Anda di halaman 1dari 40

Disfungsi

ereksi atau impotensi (erectile dysfunction) adalah ketidakmampuan untuk memulai dan mempertahankan ereksi.

Mekanisme neuroendokrin yang mengatur fungsi testis pada dasarnya serupa dengan mekanisme yang mengatur fungsi ovarium. GnRH hipotalamus yang disekresi ke dalam sistem portal hipofisis menstimulasi sintesis dan pelepasan gonadotropin FSH dan LH. FSH dan LH mengatur aktivitas spermatogenesis dan endokrin testis. Pria pasca pubertas terus menerus mengalami gametogenesis dan produksi testosteron ; sementara pada wanita masa pasca pubertas mengalami periode yang siklis. Tidak adanya periode siklis pada pria disebabkan oleh karena androgen tidak menggunakan mekanisme umpan balik positif pada pelepasan gonadotropin. Testosteron adalah pengatur utama sekresi LH pada pria.

Terjadinya ereksi diawali dengan relaksasi otot polos corpus cavernosum pada penis, lalu dilanjutkan dengan dilatasi dinding cavernosa dan arteri helisine yang menyebabkan darah mengalir memasuki ruang-ruang lakuna (ronggarongga atau spongelike yang terbentuk dari tunika albugenia). Selanjutnya diikuti dengan relaksasi otot polos trabekulum penis yang akan memperluas ruangan lakuna sehingga darah yang masuk ke penis menjadi lebih banyak dan menyebabkan penis menjadi membesar. Relaksasi otot polos yang terjadi pada corpus cavernosum penis karena adanya cyclic guanosine 3,5 monophospahate(cGMP) yang mempengaruhi cGMP ion channel, cGMP binding protein dan protein kinase G, kemudian menyebabkan terbentuknya phosphorylated protein yang akan mengurangi konsentrasi Ca2+ dan menyebabkan relaksasi dari otot polos. Pada difungsi ereksi terjadi gangguan pada cGMP, yaitu dengan adanya enzim phosphodiesterase-5 (PDE5) yang menghidrolisa cGMP sehingga relaksasi dari otot polos corpus kavernosum penis terhambat dan penambahan aliran darah untuk proses terjadinya ereksi tidak tercapai

Insiden

disfungsi ereksi rendah pada pria yang lebih muda dari 40 tahun, tetapi meningkat sejalan dengan meningkatnya usia pria. Walaupun disfungsi ereksi terkadang diasumsikan sebaga gejala proses penuaan pada pria,namun hal ini tidak jelas apakah kejadian secara langsung berkaitan dengan meningkatnya usia pasien. Disfungsi ereksi lebih mungkin terjadi jk dilihat dari kondisi medis pasien secara bersamaan (misalnya, hipertensi, arteriosklerosis, hiperlipidemia, diabetes melitus, atau psikiatri gangguan) atau dari obat-obat yang digunakan pasien dari penyakit tersebut.

1. Faktor fisik

Obat-obatan Gangguan aliran darah Gangguan persyarafan Gangguan hormonal

2. Faktor kejiwaan

Depresi Stress Kecemasan Informasi yang keliru

FISIOLOGI EREKSI DARI PENIS YANG NORMAL Sebuah ereksi penis yang normal membutuhkan fungsi penuh dari beberapa sistem fisiologis Pembuluh darah Saraf, dan Hormon. Pasien harus juga secara psikologis menerima rangsangan seksual.

SISTEM VASKULAR Penis terdiri dari dua corpora cavernosa pada sisi dorsal dan salah satu korpus spongiosum di sisi ventral. Korpus spongiosum mengelilingi uretra dan membentuk glans penis. Korpora terdiri dr sinus beberapa saling berhubungan, yang dpt terisi dengan darah untuk menghasilkan ereksi. Dalam flaccid state, arteri yang mengalir kedalam dan vena yang mengalir keluar diseimbangkan. Selama fase ereksi, aliran darah arteri meningkat dan darah mengisi sinusoid dalam corpora, yang menyebabkan penis membengkak dan elongasi. Ereksi dapat berlangsung lama dengan menurunnya aliran vena keluar dari corpora, yang disebabkan oleh penekanan subtunical venula oleh corpora yang membengkak.

