesia. 1. Pemilihan Umum Pertama dilaksanakan tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR), tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Diikuti 28 partai politik. 2. Pemilihan Umum Kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971 yang diikuti sebanyak 10 partai politik. 3. Pemilihan Umum Ketiga dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 1977 yang diikuti oleh dua Parpol dan satu Golkar. Hal ini dikarenakan terjadi fusi parpol dari 10 parpol peserta pemilu 1971 disederhanakan menjadi 3 dengan ketentuan sebagai berikut. a) Partai yang berhaluan spiritual material fusi menjadi PPP (Partai Persatuan Pembangunan) b) Partai yang berhaluan material-spriritual fusi menjadi PDI (Partai Demokrasi Indonesia) c) Partai yang bukan keduanya menjadi Golkar (Golongan Karya). d) Pemilihan Umum Keempat dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1982. e) Pemilihan Umum Kelima dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. f) Pemilihan Umum Keenam dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 1992, peserta pemilu masih dua parpol (PPP dan PDI) serta satu Golongan Karya g) Pemilihan Umum Ketujuh dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997. Peserta pemilu adalah PPP, Golkar, dan PDI. Jumlah anggota DPR 500 orang dan anggota MPR 1.000 orang dengan rincian sebagai berikut.
9

Unsur ABRI 75 orang Utusan Daerah 149 orang Imbangan utusan Jumlah 1.000 orang susunan : anggota MPR 100 251 orang orang

golongan

h) Pemilihan Umum Kedelapan (Era Reformasi) dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 yang diikuti sebanyak 48 partai politik. Pada pemilu ini telah terpilih jumlah anggota DPR sebanyak 500 orang dan jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang dengan rincian DPR dipilih 462 orang, DPR unsur TNI/Polri 38 orang, utusan daerah 135 orang, dan utusan golongan 65 orang. i) Pemilihan Umum Kesembilan dilaksanakan tanggal 5 April 2004 yang diikuti 24 partai politik. Ini telah terjadi penyempurnaan pemilu, yakni pemilu dilaksanakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota serta memilih presiden dan wakil presiden. 2.4 Pendidikan Demokrasi Demokrasi dewasa ini ternyata memerlukan syarat hidup yaitu warga Negara yang memeliki dan menegakan nilai-nilai demokrasi. Tersedianya demokrasi ini membutuhkan waktu yang lama, berat dan sulit. Oleh karena itu, secara substantif berdimensi jangka panjang, guna mewujudkan masyarkat demokratis, pendidikan demokratis mutlak diperlukan. Karena pada hakikatnya pendidikan demokrasi adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi supaya bisa diterima dan dijalankan oleh oleh warga Negara. Tujuan pendidikan demokrasi adalah mempersiapkan warga masyarakat berperilaku dan bertindak demokratis melalui aktivitas menanamkan pada generasi muda akan pengetahuan, kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan pula bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
10

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

PKN sebagai Pendidikan Demokrasi Sekarang ini banyak kalangan menghendaki Pendidikan Kewarganegaraan baik sebagai mata pelajaran di sekolah maupun mata kuliah di perguruan tinggi mengemban misi sebagai pendidikan nasional. Tuntutan demikain tidak salah oleh karena secara teoritis, pendidikan

kewarganegaraan adalah salah satu ciri dari pemerintah yang demokratis. International Commission of Jurist sebagai organisasi ahli hokum internasionaldalam konferensinya di Bangkok 1965 mengemukakan bahwa syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of Law ialah sebagai berikut : 1. Perlindungan konstitusionil, dalam arti konstitusi, selain menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin. 2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals) 3. Pemilihan umum yang bebas 4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat 5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasidan beroposisi 6. Pendidikan kewarganegaraan (civic education)

