Anda di halaman 1dari 20

FLUIDISASI

(DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MEKANIKA FLUIDA)

KELOMPOK : 6 KELAS : 3KIC

NAMA KELOMPOK : 1. M. AL AMIN 2. M. ADE FIRDAUS 3. SONYA PERUCHA

TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa berkat rahmat hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, yang bertujuan sebagai salah satu cara yang dibutuhkan untuk memenuhi tugas mata kuliah MEKANIKA FLUIDA. Politeknik merupakan wadah bagi mahasiswa untuk selalu mengembangkan kemampuan atau skillnya. Pendidikan bermutu tinggi sangat dibutuhkan demi terciptanya kehidupan yang cerdas, damai tebuka, demokratis dan mampu bersaing di era global ini sehingga mampu meningkatkan kualitas mahasiswa. Melalui politeknik dengan metode pembelajaran yang sangat efektif dan efisien ini diharapkan mahasiswa mampu menambah kesadaran nilai yang dianut, dan dapat meningkatkan kualitasnya sebagai manusia yang bermutu serta berkualitas. Untuk itu di susunlah sebuah makalah yang berjudul Fluidisasi. Sebagai penyusun makalah ini kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pembaca terutama dari dosen kami yang turut bertanggung jawab dalam peningkatan mutu pendidikan nasional, dan penyempurnaan makalah ini.

Palembang, 29 November 2010

Penyusun 1. M. Ade Firdaus 2. M Al amin 3. Sonya Perucha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..I KATA PENGANTAR ...2 DAFTAR ISI .3 DAFTAR GAMBAR ....4 BAB I. PENDAHULUAN ...5 1.1 Latar belakang .....5 1.2 Tujuan ..5 BAB II. PEMBAHASAN ....6-16 2.1 Fluidisasi ..6-8 2.2 Evaluasi parameter-parameter didalam peristiwaFluidisasi......14-15 2.4 Industri yang menggunakan metoda fluidisasi ..17 BAB III. PENUTUP ...18 DAFTAR PUSTAKA ..19 JAWABAN PERTANYAAN .20

DAFTAR GAMBAR

1.1 Gambar 1.Awal penerapan fluidisasi oleh Song Yingxin di Tiengongkaiwu .................6 1.2 Gambar 2. Perkembangan Winkler fluidized gasifier batubara... ...6-7 1.3 Gambar 3.Katalitik cracking process fluidized yang pertama ........7 1.4 Gambar 4. Unggun yang terfluidisasi...9 1.5 Gambar 5. Kurva karakteristik fluidisasi Ideal......12 1.6 Gambar 6.Tiga jenis fluidisasi heterogen .....13

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Perkembangan industry dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Khususnya industry pabrik yang telah banyak menggunakan teknologi modern. Mesin-mesin produksi yang digunakan dalam sebuah industry menggunakan metode-metode

pengoperasian yang sangat bervariasi. Salah satu contoh metode yang digunakan adalah fluidisasi. Untuk itu kami menyusun sebuah makalah tentang fluidisasi yang bertujuan untuk memberikan pelajaran pengetahuan, dan pemahaman tentang fluidisasi. Fluidisasi itu sendiri adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan butiran dikonversi dari solid state seperti statis ke keadaan cairan seperti dinamis. Proses ini terjadi ketika sebuah fluida (cairan atau gas) dilewatkan ke atas melalui bahan granular.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Fluidization) Dalam dunia industri, fluidisasi diaplikasikan dalam banyak hal seperti transportasi serbuk padatan (conveyor untuk solid), pencampuran padatan halus, perpindahan panas (seperti pendinginan untuk bijih alumina panas), pelapisan plastik pada permukaan logam, proses drying dan sizing pada pembakaran, proses pertumbuhan partikel dan kondensai bahan yang dapat mengalami sublimasi, adsorpsi (untuk pengeringan udara dengan adsorben), dan masih banyak aplikasi lain. (http://www.scribd.com/doc/32561100/Fluidisasi)

1.2 Tujuan Adapun Tujuan dari makalah ini adalah: 1.2.1 Memberikan pengetahuan tentang fluidisasi 1.2.2 Mengetahui parameter-parameter fluidisasi 1.2.3 Mengetahui macam-macam Industri yang menggunakan metoda fluidisasi