SISTEM SARAF DAN RANGSANGAN PSIKOGENIK Beberapa ereksi yang dimediasi oleh refleks saraf sakral yaitu ereksi yang terjadi ketika tidur. Namun, dalam keadaan sadar, stimulasi sensorik menengahi ereksi melalui seksual pada sistem saraf pusat. Dalam hal ini, proses informasi pada otak pasien dan impuls saraf dilakukan di sumsum tulang belakang untuk saraf kolinergik perifer yang mempersarafi pembuluh darah untuk corpora, mengakibatkan ereksi. Asetilkolin menghasilkan ereksi dengan bekerja bersama dengan neurotransmiter, termasuk cGMP dan cAMP, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Jadi ereksi dimulai oleh aksi saraf, dikelola oleh darah arteri pengisian korpora, dan ditopang oleh aliran vena dari corpora tersebut.

SISTEM HORMONAL Testosteron merangsang libido atau dorongan seksual pada pria . Konsentrasi serum normal (normal, 300 sampai 1100 ng / dL), dikatakan dorongan seksual adalah normal. Sekitar sepertiga dari pria yang lebih tua dari 50 tahun memiliki hipogonadisme, yang ditandai dengan subphysiologic kadar testosteron serum. Pasien tersebut mengeluh kehilangan energi, kehilangan kekuatan otot, mood depresi, dan penurunan libido. Ketika libido menurun, pasien tidak dapat berereksi. Pasien dengan testosteron serum yang normal mungkin memiliki disfungsi ereksi, dan pasien dengan testosterone serum yang subnormal memiliki fungsi seksual yang normal.

PATOFISIOLOGI. Disfungsi ereksi bisa diakibatkan dari kelainan Vaskular, neurologis, atau hormonal. Pasien yang gagal untuk menanggapi rangsangan psikogenik memiliki disfungsi ereksi psikogenik. Penyakit pembuluh darah (Misalnya, penyakit pembuluh darah perifer, arteriosklerosis, dan hipertensi) berhubungan dengan peningkatan insiden disfungsi ereksi. Penyakit yang merusak konduksi saraf ke otak (Misalnya, cedera tulang belakang atau stroke) atau kondisi yang merusak perifer konduksi saraf ke pembuluh darah penis (misalnya, diabetes mellitus) dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Pasien yang menderita depresi reaktif atau kecemasan , penyakit Alzheimer, hypothyroidism, atau memiliki gangguan mental, sering mengeluh disfungsi ereksi. Efek vasokonstriktor merokok dapat membahayakan aliran darah ke corpora dan penurunan pengisian ke kavernosus.

PENATALAKSANAAN DISFUNGSI EREKSI Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai berikut: Membuat diagnosa dari disfungsi seksual Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari pengobatan bedah dan pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex theraphy, obat-obatan, alat bantu seks, serta pelatihan jasmani).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen disfungsi ereksi menyangkut terapi psikologi, terapi medis dan terapi hormonal yaitu: Terapi psikologi yaitu terapi seks atau konsultasi psikiatrik, percobaan terapi (edukasi, medikamentosa oral / intrauretral, vacum contricsi device). Terapi medis yaitu terapi yang disesuaikan dengan indikasi medisnya Terapi hormonal yaitu jika tes laboratoriumnya abnormal seperti kadar testoteron rendah , kadar LH dan FSH tinggi maka diterapi dengan pengganti testoteron. Jika Prolaktin tinggi, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan pituitary imaging dan dikonsulkan.

Manajemen disfungsi ereksi ada 2 macam, yaitu manajemen umum dan manajemen khusus. 1. Manajemen Umum. Pengendalian kadar gula ketat merupakan usaha paling baik. Meningkatkan proses regenerasi dengan pemberian nerve growth factor (NGF), brain derived neurotrophic factor (BDNF). Terapi nutrisi akhir akhir ini banyak dikembangkan meskipun belum ada uji klinis memadai.

Manajemen khusus Pada manajemen khusus meliputi terapi non bedah dan terapi bedah / operatif yaitu:
2.

Terapi non bedah / medis : Farmakoterapi oral, misalnya yohimbin, sildenafil sitrat, vardenafil, alprostadil, papaverin HCL, fenoksibenzamin HCL, Aqueous testosterone injection, transdermal testosteron, bromocriptiine mesylate, apomorfin, fentolamin, ganglioid, linoleat gamma, aminoguanidin, metilkobalamin. Injeksi intrakavernosa Pengobatan kerusakan vena Pengobatan hormonal Terapi intraurethral pellet (MUSE) Terapi external vacuum

Terapi Bedah 1. Prostesis penis Termasuk terapi yang sangat sukses walaupun pasien dapat memilih atau mempertimbangkan terapi yang lain. Pembedahan penis kemudian dilanjutkan dengan pemasangan implant / protesa ini sangat rendah tingkat morbiditas dan mortalitasnya. a. Semirigid or malleable implant rod implants Kelebihannya: Teknik bedah sederhana Komplikasi relatif sedikit Tidak ada bagian yang dipindah Implant yang sedikit atau tidak mahal Tingkat keberhasilannya 70-80% Efektivitasnya tinggi Kekurangannya: Ereksi terus sepanjang waktu Tidak meningkatkan lebar (ukuran) penis Risiko infeksi Dapat melukai atau merubah erection bodies Dapat menyebabkan nyeri kulit Jika tidak sukses, dapat mempengaruhi terapi lainnya.