11

BAB III STUDI KASUS PDI-P: SBY Membunuh Demokrasi

Massa pengunjuk rasa menjebol pintu gerbang Gedung Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, saat unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak, Jumat (30/3/2012). Massa gabungan mahasiswa dan buruh yang tidak sabar menunggu hasil rapat paripurna akhirnya menjebol pintu pagar Gedung DPR dan berakhir rusuh. JAKARTA, KOMPAS.com Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah melakukan pembunuhan dan pengkhianatan terhadap pembangunan demokrasi yang tengah dikembangkan di Indonesia. Penilaian itu disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Achmad Basarah, Kamis (12/4/2012) di Jakarta, menyikapi pernyataan Yudhoyono yang disampaikan dalam rapat internal Partai Demokrat (PD) di Kantor DPP PD, beberapa waktu lalu. Dalam rapat internal itu, Yudhoyono selaku Ketua Dewan Pembina PD menyebut partai politik yang menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bukan untuk kepentingan rakyat. Menurut Yudhoyono, mereka ingin dirinya dan PD jatuh setelah negara kolaps. Hal itu terungkap dalam rekaman pernyataan Yudhoyono yang bocor ke publik.

Basarah mengatakan, perbedaan sikap politik yang diambil oleh partai politik (parpol) dalam urusan mengelola negara adalah sah dan legal dalam demokrasi. Apalagi, kata dia, parpol tersebut berada di luar koalisi pemerintahan, seperti PDI-P. "Rasanya terlalu naif kalau kita mengatakan SBY tidak paham sistem check and balances antara lembaga legislatif dan eksekutif dalam sistem ketatanegaraan kita. Jika setiap
12

perbedaan pandangan di parlemen disikapi sebagai suatu upaya penggulingan pemerintahan, maka sesungguhnya SBY telah melakukan proses pembunuhan dan pengkhianatan terhadap pembangunan demokrasi," kata Basarah. Sekretaris Fraksi PDI-P di parlemen itu menambahkan, pihaknya selalu melakukan langkah yang konstitusional selama ini. Sampai Kongres III PDI-P tahun 2010, tidak ada satu pun dokumen partai yang memuat tentang agenda penggulingan pemerintahan yang sah. "Jika benar isi rekaman pidato SBY tersebut, SBY telah melakukan tindakan kriminalisasi politik dengan tuduhan makar terhadap PDI-P dan itu sangat tidak sehat dilakukan oleh seorang Presiden," tutur anggota Komisi III DPR itu.

13

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Berdasarkan perubahan UUD 1945 pasal 1 ayat 2 kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar. Hal ini berarti kedaulatan tidak lagi dilaksanakan oleh sepenuhnya oleh MPR. Selanjutnya Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi Indonesia adalah merupakan negara hukum. Lembaga-lembaga negara berdasarkan perubahan UUD 1945 adalah MPR, Presiden, DPR, DPD, BPK, MA, Mahkamah Konstitusi. Dengan semangat era reformasi kita sepakat untuk tidak melakukan amandemen pembukaan UUD 1945, maka demokrasi yang ditetapkan di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila. Menurut Abraham Lincoln berpendapat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (democracy is goverment of the people, by the people, for the people) yang kemudian kita kenal dengan demokrasi modern. Ada dua asas pokok tentang demokrasi yaitu pengakuan partisipasi rakyat di dalam pemerintahan dan pengakuan hakikat dan martabat manusia.

4.2 Saran Dari pengalaman sejarah kita harus banyak belajar dari keberhasilan kehidupan demokrasi negara lain, antara lain dalam meningkatkan kedewasaan dalam berpolitik, tanggung jawab sebagai bangsa dan kesadaran untuk mematuhi aturan main dalam kehidupan demokrasi. Masalah praktik politik yang mengarah kepada tindakan anarkis, money politic, dan kurang betanggung jawab harus kita hindarkan. Kita harus terbiasa untuk mengakui keberhasilan orang lain dan kita siap belajar dari kegagalan untuk meraih sukses dimasa depan.

14

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/45694795/KONSEP-DEMOKRASI http://id.shvoong.com/social-sciences/1959736-sejarah-dan-prinsip-demokrasi/ Zubaidi,Achmad dan Kaelan. 2010. Pendidikan Kewarganegaran Untuk Perguruan Tinggi. Paradigma: Yogyakarta

15

Anda mungkin juga menyukai