BAB II PEMBAHASAN

2.1.1 Sejarah fluidisasi

Di Barat, Georgius Agricola, seorang ilmuwan filsuf-dokter Jerman, dikreditkan untuk deskripsi pertama penggunaan fluidisasi, dalam bukunya De Re Metallica (1556 Latin), untuk meng-upgrade bijih run-of-tambang. Song Yingxin (lahir 1587, dan dipanggil oleh ahli kebudayaan Cina) juga digambarkan dalam karyanya, aplikasi fluidisasi, tidak hanya di bijih tambang tetapi juga dalam menampi gandum, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Awal penerapan fluidisasi digambarkan oleh Song Yingxin diTiengongkaiwu

Pada tahun 1920, proses Winkler dikembangkan untuk mengubah sebagian dari batu bara menjadi gas dan residu kokas didalam unggun terfluidisasi, menggunakan oksigen dan uap dalam sebuah tabung vertical. Proses ini digunakan untuk menghasilkan gas sintesis (H 2, CO, CO 2). Gambar. Winkler fluidized gasifier batubara 1. Awal Winkler gasifier

2. Industri Maju gasifier

Gambar. 2. Perkembangan Klasifier

Di awal tahun 1940-an, cairan catalytic cracking (FCC) proses, yang dikonversi memotong minyak bumi berat menjadi bensin. Karbon-kaya "coke" deposito pada katalis partikel dan menonaktifkan katalis dalam waktu kurang dari 1 detik. Partikel katalis fluidized adalah shuttled antara reaktor fluidized bed dan fluidized bed burner mana deposito coke yang dibakar, menghasilkan panas untuk reaksi endotermik retak. Melalui penyulingan minyak murni hanya sekitar 20% dari berat dapat terpulihkan pada bensin. Meskipun berarti katalis untuk meningkatkan hasil bensin dimulai pada tahun 1920-an, itu adalah sebagai 1938 akhir seperti yang delapan perusahaan bergandengan tangan membentuk Catalytic Research Associates untuk mempelajari perengkahan minyak dengan menggunakan fluidisasi, yang mengarah ke yang pertama dari serangkaian proses, Sodi di Baton Rouge. Gambar katalitik cracking process fluidized yang pertama.

Gambar 3. Katalitik cracking process fluidized yang pertama

Dengan teknologi fluidized bed 1950 sedang diterapkan pada mineral dan proses metalurgi seperti pengeringan, kalsinasi, dan sulfida pemanggangan.
7

Pada tahun 1960, fluidized bed beberapa proses secara dramatis mengurangi biaya dari beberapa monomer penting. Contohnya adalah proses Sohio untuk akrilonitril dan proses oxychlorination untuk vinil klorida. Pada akhir 1970-an, proses fluidized bed untuk sintesis dari polyethylene secara dramatis mengurangi biaya polimer ini penting, sehingga penggunaannya ekonomis dalam aplikasi baru. Reaksi polimerisasi menghasilkan panas dan intens pencampuran yang terkait dengan fluidisasi mencegah hot spot di mana partikel-partikel polyethylene akan meleleh. Sebuah proses serupa yang digunakan untuk sintesis polypropylene. Saat ini, sebagian besar proses yang sedang dikembangkan untuk produksi industri karbon nanotube menggunakan fluidized bed. Sebuah aplikasi baru yang potensial teknologi fluidisasi adalah pembakaran perulangan kimia, yang belum diusahakan. Salah satu solusi untuk mengurangi dampak potensial dari karbon dioksida yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar (misalnya pembangkit listrik) pada pemanasan global adalah penyerapan karbon dioksida. pembakaran Reguler dengan udara menghasilkan gas yang terdiri dari nitrogen (seperti yang komponen utama udara di sekitar 80% volume), yang mencegah penyerapan ekonomis. Kimia looping menggunakan oksida logam sebagai pembawa oksigen yang solid. partikel oksida logam ini menggantikan udara (khususnya oksigen di udara) dalam reaksi pembakaran dengan bahan bakar padat, cair atau gas di ranjang fluidized, memproduksi partikel metal yang solid dari pengurangan oksida logam dan campuran karbon dioksida dan uap air , produk utama dari setiap reaksi pembakaran. Uap air kental, meninggalkan karbon dioksida murni yang dapat diasingkan. Partikel-partikel metal yang solid diedarkan ke fluidized bed mana mereka bereaksi dengan udara (dan lagi, khususnya oksigen di udara), menghasilkan panas dan pengoksidasi logam partikel partikel oksida logam yang diresirkulasi ke ruang bakar fluidized bed.

