Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada dewasa. Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau gastroenteritis akut

sebanyak 99.000.000 kasus (Simadibrata dan Daldiyono, 2007). Lebih dari 1 milyar penduduk di dunia terkena 1 atau lebih episode diare akut per tahun. Seratus juta orang per tahunnya di Amerika Serikat terkena diare akut dan 3000 diantaranya meninggal dunia. Akibat adanya sanitasi yang buruk dan sedikitnya penduduk yang mengunjungi pelayanan kesehatan, diare akut merupakan penyebab kematian utama di negara berkembang, terutama pada anak-anak. Lima sampai delapan juta penduduk per tahun meninggal dunia akibat diare akut di negara berkembang (Ahlquist dan Camilleri, 2005).Kematian yang berhubungan dengan kejadian diare kebanyakan terjadi pada

anak-anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi kejadian diare pada negara - negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju (Simadibrata dan Daldiyono, 2007). Diare pada mahasiswa terutama anak kos dikarenakan jajan sembarangan. Mereka kurang memperhatikan lingkungan tempat makanan diolah tetapi lebih tergiur karena lapar, tampilan serta aromanya banyak penjual yang kurang memperhatikan kebersihan makanan, misalnya tangan yang kontak langsung dengan makanan yang dijualnya. Sedangkan dari sudut mahasiswa juga kurang dapat menjaga kesehatannya dengan tidak memilih milih tempat makan dengan makanan yang sehat.

1.2 Tujuan Memberdayakan diri sendiri terutama sebagai anak kost dengan membiasakan hidup sehat.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnorman ( lebih dari 3kali/hari ), serta perubahan dalam isi ( lebih dari 200 g/hari ) dan konsistensi feses cair yang melebihi batas normal dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer atau kental disertai angin atau kentut dari dalam perut. Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa atau motilitas dapat menyebabkan diare. 2.2 Penularan diare Jalan masuk pathogen diare melalui oral. Meskipun makanan yang dimakan jauh dari steril, keasaman lambung yang tinggi dan sel penghasil antibodi usus halus secara umum menurunkan potensi akumulasi pathogen untuk menyebar yang menyebabkan sakit. Bagaimanapun jumlah organisme lebih dari cukup atau jika makanan bertindak sebagai carier netral untuk melindungi organisme dalam lingkungan asam dapat terjadi reaksi patogenik. Penurunan keasaman lambung karena terganggunnya normal usus, seperti setelah pembedahan, penggunaan agen anti mikroba dan disfungsi imun karena AIDS, semua menurunkan pertahanan usus. Adapun penularan penyakit diare melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti : a. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan kotor b. Pencucian dan pemakaian peralatan makan yang tidak bersih. c. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan proses memasak air yang tidak benar. d. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar dan kontak langsung dengan memasukkan tangan ke mulut misalnya waktu makan.

2.3 Pencegahan Diare Banyaknya masyarakat yang belum menyadari akan bahayanya diare yaitu dalam hal sanitasi, mereka masih memanfaatkan toilet terbuka yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septic tank diperluakan biaya. Tidak tersedianya septic tank umum dan layanan yang baik untuk penyedotannya. Buang air besar di area terbuka (sungai atau empang) telah menjadi kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya. Dengan ditemukannya berbagai pemecahan masalah diare dapat dilakukan pemberantasan diare secara besar-besaran yang melibatkan lapisan masyarakat, mulai ibu rumah tangga, petugas kesehatan, hingga masyarakat umum agar tidak terserang penyakit diare. Usaha pertama untuk mencegah diare adalah dengan melakukan alih teknologi dari tenaga kesehatan kepada ibu rumah tangga atau keluarga. Upaya ini untuk meningkatkan keterampilan ibu, baik dipelosok desa maupun di kota besar. (Widjaja..M.C.dr, 2001) Jalur masuknya virus, bakteri, atau patogen penyebab diare ke tubuh manusia dapat mudah dihafal dengan istilah 4F yang pertama kali dikemukakan Wagner & Lanoix (1958). 4F adalah singkatan dari fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (tangan). Menurut Wagner & Lanoix, tahapannya dimulai dari cemaran yang berasal dari kotoran manusia (feces) yang mencemari 4F, lalu cemaran itu berpindah ke makanan yang kemudian disantap manusia. Model pencegahan dikembangkan EHP (Preventing Child Diarrheal Disease: Options for Action, 1999) mengangkat empat praktik higienis yang utama, yakni penggunaan WC yang memadai, pengolahan dan penyimpanan air, membersihkan dan menutup makanan, dan cuci tangan pakai sabun Pencegahan penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air hanya dapat dilakukan dengan penyediaan air bersih, penggunaan jamban sehat pembuangan limbah cair dan padat rumah tangga serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebelum menjamah makanan serta menyimpan makanan dalam keadaan tertutup. Mencuci makanan pun umum dilakukan. Namun, masih banyak dijumpai mencuci makanan di dalam baskom sehingga tidak menutup ke mungkinan berisiko terkontaminasi bakteri kembali. Mencuci dengan cara ini diyakini bersih

sekaligus bisa menghemat air. Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu : a. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil. b. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih c. Sanitas air yang bersih d. Kebersihan perorangan e. Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil. f. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban) g. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah. h. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan i. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Dengan cara simulasi, demontrasi dan praktik, kaum ibu di perdesaan mulai menyadari arti diare dengan berbagai penyebab dan cara-cara penanggulangannya. Sementara itu, di kota besar, penyebaran informasi melalui puskesmas, pusat-pusat kesehatan, rumah sakit, dan klinik anak dimasyarakatkan. Sesungguhnya penanganan diare dapat ditangulangi sendiri oleh keluarga, terutama diare dengan dehidrasi ringan. Terpenting dari usaha ini adalah bagaimana mencegah penularan, menemukan gejala dini, dan memberi pertolongan secepatnya dengan memberi cairan penganti dalam jumlah yang memadai.

2.4 Pemberdayaan anak kos dalam pencegahan diare Tidak selamanya diare itu buruk, sebenarnya diare adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan racun. Racun yang dihasilkan oleh virus, bakteri, parasit dan sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja yang encer. Kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit penting adalah penyebab kematian pada penderita diare. Kondisi dehidrasi ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan kesadaran pasien. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit ( rehidrasi ) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Pemberdayaan diare dilakukan setidaknya untuk dirinya sendiri tercegah dari penyakit. Hal ini dapat berupa pembiasaan dalam kehidupan sehari hari, meliputi : a. Minum air putih yang banyak Sering seringlah meminum air putih yang banyak karena dengan sering buang air besar maka tubuh akan kehilangan banyak cairan yang harus selalu digantikan dengan cairan yang baru. Setiap setelah buang air besar minumlah satu atau dua gelas air putih atau air mineral yang bersih dan sudah di masak. Minumlah oralit yang merupakan larutan gula garam untuk membantu pembentukan energi dan menahan diare atau berak setelah buang air besar. Hindari minum kopi, teh dan lain sebagainya yang mampu merangsang lambung. b. Makanlah makanan khusus Hindari makanan berserat seperti agar agar, sayur dan buah karena makanan berserat hanya akan memperpanjang masa diare. Makanan berserat hanya baik untuk penderita susah buang air besar. Bagi penderita diare sebaiknya makan makanan rendah serat dan halus seperti bubur nasi atau nasi lemes dengan lauk telur asin akan memberikan protein dan garam untuk menahan diare dan sebagai zat pembangun tubuh. Hindari makan makanan di luar sembarangan serta makanan pedas yang mengandung cabai dan lada.

c.

Istirahat yang cukup Tidak dapat di pungkiri bahwa orang yang buang buang air akan terasa lemah, lemas, lesu, kurang bergairah dan sebagainya. Untuk itu sebaiknya banyak istirahat dengan memperpanjang tidur namun tidak melupakan makan dan obat harus teratur serta banyak minum.

d.

Minum obat dengan dosis tepat Ada baiknya berkonsultasi dengan dokter dan meminta obat yang tepat, karena setiap orang memiliki karakteristik masing masing dalam pemilihan obat. Rumah sakit, dokter praktek, puskesmas atau balai pengobatan lain yang sesuai izin departemen kesehatan adalah pilihan yang tepat karena memiliki dokter yang baik serta obat obatan yang baik pula. Setelah mendapatkan obat, minumlah obat sesuai dosis dengan waktu yang telah ditentukan. Biasanya dokter akan mmemberikan obat mules, obat mencret, vitamin dan antibiotik. Untuk obat mules dan mencret sebaiknya di minum jika perut mules dan diare saja. Hentikan jika sudah berhenti mules dan diare, sedangkan untuk antibiotik wajib dihabiskan agar kuman dan bibit penyakit lainnya mati total dan tidak membentuk resistensi. Untuk vitamin sebaiknya dihabiskan pula. Jika terjadi gejala seperti di bawah ini sebaiknya segera menghubungi dokter : Demam yang tinggi Nyeri atau kepekaan perut Diare yang berdarah Diare lebih dari 48 jam Dehidrasi sedang atau parah Muntah berkepanjangan sehingga mencegah pemasukan cairan secara oral (mulut )

http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar4.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21580/5/Chapter%20I.pdf http://kampus.okezone.com/read/2011/08/06/373/488899/penyakit-langgananmahasiswa-anak-kos

Penyakit Langganan Mahasiswa & Anak Kos Margaret Puspitarini Sabtu, 06 Agustus 2011 13:28

Anda mungkin juga menyukai