2. Vascular reconstructive surgery Kelebihannya: Tampak alamiah Rata-rata tingkat kesuksesannya 40-50% Jika tidak berhasil tidak memengaruhi terapi lainnya Tidak perlu implant Efektivitasnya sedang
Kekurangannya: Teknik pembedahannya paling sulit secara teknis Perlu tes yang extensive Dapat menyebabkan pemendekan penis Hasil jangka panjang tidak tersedia Sangat mahal Risiko infeksi, pembentukan jaringan parut (scar), dengan distortionpenis dan nyeri saat ereksi.

DIAGNOSA Evaluasi penyebabnya. Deskripsikan tingkat keparahan disfungsi ereksi. sejarah pengobatan. Review penggunaan obat bersamaan. Pemeriksaan fisik, dan Uji laboratorium klinis.

Sebuah

pemeriksaan fisik pasien mencakup cek hipogonadisme (yaitu, tanda-tanda ginekomastia, testis kecil, dan rambut tubuh menurun). Penis juga harus dievaluasi terkait dengan kelengkungan penis (misalnya, penyakit Peyronie), yang juga dikaitkan dengan disfungsi ereksi. Tes laboratorium yang dipilih harus diperoleh untuk mengidentifikasi penyakit yang sebagai dasar penyebab disfungsi ereksi. Ini termasuk glukosa serum darah, profil lipid, dan tingkat tiroksin.

TREATMENT Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas ereksi penis ketika hubungan seksual. Penyedia layanan kesehatan perlu memastikan bahwa pasien memiliki ekspektasi yang wajar untuk setiap terapi yang dimulai. Selain itu, hanya pasien dengan disfungsi ereksi harus diobati. Pasien yang memiliki fungsi seksual yang normal tidak harus mencari pengobatan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi seksual.

PERANGKAT VACUM EREKSI.

PHOSPHODIESTERASE INHIBITOR (PDE inhibitor) Enzim phosphodiesterase (PDE) mencegah terjadinya relaksasi pembuluh darah di penis sehingga aliran darah yang seharusnya lebih banyak mengalir ke penis untuk terjadinya ereksi menjadi berkurang. Oleh karena itu diberikan PED-inhibitor untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

Tadalafil adalah inhibitor selektif terhadap enzim phosphodiesterase (PDE), terutama enzim phosphodiesterase tipe 5 (PDE5). Phosphodiesterase memiliki beberapa isoenzim. Isoenzim phosphodiesterase tersebut berperan dalam proses metabolisme cyclic guanosine monophosphate (cGMP) menjadi GMP di corpus cavernosum penis. Dosis 20 mg tadalafil pada pria yang sehat menurunkan tekanan darah sistolik/diastolik saat berbaring sebesar 1,6/0,8 mmHg. Dan menurukan tekanan darah sistolik/diastolik saat berdiri sebesar 0,2/4,6 mmHg. Pemberian dosis tunggal phosphodiesterase inhibitor dapat menyebabkan gangguan penglihatan yaitu gangguan untuk membedakan wara biru dan hijau. Hal ini berhubungan dengan inhibisi dari PDE6 yang melibatkan proses phototransduksi di retina.

Verdenafil

adalah inhibitor selektif terhadap enzim phosphodiesterase (PDE), terutama enzim phosphodiesterase tipe 5 (PDE5). Phosphodiesterase memiliki beberapa isoenzim. Dosis dewasa (untuk lanjut usia harus diberikan dosis harian terendah). Dalam dosis yang biasa efek samping yang paling umum adalah sakit kepala, dispepsia, hidung tersumbat, dan pusing

Obat-obat oral DE yang sudah tersedia dipasaran maupun yang masih dalam penelitian adalah inhibitor enzim phosphodiesterase (PDE) 5/sildenafil, apomorfin SL (sublingual). Fosfodiesterase isoenzim tipe 5 ini juga ditemukan dalam pembuluh darah perifer jaringan, otot polos trakea, dan platelet. Pada rangsangan seksual dan dosis dari 25 sampai 100 mg, sildenafil menghasilkan ereksi yang memuaskan pada 56% sampai 82% dari pasien independen dari etiologi disfungsi ereksi. Efek samping sildenafil: yang paling umum adalah Sakit kepala, Dispepsia, Hidung tersumbat, dan Pusing Menghambat agregasi platelet