2.1.2 FLUIDISASI

Fluidisasi (atau fluidisation) adalah proses yang sama dengan pencairan dimana bahan butiran dikonversi dari solid state seperti statis ke keadaan cairan seperti dinamis. Proses ini terjadi ketika sebuah fluida (cairan atau gas) dilewatkan ke atas melalui bahan granular. (http://en.wikipedia.org/wiki/Fluidization) Sebagai aplikasi dengan apa yang dinamakan fluidisasi ini, kita tinjau suatu bejana dalam air dimana ditempatkan sejumlah partikel padat berbentuk bola, melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dengan arah aliran dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah partikel padat akan diam. Keadaan yang demikian disebut sebagai unggun diam atau fixed bed. Kalau laju alir gas dinaikkan, maka akan sampai pada suatu keadaan dimana unggun padatan tadi tersuspensi di dalam aliran gas yang melaluinya. Pada kondisi partikel yang bergerak ini, sifat unggun akan menyerupai sifat-sifat suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecenderungan untuk mengalir, mempunyai sifat hidrostatik. Keadaan demikian disebut fluidized bed. Ketika aliran gas diperkenalkan melalui bagian bawah unggun berisi partikel padat, gas akan bergerak ke atas melalui unggun melalui ruang-ruang kosong diantara partikel. Pada kecepatan gas rendah, hambatan aerodinamika pada setiap partikel juga rendah, dan dengan demikian unggun tetap dalam keadaan tetap. Meningkatkan kecepatan, kekuatan tarik aerodinamika akan mulai untuk melawan gaya gravitasi, menyebabkan unggun untuk memperluas volume sebagai partikel pindah dari satu sama lain. Selanjutnya meningkatkan kecepatan, maka akan mencapai nilai kritis di mana kekuatan tarik ke atas persis akan sama dengan gaya gravitasi ke bawah, menyebabkan partikel menjadi tersuspensi dalam fluida. Pada nilai kritis, unggun dikatakan terfluidisasi dan akan menunjukkan perilaku fluidic. Dengan kecepatan gas selanjutnya meningkat, kepadatan bulk unggun akan terus menurun, dan fluidisasi yang menjadi lebih Gambar unggun yang terfluidisasi:

Gambar 4. unggun yang terfluidisasi

2.1.3 KEHILANGAN TEKANAN (Pressure Drop)

Aspek utama yang akan ditinjau di dalam suatu percobaan fluidisasi adalah untuk mengetahui besarnya kehilangan tekanan di dalam unggun padatan yang cukup penting karena selain erat sekali hubungannya dengan banyaknya energi yang diperlukan, juga bisa memberikan indikasi tentang kelakuan unggun selama operasi berlangsung. Korelasikorelasi matematik yang menggambarkan hubungan antara kehilangan tekanan dengan laju alir fluida di dalam suatu sistem unggun diperoleh melalui metode-metode yang bersifat semi empiris dengan menggunakan bilangan-bilangan tak berdimensi. Penentuan besarnya hilang tekan dalam unggun terfluidakan terutama dihitung berdasarkan rumus-rumus yang diturunkan untuk unggun diam (persamaan Ergun) dan diturunkan oleh Blake, Carman maupun peneliti-peneliti lainnya. Untuk aliran laminer dimana kehilangan energi terutama disebabkan oleh viscous loses, Blake memberikan hubungan sebagai berikut :

: Kehilangan tekanan per satuan panjang atau tinggi ukuran gC : Faktor konversi : Viskositas fluida : Porositas unggun yang didefinisikan sebagai perbandingan volume ruang kosong di dalam unggun dengan volume unggunnya V S : Kecepatan alir superficial fluida : Luas permukaan spesifik partikel

Luas permukaan spesifik partikel (luas permukaan per satuan volume unggun) dihitung berdasarkan korelasi berikut:

Sehingga persamaan (1) menjadi :

Persamaan (3) ini kemudian diturunkan lagi oleh kozeny dengan mengasumsikan bahwa unggun zat padat tersebut adalah ekuivalent dengan satu kumpulan saluran-saluran lurus yang partikelnya mempunyai luas permukaan dalam total dan volume total masingmasing sama dengan luas permukaan luar partikel dan volume ruang kosongnya.

10

Harga konstanta k yang diperoleh beberapa peneliti sedikit berbeda misalnya: Kozeny (1927) Carman ( 1937) US Bureau of Munes (1951) k= 150 k= 180 k= 200

Untuk aliran turbulen, persamaan (3) tidak bisa dipergunakan lagi, sehingga Ergun kemudian menurunkan rumus lain dimana kehilangan tekanan digambarkan sebagai hubungan dari : viscous losses dan kinetic energy losses.

dimana: k1=150; k2=1,75 Pada tekanan ekstrim, yaitu: 1. Aliran laminer (Re<20), sehingga term II bisa diabaikan:

2. Aliran turbulen (Re>1000), sehingga term I bisa diabaikan:

2.1.4 UNGGUN TERFLUIDAKAN (fluidized bed) Untuk unggun terfluidakan, persamaan yang menggambarkan pressure drop adalah persamaan Ergun yaitu:

Dimana: f adalah porositas unggun pada keadaan terfluidakan. Pada keadaan ini dimana partikel-partikel zat padat seolah-olah terapung di dalam fluida, akan terjadi kesetimbangan antara berat partikel dengan gaya berat dan gaya apung dari fluida di sekelilingnya. Gaya berat oleh fluida yang naik = berat partikel gaya apung atau: [kehilangan tekanan pada unggun] [luas penampang] = [volume unggun] [densitas zat padatdensitas fluida].

11

2.1.5 Faktor- faktor Fluidisasi

1. Kecepatan Minimum Fluidisasi Yang dimaksud kecepatan minimum fluidisasi (Umf), adalah kecepatan superficial fluida minimum dimana fluida mulai terjadi. Harga Umbisa diperoleh dengan mengkombinasikan persamaan (6) dengan persamaan (8)

2. Karakteristik Unggun Terfluidakan Karakter unggun terfluidakan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik antara penurunan tekanan (P) dan kecepatan superficial fluida (Vo). Untuk keadaan yang ideal, kurva hubungan ini berbentuk seperi terlihat dalam gambar :

Gambar 5. Kurva Karakteristik Fluidisasi Ideal

12

Keterangan: Garis AB : menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam Garis BC : menunjukkan keadaan dimana unggun telah terfluidakan Garis DE: menunjukkan kehilangan tekanan pada daerah unggun diam pada waktu kita menurunkan kecepatan air fluida . Harga penurunan tekanan untuk kecepatan aliran fluida tertentu, sedikit lebih rendah daripada harga penurunan tekanan pada saat awal operasi.

Fluidisasi Heterogen (Agregative Fluidization)

Apabila dalam fluidisasi partikel-partikel padatnya terpisahnya secara sempurna tetapi berkelompok membentuk suatu agregat. Keadaan yang seperti ini disebut sebagai fluidisasi heterogen (agregative fluidization). Tiga jenis fluidisasi yang biasa terjadi adalah karena timbulnya: 1. Penggelembungan (bubbling) 2. Penolakan (slugging) 3. Saluran-saluran fluida yang terpisah (channeling)

Gambar 6. Tiga jenis fluidisasi heterogen

Bentuk kurva karakteristik untuk unggun terfluidakan yang mengalami penyimpangan dari keadaan ideal yang disebabkan oleh ke tiga jenis fenomena di atas

13

2.2.1 Evaluasi Parameter-parameter didalam Peristiwa Fluidisasi

1. Densitas partikel Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak menyerap air atau zat cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedang untuk partikel berpori, cara diatas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau cairan akan memasuki pori-pori didalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi densitas partikel (berikut poriporinya) seperti yang diperlukan dalam persamaan di muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori didalamnya). Untuk partikel-artikel yang demikian ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan metode yang diturunkan Ergun.

2. Bentuk partikel Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap sebagai butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel bentuk lain, harus ada koreksi yang menyatakan bentuknpartikel sebenarnya. Faktor koreksi tersebut dinyatakan dengan :

3. Diameter partikel Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan (ukuran mesh).

4. Porositas unggun Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara matematika bila ditulis sebagai berikut:

granulasi unggun yang terfluidisasikan adalah pembesaran ukuran umum di industri farmasi, di mana bubuk halus adalah diaglomerasi menggunakan pengikat cair untuk memberikan butiran yang lebih besar. Distribusi ukuran butiran selama granulasi adalah salah satu karakteristik utama dari evaluasi proses. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk desain proses pengendalian metode yang bertujuan untuk mengevaluasi distribusi ukuran pada realtime. Beberapa dari gambar analisis dan NIR instrumentasi memiliki ditangani ini masalah di barutahun 1-3. Namun, yang isu dengan yang handal data penanganan dan probe kontaminasi masih perlu untuk diatasi.

14

2.2.2 Keuntungan dari fluidisasi Keuntungan dari sifat padatan yang terfluidisasi adalah

(www.scribd.com/doc/32561100/Fluidisasi): 1. Sifatnya yang dapat dialirkan sehingga memungkinkan operasi menggunakan padatan dapat bersifat kontinyu. 2. Terangkatnya butiran sampai mengapung, ini membuat luas permukaan kontak sangat besar sehingga operasi menjadi sangat efektif. 3. Peristiwa fluidisasi dapat digunakan dalam industri petrokimia dalam reaktor cracking, katalis padat dalam butiran dapat diregenerasi secara kontinyu dengan mengalirkan katalis dari reaktor ke unit aktivasi katalis. 4. Sirkulasibutiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinan

pemindahan jumlah panas yang besar dalam reactor 5. Pemindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi, perpindahan panas antara unggun terfluidisasi dengan media pemindah panas yang baik memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan kecil.

2.2.3 Kerugian dari Fluidisasi Kerugian proses fluidisasi antara: (www.scribd.com/doc/32561100/Fluidisasi) 1. Selama operasi partikel-partikel padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu 2. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah tertentu padatan 3. Adanya erosi terhadap bejana dalam system pendingin 4. Terjadinya gelombang dan penorakan didalam unggun sering kali tidak dapat dihindari sehingga kontak antara fluida dan partikel tidak seragam. Jika hal ini terjadi pada reactor, konversi reaksi akan kecil.

15

2.3 Industri yang menggunakan metoda fluidisasi Beberapa Industry yang menggunakan metoda fluidisasi adalah : 1. Proses desulfurisasi batubara Proses desulfurisasi batubara Tondongkurah, Sulawesi Selatan telah dilakukan dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida yang diencerkan dalam asam sulfat berkonsentrasi 0,1 N. Percobaan desulfurisasi tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan kolom fluidisasi yang mempunyai ukuran panjang 80 cm dengan diameter 3,5 cm. Kolom dihubungkan dengan sebuah pompa sirkulasi yang mampu memberikan suplai larutan dengan jumlah aliran yang diatur sebesar 100 cc per menit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa proses selama 2 jam dengan mempergunakan kolom tersebut mampu mengurangi 13,9 persen jumlah sulfur yang terdapat di dalam batubara Tondongkurah yang berukuran (-14+20) mesh. Perpanjangan waktu sirkulasi larutan hidrogen peroksida dari 2 jam menjadi 6 jam mampu meningkatkan jumlah pengurangan sulfur menjadi sebesar 42,3 persen. Hasil percobaan lainnya menunjukkan bahwa perkecilan ukuran partikel batubara dari (-14+20) mesh menjadi (-20+48) mesh mampu meningkatkan angka tersebut. Pada percobaan desulfurisasi dengan ukuran batubara (-20+48) mesh selama 2 jam, jumlah pengurangan sulfur adalah 19,6 persen. Demikian pula, apabila waktu sirkulasi dinaikkan menjadi 6 jam pengurangan sulfur meningkat menjadi 48,9 persen.

2.

