replikasi virus
Klasifikasi
Klasifikasi virus bermanfaat untuk membuat dugaan mengenai detail replikasi virus,
mekanisme timbulnya penyakit (patogenesis), dan cara penularan. Klasifikasi menjadi sangat
penting apabila ditemukan virus baru. Dengan adanya klasifikasi, penelitian terhadap virus
yang baru ditemukan dari famili atau genus yang sudah dikenal, dapat diarahkan sesuai
dengan informasi yang sudah ada mengenai anggota-anggota lain dari kelompok tersebut.
Tanpa klasifikasi, setiap virus yang baru ditemukan menjadi seperti kotak hitam. Tidak ada
asumsi yang dapat dibuat, dan semua data harus ditemukan berulang kali. Berdasarkan
berbagai alasan di atas, pengembangan sistem klasifikasi sangat penting dan tidak terelakkan.
Sistem klasifikasi yang ada sekarang memungkinkan sebagian besar virus yang baru
ditemukan digolongkan ke dalam kelompok yang sudah ada. Bahkan dalam kasus-kasus
tertentu, banyak sifat biologis virus baru tersebut yang sudah dapat diperkirakan. Dalam
kasus yang lebih sulit, klasifikasi dapat membantu menentukan arah penelitian terhadap virus
baru tersebut. Pada masa kini, jarang sekali ditemukan virus yang tidak dapat digolongkan ke
dalam sistem klasifikasi yang sudah ada, sehingga kita dapat cukup yakin bahwa sebagian
besar kelompok virus yang menginfeksi manusia dan hewan peliharaan telah diidentifikasi.
Dengan demikian, jelas bahwa klasifikasi virus sangat bermanfaat.
Untuk saat ini, klasifikasi virus yang penting hanya dari tingkat famili ke bawah. Semua
famili virus memiliki akhiran – viridae , misalnya
Poxviridae
Herpesviridae
Parvoviridae
Retroviridae
Anggota-anggota famili Picornaviridae umumnya ditularkan melalui jalur faecal/oral dan
melalui udara.
Genus memiliki nama dengan akhiran - virus . Misalnya, famili Picornaviridae terdiri dari 5
genus:
Definisi `spesies' merupakan hal yang paling penting, namun sulit dilakukan untuk virus.
Penentuan spesies virus mengandung unsur subyektif. Sebagai contoh, genus Lentivirus
terdiri dari banyak spesies yang berbeda, termasuk:
Ada juga virus yang cirri-cirinya berada di antara dua spesies yang telah dikenal. Apakah
virus-virus yang demikian merupakan spesies lain atau termasuk dalam spesies yang telah
dikenal? Variasi yang demikian umumnya dimiliki oleh virus dengan genom RNA, dan
sangat menyulitkan klasifikasinya.
Klasifikasi Baltimore
Cara replikasi virus tergantung pada sifat genomnya. Virus dapat diklasifikasikan ke dalam
tujuh kelompok (yang tidak spesifik):
I: DNA rantai ganda (Adenovirus; Herpesvirus; Poxvirus, dsb)
II: DNA rantai tunggal sense (+) (Parvovirus)
III: RNA rantai ganda (Reovirus; Birnavirus)
IV: RNA rantai tunggal sense (+) (Picornavirus; Togavirus, dsb)
V: RNA rantai tunggal sense (-) (Orthomyxovirus, Rhabdovirus, dsb)
VI: RNA rantai tunggal sense (+) dengan DNA sebagai tahap perantara dalam siklus hidupnya (Retrovirus)
VII: DNA rantai ganda dengan RNA sebagai tahap perantara (Hepadnavirus)
Replikasi
Agar suatu virus dapat memperbanyak diri, virus tersebut harus menginfeksi sel hidup. Sel
yang dapat diinfeksi oleh suatu virus terbatas hanya pada hewan tertentu dan tipe sel tertentu,
yang memungkinkan virus tersebut berkembang biak. Virus harus membuat protein dengan 3
set fungsi.- memastikan proses replikasi genomnya terjadi – mengemas genom ke dalam
partikel virus – mengubah metabolisme sel yang terinfeksi sehingga sel tersebut
memproduksi virus.
Fase inisiasi:
Materi genetik virus dimasukkan ke dalam sel, seringkali disertai dengan kofaktor esensial
protein virus.
Fase replikasi:
Sintesis DNA
Sintesis RNA
Sintesis protein
Ukuran genom, komposisi dan susunan virus sangat bervariasi (lihat klasifikasi Baltimore di
atas). Untuk beberapa virus, enzim-enzim sel inang yang mereplikasi genom virus, dibantu
oleh protein virus, misalnya pada parvovirus. Pada kebanyakan virus, berlaku sebaliknya,
protein viruslah yang melakukan replikasi genom walaupun untuk aktivitas ini mereka
menggunakan protein sel inangnya.
Untuk semua virus, tahap ketiga dan terakhir ini dilakukan oleh protein virus, walaupun
protein sel inang dan faktor-faktor lainnya mungkin masih melekat pada partikel virus. Rasio
partikel/infektivitas picornavirus sangat rendah, yakni 0.1%, yaitu hanya 1 di antara 1000
partikel virus yang dapat menginfeksi. Suatu virus dapat cacat karena banyak fac=ktor tetapi
hal ini menyulitkan penelitian mengenai replikasinya.