Cont. Untuk sildenafil, sekitar 55% dari yang tidak menghasilkan efek dapat dibantu dengan pendidikan penggunaan yang tepat dari obat. Pendidikan pasien harus menyertakan poin: Pasien harus terlibat dalam seksual rangsangan (foreplay) untuk respon terbaik; Sildenafil harus gunakan pada waktu perut kosong, minimal 2 jam sebelum makan, untuk respon tercepat, tetapi dua lainnya agen dapat diambil tanpa untuk makanan, Penggunaan sildenafil atau vardenafil dengan makan lemak dapat menurunkan penyerapannya, tetapi penyerapan tadalafil tidak terpengaruh oleh ini; Pasien yang tidak merespon terhadap dosis pertama harus terus dengan inhibitor phosphodiesterase untuk setidaknya 5-8 dosis sebelum kegagalan dinyatakan, dan Beberapa pasien mungkin memerlukan dosis hingga 100 mg sildenafil, vardenafil 20 mg, atau 20 mg tadalafil untuk menghasilkan efek.

INTRACAVERNOSAL ALPROSTADIL Dosis biasa intrakavernosa alprostadil adalah 10 sampai 20 mcg, dengan dosis yang disarankan maks 60 mcg. Lebih besar dari dosis 60 mcg belum menghasilkan perbaikan yang lebih besar dalam ereksi penis, tetapi dapat menyebabkan ereksi berkepanjangan yang berlangsung lebih dari 1 jam. Dosis harus diberikan 5 sampai 10 menit sebelum hubungan seksual. Untuk menghindari efek samping pasien harus menerima tidak lebih dari satu suntikan per hari dan tidak lebih dari tiga suntikan per minggu. Suntikan intrakavernosa merugikan beberapa efek local. Plak Kavernosus atau daerah fibrosis di lokasi injeksi terbentuk di sekitar 2% sampai 12% dari pasien

INTRAURETHRAL ALPROSTADIL Dosis biasa untuk alprostadil intraurethra adalah 1251000 mcg. Dosis harus diberikan 5 sampai 10 menit sebelum hubungan seksual. Tidak lebih dari satu dosis per hari. Sebelumnya, pasien harus disarankan untuk mengosongkan kandung kemihnya, atau berkemih sebelumnya. Untuk pengobatan injeksi intrakavernosa, intraurethra,penyisipan alprostadil memerlukan keterampilan manual dan visual yang baik untuk meminimalkan risiko cedera uretra. Alprostadil intraurethra memiliki satu applicator. Dimana pasien memegang glans penis, dan dengan tangan lain pasien memasukkan intraurethra aplikator 0.5-inci ke dalam uretra. Pelet obat ini kemudian terdorong ke uretra. Penis kemudian harus dipijat untuk meningkatkan penyerapan obat. Uretra dapat terluka karena teknik administrasi yang tidak tepat. Cedera struktur uretra dan kesulitan dalam berkemih. Pada mitra pasangan mungkin mengalami rasa terbakar pada vagina, gatal, atau nyeri, yang mungkin terkait dengan transfer dari alprostadil dari pria uretra ke vagina wanita selama hubungan seksual

Algorithm for selecting treatment for erectile dysfunction.

PENCEGAHAN. Tidak merokok. Tidak meminum minuman beralkohol atau minuman illegal lainnya. Istirahat yang cukup Olahraga teratur. Makanan yang sehat dan bergizi. Seks yang sehat dengan pasangan yang sah. Komunikasi baik dengan pasangannya.
Saran lainnya, yaitu : Jangan membicarakan orang lain ketika berhubungan intim. Menghargai pasangan dan belajarlah memuji pasangan. Rasa cemas akan membuat penis kehilangan ereksi. Ciptakan rasa akrab dengan pasangan. Jangan menggunakan obat kuat atau jamu tanpa rekomendasi atau tidak dianjurkan oleh dokter untuk memakainya. Jangan membiasakan diri melakukan hubungan seksual sebagai pelampiasan stres. Konsultasikan dengan dokter jika menggunakan obat-obatan dikarenakan penyakit lain dalam jangka panjang, diskusikan dengan dokter efek samping penggunakan obat-obatan dalam dosis tertentu, dan bila bermaksud menggantikan jenis obat atau berhenti memakainya lakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai