Anda di halaman 1dari 1

Introduction Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal yang sering dirujuk ke ahli nefrologi anak, terutama untuk

jenis frequent relapses, steroid dependent, dan steroid resistant. (Niaudet P. Steroidsensitive idiopathic nephrotic syndrome in children. Dalam: Barrat TM, Avner ED, Harmon WE, penyunting. Pediatr Nephrol. Edisi ke-5. Baltimore: Lippincott Williams & Willkins; 2005.h.543-53).

Kejadian SN 15 kali lebih sering terjadi pada anakanak dibandingkan orang dewasa (Sarker MN, Islam MMSU, Saad T, Shoma FN, Sharmin LS, Khan HA, Afrooz F, Fatmi LE,
Alam A, Salimullah ASM, Uddin MR, Saha T. Risk Factor for Relapse in Childhood Nephrotic Syndrome - A Hospital Based Retrospective

Gejala klinis SN berupa proteinuria masif 40 mg/m2/jam, hipoalbuminemia <2,5 g/dl, edema, dan hiperkolesterolemia >200 mg/dL. ( Alatas H, Tambunan T.
Study. Faridpur Med. Coll. J. 2012;7(1): 18-22). Konsensus tata laksana sindrom nefrotik idiopatik pada anak. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan dokter Indonesia; 2005. Chiu M C, Yap H K, editor. Practical Paediatric Nephrology. Hongkong :Medcom Limited; 2005 ).

Secara histopatologik, SN dibagi menjadi dua, yaitu SN kelainan minimal dan SN kelainan nonminimal, karena bersifat invasif maka ahli nefrologi anak sering menglasifikasikan SN berdasarkan respons terhadap pengobatan steroid, yaitu SN sensitif steroid dan SN resisten steroid (Bagga A, Mantan M. Nephrotic syndrome in children.
Indian J Med Res. 2005;122:13-28. Gulati S, Sengupta D, Sharma RK, Sharma A, Gupta RK, Singh U, et al. Steroid resistant nephrotic syndrome. Indian Pediatrics. 2006;43:55-60. Roth KS, Amaker BH, Chan JCM. Nephrotic syndrome: pathogenesis and management. Pediatr Rev. 2002;23(2):237-47).

SN dikrakteristikkan oleh adanya kelainan permeabilitas pada dinding kapiler glomerulus yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menahan lepasnya protein dari urin (proteinuria). Proteinuria pada SN anak secara relatif bersifat selektif, utamanya disebabkan oleh alabumin (Bagga A, Mantan M. Nephrotic syndrome in children. Indian J Med Res. 2005;122:13-28. Gulati S, Sengupta D, Sharma RK, Sharma A, Gupta RK, Singh U, et al. Steroid resistant nephrotic syndrome. Indian Pediatrics. 2006;43:55-60). Normalnya, protein seukuran albumin (69kd) atau yang lebih besar tidak ikut tersaring/terbuang pada filtrasi. (Eddy AA, Symons JM. Nephrotic syndrome in childhood. Lancet 2003; 362: 62939). Penelitian tentang kadar albumin pada anak SN masih belum banyak dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar albumin pada SN anak.

Metode Desain penelitian adalah retrospektif analitik. Variabel bebas penelitian ini dan kadar albumin. Sedangkan variabel tergantungnya adalah adalah kejadian SN. Subyek penelitian ini adalah yang memenuhi kriteia inklusi yaitu pasien sindrom nefrotik, berusia 0 sampai 14 tahun, dengan status gizi baik, sedangkan kriteria inklusi apabila telah mendapat terapi albumin sebelumnya, dan data tidak lengkap.yang menderita sindrom nefrotik serangan pertama yang dirawat di Bangsal penyakit ginjal RSUP Dr Kariadi pada periode sampai . Data merupakan data sekunder yang diperoleh dari catatan medik rawat inap anak penderita sindrom nefrotik serangan pertama yang berobat ke RSUP Dr. Kariadi Semarang. Nilai normal kadar albumin serum untuk usia 1 tahun sampai 14 tahun 3,8-5,4 g/dL, (Barness EG, Barness LA. Clinical use of pediatric diagnostic test. Edisi ke-1. Philadelphia: Lippincott Williams & Witkins; 2003). Kadar albumin yang didapat dari rekam medis dilihat keeratan hubungan antara kadar albumin dan kejadian SN dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi Pearson, dan untuk melihat bentuk hubungannya dilakukan analisis regresi linier. Seluruh perhitungan statistik dikerjakan dengan piranti lunak SPSS version 17.0 for Windows tahun 2008, SPSS inc, Chicago-Illinois, USA

Anda mungkin juga menyukai