Pembuatan Gas Sintetis Dari Batubara Dengan Teknologi Gasifikasi Unggun Terfluidisasi Percobaan gasifikasi dilakukan terhadap contoh batubara Indonesia dengan

menggunakan reactor gasifikasi sistem unggun terfluidisasi digunakan batubara ukuran halus (-48 + 65 mesh). Gas pereaksi masuk melalui plat distributor untuk mengangkat batubara dan pasir silica sebagai unggun material dalam zona reaksi sehingga unggun terfluidisasi dan terjadi proses pencampuran yang sempurna antara gas pereaksi dan batubara. Pada kondisi fluidisasi suhu dalam reactor lebih merata dibanding dengan reaktor sistem unggun tetap. Suhu reaktor sistem unggun fluidisasi adalah 900oC. Gas hasil gasifikasi yang disebut gas sintetis (syngas) dilakukan pemurnian dengan alat cyclone, condenser dan scrubber. Sesudah syngas dimurnikan kemudian dianalisa komposisinya dengan menggunakan gas

chromatography (GC).

16

Perkembangan alat Fluidisasi dalam proses gasifikasi:

Gasifikasi adalah suatu proses perubahan bahan bakar padat secara termo kimia menjadi gas, dimana udara yang diperlukan lebih rendah dari udara yang digunakan untuk proses pembakaran. [1]. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi adalah endotermis (diperlukan panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang paling umum digunakan pada proses gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian utama, yaitu padatan, cairan (termasuk gas yang dapat dikondensasikan) dan gas permanen. Media yang paling umum digunakan dalam proses gasifikasi adalah udara dan uap. Gas yang dihasilkan dari gasifikasi dengan menggunakan udara mempunyai nilai kalor yang lebih rendah tetapi disisi lain proses operasi menjadi lebih sederhana. Beberapa keunggulan dari teknologi gasifikasi yaitu :
1. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. 2. Mampu memproses beragam input bahan bakar termasuk batu bara, minyak berat, biomassa, berbagai macam sampah kota dan lain sebagainya. 3. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang bernilai lebih tinggi. 4. Mampu mengurangi jumlah sampah padat. 5. Gas yang dihasilkan tidak mengandung furan dan dioxin yang berbahaya.

17

BAB III PENUTUP

Kesimpulan :

Fluidisasi adalah metoda pengontakan butiran-butiran padatan dengan fluida baik cair maupun gas. Metoda ini diharapkan butiran padatan memiliki sifat seperti fluida dengan viskositas tinggi. Evaluasi Parameter-parameter didalam Peristiwa Fluidisasi 1. Densitas partikel 2. Bentuk partikel 3. Diameter partikel 4. Porositas unggun

18

Daftar Pustaka
Jobsheet.2010. Penuntun Praktikum Satuan Operasi. Palembang: POLSRI http://www.tekmira.esdm.go.id/HasilLitbang/?p=374 http://www.wikipedia.org.id/fluidisasi/macam-macamfluidisasi http://lab.tekim.undip.ac.id/otk/2010/09/29/fluidisasi/ www.scribd.com/doc/32561100/Fluidisasi http://ielisa.upnyk.ac.id/index.php?app=common&cat=komunitas_home&komunitas_id=100 http://matekim.blogspot.com/2010/05/fluidisasi-pada-gas.html
www.che.ft.untirta.ac.id/do

www.wikipedia.org.wiki/gasifikasi http://muslimshare.wordpress.com(perkembangan)

19

Jawaban pertanyaan:

1. Pertanyaan dari Aning Tyas P: Pada penerapan Flluidisasi, beberapa industry menggunakan metoda fluidisasi yaitu pada proses desulfurisasi. Apa yang dimaksud dengan desulfurisasi? Jawabannya: Desulfurisasi adalah proses penghilangan unsure belerang dari minyak bumi. Dalam prosesnya untuk menyingkirkan kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas (www.kimia.upi.edu/utama/bahanajar) 2. Pertanyaan dari Meirina Rahayu Ningsih : Ada tidak ukuran diameter tertentu dari proses fluidisasi itu sendiri? Kalau ada, dari berapa ke berapa? Jawabannya: Misalnya dari proses desulfurisasi, menggunakan partikel yang halus berukuran (-14+20) mesh dan untuk proses gasifikasi menggunakan partikel halus berukuran (48+65) mesh. Sebenarnya tidak ada batasan dari penggunaan ukuran partikel yang digunakan. Akan tetapi, digunakan partikel yang halaus saja karena apabila menggunakan partikel yang berukuran besar maka pengeringan tidak akan berjalan dengan baik karena udara yang dialirkan akan terhalang.

20

Anda mungkin juga menyukai